Anda di halaman 1dari 13

Karya Tulis Ilmiah

Kesenian Wayang Kulit

Disusun Oleh :
Fenita Ayu Permata

X-IIS 1

Madrasah Aliyah Negeri 11

Jakarta

2017
Kata Pengantar
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan pada
waktunya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai narasumber
maupun yang sudah membantu serta membimbing dalam pembuatan karya tulis
ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan karya tulis ini. Dengan menyelesaikan karya tulis ini, saya
mengharapkan banyak manfaat yang diambil dari karya ini.

i
Daftar Isi

Kata pengantar………………………………………………………………………...i

Daftar isi……………………………………………………………………………....ii

Bab 1 pendahuluan………………………………………………………….………...1

A. Latar belakang……………………………………………………………….…......2

B. Rumusan masalah…………………………………………………………….……..2

C. Tujuan penelitian…………………….......…………………………………….…....2

Bab 2 pembahasan……………………………………………………………………...3

A.Pementasan wayang kulit…………………………………………………...……….3

B.Pentingnya menjaga kesenian………………………………………………..………3

C.Kisah yang sering dipentaskan………………………………………………………4

D.Sejarah wayang kulit…………………………………………………………………4

E.Tokoh peneliti wayang kulit………………………………………………………….5

Bab 3 penutup…………………………………………………………………………..6

A.Kesimpulan…………………………………………………………………………...6

B.Saran………………………………………………………………………………….6

Gambar tokoh wayang…………………………………………………………………..7

Gambar pertunjukan wayang……………………………………………………………8

Daftar pustaka…………………………………………………………………………...9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Kesenian di Indonesia sangat beragam, jika di amati mungkin di setiap pulau yang
ada di Indonesia memiliki kesenian dengan cirri khas masing-masing. Kesenian itu
bisa dari para leluhur atau nenek moyang, lalu masyarakatnya mengembangkan
kesenian mereka hingga kini, sayangnya tidak semua masyarakat ikut serta
mengembangkan keseniannya. Salah satu kesenian yang akan dibahas pada materi
ini adalah Kesenian Wayang Kulit. Wayang kulit merupakan salah satu kesenian
tradisi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jawa. Lebih dari sekedar
pertunjukan, wayang kulit dahulu digunakan sebagai media untuk permenungan
menuju roh spiritual para dewa dan setiap bagian dalam pementasan wayang
mempunyai simbol dan makna filosofis yang kuat.

1
A. Latar belakang
Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan
alam yang berlimpah, tetapi daya tariknya juga sangat mengagumkan. Selain
keindahan alam keseniannya yang sangat beragam menjadikan pandangan
positif bagi negara Indonesia. Wayang kulit merupakan kekayaan nusantara
yang lahir dari budaya asli masyarakat Indonesia yang mencintai kesenian.

B. Rumusan masalah

1. Mengapa wayang kulit saat ini jarang diminati?


2. Bagaimana cara melestarikan warisan budaya tersebut?

C. Tujuan penelitian

1. Mendefinisikan sejarah wayang kulit


2. Menggali ilmu tentang kesenian wayang kulit

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A.Pementasan wayang kulit

Bagi masyarakat pulau Jawa, wayang kulit tentu tidak asing lagi bagi mereka,
bahkan bagi sebagian orang menampilkan pertunjukan wayang kulit disamping
sebagai sarana hiburan juga merupakan salah satu bagian dari upacara-upacara
adat. Wayang kulit sendiri terbuat dari kulit binatang (kerbau, lembu atau
kambing). Untuk mementaskan pertunjukan wayang kulit secara lengkap
dibutuhkan kurang lebih 18 orang pendukung. 1 sebagai dalang, 2 orang sebagai
waranggana, dan 15 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara. Rata-
rata pertunjukan dalam satu malam adalah 7 sampai 8 jam, bila dilakukan pada
siang hari biasanya sekitar 7 jam. Arena pentas terdiri dari layar berupa kain putih
dan sebagai sarana tehnis di bawahnya ditaruh batang pisang untuk menancapkan
wayang. Sebagai pedoman dalam menyajikan pertunjukan wayang kulit biasanya
seorang dalang akan menggunakan pakem pendalangan berupa buku pendalangan.
Namun ada juga dalang yang menggunakan catatan dari dalang-dalang tua yang
pengetahuannya diperoleh lewat keturunan.

B.Pentingnya menjaga kesenian

Wayang kulit sebenarnya kekayaan Indonesia yang harus dijaga, namun saat ini
kebanyakan para remaja lebih mementingkan budaya asing untuk kepopularitas
dirinya di banding kebudayaannya sendiri. Mungkin memang sebagian remaja ada
yang berminat untuk mempelajari atupun mendalami kesenian wayang kulit,
namun jika dibandingkan dengan minat remaja zaman sekarang lebih condong ke
kebudayaan asing. Dan bila kita ingin mendalami salah satu kesenian, kita harus
mengetahui dasar-dasar yang menjadi unsur penting dari kesenian

3
C.Kisah yang sering dipentaskan

Kisah yang sering dimainkan dalam pertunjukan wayang kulit adalah kisah
Mahabarata dan Ramayana. Mahabarata sendiri mengisahkan tentang perang antar
saudara, pandawa ( Yudisthira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa) dan para
kurawa yang berjumlah 100 orang bersaudara (Duryodhana dan Dursasana)
menjadi peran utama dalam memimpin kurawa karena mereka berdua adalah
kakak tertua dari 100 bersaudara tersebut. Peperangan sendiri berawal dari
perjudian yang mempetaruhkan seluruh kekayaan, kekuasaan, tahta kerajaaan
bahkan istri mereka, yang bernama Drupadi. Dalam perjudian itu, para pandawa
dikalahkan oleh kecurangan dari pihak kurawa, jadilah istri mereka yang akhirnya
di bawa ke ruang perjudian dengan paksa oleh Dursasana. Disitulah terjadinya
peristiwa yang menyebabkan perang, setelah menyaksikan kejadian yang tidak adil
dilakukan kepada istri pandawa (Drupadi) akhirnya pandawa bersumpah akan
memberikan keadilan kepada Drupadi sebagai pembalasan atas perbuatan para
kurawa yang jelas melanggar ketentuan kerajaan di masa itu. Di hari peperangan
satu persatu kurawa mati dan sampai hari terakhir, Bima berhasil membunuh
Duryodhana dengan mematahkan pahanya. Selain kisah Baratayudha, kisah
Ramayana pun juga sering dimainkan, Ramayana mengisahkan tentang di culiknya
istri dari putra mahkota (Rama) yang bernama Shinta di tengah hutan. Sesaat
sebelum Shinta diculik, Rahwana meminta temannya menyamar menjadi kijang
jadi-jadian untuk menarik perhatian Shinta, berhasilah siasat Rahwana, dan Shinta
pun meminta Rama untuk mengejar kijang tersebut, namun setelah sekian lama
Rama tidak kembali Shinta pun cemas, akhirnya Shinta meminta Laksmana untuk
mengejar Rama. Namun sebelum Laksmana meninggalkan Shinta sendiri, ia
membuat lingkaran magis untuk melindungi Shinta, namun jika Shinta melanggar
dengan keluar dari lingkaran itu, maka Shinta tidak ada perlindungan lagi.
Tinggalah Shinta sendirian dan Rahwana mengelabuhi Shinta untuk keluar dari
perlindungannya dengan menyamar sebagai Brahmana yang meminta sedekah,
tersentulah hati Shinta akhirnya Shinta keluar dari lingkaran. Diculiklah Shinta,
dan burung Jatayu mengenali Shinta yang diculik bertindaklah burung Jatayu
untuk menyelamatkan Shinta, sayangnya burung Jatayu berhasil dikalahkan oleh
Rahwana dan meninggal. Setelah Rama dan Laksmana kembali, dilihatnya tidak
ada Shinta ditempat itu, bergegaslah keduanya ke kerajaan untuk memerintahkan

4
perang kepada kerajaan Alengka milik Rahwana. Alengka berhasil dikalahkan oleh
pihak Rama dan Rama pun menjemput Shinta yang berada di taman Argasoka
(taman kerajaan Alengka yang digunakan Shinta menunggu Rama), namun
setibanya disana Rama meminta bukti kesucian Shinta dengan berjalan di atas api,
akhirnya Shinta pun jalan diatas api dan tidak terbakar karena dilindungi oleh dewa
api, percayalah Rama kepada Shinta dan akhirnya mereka kembali ke kerajaan
Ayodya. Memang kedua cerita ini sangat digemari para penonton wayang kulit,
disamping ceritanya yang menarik, kita juga bisa mengambil contoh atau manfaat
yang dapat diambil dari kisah tersebut. Walaupun kisah ini adalah kisah yang
sudah berabad-abad, namun eksistensinya masih digapai hingga sekarang, ini
membuktikan bahwa cerita zaman dulu memberikan motivasi agar menjalani,
menjaga dan mengembangkan pikiran kita ke arah yang lebih baik dan tetap selalu
berada di jalan yang benar.

D.Sejarah wayang kulit

Sejarah wayang kulit tidak terlepas dari sejarah kesenian wayang secara umum.
Bila dilihat dari catatan sejarah, belum ada bukti konkret tentang adanya
kebudayaan wayang sebelum abad pertama. Hal ini bertepatan dengan masuknya
budaya Hindu dan Budha ke Asia Tenggara. Hipotesis ini semakin diperkuat
dengan kenyataan bahwa seni pertunjukan wayang kulit mayoritas mengangkat
cerita Ramayana dan Mahabarata. Walaupun itu juga bukan
merupakan standard yang bisa mengikat dalang. Karena dalam setiap
pertunjukannya dalang boleh saja membuat pertunjukan dari lakon carangan
(gubahan). Bukti konkret pertama yang ditemukan membahas mengenai kesenian
wayang berbentuk sebuah catatan. Catatan ini mengacu pada sebuah prasasti yang
bisa dilacak berasal dari tahun 930. Prasasti tersebut menyebutkan tentang si Galigi
mawayang. Galigi yang dimaksud disini adalah seorang dalang dalam pertunjukan
wayang kulit. Sesuai dengan isi kitab “Kakawin Arjunawiwaha” buatan Empu
Kanwa, pada tahun 1035. Dideskripsikan bahwa sosok si Galigi adalah seorang
yang cepat, dan hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana atau dalang terbesar
hanyalah berjarak satu layar dari kita.

4
Dimulai dengan Wayang Purwa pertama kali dimiliki oleh Sri Jayabaya (Raja
Kediri tahun 939 M). Wayang Purwa kemudian dikembangkan oleh Raden
Panji di Jenggala ditahun 1223 M. Pada tahun 1283 M Raden Jaka
Susuruhmenciptakan Wayang dari kertas . Wayang hasil ciptaan Raden Jaka ini
yang dikenal dengan “Wayang Beber“. Semakin lama Sangging Prabangkara pada
tahun 1301 M mengembangkan karakter wayang beber sesuai dengan adegannya.

E.Tokoh peneliti wayang kulit

Kekuatan utama budaya wayang, yang juga merupakan jati dirinya, adalah
kandungan nilai falsafahnya. Wayang yang tumbuh dan berkembang sejak lama itu
ternyata berhasil menyerap berbagai nilai-nilai keutamaan hidup dan terus dapat
dilestarikan dalam berbagai pertunjukan wayang. Menelusuri asal-usul wayang
secara ilmiah memang bukan hal yang mudah. Sejak zaman penjajahan Belanda
hingga kini banyak para cendikiawan dan budayawan berusaha meneliti dan
menulis tentang wayang. Ada persamaan, namun tidak sedikit yang saling-silang
pendapat. Hazeu berbeda pendapat dengan Rassers begitu pula pandangan dari
pakar Indonesia seperti K.p.a. Kusumadilaga, Ranggawarsita, Suroto, Sri
Mulyono dan lain-lain.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Memang saat ini wayang kulit jarang sekali digemari oleh remaja,karena remaja
saat ini tidak ditanamkan sikap peduli apalagi mencintai budaya sendiri. Selain
itu teknologi dimasa sekarang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dedikasi
para remaja untuk lebih mengenal kesenian-kesenian Indonesia, jika media
sosial sering menampilkan hal-hal asing yang mempengaruhi sifat kesukaan
remaja, maka harus diubah agar memperbanyak pendalaman tentang budaya
maupun kesenian Indonesia. Selain itu, wayang kulit juga harus dilestarikan
agar keseniannya tidak hilang seiring zaman.

B. Saran
Sebagai warga Indonesia, kita harus menghargai dan menjaga budaya
peninggalan yang sudah ada berabad-abad lalu, tidak hanya wayang kulit tetapi
semua kesenian yang berada di Indonesia juga mempunyai arti dan makna yang
penting. Jangan sampai dengan majunya perkembangan iptek yang sangat pesat,
menyebabkan kesenian tradisional hilang begitu saja tanpa makna.

6
Wayang Rama dan Shinta

Wayang Arjuna

7
Pertunjukan Wayang Kulit

8
Daftar pustaka

https://ilmuseni.com › Seni Pertunjukan

http://supraba15.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-asal-usul-wayang.html

Anda mungkin juga menyukai