Oleh :
Nama : EGI AHMAD GHOJALI
Kelas : 1-A
NPM : (213111)
Tgl : 30 November 2021
Puji syukur saya ucapkan atas ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesenian wayang golek”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elis Suryati, S .Sos yang
telah mendorong dan mendukung dalam pembuatan makalah ini, serta membimbing kami
dalam proses pembelajaran.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................7
3.2 Saran......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSAKA....................................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi.
Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek
moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau
gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau
Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7
November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita
narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal
sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang
dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang
kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya
berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan
demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki
cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
1
d. Mengetahui fungsi wayang golek dalam masyarakat indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
4. Sejarah wayang
Wayang lahir pada cendikia nenek moyang suku jawa di masa silam. Pada masa
itu,wayang diperkirakan hanya terbuat dari rerumputan yang di ikat sehingga
bentuknya masih sangat sederhana. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh
nenek moyang dalam upacara-upacara adat jawa.
Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang
buruan atau kulit kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit
tertua yang pernah ditemukan diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi.
Perkembangan wayang terus terjadi. Cerita-cerita yang dimainkan pun kian
berkembang. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun telah menambah
khasanah kisah-kisah yang dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata
dan Ramayana merupakan 2 contoh kisah yang menjadi favorit pada zaman Hindu
Budha di masa itu. Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan memiliki kesinambungan
cerita yang unik sehingga pada abad ke X hingga XV Masehi, kedua kisah inilah
justru yang menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.
Dari perkembangannya, pertunjukan wayang juga mulai diiringi dengan segala
perlengkapan alat musik tradisional gamelan dan para sinden. Kedua pelengkap ini
dihadirkan Sunan Kalijaga untuk menambah semarak pertunjukan wayang sehingga
lebih menarik untuk di tonton.
Wayang kini kian dikenal. Beberapa jenis wayang juga sudah dikembangkan untuk
memperkaya khasanah dunia perwayangan. Beberapa contoh wayang tersebut
misalnya wayang golek, wayang orang, Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang
Orang, Wayang Rumput, dan Wayang Motekar.
Wayang sendiri berasal dari sebuah kalimat yang berbunyi â??Ma Hyangâ?,
artinya berjalan menuju yang maha tinggi (disini bisa diartikan sebagai roh, Tuhan,
ataupun Dewa). Akan tetapi ada sebagian orang yang berpengertian bahwa kata
wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti bayangan, atau yang dalam bahasa
Indonesia baku adalah bayang. Hipotesa bahwa wayang berasal dari kata-kata bayang
ini didapat dari bukti bahwa para penonton dapat menyaksikan pertunjukkan wayang
dengan hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh para dalang yang merangkap
tugasnya sebagai narator.
1
Sementara dalang merupakan sebuah singkatan dari kata-kata ngudhal piwulang,
dimana ngudhal berarti menyebar luaskan atau membuka dan piwulang berarti
pendidikan atau ilmu. Hal ini menegaskan posisi dalang sebagai orang yang memiliki
ilmu lebih dan membagikannya kepada para penonton pertunjukkan wayang.
Catatan sejarah pertama tentang adanya pertunjukkan wayang mengacu pada
sebuah prasasti yang bisa dilacak berasal dari tahun 930, yang menyebutkan adanya
sosok Galigi mawayang. Saat itulah sampai sekarang, beberapa fitur teater boneka
tradisional tetap ada. Galigi sendiri merupakan seorang penampil yang sering dimintai
untuk menggelar pertunjukkan ketika ada acara atau upacara penting. Pada saat itu, ia
biasanya membawakan sebuah cerita tentang Bima, seorang ksatria dari kisah
Mahabharata.
1. Wayang kulit
Wayang kulit adalah wayang yang terbuat dari kulit binatang seperti sapi
ataupun kerbau. Nama lain dari wayang kulit adalah wayang Purwa. Purwa berasal
dari bahasa Sansekerta “parwa” yang berarti bagian dari buku Mahabharata.
Diperkirakan, wayang kulit telah ada sejak abad ke-11 di masa pemerintahan raja
Airlangga. Cerita yang dibawakan oleh wayang kulit diadaptasi dari kitab
Mahabharata dan Ramayana. Namun, alur cerita yang berkembang di pertunjukan
wayang kulit kemudian disesuaikan dengan suasana dan kepribadian masyarakat
Indonesia. Wayang kulit terdiri dari beberapa gaya atau gagrak. Misalnya, gagrak
Kasunanan, Mangkunegara, Ngayogjokarto, Banyumasan,Jawatimuran, Kedu.
Jenis – jenis wayang kulit :
Wayang Kulit Cengkok Kedu
Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
Wayang Kulit Gagrag Surakarta
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
Wayang Bali
Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
Wayang Palembang (Sumatra Selatan)
2
Wayang Betawi (Jakarta)
Wayang Kulit Cirebon (Jawa Barat)
Wayang Madura (sudah punah)
Wayang Siam (Kelantan, Malaysia)
2. Wayang beber
Wayang Beber merupakan jenis wayang tertua di Indonesia dan
diperkirakan telah ada sejak 1223 M, atau saat zaman kerajaan Jenggala.
Nama wayang beber diambil dari cara memainkannya yaitu dengan melukis
adegan di kain yang dapat digulung dan dibuka (dibeber). Saat adegan-adegan
di Wayang Beber berlangsung akan diiringi oleh gamelan. Wayang Beber dulu
menceritakan tentang kisah dari Mahabharata dan Ramayana. Namun, seiring
berjalannya waktu, wayang ini menceritakan kisah sesuai dengan masa. Mulai
dari kisah raja-raja di Jawa, hingga kehidupan sehari-hari dan mengkritisi
kondisi masyarakat.
3. Wayang krucil
Wayang Krucil memiliki nama lain, Wayang Klitik, dikarenakan
ukurannya yang lebih kecil daripada wayang Purwa. Wayang Krucil biasa
menceritakan cerita pada zaman Majapahit atau Menak.
Wayang Krucil merupakan wayang khas Kabupaten Blora, Jawa
Tengah. Selain dari segi bentuknya berukuran lebih kecil, wayang krucil
memiliki perbedaan dengan wayang jenis lainnya dalam aspek bahan.
4. Wayang gedog
Wayang Gedog memiliki bentuk seperti wayang kulit, tapi terbuat dari
kayu. Nama Gedog memiliki arti kandang kuda. Disebut wayang gedog karena
banyak tokoh yang memiliki nama dengan kata “kuda” cerita jenis wayang ini.
Contoh, Panji Kudawanengpati.
3
utama Panji Inukertapati atau Panji Asmarabangun dan isterinya Dewi
Sekartaji (Galuh Candrakirana).
5. Wayang golek
Wayang Golek merupakan wayang yang terbuat dari kayu yang
dikombinasikan dengan kain untuk pakaiannya. Wayang Golek diperkirakan
telah ada sejak abad 17, serta merupakan pengembangan wayang kulit.
Dari segi pertunjukan, Wayang Golek sama dengan wayang lainnya:
Lakon dan cerita dimainkan oleh seorang dalang. Sementara vokal pesinden
dan suara gamelan jadi pengiring saat wayang ini dimainkan.
6. Wayang orang
Wayang orang adalah wayang yang diperankan oleh orang-orang
dengan pakaian seperti wayang. Para pemain dapat berdialog langsung sesuai
jalannya cerita.
7. Wayang suluh
Wayang Suluh merupakan wayang yang diperankan manusia zaman
sekarang termasuk juga cara berpakaiannya. Wayang Suluh ada sejak zaman
penjajahan Jepang yang bermaksud memberikan penerangan (penyuluhan)
kepada masyarakat. Sumber cerita pada wayang ini diambil dari zaman
berdirinya Indonesia dan masa perang kemerdekaan.
4
Pengadegan disini adalah pola cerita atau Struktur Dramatik. Alur cerita dalam
pergelaran Wayang itu tidak begitu penting sehingga kemapanan pola cerita tidak
akan rusak karenanya.Seraca garis besar Susunan Pengadegan itu terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu : Karatonan, Pasebanan, Bebegalan, Karaton lain, Perang
Papacal, Gara-gara, Panditaan, Perang Kembang, Perang Barubuh, dan Karatonan.
Waktu dan tempat pertunjukanWayang Golek Sunda dapat dipertunjukkan
pada siang hari ataupun malam. Hal ini dikarenakan pergelaran tersebut tidak
menggunakan kelir seperti halnya pergelaran Wayang Kulit dari Jawa Tengah atau
Jawa Timur yang membutuhkan kegelapan agar wayang dapat dipertontonkan dengan
menggunakan cahaya yang minim. Pertunjukan siang hari biasanya dimulai pukul
09.00 dan berakhir pukul 16.00 WIB, sedangkan pertunjukan malam hari
diselenggarakan mulai pukul 21.30 sampai menjelang azan Subuh.
1. Tatalu alias dalang, sinden naik panggung lalu diiringi gending jejer atau kawit,
murwa, nyandara dan biantara.
2. Babak unjal, lalu Paseban dan bebegalan.
3. Negara Sejen
4. Patepah
5. Perang Gagal
6. Panakawan atau Goro-goro
5
7. Perang Kembang
8. Perang Raket
9. Tutug
6
BAB III
PENUTUP
8. Kesimpulan
9. Saran
7
DAFTAR PUSAKA
https://tirto.id/apa-saja-jenis-jenis-wayang-yang-ada-di-indonesia-dan-penjelasannya-gbUg
https://metrum.co.id/wayang-beber-wayang-tertua-di-indonesia/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit
https://tugasbahasadansastraindonesia.blogspot.com/2015/05/makalah-seni-wayang-dan-
wayang-golek.html