Anda di halaman 1dari 4

PERANGKAT PERTUNJUKAN WAYANG

KULIT
PERANGKAT PERTUNJUKAN WAYANG KULIT

Dari artikel sebelmunya, kita sudah sedikit belajar tentang wayang dan bagaimana sejarah singkat
wayang yang berada di Nusantara khususnya tanah Jawa, yakni wayang kulit. Pada artikel ini kita akan
belajar mengenai perlengkapan pertunjukan dan simbol – simbol yang ada pada saat pagelaran wayang
kulit. Perlengkapan pertunjukan tersebut yang akan kita bahas seperti dalang, kelir, debog (batang
pohon pisang), blencong, simpingan, dan gunungan.

1 - DALANG
Bahasan pertama kita adalah dalang. Dalang adalah orang yang memainkan wayang dengan pakaian
khas lengkap dengan asesoris dan perlengkapanya.

Dalang yang baik harus memenuhi syarat anatara lain;

1. Sambegama ; artinya dalang mempunyai wawasan seni dan pengetahuan yang luas

2. Nawung Krida : dalang mempunyai kemahiran dalam memainkan wayang

3. Mardi Basa : artinya dalang punya wawasan dan pengetahuan sastra bahasa pedalangan

4. Mardawa lagu : artinya dalang mampu dan mahir dalam olah vokal

2 - KELIR/ LAYAR

Kelir. Dalam pegelaran wayang kulit, salah satu perlengkapan yang pasti ada adalah kelir. Kelir
melambangkan jagad, dunia, langit, dan udara. Kelir menjadi simbol dari jagadnya para wayang yang
digelar.

3 - DEBOG/ POHON PISANG

Debog, adalah batang pisang yang digunakan untuk menancapkan wayang. debog . melambangkan bumi
atau dalam bahasa Jawa disebut bantala atau siti (tanah). Hal ini karena debog menjadi tempat untuk
menancapkan wayang yang digelar maupun yang menjadi simpingan, sebagaimana tanah yang menjadi
tempat untuk manusia beraktifitas.
4 - BLENCONG/ LAMPU

Blencong. Blencong adalah lampu yang digunakan dalam pementasan wayang kulit. Blencong
melambangkan matahari yang menyinari jagadnya para wayang. Berbeda dengan jaman sekarang yang
menggunakan lampu, dan terkadang ada dalang yang menggunakan warna lampu berbeda – beda untuk
menggambarkan suasana pementasan, blencong pada jaman dahulu menggunakan lampu teplok
dengan menggunakan minyak kelapa, hal ini karena pada jaman dahulu memang pada saat pementasan
wayang, penonton berada dibelakang kelir dan melihat bayangan dari wayang kulit yang dimainkan
dalang.

5 - SIMPINGAN

Simpingan. Simpingan adalah barisan atau deretan wayang yang dijajar di samping kanan dan kiri dari
area pementasan. Simpingan umumnya diurutkan dari tokoh wayang yang berukuran kecil ke tokoh
yang berukuran besar/ rasaksa. Simpingan pada bagian kanan diisi oleh tokoh yang memiliki bentuk
muka yang condong ke tokoh kesatria atau manusia, dan lebih condong ke tokoh yang memiliki watak
baik. Sedangkan simpingan sebelah kiri dominan diisi oleh karakter berwajah buto / rasaksa, bisa
dikatakan diisi oleh karakter berwatak buruk, meskipun ada banyak buto yang berwatak baik. Letak
simpingan membelakangi pagelaran, hal ini menurut Ki Sabar Sabdo (pemilik sanggar wayang Parikesit
Sukoharjo) adalah sebagai pertanda bahwa kita sebagai manusia jangan terlalu ikut campur dengan
kehidupan orang lain. Selain itu, simpingan juga melambangkan manusia yang hidup di dunia, dan juga
berperan untuk memperindah pagelaran wayang kulit.
6 - KAYON/ GUNUNGAN

Gunungan atau kayon. Dalam setiap pementasan wayang kulit selalu ada. Di dalam gunungan terdapat
beberapa gambar yang memiliki makna sendiri – sendiri, seperti gambar pohon yang menurut cerita
adalah pohon dewandaru, dimana pohon ini adalah pohon disurga dan sumber kehidupan. Di dalam
pohon tersebut terdapat beberapa satwa antara lain burung, kera, ular, dan dibawah pohon terseb ut
terdapat gambar macan dan banteng yang melambangkan kehidupan manusia yang senantiasa ada
pertarungan antara yang baik dan yang batil, dan sebagainya.

Dalam pementasannya, gunungan dapat digunakan sebagai simbol sebuah hutan, pohon, gunung, batu,
gapura istana dan batu. Selain itu, kayon digunakan untuk membuka pagelaran wayang kulit, menjadi
simbol pergantian adegan (dalam pewayangan gaya Surakarta, bila kayon ditancapkan ditengah dan
dimiringkan ke kanan menunjukkan waktu masih sore sekitar jam 9-12 malam, bila lurus ditengah
menunjukkan waktu madya ratri atau tengah malam sekitar pukul 12-2, dan kalau miring ke kiri gagad
bangun enjang atau menunjukkan mendekati fajar sekitar jam 2-4), dan menjadi simbol penutupan
pagelaran.

Kayon memiliki dua sisi, yakni sisi gambar yang disebutkan di atas dan sisi satunya lagi biasanya
bergambar kepala rasaksa dan simbol api, oleh karena itu kayon juga bisa digunakan sebagai
perlambang api yang berkobar. Selain itu kayon juga bisa berperan sebagai air bah (banjir) dan juga bisa
berperan sebagai angin.

Anda mungkin juga menyukai