Anda di halaman 1dari 15

BUDAYA WAYANG GOLEK PIKEUN JATI DIRI

BANGSA INDONESIA

MAKALAH

Disusun Pikeun Nohonan Salah Sahiji Padamelan Bahasa Sunda

ku
WIDI REGINA PRAMESTI
XII IPS 2
NISN 0027321594

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 TANJUNGSIANG
2020
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
MOTO
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Wayang Golek............................................................................4
2.3 Jenis-Jenis wayang Golek.......................................................................5
2.3 Pembuatan wayang Golek …………......................................................6
2.3.1 Nilai Budaya............................................................................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................8
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat, hidayah serta inayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan penelitian

ilmiah dengan judul “Budaya Wayang Golek Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia”.

Wayang golek merupakan salah satu produk budaya jawa barat, dari beberapa

pengrajin wayang golek salah satu pengrajin yang popular adalah di jelekong.

Tepatnya di Desa Bale Endah, Kecamatan Bale Endah, Kabupaten Bandung.

Semoga dengam membaca makalah ini, membuat para pembaca lebih

mengemal dan mencintai budayanya sendiri di bandingkan dengan budaya negara

lain. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini, kritik dan saran sangat kami nantikan

agar dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi dan lebih bermanfaat

Tanjungsiang, Oktober 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum

Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan

roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam

bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang

di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada

tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam

bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of

Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang

dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan

boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini

diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan

dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.

Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan

demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang


memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.Kadangkala repertoar cerita Panji

dan cerita Menak (cerita-cerita Islam) dipentaskan pula.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat

dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan

Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga

bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang

Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing

sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana

yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangmasalah yang telah diurakan di atas, maka

penulis menentuka rumusan maslah sebagai berikur,

1) Bagaimana asal mula adanya wayang  golek?

2) Apa saja jenis-jenis wayang golek?

3) Bagaimana cara pembuatan wayang golek?

4) Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian wayang golek?

1.3     Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian makalah ini

sebgai berikut.
1) Mengetahui sejarah asal mula adanya wayang golek

2) Mengetahui jenis-jenis wayang golek

3) Mengetahui cara pembuatan wayang golek

4) Mengetahui nilai budaya yang terkandung dalam kesenian wayang golek

1.4 Manfaat

1) Mengenal dan mengapresiasi salah satu  budaya tradisional, yaitu seni

wayang golek.

2) Meningkatkan kecintaan terhadap kesenian tradisional, terutama yang

berasal  dari daerah sendiri.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1      Sejarah Wayang Golek

Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada

keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak

dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan

perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan

bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang

kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan

dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan

Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan

cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada

siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka

yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi,

seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji

dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada

sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di

daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena

bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang


cepakdilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa.

Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam.

Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang

golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata

Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki

Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung

Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya

semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada

perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang

golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di

daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat

Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels

yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung.

Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah

orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa

Sunda.

2.2  Jenis-jenis Wayang Golek

Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek

purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di

Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa

Cirebon. Wayang golek purwaadalah wayang golek khusus membawakan cerita


Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan,

wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan

Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk  membuat

trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan  wayang

golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. 

Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep    Sunandar tahun 1970--1980.

2.3 Pembuatan

Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah

dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan.

Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang,

digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan

wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter

tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu:

merah, putih, prada, dan hitam.

2.4 Nilai Budaya

Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai

estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam

masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan

seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik

pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati

Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil

musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di


Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati

pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua:

Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam

bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan

menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala

cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia.

Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala

masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan

masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga

kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan

taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-

istiadat bangsa.
BAB III

PENUTUP

3.1      Kesimpulan

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum

Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan

roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam

bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang

di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada

tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam

bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of

Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Dilihat dari sudut pandang terminologi ada beberapa pendapat mengenai

asal kata wayang. Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari

kata wayangan atau bayangan yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide

dalam menggambar wujud tokoh. Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan

kata wayang berasal dari Wad dan Hyang, artinya leluhur.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan

ki Dalang berupa gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak

manusia. Dalam Kamus Bahasa Sunda disebutkan bahwa wayang adalah boneka
berbentuk manusia yang dibuat dari kulit atau kayu, dan lebih ditegaskan lagi

pengertian wayang sama dengan sandiwara boneka.

Dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna gambar, boneka

tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca-serat (fibre-

glass), atau bahan dwimatra lainnya, dan dari kayu pipih maupun bulat torak tiga

dimensi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim: “Pengertian Wayang”


http://aftaryan.wordpress.com/2008/03/14/pengertian-wayang/

Anonim: “Nilai Budaya”


http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/08/makalah-tentang-wayang-
golek-lengkap.html

Anonim: “Sejarah wayang golek”


http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang

Anonim: Pembuatan wayang”


http://www.windusara.com/info/pengertian-wayang-golek
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai