Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

SENI RUPA JEPANG

Ditulis untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Sejarah Seni Rupa Barat dan Timur

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Anam Ibrahim, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Ratih Rahmadani (2202451004)

Syahrum mahkfirah 2202151002

Jimmi Micael Ginting (2202451006)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI RUPA D

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan Puji dan Syukur Atas segala karunia Nikmat-Nya kepada
Allah yang maha pengasih, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Seni Rupa India” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Seni Rupa Barat & Timur yang diampu
oleh bapak Drs.Anam Abraham, M.Pd.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.Demikian
apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.

Medan, 8 Maret 2021

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jepang merupakan Negara yang memiliki berbagai macam karya seni rupa
dan berbagai macam peninggalan peninggalan bersejarah. Hal itu menjadikan Negara
jepang sebagai Negara yang banyak memiliki karya seni rupa yang menarik.Banyak
hal yang menarik yang kita bisa amati sendiri dari Negara jepang tersebut.Berbagai
macam dan bentuk seni rupa yang di miliki oleh Negara jepang diantaranya seni rupa
dalam membuat lukisan, animasi, dan lain-lain.Selain itu jepang merupakan salah
satu Negara yang memiliki sejarah dan peninggalan seni rupa jepang yang
mendorong terbentuknya berbagai macam hasil karya seni rupa mulai dari makanan,
pertanian, ataupun hal di dalam bidang kosmetik.

Zaman paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM,
dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir
zaman es terakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman jomon. Zaman
Jōmon berlangsung dari sekitar paleolitik atas hingga 300 SM. Orang zaman Jōmon
mulai membuat bejana yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas
permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali
atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes
penanggalan radio karbon , beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari
Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang dari kulit kerang, dan
barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.
Seni rupa kontemporer Jepang memiliki watak khas yang bersumber pada
peradaban klasik yang didasarkan pada Zen Budhisme. Pengaruh Budhisme yang
datang dari Cina dan Korea dan kemudian berasimilasi dengan kepercayaan Shinto di

3
Jepang membuahkan sekte Budha yang kemudian dikenal dengan Zen Budhisme.
Prinsip kesederhanaan yang menjadi inti ajaran Budha bertemu dengan inti ajaran
Shinto yang melebur dengan alam menjadi inti dasar dari paham estetik Zen, yang
lebih cenderung bersifat esoterik. Semua ekspresi seni Jepang mulai periode Nara
hingga sekarang tetap menjadi sumber inspirasi dan atruran normatif terhadap
berbagai ekspresi seni seperti arsitektur, taman, interior, pakaian, lukisan, patung, dan
sebagainya merujuk pada norma-norma estetik Zen Budhisme. Demikian pula
spiritualitas Zen Budhisme terdapat pada karya-karya perupa kontemporer Jepang,
antara lain Shigeo Toya,Tsuguo Yanai, Kurita Hiroshi, Maeyana Tadashi, dan Yukio
Fujimoto. Prinsip-prinsip dasar estetik Zen Budhisme baik secara intuitif maupun
formalistik serta simbolik menelusup pada dimensi estetik karya-karya mereka
sebagai perupa kontemporer Jepang, sehingga membentuk identitas, karena itu
berbeda dengan mainstream seni rupa Barat. Sejak awal 2000-an, seni rupa
kontemporer Jepang identik dengan kecenderungan untuk menampilkan pengaruh
budaya pop Jepang yang mengglobal, terutama anime dan manga. Meskipun bukan
hal yang sama sekali baru—telah muncul sejak awal 1990-an—kecenderungn
dominan itu tentu tidak lepas dari kiprah beberapa gelintir seniman Jepang, terutama
Yoshitomo Nara dan Takashi Murakami dalam sepuluh tahun terakhir. Tampilnya
kedua nama tersebut dalam perhelatan-perhelatan besar internasional, dan kesuksesan
komersial mereka yang mengagumkan telah memberikan pengaruh besar pada
perkembangan mutakhir dan citra seni rupa Jepang pada milenium baru. Selain Nara
dan Murakami, beberapa seniman lain seperti Aida Makoto, Akira Yamaguchi dan
Tenmyouya Hisashi yang juga muncul dalam periode yang sama.
Sebagai sosok-sosok berpengaruh dalam seni rupa Jepang. Sejak awal 1990-
an, Murakami dikenal melalui konsep superflat yang dicetuskannya. Secara
sederhana, superflat adalah konsep estetik yang menjelajahi ‘kedataran’ yang radikal.
Murakami menganggap bahwa ada hubungan yang erat antara kedataran dalam
penggambaran anime dan manga dengan tradisi visual Jepang kuno (nihon-ga).
Karya-karya Murakami, ratarata menampilkan berbagai karakter visual yang lahir

4
dari narasi dan fantasi, dengan warna-warna dan karakter grafis pop yang mencolok,
namun tak jarang mengandung ironi dan sarkasme yang meledak-ledak. Mengadopsi
pola produksi dalam industri manga dan anime, ia memperkerjakan beberapa
sejumlah seniman muda sebagai asistennya. Beberapa penulis menyebutnya sebagai
‘Andy Warhol versi Jepang’, karena keberhasilannya dalam menyintesakan
kebudayaan pop Jepang dengan seni tinggi. Nyaris serupa dengan Murakami, Nara
juga banyak menggunakan subkultur otaku sebagai referensi estetiknya. Pokok-soal
dalam karya-karya Nara selalu nampak sederhana, seringkali berupa seorang anak
perempuan atau hewan peliharaan, dengan warna-warni pastel dan lembut,
menyerupai karakter visual dalam komik anak-anak. Gestur dan wajah karakter-
karakter itu seringkali ditampilkan polos, lugu, tanpa dosa. Tapi tak jarang, Nara juga
menampilkan mereka sebagai karakter yang nakal, jahil dan jahat, penuh kekerasan
dan kebencian: Anak perempuan dalam karya Nara juga digambarkan tengah
menyembunyikan dan mengayunkan senjata seperti pisau dan gergaji. Beberapa
sumber tertulis menghubungkan karakter dalam lukisan-lukisan Nara dengan
kehidupan masa kecil seniman yang serba keras dan kesepian.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. SENI RUPA JEPANG

Dalam konteks seni lukis, Jepang memiliki lukisan Ukiyo-e yang merupakan
genre lukisan yang pernah ada pada abad ke-17 sampai abad ke-20. Lukisan Ukiyo-e
ini memiliki berbagai macam tema semisal pemandangan alam, teater dan tempat-
tempat favorit masyarakat Jepang. Kata “Ukiyo” dalam bahasa Jepang memiliki
makna “dunia mengambang” dan mengacu pada budaya yang berkembang dipusat-
pusat Edo, semisal Tokyo, Osaka dan Kyoto. Bentuk seni lukis ini kemudian menjadi
sangat populer dalam budaya metropolitan Tokyo pada paruh abad ke-17.

6
Akar kesejarahan Ukiyo-e bisa ditelusuri mulai dari adanya arus urbanisasi
yang terjadi pada akhir abad ke-16. Hal tersebut kemudian menyebabkan banyak
kelas pedagang dan pengrajin yang mulai menulis cerita, menggambar yang disusun
menjadi buku. Yang menjadi objek dalam cerita maupun gambarnya ialah kehidupan
urban dan budaya masyarakat kala itu. Dan lukisan Ukiyo-e mengalami
kebangkitannya pada abad ke-20. Adanya pengaruh dari Barat dan Eropa membuat
banyak seniman yang membuat lukisan tersebut menggabungkan unsur Barat
kedalamnya namun tetap dengan sentuhan tradisional Jepang.

Jepang tak hanya dikenal dengan anime dan komiknya saja. Ternyata sejak
masa Jepang, ada seni rupa erotis yang dikenal dengan nama Shunga. Dalam bahasa
Jepang Shunga ini artinya musm panas. Saat itu, musim panas dilambangkan dengan
seks. Para pekerja seni membuatya sebagai penggoda Bentuknya pun bisa gulungan
kain, kertas, dan potongan kayu yang digambat pada era Edo. Menurut catatan sejarah
karya seni Shunga tercatat pada 1254.

7
Kesenian keramik di Jepang, diperkirakan berawal pada periode Jomon,
periode yang tertua dan merupakan Jaman Prasejarah pada sejarah Jepang. Waktu
periode Jomon sekitar 10.000 SM – 200 SM. Setelah periode Jamon usai, Jepang
memasuki periode Yayoi. Waktu periode Yayoi sekitar 200 SM – 250 M. kehidupan
masyarakat di periode ini sudah mulai bercocok tanam. Kebudayaannya berkembang
dari pulai Kyushu sampai sebelah timur pulau Honshu. Pada masa ini berbagai
gerabah tanpa glasir sudah mulai bermunculan. Penggunaan roda tembikar dan
pembakaran yang mampu mencapai suhu bebatuan pun sudah mulai dikenal. Tidak
seperti barang tembikar pada periode Jamon, barang tembikar pada Yayoi
mengandalkan bentuknya daripada dekorasinya.

Kemudian Jepang memasuki periode Nara. Periode ini kesenian keramik


Jepang sangat terpengaruh oleh kebudayaan Cina. Pada periode ini merupakan masa
emas kesenian Budha yang ada di Jepang. Dengan adanya reformasi Taika, sistema
pemerintahan di Jepang meniru sistema pemerintahan yang ada di Cina. Para
pengrajin Jepang pergi ke Cina mempelajari teknik-teknik pembuatan keramik.

8
Mereka mempelajari penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah. Selama
berabad-abad mereka menerapkan teknik yang mereka pelajari dari Cina dan Korea

Tanbo Art merupakan karya seni hasil tangan-tangan kreativ para petani
Jepang.

Tanbo adalah bahasa Jepang yang berarti beras/padi. Sedangkan Tanbo Art
adalah seni ‘melukis’ diatas kanvas raksasa, yaitu berupa sebidang sawah. 

Karya seni ini pertama kali muncul pada tahun 1993 di desa Inakadate, 600
mil dari Tokyo (masuk dalam Prefektur Aomori di wilayah Tohoku, Jepang).

Di tahun tersebut, penduduk Inakadate sedang mencari cara untuk


merevitalisasi desa mereka. Eksplorasi arkeologi memberikan kesadaran bahwa padi
telah ditanam di daerah tersebut selama lebih dari 2000 tahun.

Untuk menghormati sejarah ini, mulailah mereka membuat inovasi karya seni
dan sawah dipilih sebagai medianya. Guna memperoleh warna yang beraneka rupa,
petani Inakadate menggunakan empat jenis varian padi.

Seni rupa kontemporer Jepang memiliki watak khas yang bersumber pada
peradaban klasik yang didasarkan pada Zen Budhisme. Pengaruh Budhisme yang
datang dari Cina dan Korea dan kemudian berasimilasi dengan kepercayaan Shinto di

9
Jepang membuahkan sekte Budha yang kemudian dikenal dengan Zen Budhisme.
Prinsip kesederhanaan yang menjadi inti ajaran Budha bertemu dengan inti ajaran
Shinto yang melebur dengan alam menjadi inti dasar dari paham estetik Zen, yang
lebih cenderung bersifat esoterik. Semua ekspresi seni Jepang mulai periode Nara
hingga sekarang tetap menjadi sumber inspirasi dan atruran normatif terhadap
berbagai ekspresi seni seperti arsitektur, taman, interior, pakaian, lukisan, patung, dan
sebagainya merujuk pada norma-norma estetik Zen Budhisme. Demikian pula
spiritualitas Zen Budhisme terdapat pada karya-karya perupa kontemporer Jepang,
antara lain Shigeo Toya,Tsuguo Yanai, Kurita Hiroshi, Maeyana Tadashi, dan Yukio
Fujimoto. Prinsip-prinsip dasar estetik Zen Budhisme baik secara intuitif maupun
formalistik serta simbolik menelusup pada dimensi estetik karya-karya mereka
sebagai perupa kontemporer Jepang, sehingga membentuk identitas, karena itu
berbeda dengan mainstream seni rupa Barat.

Sejak awal 2000-an, seni rupa kontemporer Jepang identik dengan


kecenderungan untuk menampilkan pengaruh budaya pop Jepang yang mengglobal,
terutama anime dan manga. Meskipun bukan hal yang sama sekali baru—telah
muncul sejak awal 1990-an—kecenderungn dominan itu tentu tidak lepas dari kiprah
beberapa gelintir seniman Jepang, terutama Yoshitomo Nara dan Takashi Murakami
dalam sepuluh tahun terakhir. Tampilnya kedua nama tersebut dalam perhelatan-
perhelatan besar internasional, dan kesuksesan komersial mereka yang mengagumkan
telah memberikan pengaruh besar pada perkembangan mutakhir dan citra seni rupa
Jepang pada milenium baru.

10
Selain Nara dan Murakami, beberapa seniman lain seperti Aida Makoto,
Akira Yamaguchi dan Tenmyouya Hisashi yang juga muncul dalam periode yang
sama sebagai sosok-sosok berpengaruh dalam seni rupa Jepang.

Sejak awal 1990-an, Murakami dikenal melalui konsep superflat yang


dicetuskannya. Secara sederhana, superflat adalah konsep estetik yang menjelajahi
‘kedataran’ yang radikal. Murakami menganggap bahwa ada hubungan yang erat
antara kedataran dalam penggambaran anime dan manga dengan tradisi visual Jepang
kuno (nihon-ga). Karya-karya Murakami, rata-rata menampilkan berbagai karakter
visual yang lahir dari narasi dan fantasi, dengan warna-warna dan karakter grafis pop
yang mencolok, namun tak jarang mengandung ironi dan sarkasme yang meledak-
ledak. Mengadopsi pola produksi dalam industri manga dan anime, ia
memperkerjakan beberapa sejumlah seniman muda sebagai asistennya. Beberapa
penulis menyebutnya sebagai ‘Andy Warhol versi Jepang’, karena keberhasilannya
dalam menyintesakan kebudayaan pop Jepang dengan seni tinggi.

11
Nyaris serupa dengan Murakami, Nara juga banyak menggunakan subkultur
otaku sebagai referensi estetiknya. Pokok-soal dalam karya-karya Nara selalu nampak
sederhana, seringkali berupa seorang anak perempuan atau hewan peliharaan, dengan
warna-warni pastel dan lembut, menyerupai karakter visual dalam komik anak-anak.
Gestur dan wajah karakter-karakter itu seringkali ditampilkan polos, lugu, tanpa dosa.
Tapi tak jarang, Nara juga menampilkan mereka sebagai karakter yang nakal, jahil
dan jahat, penuh kekerasan dan kebencian: Anak perempuan dalam karya Nara juga
digambarkan tengah menyembunyikan dan mengayunkan senjata seperti pisau dan
gergaji.

Beberapa sumber tertulis menghubungkan karakter dalam lukisan-lukisan


Nara dengan kehidupan masa kecil seniman yang serba keras dan kesepian.

Dominasi ‘seni otaku’ yang dipromosikan oleh Murakami dan Nara, pada
akhirnya melahirkan beberapa stereotipe seni rupa Jepang yang semakin dominan di
lingkaran internasional. Tak bisa dipungkiri, kesuksesan superflat—sebagai suatu
gaya estetik—bahkan berpengaruh besar pada karya-karya seniman-seniman muda
Asia non-Jepang. Pasca Nara dan Murakami, terdapat beberapa seniman muda Jpeang
yang secara sadar mengadopsi dan mengembangkan seni rupa otaku dan superflat.
Tampilnya karya-karya seniman muda Jepang, seperti Mr., Aya Takano dan Chiho
Aoshima, terutama dalam pasar arus utama—sebagaimana tercermin dalam berbagai
art fair dan lelang internasional dalam lima tahun terakhir—adalah buktinya.
Stereotipe ini pada akhirnya mengecilkan perkembangan aktual seni rupa Jepang
yang karya ragam dan punya sejarah panjang.

Di tengah-tengah berkembangnya stereotipe seni rupa Jepang yang semakin


dominan, pameran Passages to the Future, bagi saya, mencerminkan pencarian yang
berharga. Dengan tidak mengecilkan kesuksesan superflat dan seni otaku, Passages to
the Future, adalah salah satu upaya untuk memberikan citra baru pada perkembangan

12
seni rupa Jepang di lingkaran internasional. Dalam pengantar kuratorialnya
Manasobu Ito mengetengahkan bahwa pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan
aspek-aspek kehidupan sehari-hari, narasinarasi personal dan ketertarikan pada
persoalan proses dalam penciptaaan.

Meskipun dikenal sebagai negara industri yang maju, fakta bahwa Jepang
adalah bangsa yang masih sangat menghargai keterampilan tangan adalah fakta yang
tak bisa ditolak. Karya-karya seniman-seniman yang berpameran kali ini—Atshushi
Fukui, Satoshi Hirose, Maywa Denki, Tomoyasu Murata, Tetsuya Nakamura,
Masafumi Sanai, Katsuhiro Saiki, Yoshihiro Suda, Tabaimo, Nobuyuki Takahashi
dan Miyuki Yokomizo—memang membuktikan hal itu. Menurut Ito, meskipun
aspek-aspek ini belum relatif dikenal secara luas, kecenderungan untuk mengangkat
persoalan ini telah muncul sejak pertengahan 1990-an.

Saya ingin menggunakan pameran ini untuk membicarakan konteks


perkembangan seni rupa Jepang yang lebih luas. Jika Masanobu Ito memanfaatkan
superflat dan otaku sebagai tonggak/pijakan perkembangan estetik, saya justru
tertarik untuk melihat kembali sejarah seni rupa Jepang melalui beberapa gerakan
artistik seperti Mono-Ha dan Gutai, yang menariknya memiliki stigma sebagai
‘varian’/’turunan’ dalam sejarah seni rupa. Selain Nara dan Murakami, menurut saya
terdapat sosok seniman Jepang seperti Yoko Ono, Hiroshi Sugimoto dan Yayoi
Kusama yang tak kalah penting.

Agar bisa relevan dengan konteks lokal, menganggapi pameran ini, saya juga
tertarik untuk mendiskusikan bagaimana identitas suatu bangsa dapat terproyeksikan
melalui agenda kebudayaan pemerintah, seperti selalu tercermin dalam program-
program seni rupa yang diselenggarakan The Japan Foundation. Akan sangat menarik
membicarakan bagaimana representasi seni rupa Indonesia juga bisa diproyeksikan
melalui pameran-pameran internasional.

13
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SENI RUPA JEPANG

 Zaman Prasejarah Jepang

Dokumen tertua mengenai sejarah Jepang adalah kumpulan naskah sejarah


Tiongkok Sejarah Dua Puluh Empat Dinasti asal abad ke-1 Masehi. Namun bukti-
bukti menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni manusia sejak zaman Paleolitik
Atas[1] Setelah zaman es terakhir sekitar 12.000 SM, ekosistem Kepulauan Jepang
yang kaya memungkinkan manusia untuk hidup. Barang-barang tembikar tertua
berasal dari zaman Jōmon.

14
Zaman prasejarah Jepang

1. Zaman Paleolitik

Kapak batu yang diekskavasi dari situs B Hinatabayashi, Shinano, Prefektur Nagano
dari zaman Pra-Jōmon (Paleolitik), 30.000 SM. Museum Nasional Tokyo.

Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM,
dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir
zaman es terakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jōmon. Bukti-
bukti penggalian arkeologi menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni orang sejak
35.000 SM.[2] Kepulauan Jepang terpisah dari daratan Asia setelah zaman es terakhir
sekitar 11.000 SM. Setelah terungkapnya pengelabuan zaman Paleolitik Jepang oleh
peneliti amatir Shinichi Fujimura,[3] bukti-bukti asal zaman Paleolitik Bawah dan
zaman Paleolitik Tengah yang diklaim oleh Fujimura dan rekan-rekan telah diteliti
ulang dan ditolak.

2. Zaman Jōmon

15
Sebuah bejana dari zaman Jōmon Pertengahan (3000-2000 SM).

Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Tanda-
tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000 SM
dengan adanya kebudayaan Jōmon yang bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-
pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah
yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan rumah beratap dari
kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal bentuk awal dari pertanian, namun belum
mengenal cara menenun kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman
Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang
dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan
tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan
keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar
tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang,
dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.[4]
Boneka tanah liat yang disebut dogū juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-
barang rumah tangga menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya
sampai ke Okinawa Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan

16
bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu adalah keturunan orang zaman
Jōmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama penghuni Jepang.

3. Zaman Yayoi

Dōtaku dari zaman Yayoi, abad 3 M.

Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM hingga 250
Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō, Tokyo ditemukan artefak
asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi.

17
Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi sudah mulai dapat menenun, bertanam
padi, mengenal perdukunan serta pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang
dipelajari dari Korea atau Cina.[5] Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan
teknik menanam padi di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di
Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM.

Dokumen tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah Buku Han Akhir
asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, "Di seberang lautan dari Distrik Lelang
tinggal orang-orang Wa. Mereka ada lebih dari dari 100 suku, mereka sering datang
dan membayar upeti." Catatan Sejarah Tiga Negara dari abad ke-3 mencantumkan
negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil yang diperintah oleh dukun
wanita bernama Himiko dari Yamataikoku.

Semasa Dinasti Han dan Dinasti Wei, pengelana Cina tiba di Kyushu dan
mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana. Menurut para pengelana Cina,
mereka adalah keturunan dari Paman Agung (Tàibó) dari negara Wu. Penduduk di
sana juga menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Cina yang mengenal tato, tradisi
mencabut gigi, dan menggendong bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat ciri-ciri fisik yang
mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang digambarkan dalam boneka haniwa. Laki-laki
berambut panjang yang dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan
pakaian terusan berukuran besar.

Situs Yoshinogari adalah situs arkeologi terbesar untuk peninggalan orang


zaman Yayoi yang mengungkap adanya permukiman di Kyushu yang sudah didiami
orang secara terus menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan
artefak tertua berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang ditemukan terdapat
perkakas besi dan perunggu, termasuk perkakas dari Korea dan Cina. Dari barang-
barang peninggalan diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak
dan berdagang dengan orang dari Daratan Cina.

18
 Zaman kuno dan zaman klasik Jepang

1. Zaman Kofun

Helm besi dan baju besi dengan hiasan berkilat dari perunggu (zaman Kofun, abad
ke-5). Koleksi Museum Nasional Tokyo.

Zaman Kofun dimulai sekitar 250 M. Nama zaman ini berasal dari tradisi
orang zaman itu untuk membuat gundukan makam (tumulus) yang disebut kofun.
Pada zaman ini sudah terdapat negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan
berpengaruh sebagai penguasa. Salah satu di antaranya terdapat negara Yamato yang
dominan, dan berpusat di Provinsi Yamato dan Provinsi Kawachi. Negara Yamato
berlangsung dari abad ke-3 hingga abad ke-7, dan merupakan asal garis keturunan
kekaisaran Jepang. Negara Yamato yang berkuasa atas klan-klan lain dan
memperoleh lahan-lahan pertanian mempertahankan pengaruh yang kuat di Jepang
bagian barat. Jepang mulai mengirimkan utusan ke Kekaisaran Cina pada abad ke-5.

19
Dalam dokumen sejarah Tiongkok ditulis tentang negara Wa yang memiliki lima raja.
Sistem pemerintahan di Wa meniru model Cina yang menerapkan sistem administrasi
terpusat. Sistem kekaisaran juga mengambil model dari Cina, dan masyarakat dibagi
menjadi strata berdasarkan profesi.

Hubungan yang erat antara Jepang dengan Tiga Kerajaan Korea dimulai
pertengahan zaman Kofun, sekitar akhir abad ke-4.

2. Zaman Asuka

Lukisan dinding di Makam Takamatsuzuka, Asuka, Nara, abad ke-8

Pada zaman Asuka (538-710), negara Jepang purba Yamato secara bertahap
menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki undang-
undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taihō dan butir-butir Reformasi
Taika.[11] Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi
membuat makam berbentuk kofun.

20
Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje yang
mendapat dukungan militer dari Jepang.[12] Penyebaran agama Buddha di Jepang
dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam
penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang. Ia berjasa menyusun
Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang. Konstitusi yang
disusunnya dipengaruhi oleh pemikiran Konfusianisme tentang berbagai moral dan
kebajikan yang diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar.

Dalam sepucuk surat yang disampaikan duta Kekaisaran Jepang ke


Kekaisaran Cina pada tahun 607 ditulis kata-kata, "Kaisar negeri matahari terbit
(Jepang) mengirimkan surat kepada kaisar di negeri matahari terbenam (Cina)". Surat
tersebut menyebabkan kemarahan kaisar Cina.

Dimulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat
mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan, serta
menyusun undang-undang pidana (Ritsuryō) dengan mengikuti struktur administrasi
Cina pada waktu itu. Istilah Nihon (日本 ?) juga mulai dipakai sebagai nama negara
sejak zaman Asuka.

3. Zaman Nara

21
Daibutsu di Nara. Buddharupang berukuran besar asl tahun 752 M.

Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat. Pada
tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang memindahkan ibu
kota ke Heijō-kyō yang sekarang bernama Nara. Heijō-kyō dibangun dengan
mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut Xi'an).

Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota


keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk
dengan klan Fujiwara. Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan
formal dengan Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō untuk
menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya dipindahkan ke
Heian-kyō (Kyoto).

Penulisan sejarah Jepang berpuncak pada awal abad ke-8 dengan selesainya
penyusunan kronik Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720). Dalam kedua buku sejarah
tersebut dikisahkan sejarah Jepang mulai dari awal sejak zaman mitologi Jepang. Di
dalamnya ditulis tentang pendirian Jepang pada tahun 660 SM oleh Kaisar Jimmu
yang keturunan langsung dari Amaterasu. Menurut kedua kronik tersebut Kaisar
Jimmu merupakan leluhur dari garis keturunan kaisar yang sekarang. Kaisar Jimmu
sering dianggap sebagai kaisar mitos karena kaisar pertama berdasarkan bukti-bukti
sejarah adalah Kaisar Ōjin yang tahun-tahun masa pemerintahannya tidak diketahui
dengan jelas. Sejak zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan
kaisar, melainkan di tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di
tangan perdana menteri.

4. Zaman Heian

22
Lukisan gulung dari tahun 1130, ilustrasi Hikayat Genji bab "Sungai Bambu".

Periode akhir sejarah klasik Jepang berlangsung dari 794 hingga 1185 yang
disebut zaman Heian. Puncak kejayaan istana kekaisaran di bidang puisi dan sastra
terjadi pada zaman Heian. Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu menulis novel
Hikayat Genji yang hingga kini merupakan salah satu dari novel tertua di dunia. Pada
zaman Heian selesai disusun naskah tertua koleksi puisi Jepang, Man'yōshū dan
Kokin Wakashū.

Pada zaman Heian berkembang berbagai macam kebudayaan lokal, misalnya


aksara kana yang asli Jepang. Pengaruh budaya Cina surut setelah sampai di puncak
keemasan. Pengiriman terakhir utusan Jepang ke Dinasti Tang berlangsung pada
tahun 838 sejalan dengan kemunduran Dinasti Tang. Walaupun demikian, Cina
dalam terus berlanjut sebagai negara tujuan ekspedisi dagang dan rombongan
peziarah agama Buddha.[15]

Kekuasaan politik istana kekaisaran berada di tangan segelintir keluarga


bangsawan yang disebut kuge, khususnya klan Fujiwara yang berkuasa dengan gelar
Sesshō and Kampaku.

Pada akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai. Empat klan
samurai yang paling kuat adalah klan Minamoto, klan Taira, klan Fujiwara, dan klan

23
Tachibana. Memasuki akhir abad ke-12, konflik antarklan berubah menjadi berbagai
perang saudara seperti Pemberontakan Hōgen dan Pemberontakan Heiji. Setelah
berakhirnya Perang Genpei, Jepang berada di bawah pemerintahan militer oleh klan-
klan samurai di bawah pimpinan seorang shogun.

 Zaman feodal

Dalam sejarah Jepang, zaman feodal dibagi menjadi dua bagian. Paruh
pertama disebut abad pertengahan (chūsei) dari zaman Kamakura hingga zaman
Muromachi, sementara paruh kedua disebut abad modern (kinsei) dari zaman Azuchi-
Momoyama hingga zaman Edo.

Zaman feodal di Jepang berlangsung dari abad ke-12 hingga abad ke-19,
ditandai oleh pemerintahan daerah oleh keluarga-keluarga daimyo di bawah kendali
pemerintahan militer keshogunan. Kaisar hanya berperan sebagai kepala negara de
jure sementara kekuasaan berada di tangan shogun.

1. Zaman Kamakura

Keshogunan Kamakura berkuasa di Jepang dari tahun 1185 hingga 1333 yang
disebut zaman Kamakura yang merupakan zaman transisi menuju abad pertengahan

24
Jepang. Abad pertengahan berlangsung selama hampir 700 tahun ketika pemerintah
pusat, istana, dan Kaisar Jepang umumnya hanya menjalankan fungsi-fungsi
seremonial. Urusan sipil, militer, dan kehakiman dikendalikan oleh kelas samurai.
Secara de facto, penguasa negeri kekuasaan politik berada di tangan shogun yang
berasal dari klan samurai yang terkuat.

Pada 1185, Minamoto no Yoritomo mengh merupakan musuh bebuyutan klan


Minamoto. Setelah pada tahun 1192 diangkat oleh Kaisar sebagai Seii Tai-Shogun,
Yoritomo mendirikan pemerintahan militer di Kamakura dan berkuasa sebagai
shogun pertama Keshogunan Kamakura. Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō
menjadi klan yang berpengaruh dan bertugas sebagai wali shogun. ancurkan klan
Taira yang

Samurai menyerang kapal-kapal Mongol pada tahun 1281.

Peristiwa terbesar dalam periode Kamakura adalah invasi Mongol ke Jepang


antara 1272 dan 1281. Pasukan Mongol dengan teknologi angkatan laut dan
persenjataan yang unggul mencoba menyerbu ke kepulauan Jepang. Angin topan
yang kemudian dikenal sebagai kamikaze (angin dewa) membuat kekuatan invasi
Mongol tercerai-berai. Meskipun demikian, beberapa sejarawan bersikeras bahwa
pertahanan pantai yang dibangun Jepang di Kyushu cukup memadai untuk mengusir
para penyerbu. Walaupun invasi Mongol berhasil digagalkan, usaha mengatasi
serbuan bangsa Mongol menyebabkan berakhirnya kekuasaan keshogunan akibat
kekacauan politik dalam negeri.

Zaman Kamakura berakhir setelah runtuhnya kekuasaan Keshogunan


Kamakura pada tahun 1333. Kekuasaan dikembalikan ke tangan kekaisaran di bawah

25
pemerintahan Kaisar Go-Daigo dalam masa Restorasi Kemmu yang hanya
berlangsung singkat. Pemerintahan Go-Daigo kembali ditumbangkan oleh Ashikaga
Takauji.

2. Zaman Muromachi

Dalam periodisasi sejarah Jepang, zaman Muromachi berlangsung dari sekitar


tahun 1136 hingga 1673 ketika kekuasaan pemerintah berada di tangan Keshogunan
Ashikaga yang juga disebut Keshogunan Muromachi. Pendiri Keshogunan Ashikaga
adalah Ashikaga Takauji yang merebut kekuasaan politik dari Kaisar Go-Daigo dan
sekaligus mengakhiri Restorasi Kemmu. Zaman Muromachi berakhir pada tahun
1573 ketika shogun ke-15 sekaligus shogun Muromachi terakhir, Ashikaga Yoshiaki
diusir dari ibu kota Kyoto oleh Oda Nobunaga.

Bangunan yang paling terkenal pada zaman ini adalah Kinkaku-ji dan
Ginkaku-ji .Kinkaku-ji atau paviliun emas didirikan oleh Ashikaga Yoshimitsu.
Bangunannya mengambil gaya arsitektur bangsawan dan gaya kuil Zen di Cina yang
seluruhnya dilapisi emas. Sedangkan Ginkaku-ji atau paviliun perak didirikan oleh
Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil gaya arsitektur kuil Zen yang disebut
Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya bangunan yang di dalamnya terdapat
Tokonoma, Chigaidana (rak), Tatami (lantai tikar), Fusuma (pintu geser dari kertas),
dan Akarishōji (jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar rumah gaya Jepang sekarang.

26
Tahun-tahun awal zaman Muromachi juga disebut zaman Nanboku-cho atau
zaman Istana Utara-Istana Selatan ketika kekuasaan istana terbelah dua menjadi
Istana Utara dan Istana Selatan. Sejak tahun 1467 hingga berakhirnya zaman
Muromachi disebut sebagai zaman Sengoku atau "zaman negara-negara bagian yang
berperang". Pada zaman Sengoku terjadi perang saudara dan perebutan kekuasaan
antarprovinsi. Pada masa ini pula terjadi kontak pertama Jepang dengan orang-orang
Barat yang disebut Perdagangan dengan Nanban ketika pedagang-pedagang Portugis
tiba di Jepang

27
Orang Portugis di Jepang pada abad ke-17, di antaranya terdapat misionaris Francis
Xavier.

Sebuah kapal Portugis yang berlayar ke Tiongkok terkena badai dan merapat
di sebuah pulau Jepang bernama Tanegashima. Senjata api yang diperkenalkan oleh
orang Portugis membawa kemajuan teknologi militer dalam periode Sengoku, dan
berpuncak pada Pertempuran Nagashino yang melibatkan pasukan samurai yang
dipersenjatai dengan 3.000 pucuk arquebus (jumlah sebenarnya diperkirakan sekitar
2.000 pucuk). Selama perdagangan dengan Nanban, para pedagang dari negara-
negara lainnya, Belanda, Inggris, dan Spanyol juga ikut berdatangan. Kedatangan
para pedagang juga membawa penyebar agama Kristen, Serikat Yesuit, Ordo
Dominikan, dan misionaris Fransiskan.

3. Zaman Azuchi-Momoyama

Dari tahun 1568 hingga 1600 di Jepang disebut zaman Azuchi-Momoyama.


Jepang bersatu secara militer dan negara menjadi stabil di bawah kekuasaan Oda
Nobunaga yang dilanjutkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Istilah zaman Azuchi-
Momoyama berasal dari nama istana (kastil) yang menjadi markas kedua pemimpin
besar, Nobunaga di Istana Azuchi dan Hideyoshi di Istana Momoyama.

Setelah berhasil menyatukan Jepang, Hideyoshi berusaha memperluas


wilayah dengan melakukan invasi ke Korea. Dua kali usaha penaklukan Korea
berakhir dengan ditarik mundurnya pasukan Hideyoshi dari Semenanjung Korea pada
tahun 1598 akibat dikalahkan pasukan gabungan Korea dan Cina, serta wafatnya
Hideyoshi.

Konflik suksesi pasca-Hideyoshi berakhir dengan munculnya Tokugawa


Ieyasu sebagai pemimpin baru Jepang. Kekuasaan pemerintahan beralih ke tangan

28
Ieyasu setelah mengalahkan pasukan pendukung Toyotomi Hideyori dalam
Pertempuran Sekigahara.

4. Zaman Edo (1603-1868)

Fondasi batu di menara utama Istana Edo.

Pada zaman Edo adalah pemerintahan otonomi daerah berada di tangan lebih
dari dua ratus pejabat daimyo. Sebagai klan terkuat, pemimpin klan Tokugawa dari
generasi ke generasi menjabat sebagai shogun (sei-i taishōgun). Keshogunan
Tokugawa yang bermarkas di Edo (sekarang Tokyo) memimpin para daimyo di
masing-masing daerah otonom yang disebut domain (han).

Kelas samurai ditempatkan oleh keshogunan di atas kelas rakyat biasa, petani,
perajin, dan pedagang. Keshogunan mengeluarkan undang-undang yang mengatur
segala aspek kehidupan, dimulai dari potongan rambut dan busana untuk masing-
masing kelas dalam masyarakat. Shogun mewajibkan para daimyo secara bergantian
untuk bertugas di Edo. Mereka disediakan rumah kediaman mewah di Edo agar tidak
memberontak. Kekuatan militer daimyo daerah ditekan, dan diharuskan meminta izin
dari pusat sebelum dapat memperbaiki fasilitas militer. Keshogunan Tokugawa
runtuh setelah Perang Boshin 1868-1869.

29
Zaman Edo adalah zaman keemasan seni lukis ukiyo-e dan seni teater kabuki
dan bunraku. Sejumlah komposisi terkenal untuk koto dan shakuhachi berasal dari
zaman Edo.

C. JENIS DAN ARTEFAK PENINGGALAN JEPANG

1. Dogu

Dogu adalah patung humanoid kecil dibuat di Jepang prasejarah. Tampilan


yang tidak biasa dari Dogu telah diklaim menyerupai semacam baju ruang angkasa,

30
seharusnya lengkap dengan kacamata, baju besi dan selang. Menambah misteri,
tujuan yang tepat mereka masih belum jelas bagi sejarawan. 

Pendukung Teori Astronaut Kuno cenderung mengabaikan fakta bahwa "mata


melotot " hanya satu dari banyak jenis Dogu, dan bahwa arkeolog telah menunjukkan
kesamaan mata sosok dengan kacamata salju Inuit. Mereka jarang ditemukan utuh,
dengan kaki yang telah dipotong atau putus. Kelainan pinggul, pantat, dan payudara
digambarkan kemungkinan penggunaan ritual kesuburan.

2. Bangkai Kapal Perang Kubilai Khan

Penemuan artefak dari masa Romawi Kuno di kawasan Italia atau di Eropa,
pasti tidak aneh. Bagaimana kalau artefak itu ditemukan di sebuah makam kuno di
Jepang? Hal itulah yang akan menjadi perhatian para arkeolog. Pasalnya, jarak antara
Italia dan Jepang mencapai  9.656 kilometer.
Tiga buah perhiasan manik-manik dari kaca ditemukan di sebuah makam
kuno ‘Utsukushi’ yang berasal dari Abad ke-5 di Nagaoka, dekat Kota Kyoto,
Jepang. Diperkirakan, perhiasan bergaris tengah 5 milimeter (mm) itu dibuat pada
masa Abad ke-1 sampai Abad ke-4. Pada bagian tengahnya terdapat sebuah lubang
yang dibuat dengan suatu tehnik multi lapisan, sebuah metode yang mutahir yang

31
digunakan pengrajin dalam melapisi lapisan kaca, sering kali diantaranya ada lapisan
daun emas.
Bagaimana dapat diketahui perhiasan dari kaca itu berasal dari masa Romawi
Kuno? Begini. Perhiasan berwarna kuning itu dibuat dari natron, yaitu bahan
campuran dari sodium karbonat dekahidrat. Bahan kimia itu digunakan untuk
melumerkan kaca oleh para pengrajin di kerajaan Romawi Kuno, yang kemudian
berganti menjadi Republik Romawi pada tahun 27 Sebelum Masehi. Pada akhirnya
Republik Romawi itu berakhir setelah peristiwa ‘Kejatuhan Konstantinopel’ pada
tahun 1453.“Ada satu produk kaca dengan tehnik multi lapisan tua ditemukan di
Jepang, dan aksesoris itu langka yang kami perkirakan dibuat dari masa Kerajaan
Romawi Kuno dan dikirimkan ke Jepang,” kata Tomomi Tamura dari Nara National
Research Institute for Cultural Properties (NNRICP). Saat ini institut tersebut dan
pemerintah Jepang tengah berada di akhir pengujian artefak berupa perhiasan manik-
manik yang ditemukan itu. (ENO/AFP).

3. Lukisan

Museum yang beralamat di 100 North Central Avenue itu diresmikan tahun
1992. Di dalamnya banyak tersimpan peninggalan sejarah Jepang – Amerika yang
telah berusia lebih dari 130 tahun. Koleksinya meliputi artefak, pakaian, foto,
maupaun kisah sejarah.

Lukisan karya Henry Sugimoto tersimpan di ruang Henry Sugimoto


Collection. Lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh seniman keturunan Jepang-Amerika
itu antara tahun 1930-an sampai 1950-an. Pengunjung bisa mengamati 137 karya
yang diantaranya berjudul Oakland City Skyline from Merritt Park (1928), Village of
Villiers (1930), The Mouth of the Kumano River in Autumn (1930), Self Portrait
(1931), dan sebagainya.

32
Suasana kamp konsentrasi pengungsi pada masa Perang Dunia II terekam
dalam foto karya Mori Shimada. Mori Shimada adalah salah satu penghuni
pengungsian Jepang di Heart Mountain. Di ruang Mori Shimada Collection Anda bisa
melihat karya fotografi yang jumlahnya mencapai 108 buah. Karya tersebut diambil
tahun 1942 sampai 1945. Karya fotografi tentang suasana pengungsian PD II juga
diambil oleh Jack Iwata. Fotografer tersebut mengabadikan kisah di tempat pengungsi
yang dipusatkan di Tule Lake dan Manzanar. Terdapat sekitar 166 foto beserta
negative-nya di ruang Jack Iwata Collection.

4. Patung Hachiko

33
Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di
Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana. Untuk memuji
dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung
Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini,
sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.

5. Patung Tomasubureku

34
Glover Garden (Nagasaki)

Thomas Blake Glover Lahir di Skotlandia. Proyek di Shanghai setelah enam


tahun Ansei (1859). Hisashi Aya tahun pertama (1861) didirikan grabber sebuah
Nagasaki perusahaan. Kapal menjual senjata kepada berbagai klan Motoharu tahun
Keio, dan salah satu pedagang terbaik di Nagasaki, terlibat dalam banyak aspek
penting sejarah Tokugawa politik. Pada tahun1870 grabber adalah menjadi
perusahaan bangkrut, dan setelah operasi penambangan batubara Tazusawatta
Takashima, ia menjabat sebagai penasihat untuk Mitsubishi. Menikah dengan seorang
wanita Jepang, dan daerah teluk anak dan nama terakhir setelah naturalisasi.

6. Patung Mamiya Rinzou

35
Souya Misaki (Hokkaido)
Mamiya Rinzou (Gajah apel dan Mami, Yasunaga 1997 (1780) Tempo 15, 02,
26 (13 April 1844)) adalah rahasia akhir periode Edo, explorer. Kondou Shigezou ,
Hirayama dengan "Sanzo disebut" Masa Aya. Zong Lun nama (dengan payudara).
Dan petani yang bekerja sebagai petugas shogun rahasia.

7. Patung Penari Izu

36
 
(Shizuoka)
Penari Izu adalah karya pertama Kawabata Yasunari yang membikin para
pengamat sastra berdecak kagum. Cerita pendek yang ditulis pada tahun 1925 ini
mengisahkan tentang seorang pelajar SMA yang menghabiskan liburannya dengan
melakukan perjalanan ke berbagai sumber air panas di semenanjung Izu. Kawabata
Yasunari adalah nafas baru bagi dunia sastra Jepang. Dia membawa rasa yang
berbeda dari karya-karya sastra yang sudah ada. Kemampuannya dalam menuangkan
kata mempunyai kadar sensibilitas estetik yang begitu lembut. Hingga banyak sekali
sastrawan dunia selanjutnya yang bercermin padanya seperti Gabriel Garcia Marquez.
8. Patung Clark

37
 
Hokkaido (Hokkaido)
William Smith Clark (1826 Juli 31 – 1886 9 Maret) adalah wakil kepala
sekolah Sapporo Agricultural College (sekarang Universitas Hokkaido ) kata-katanya
yg terkenal yaitu ‘Boys Be (Ambisius’ Boys, Idake aspirasi) “Anak laki-laki, akan
ambisius” Jadilah ambisius bukan untuk uang atau untuk membesarkan egois, tidak
untuk hal yang cepat berlalu dr ingatan pria panggilan ketenaran!. Jadilah ambisius
untuk pengetahuan, untuk kebenaran. Jadilah ambisius untuk pencapaian semua
bahwa seorang pria seharusnya.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

38
Jepang adalah Negara yang memiliki keanekaragaman seni rupa mulai dari
lukisan, patung – patung, peninggalan bersejarah yang sampai saat ini masih di jaga
kelestariannya. Jadi kita dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Jepang
dan berbagai macam peninggalan peninggalan seni rupa di Negara Jepang, Selain itu
kita dapat memperluas pengetahuan seni rupa di daerah jepang.

Saran

Untuk mempertahankan karya seni rupa di Jepang, Negara Jepang harus


melestarikan dan menjaga peninggalan peninggalan bersejarah. Karena peninggalan-
peninggalan bersejarah tersebut dapat di jadikan symbol Negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://nambenk-nambenk.blogspot.com/2013/12/20-patung-paling-bersejarah-di-
jepang.html

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/259204-bangkai-kapal-perang-kubilai-khan-
ditemukan

http://budi3x.blogspot.com/2012/06/puing-puing-kapal-kubilai-khan.html

39
http://gedeyenuyani.blogspot.com/2012/06/dari-italia-ke-jepang.html

http://panduanwisata.id/files/2013/06/2-1-300x241.jpg

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jepang

https://www.flickr.com/photos/salihara/sets/72157625257704574/

40

Anda mungkin juga menyukai