Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS INDONESIA

SENI DALAM PERTUNJUKAN WAYANG ORANG

Makalah Ilmiah Diajukan Sebagai Pengganti UTS


Mata Kuliah MPKS Wayang Semester Genap 2019-2020
Dosen: Dr. Darmoko, S.S., M.Hum dan Dwi Rahmawanto, S.Hum., M.Hum.

PRADNYA CORINELIA
1906318445
MPKS WAYANG A

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MARET 2020
2
PENDAHULUAN

Wayang adalah salah satu bagian dari seni tradisional khas Indonesia.
Pertunjukan wayang hingga saat ini masih sering dinikmati oleh banyak bagian dari
masyarakat Indonesia sebagai sarana hiburan dan apresiasi seni. Kesenian wayang telah
diturunkan dari generasi ke generasi dan telah berkembang sejak awal munculnya di
kalangan masyarakat. Unsur-unsur seni khas wayang yang tidak dimiliki pertunjukan
lainnya, yaitu seni musik, tari, dan dramanya. Di Indonesia, wayang dikenal sebagai
salah satu media penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang
dikenal dengan istilah Walisongo. Pada masa awal perkembangan wayang di Indonesia,
sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan penganut agama Hindu, sehingga
cerita-cerita yang ditampilkan pada pertunjukan wayang seringkali merupakan cerita
yang berkaitan dengan agama Hindu juga.

Wayang memiliki jenis yang bermacam-macam, jenis-jenis wayang ini


mencakup wayang kulit, wayang kayu, dan wayang orang. Wayang kulit dan wayang
kayu ditampilkan dengan boneka yang terbuat dari bahan yang sesuai dengan namanya,
yaitu dari kulit untuk wayang kulit dan kayu dari wayang kayu. Boneka dari kedua jenis
wayang ini kemudian digerakkan oleh seorang dalang yang akan mengendalikan
jalannya pertunjukan wayang. Sedangkan pada pertunjukan wayang orang, pemeran
pada ceritanya, diperankan oleh manusia. Hal ini membuat wayang orang memiliki
keunikan tersendiri daripada kedua jenis wayang lainnya. Selain itu, kita tidak dapat
melepaskan kaitan antara wayang orang dengan seni tari dan gerak yang ada di
dalamnya. Penampilan orang yang menari dengan keluwesannya yang dinamis
membuat pertunjukan wayang orang lebih menarik dan ramai. Karena disamping cerita
yang dibawakan oleh pertunjukan wayang orang, seni tari yang ada di dalamnya juga
memiliki cerita dan makna tersendiri yang dibawakan tanpa narasi cerita. Hal ini
membuat seni yang ada pada pertunjukan wayang orang menarik untuk dipelari dan
diketahui lebih lanjut mengenai isinya.

3
PEMBAHASAN

Wayang merupakan seni pertunjukan tradisional Indonesia yang telah lama


dikenal oleh masyarakatnya. Wayang, secara etimologi, memiliki arti sebagai bayang,
bayang-bayang, remang-remang, atau menerawang. Arti kata ini mengacu pada teknik
bayangan dan efek cahaya yang remang pada penampilan wayang. Akar kata wayang
yaitu hyang berarti dewa, roh, atau sukma. Secara aspektual, kata wayang ditujukan
pada pemeran pertunjukan wayang yang berupa boneka wayang, sastra wayang,
pertunjukan wayang, dan/atau penari wayang itu sendiri.
Cerita-cerita wayang biasanya diambil dari kisah-kisah yang berkaitan dengan
agama Hindu. Kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata seringkali ditampilkan pada
pertunjukan wayang Indonesia, kisah ini berasal dari India, namun terdapat unsur-unsur
di dalam ceritanya yang diubah oleh orang Jawa di zaman dahulu. Karena dahulu,
wayang merupakan salah satu media penyebaran agama Islam yang digunakan oleh
tokoh Walisongo. Agar agama Islam dapat tersampaikan ke dalam masyarakat, unsur
ceritanya pun diubah dan disesuaikan dengan cerita-cerita yang lebih dikenal oleh
masyarakat pada zaman itu.
Wayang orang, atau dalam bahasa Jawa disebut juga dengan wayang wong,
adalah salah satu jenis atau genre wayang yang berbentuk drama tari tradisional.
Perbedaan jenis dan genre berarti perbedaan karakteristik penampilan, sebagaimana
wayang kulit dan wayang kayu ditampilkan dengan menggunakan boneka dan
digerakan oleh seorang Dalang yang merupakan pemimpin pertunjukan yang mengatur
jalannya pertunjukan wayang. Dalang menampilkan pertunjukan dengan mengendalikan
boneka dan menyuarakan narasi dan dialog kisah yang diceritakan. Sedangkan wayang
orang atau wayang wong ditampilkan tanpa boneka, pemeran tokoh kisah yang
diceritakan diperankan oleh manusia disertai dengan koreografi tarian yang
peragaannya lebih sulit dari wayang kulit atau wayang kayu, dialog kisah yang
diceritakan juga disampaikan oleh orang yang memerankan karaktor tokoh cerita, dan
penampilan dari wayang orang atau wayang wong ini dibiasanya hanya berlangsung
selama dua sampai tiga jam saja, tidak seperti wayang kulit atau wayang kayu yang
penampilannya dapat berlangsung semalaman suntuk.

4
Wayang orang berasal dari Jawa, khususnya Jawa Tengah. Cerita yang
seringkali dibawakan pada penampilan wayang orang adalah kisah Ramayana,
Mahabharata, Smaradahana, dan Arjuna Sasrabahu. Dengan naskah yang disesuaikan
dengan cerita-cerita masyarakat setempat, kisah-kisah ini lebih mudah diterima dan
nilai-nilai yang ada di dalamnya lebih cepat tersampaikan. Wayang orang hingga saat
ini masih sering ditampilkan dengan penampilan baik dengan maupun tanpa topeng di
wilayah yang tersebar diantara Jawa Tengah, Bali, Cirebon, dan Sunda.
Wayang orang sebagai pertunjukan seni panggung sudah ada sejak awal masa
pemisahan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Hingga
kini, wayang merupakan identitas Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten
Mangkunegaran. Awalnya, wayang orang hanya ditampilkan pada orang-orang dari
anggota kerajaan atau untuk menjamu tamu-tamu penting kerajaan. Namun seiring
dengan perkembangan zaman, wayang orang kini dapat ditampilkan keseluruh lapisan
masyarakat.
Kemunculan dari wayang orang, dimulai oleh KGPAA Mangkunegoro I pada
abad ke-18 di Solo pada tahun 1760. Seni drama yang ada di Eropa menginspirasi
munculnya pertunjukan ini. Usaha untuk memasyarakatkan wayang orang menjadi
semakin pesat setelah diselenggarakannya pertunjukan wayang orang bagi masyarakat
umum di Balekambang, Taman Sri Wedari, dan di pasar malam di alun-alun yang
diselenggarakan oleh Sunan Paku Buwana X (1893-1939). Para pemain pada
pertunjukan tersebut, mulai diperankan oleh orang-orang di luar keraton yang berbakat
menari, dan bukan lagi para abdi dalem. Pada tahun 1922, wayang orang mulai
diselenggarakan secara komersial yang pada mulanya bertujuan untuk mengumpulkan
dana bagi kongres kebudayaan. Kemudian, Sultan Hamengku Buwana VII (1877-1921)
yang merupakan Sultan Keraton Yogyakarta menggelar pementasan wayang orang
untuk ditonton oleh kerabat keraton sebanyak dua kali. Hal ini memperluas persebaran
wilayah pertunjukan wayang orang di Jawa Tengah.
Dengan semakin diterimanya pertunjukan wayang orang di dalam masyarakat,
pertunjukan wayang orang pun semakin berkembang. Perkumpulan Wayang Orang
mulai bermunculan. Diantaranya yang sudah cukup tua dan terkenal, yaitu Wayang
Orang Sriwedari di Surakarta dan Wayang Orang Ngesti Pandawa di Semarang.
Wayang Orang Sriwedari merupakan kelompok budaya komersial pertama dalam

5
bidang seni Wayang Orang. Perkumpulan wayang orang ini didirikan pada tahun 1911
dan secara tetap mengadakan pentas di Kebon Raja yakni taman hiburan umum milik
Keraton Kasunanan Surakarta.
Pertunjukkan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah
wayang orang Barata (di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat) seni pentas yang berasal
dari Jawa. Dalam sebuah Wayang Orang, sandiwara diselingi dengan lagu-lagu Jawa,
yang diiringi dengan lantunan musik gamelan dengan tema cerita yang bermacam-
macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa yang menggambarkan
mengenai alam semesta dan banyak pula diambil cerita dari Ramayana dan
Mahabharata.
Di dalam wayang orang, pertunjukkannya tak terlepas dari unsur-unsur yang ada
di dalamnya. Unsur-unsur tersebut memiliki peran dan tugas nya masing-masing dalam
menciptakan suatu pertunjukan yang dapat dinikmati dengan sebaik-baiknya. Unsur-
unsur yang ada dalam pertunjukkan wayang orang yakni gedung, pemain, dalang,
gamelan dan pangrawit, sutradara, gerak tari, busana, tata rias, lampu dan suara.
Gedung adalah tempat dimana wayang orang dipergelarkan.  Di dalam gedung
terdapat alat dan sarana pendukung pertunjukan, seperti panggung dan pelengkapan lain
seperti layar sebagai latar belakang untuk pergantian suasana.  Layar di sini berupa kain
yang berukuran cukup besar yang ada lukisan yang menggambarkan suasana adegan
yang berlangsung.  Lukisan ini biasanya berupa gambaran di dalam kraton/istana, jalan,
hutan, sungai dan pemandangan lainnya.
Pemain atau penari adalah orang yang
memerankan tokoh pada kisah yang diceritakan pada
pertunjukan wayang. Penari biasanya ditugaskan oleh
pemimpin rombongan, biasanya oleh dalang, yang
dalam pemilihan pemeran akan mempertimbangkan
kemampuan pemain dalam tarian dan berbicara.
Pemain berpengalaman biasanya memiliki karakter
yang dianggap sangat sesuai dengan kemampuan
mereka (kostim). Setiap peran tidak memiliki tuntutan
yang sama dan kategori pemain jatuh ke dalam tiga
kelompok. Pemain utama (wayang utama) memainkan

6
peran inti dalam cerita yang disajikan. Penari yang memainkan peran heroik cenderung
menjadi idola para penontonnya. Pemeran antagonis juga sama pentingnya dalam
memerankan suatu cerita dengan karakter sebagai penjahat. Karakter sekunder (wayang
pamanggul) mendukung pahlawan atau penjahat. Karakter pendukung (wayang
pangeuyeub) mengambil peran kecil seperti raksasa yang berpangkat rendah.
Dalang adalah orang memimpin dan mengatur jalannya pertunjukan wayang.
Pada wayang orang, dalang biasanya tidak bertanggung jawab atas dialog tokoh
pemeran kisah wayang, namun ia berperan dalam memberikan lagu yang sesuai dengan
suasana kisah yang dipertunjukan dan narasi kisah tersebut. Selain itu, dalang juga
memberikan sinyal dengan gamelan menggunakan palu kayu (cempala) dan pelat logam
(kecrek) yang digunakan untuk memberikan aksen pada gerakan para penari dan
menciptakan efek suara yang menghidupkan energi pertunjukan. Namun, tidak seperti
wayang golek yang sejak l960 memperbolehkan seorang wanita untuk menjadi dalang,
dalang pada pertunjukan wayang orang selalu berjenis kelamin laki-laki.
Setiap penampilan wayang orang, selalu diperlukan iringan musik gamelan. 
Fungsi dari gamelan beserta pengrawitnya adalah untuk mengiringi dan mendukung
suasana yang diinginkan.  Kemudian, ritme dari musik gamelan berfungsi untuk
mendukung suasana pertunjukan serta sebagai sinyal kepada dalang atau pemeran
wayang dalam aksinya memerankan tokoh atau menceritakan kisah yang diceritakan
dalam penampilan wayang. Dalam memainkan gamelan, sekiranya akan ada sepuluh
pemusik yang memainkan instrumen alat musik gamelan yang terdiri dari Lute (rebab),
drum (kendang dan Kulanter), metalophones (Saron I, Saron II, panerus bersuara lebih
dalam), gongchimes horisontal (Bonang, rincik), sebuah Gambang (Gambang) dan set
Gong gantung besar (Goong, kempul). Seorang penyanyi perempuan yang disebut
pasinden atau juru kawih juga dapat ditambahkan. Di antara para musisi, drummer
memiliki peran yang unggul karena ia mengatur irama dan memberikan aksen perkusi
untuk gerakan para penarinya.
Sutradara dalam pertunjukan wayang adalah individu atau seseorang yang
mengarahkan dan mengkoordinasi segala unsur pertunjukan dengan paham, serta
mempunyai kecakapan, sehingga mencapai suatu pertunjukan yang berhasil. Kemudian,
tata rias dalam wayang orang, membuat wajah dan kepala wayang sesuai dengan peran
tokoh wayang yang diperankan. Busana adalah kostum yang berfungsi untuk

7
menghidupkan perwatakan pemain atau tokoh wayang  yang dibawakan. Artinya,
sebelum dia berdialog, kostum yang dikenakan sudah harus dapat menunjukkan siapa
tokoh yang akan ia perankan dalam penampilannya.
Dalam pertunjukan wayang orang,
setiap penari laki-laki memakai celana di
bawah lutut yang sebagian ditutupi oleh kain
batik yang ujungnya memanjang di atas lipatan
hampir ke tanah. Kemudian dipakaikan juga
ikat kepala dan kain tari yang ujungnya
menggantung hampir ke lantai dari kedua sisi
pinggang. Belati atau keris-nya diletakkan di
ikat pinggang. Tanpa alas kaki alias telanjang-
kaki. Dipakaikan juga hiasan kepala, gelang,
dan berbagai ornamen lainnya. Sedangkan para
penari wanita memakai korset ketat tanpa tali
dan dibungkus dari pinggang ke pergelangan
kaki dengan kain batik yang ujungnya
membentuk kereta panjang. Segaris kain yang panjang mengikat dari pinggul ke sedikit
di atas pinggang. Syal tari diselipkan ke dalam sabuk, ujungnya menggantung turun dari
tengah pinggang. Dipakaikan juga hiasan kepala dan ornamen mirip dengan yang
dipakai oleh pasangannya. Variasi utama dalam kostum, yang terletak pada pola dan
warna kain dan bentuk hiasan kepalanya, menentukan tipe karakter. Misalnya, karakter
wanita yang halus dan rendah hati memiliki korset biru atau hitam sedangkan yang
bangga dan angkuh memiliki korset merah.
Gerak tari adalah tata laku gerak dalam tari.  Pada hakekatnya tari dalam
pertujukan wayang orang merupakan bagian keseluruhan pertunjukan wayang
orang. Tari yang digunakan di panggung wayang orang adalah tari tradisional
klasik. Tari wayang orang dibagi menjadi beberapa karakter, yaitu tari putri luruh, tari
putri lanyap, tari putra luruh, tari putra lanyap, tari putra gagah dan gecul.  Ragam gerak
tari yang disajikan adalah gerak baku, artinya telah ada patokannya, misalnya; gajah-
gajahan, golek iwak, bapang, ukel wutuh, besut, sabetan, lumaksana, kebyok kebyak
sampur.

8
Dalam pernyataan umum mengenai tarian Indonesia, Holt (1967, 97)
menggambarkan bagaimana tubuh penari harus tetap dekat dengan tanah, dengan lutut
sering dipegang dalam posisi membungkuk. Langkah diukur digunakan untuk
menguasai ruang, dan tidak ada gerakan berputar cepat. Batang tubuh diperlakukan
sebagai suatu unit utuh tanpa cacat dan fitur akrobatik. Tangan dan kaki sama
pentingnya, dan posisi jari sangat diartikulasikan. Gerakan tidak selalu bertepatan
dengan aksen musik; tempo yang lambat atau
sedang. Terdapat kecenderungan untuk bergerak di
satu tempat atau dalam ruang terbatas, dan formasi
gerakan biasanya dilakukan dalam barisan. Semua
pengamatan ini berlaku baik untuk wayang wong
di kerajaan maupun wayang wong kontemporer.
Aturan ketat mengatur setiap gerakan kaki, kaki,
lengan, pergelangan, tangan, jari, dan leher. Setiap
karakter mengikuti mode tari yang mendikte
pandangan, sikap, postur, isyarat, kualitas gerakan,
dan pidato. Gerakan Tari Jawa tidak memiliki
makna yang menceritakan kisah tertentu, tetapi
dalam konteks wayang orang, setiap gesturnya
memiliki berbagai makna.
Suryobrongto mencatat bahwa Sultan pertama "menciptakan tarian dalam
suasana perang. Oleh karena itu, disiplin pada tarian sangat kaku, seperti disiplin pada
militer. Prinsip dan aturan tarian juga sangat ketat... [Tarian ini] sangat menuntut dan
sulit." (1970, 10). Pengaruh dari teater wayang kulit sangat kuat, dan ada penekanan
pada posisi pemain dalam kaitannya dengan perannya. Isyarat, ekspresi vokal, kostum,
makeup, dan penampilan fisik dibuat sesuai dengan boneka. Sampai batas tertentu
"wayang wong merupakan personifikasi dari pertunjukan wayang jawa” (Soedarsono
1969, 498), tetapi banyak unsur yang secara ketat berasal dari estetika tarian. Ini
termasuk gerakan nonwayang yang menekankan leher, lengan bawah, pergelangan
tangan, pergelangan kaki, dan tumpuan kaki, keseimbangan dengan satu kaki di angkat,
mengangkat kaki, dan variasi gerakan tari lainnya.

9
Pada pertunjukan wayang orang, terdapat banyak adegan yang memerlukan
gerakan dan latar tertentu yang harus disesuaikan oleh unsur-unsur pendukung
pertunjukan wayang. Seperti biasanya, pada pembukaan adegan pertunjukan wayang,
yang mengawali pertunjukan adalah suasana kerajaan, tepatnya di dalam istana, sebagai
penanda latar tempat kisah yang diceritakan, kemudian perkenalan tokoh-tokoh
protagonis (yang biasanya tidak akan muncul diawal cerita), dan penjelasan mengenai
konflik dari kisah yang diceritakan. Kemudian para pemain masuk, menjalankan
perannya dengan gayanya masing-masing, diiringi dengan musik gamelan, menuju
posisi mereka masing-masing di panggung. Mereka membentuk suatu posisi, yang
kemudian ditahan selama dalang menyuarakan narasi pengenalan. Diikuti dengan
beberapa dialog antar pemain, sebelum mereka akhirnya berpisah dan bersiap
memainkan adegan selanjutnya.
Adegan pertempuran, tentu saja, lebih dinamis daripada adegan kerajaan yang
dijelaskan di atas, dan akan lebih sering terjadi semakin cerita mendekati klimaks.
Pertarungan biasanya berupa pertarungan tunggal antara karakter alus (halus) dan gagah
(kuat), dan dengan jelas mengilustrasikan dua jenis karakter dasar pria. Sebuah
peperangan yang khas antara Arjuna dan Iblis. Arjuna, pahlawan besar Mahabharata,
tidak hanya alus tetapi juga rendah hati dan dengan demikian mewujudkan sifat yang
paling berharga untuk dimiliki oleh orang Jawa. Sifat-sifat tersebut dimanifestasikan
dari gerakan-gerakan yang dibuat oleh pemainnya. Setiap gerakan dan gestur diatur oleh
gaya tarian tertentu. Seperti bagaimana kakinya menyebar sedikit terpisah dan
membungkuk di lutut. Kemudian hampir mengangkat kakinya dari tanah dan tidak
pernah mengangkat lengannya secara lurus ke samping. Kepalanya selalu sedikit miring
sehingga melirik ke bawah. Gerakannya lambat dan disengaja, lembut, dan sama sekali
tidak bertekanan.
Iblis mengadopsi sikap yang lebih luas. Dia mengangkat lengan dan kakinya
lebih tinggi daripada lawannya, mengayunkan lengannya, dan memutar kepalanya
dengan penuh cepat. Gerakannya yang agresif dan tampak tidak terkendali.
Serangannya ke Arjuna sangat mendadak dan kejam, namun dikesampingkan dengan
adanya gestur kecil. Ekonomi gerakan Arjuna melambangkan penguasaan diri yang
unggul yang memungkinkannya untuk menang.

10
Sebuah karakter alus bisa rendah hati (seperti Arjuna) atau bangga. Karakter
yang gagah biasanya bukan hanya menggambarkan pangeran yang angkuh tetapi juga
raksasa, setan, hewan, dan sebagainya. Tipe fisik pemain menentukan jenis peran yang
dapat dimainkan oleh seorang penari. Seorang anak laki-laki dengan perawakan yang
biasa dan keindahan yang tidak biasa, dengan fitur yang baik dan mata yang berbentuk
oval, akan dilatih untuk peran alus. Dulunya, peran alus seringkali dimainkan oleh
perempuan. Peran gagah memerlukan perawakan yang lebih besar dan fisik yang lebih
kuat, dengan wajah dan mata yang lebih bulat. Tentu saja make up digunakan untuk
menonjolkan sifat fisiognomis penari. Karakter perempuan utama adalah alus, tetapi
bahkan lebih halus daripada pemain pria mereka.
Untuk setiap jenis karakter ada gaya tari yang mengatur setiap gestur dan
gerakan. Bahkan suara berbicara harus konsisten dengan gaya tarian, karakter alus
berbicara lembut dan tanpa infleksi, karakter gagah bersuara keras, riuh dan hampir
dramatis. Gaya tarian menentukan, di samping gerakan yang lebih luas, rincian seperti
gerakan tangan dan jari. Hal ini penting, khususnya pada peran gagah, karena dalam
beberapa gestur yang dilakukan, diantaranya mewakili karakter tertentu yang
individualitas hanya dapat diungkapkan dengan detail tersebut.
Maka setiap gerakan yang ada pada pemain wayang orang harus dianggap
sebagai tarian. Namun, ada juga tarian yang memang sudah ditetapkan, contohnya yang
terkenal adalah kiprah, tarian yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang
mengekspresikan cinta obsesif dan kerinduan. Berlangsung satu jam atau lebih, kiprah
adalah tarian yang dapat dilakukan baik dalam gaya alus atau gagah. Dalam banyak
kasus, penari harus mengekspresikan tidak hanya temperamen karakternya tetapi juga
seluruh bagian dari emosinya, dengan gaya gerakan dan gestur dari gaya tarian tertentu.
Hal ini membuat penonton dari pertunjukan wayang orang harus jeli dalam mengamati
setiap gerakan pada penari apabila ingin mengetahui makna-makna yang terselubung di
dalam setiap gestur dan gerakan pada tarian tersebut.

11
KESIMPULAN

Wayang adalah seni teater tradisional khas Indonesia yang berasal dari Jawa.
Wayang orang, dalam bahasa Jawa dikenal dengan wayang wong. Wayang memiliki
arti kata “bayangan” dan wong memiliki arti kata “orang” sehingga wayang orang
adalah pertunjukan dalam bayangan yang diperankan oleh orang. Wayang orang
ditampilkan tanpa boneka, tokoh-tokoh yang ada dalam kisah yang diceritakan
dilakukan oleh manusia disertai dengan koreografi tarian dan iringan musik gamelan,
dialog kisah yang diceritakan juga disampaikan oleh orang yang memerankan tokoh
cerita dengan kelangsungan cerita selama dua sampai tiga jam, berbeda dengan wayang
kulit atau wayang kayu yang berlangsung semalaman suntuk.
Kisah-kisah yang seringkali diceritakan pada pertunjukan wayang orang, yaitu
Ramayana, Mahabharata, Smaradahana, dan Arjuan Sasrabahu. Kemunculan dari
wayang orang, dimulai oleh KGPAA Mangkunegoro I pada abad ke-18 di Solo pada
tahun 1760. Seiring perkembangannya, perkumpulan wayang orang pun bermunculan,
diantaranya ada perkumpulan Wayang Orang Sriwedari di Surakarta dan Wayang Orang
Ngesti Pandawa di Semarang.
Di dalam pertunjukan wayang orang, terdapat unsur-unsur yang mendukung
jalannya pertunjukan, yakni gedung sebagai tempat dimana wayang dipergelarkan.
Pemain atau penari adalah orang yang memerankan tokoh pada kisah pertunjukan
wayang. Dalang adalah orang yang memimpin dan mengatur jalannya pertunjukan
wayang. Musik gamelan adalah pengiring dan pendukung suasana, serta sebagai sinyal
kepada dalang dalam menarasikan cerita dan pemain dalam aksinya memerankan tokoh.
Sutradara adalah orang yang mengarahkan dan mengkoordinasi unsur pendukung
pertunjukan. Kemudian tata rias dan busana adalah kostum yang berfungsi
menghidupkan perwatakan pemain atau tokoh yang dibawakan sehingga sebelum
pemain berdialog, kostum yang dikenakan sudah harus menunjukan siapa tokoh yang
sedang diperankan.

12
Gerak tari pada pertunjukan orang sangatlah penting, karena setiap unsur
gerakan dan gestur yang dilakukan penari memiliki makna dan pengaruh nya masing-
masing. Gerakan dan gestur ini juga menggambarkan watak tokoh yang sedang menari,
sebagaimana watak tokoh yang alus dan yang gagah atau sebagaimana tokoh protagonis
dan antagonis dapat dibedakan dengan gestur dan gerakan yang dilakukan. Pergerakan
pada tarian juga dipengaruhi oleh latar kisah adegan yang sedang berlangsung,
sebagaimana tarian saat adegan di dalam kerajaan dan pada adegan pertempuran akan
jauh berbeda.
Maka setiap gerakan yang ada pada pemain wayang harus dianggap sebagai
tarian. Meskipun ada juga tarian yang memang sudah ditetapkan. Dengan begitu tarian
yang ada pada pertunjukan seni wayang membawa berbagai macam makna terselubung
yang membuat penonton harus jeli dalam menyaksikan penampilan wayang orang.
Dengan begitu, ketika menyaksikan pertunjukan wayang orang, para penonton yang
menyaksikan diharapkan, selain menikmati pertunjukan, juga dapat mempelajari makna
nilai-nilai yang diajarkan dalam setiap pertunjukan wayang orang.

REFERENSI

 Ludwig, R. O. (1976). Wayang wong, the Javanese classical theater. The World of
Music, 18(1), 15-22
 Kam, G. (1987). Wayang Wong in the Court of Yogyakarta: The Enduring
Significance of Javanese Dance Drama. Asian Theatre Journal, 4(1), 29-51
doi:10.2307/1124435
 Holt, Claire. 1967. Art in Indonesia: Continuities and Change. Ithaca: Cornell
University Press
 Suryobrongto, G.B.P.H.1970. The Classical Yogyanese Dance, translated by Moh.
Harun Wijono and Mudjanattistomo. Yogyakarta: Lembaga Nasional Tjabang II
 Soedarsono. 1969. "Classical Javanese Dance: History and Characterization."
Ethnomusicology 13, no. 3:498-506

13

Anda mungkin juga menyukai