1.
Dolmen
Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.
Karya seni lukis yang paling tua diketemukan pada zaman batu
menengah, yaitu berupa lukisan pada dinding gua seperti: lukisan binatang
buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan.
Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan
penggambaran binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah,
putih, hitam dan coklat yang dibuat dari bahan pewarna alam.Sedangkan
lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah binatang dan
setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di
dinding gua di Irian Jaya, lukisan ini dikerjakan dengan teknik semprotan
warna (aerograph). Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak
dibuat sebagai hiasan semata melainkan mengandung tujuan tertentu dan
dianggap memiliki kekuatan magis. Lukisan yang berupa pahatan serta
hiasan yang terdapat pada bagian-bagian bangunan adat dan pada bendabenda kerajinan mulai dibuat pada zaman Neolitikum dan megalitikum.
Lukisan pada zaman Neolitikum bersifat ornamentik yang statis dengan
motif-motif perlambangan dan geometris, sedangkan pada zaman
megalitikum bersifat ornamentik yang lebih dinamis.
3.) Karya Seni Patung
Nekara - Moko
Kapak Corong
Nekara
Seni rupa Buddha atau Seni Buddhis adalah seni rupa yang dipengaruhi
ajaran Agama Buddha. Karya seni ini meliputi beberapa media
seperti: arca, relief, dan lukisan yang menampilkan Buddha, bodhisatwa,
dan entitas lainnya; tokoh-tokoh Buddhis yang terkenal, baik tokoh sejarah
atau pun tokoh mitologis; adegan kisah kehidupan para tokoh Buddhis;
benda-benda yang dikaitkan dengan praktik ritual Buddha
seperti wajra, genta, dan stupa; mandala dan media pencitraan lainnya;
arsitektur candi dan wihara Buddha, juga termasuk seni rupa Buddha.[1]
Seni rupa Buddha berasal dari anak benua India berdasarkan sejarah kisah
kehidupan dan ajaran Siddhartha Gautama, pada abad ke-6 sampai ke-5
SM, berkembang dan berevolusi karena bersentuhan dengan budaya lain,
kemudian menyebar ke sebagian besar wilayah benua Asia dan dunia.[2]
Seni rupa Buddha tumbuh mengikuti penyebaran penganutnya sesuai
dengan perkembangan ajaran dharma. Dari India seni rupa Buddha
menyebar ke utara memasuki Asia Tengah, dan kemudian berkembang
ke Asia Timur membentuk cabang utara seni rupa Buddha. Seni rupa
Buddha juga berkembang ke arah timur, dari India menuju Asia
Tenggara dan kemudian membentuk cabang selatan seni rupa Buddha.[2] Di
luar India, seni rupa ini diterapkan, diadaptasi, dan berkembang sedemikian
rupa sesuai dengan gaya negara-negara yang mengembangkannya. Di
Tahap pra-ikon (abad ke-5 hingga abad ke-1 SM)[sunting | sunting sumber]
Para seniman pada periode ini enggan menggambarkan Sang Buddha dalam
wujud manusianya, dan mengembangkan simbol-simbol tanpa ikon untuk
menghindari menggambarkan wujud manusia Buddha. Bahkan dalam
adegan naratif yang menampilkan figur manusia tokoh lain tapi tidak
menampilkan sosok Buddha.[a] Kecenderungan ini terus berlangsung hingga
abad ke-2 SM di India Selatan, misalnya dalam aliran seni Amarawati awal.
[3]
Lukisan
dinding Padmapani dan Wajrapa
ni di kedua sisi Gua 1 di Gua
Ajanta
Seni ikonik ini memiliki ciri idelisme realis, menggabungkan sosok manusia
yang realistik, proporsional, sikap dan atribut, digambarkan dengan rasa
ketenangan dan keteduhan yang sempurna mencapai kualitas keilahian.
Ekspresi sosok Buddha sebagai manusia dan sosok ilahiah menjadi pakem
ikonografi bagi seni rupa Buddha kemudian.
Hal yang menarik untuk dicatat, ajaran Buddha banyak memanfaatkan seni
plastis seperti seni pahat, seni patung, lukisan, dan literatur, tetapi amat
jarang memanfaat seni musik dan tari.
Seni rupa Buddha terus berkembang di India hingga beberapa abad
kemudian. Pada abad ke-5 M, fresko atau seni lukis dinding Buddha
mencapai puncak pencapaian estetikanya dengan contoh karya terbaik;
fresko Boddhisatwa Padmapanidengan ekspresi yang teduh nan anggun
terlukis di dinding Gua Ajanta, yang dikembangkan oleh Raja Harishena
dari Wangsa Wakataka. Seni Buddha di India yang berasal dari periode ini
seolah menjadi purwarupa bagi karya seni Buddha di wilayah lain, menjadi
contoh dan diteladani. Patung batu pasir berwarna merah muda dari
Mathura yang berkembang pada masa Kekaisaran Gupta kurun abad ke-4
sampai ke-6 M telah mencapai tingkat kehalusan dan keindahan yang
sedemikian rupa dalam penyelesaian dan modelnya. Seni rupa aliran Gupta
menjadi sedemikian berpengaruhnya hingga menyebar ke wilayah Asia
lainnya. Pada abad ke-10, seni Buddha mulai memudar di India, sedangkan
Hindu dan Islam terus berkembang di India.[2]
Pada akhir abad ke-12 sisa-sisa kejayaan Buddha hanya bertahan di wilayah
pegunungan Himalaya di India utara. Kawasan ini karena lokasinya lebih
banyak bersentuhan dengan Tibet dan Cina, sebagai contoh seni dan tradisi
Ladakh menunjukkan ciri pengaruh Tibet dan Cina.
Jalur Utara bermula sejak abad pertama masehi, melalui jalur Asia
Tengah, Nepal, Tibet, Bhutan, Cina, Korea, Jepang danVietnam. Aliran
yang berkembang adalah aliran Buddha Mahayana.
Arca Bodhisatwa Cina dari kayu, dari periode Dinasti Song (960-1279)
Penyebaran ajaran Buddha melalui Jalur Sutra ke Asia Tengah, Cina, dan
akhirnya mencapai Korea dan Jepang, dimulai pada abad pertama masehi,
[2]
dengan catatan semi-legendaris bahwa Kaisar Ming dari Dinasti Han Cina
mengirim utusan ke barat untuk memperoleh kitab suci Buddha dan
membawa ajaran Buddha ke Tiongkok. Akan tetapi sepertinya penyebaran
Buddha ke Tiongkok ini merupakan konsekuensi logis dari
perkembangan Kekaisaran Kushan ke wilayah Cina diCekungan Tarim pada
abad ke-2, diikuti dengan upaya misi penyebaran ajaran Buddha dari Asia
Tengah ke negeri Cina. Beberapa penyebar ajaran Buddha ini
menerjemahkan kitab-kitab suci Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa, seperti
Biksu Lokaksema, yang mungkin berasal
dari Parthia, Kushan, Sogdiana atau Kuchea.
Misi penyebaran ajaran Buddha di sepanjang Jalur Sutra diiringi dengan
menyebarnya pengaruh seni rupa, seperti terlihat dalam perkembangan
seni rupa Serindia dari abad ke-2 hingga ke-11 masehi di Basin Tarim (kini
wilayah Xinjiang). Seni rupa Serindia seringkali berasal dari seni YunaniBuddha Gandhara (kini Pakistan), memadukan seni India dengan pengaruh
Yunani-Romawi. Pengaruh seni Yunani-Buddha ini dapat ditemukan hingga
ke Jepang, melalui motif arsitektur, citra Buddha, dan
perwujudan kami (dewata Jepang).
Rute utara penyebaran ajaran Buddha ini juga sangat dipengaruhi aliran
Buddha Mahayana,[2] cabang inklusif Buddhisme yang dicirikan dengan
masingnya juga memiliki keunikan tersendiri. Pura yang biasa banyak kita
temui yaitu dibangun di Bali. Tempat pembangunan pura ada yang didirikan
di tepi pantai, di daerah persawahan, di lereng gunung, dan di komplek
istana. Jika pura lebih banyak mengambil peran sebagai pusat spritualitas,
puri lebih berperan sebagai pusat dari pemerintahan, sekaligus juga
sebagai pusat keagamaan. Itulah beberapa bangunan yang menunjukkan
karya dari seni rupa Hindu Indonesia
Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir
hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang ini bisa
didefinisikanmeliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah,
dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai
mundurnya kekuasaanTurki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan
keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan
hingga sekarang.
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni
rupa yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang
dikenal pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam
perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan
unsur kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam
juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli
medium arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini,
perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque.
Peninggalan seni rupa Islam banyak
berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku, dan permadani.
Gambaran keseluruhan
Seni Islam bukanlah seni yang berfokus pada agama saja tetapi juga
merangkumi kebudayaan Islam yang kaya dan berbagai macam. Ia
seringnya menggunakan unsur sekularserta juga unsur yang tidak disukai
oleh ahli teologi Islam, walau jika tidak diharamkan.[1]
Seni Islam berkembang daripada banyak sumber, dengan gaya-gaya seni
Roma, seni Kristen awal, dan seni Romawi Timur diserap ke dalam seni dan
seni bina Islam yang awal, khususnya seni Sassanid Persia pra-Islam.
Gaya Asia Tengah juga diserap menerusi serangan mendadak oleh
berbagai pengembara. Seni Cina juga merupakan salah satu pengaruh yang
penting dalam lukisan, tembikar, dan tekstil Islam."[2]
Lukisan Islam mengandungi unsur-unsur berulang, misalnya penggunaan
reka bentuk geometri berbunga-bunga atau bersayur-sayuran dalam gaya
ulangan yang dikenali sebagai arabes. Arabes dalam lukisan Islam sering
dipergunakan untuk melambangkan sifat Allah yang unggul, tidak
terbahagi, dan tidak terbatas.[3] Kesilapan pengulangan dalam lukisan Islam
mungkin disengajakan sebagai penampilan rendah hati oleh pelukisnya
yang mempercayai bahawa hanya Allah dapat menghasilkan kesempurnaan.
Walau bagaimanapun, teori ini telah dipertikaikan.[4][5][6]
Kebanyakan penganut Islam Sunni dan penganut Islam Syiah mempercayai
bahawa penggambaran makhluk umumya adalah haram. Bagaimanapun,
lukisan yang berkenaanmanusia boleh didapati pada seluruh zaman seni
Islam. Perlambangan manusia bagi tujuan penyembahan
berhala diharamkan oleh hukum Islam yang dikenali sebagai Syariat.
Meskipun begitu, terdapat banyak penggambaran Muhammad, Nabi utama
Islam, dalam seni Islam sejarah.[7][8]
daerah ini musnah, sehingga bukti karya lebih banyak didapat di daerahdaerah sekitarnya.
Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya perdagangan dengan
bangsa Syria, Tiongkok, India, dan bahkan Nusantara. Selain itu dimulai
banyak penerjemahan tulisan-tulisan kuno Yunani, sehingga seni ilustrasi
berkembang.
Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu
Delif, dan bekas istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip
bangunan kuno mesopotamia, yaitu menara yang semakin mengecil di
bagian ujungnya dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari kaligrafi
berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang melengkung.
Pindahnya kekuasaan dari keluarga Abbasyiah ke Fatimiyah dan
dipindahkannya ibukota ke Mesir membuat pengaruh seni Afrika Utara
menjadi kuat.
Seni rupa Turki
Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada abad
ke-11 M. Di bawah kekuasaan ini Romawi Timur, Iran, Mesopotamia,
dan Asia Kecil bersatu di bawah kerajaan bercorak Islam.
Pada masa ini seni rupa yang berkembang adalah dekorasi dan tekstil.
Antara lain ditemukan teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan kaligrafi
dengan abjad nashi dan juga banyak pengaruh keramik-keramik Tiongkok
dari dinasti Sung.
Seni rupa Kordoba
Dimulai pada tahun 750, Seni rupa Kordoba meliputi daerah Spanyol dan
Moor. Contoh peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia merupakan
gabungan kesenian Yunani klasik dan kesenian lokal yang tidak
terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah
pelengkung tapal kuda.
Ciri khas seni rupa dari Moor adalah pemakaian motif yang diinspirasi oleh
pengulangan ilmu ukur.
unsur budaya antara budaya Islam dan budaya asli Indonesia melahirkan
akulturasi kebudayaan. Perwujudan akukturasi kebudayaan itu dalam
bentuk seni bangunan dan arsitektur, seperti mesjid, keraton, nisan
makam, seni tulis indah atau kaligrafi, dan seni sastra.
a. Mesjid
Dalam seni bangunan wujud akulturasi budaya Islam dan budaya tradisional
Indoneesia
yang paling menonjol ada pada bangunan mesjid. Bagi pemeluk Agama
Islam, mesjid merupakan tempat suci bagi umat Islam untuk
melakukan peribadatan. Mesjid yang ada di Indonesia memiliki ciriciriarsitektur yang berbeda dengan mesjid-mesjid di negara lain.
Mesjid-mesjid kuno yang ada di Indonesia mempunyai ciri khas perpaduan
budaya Islam dan tradisional.Ciri khasnya adalah pada atapnya
yangbertingkat lebih dari satu (atap tumpang), biasanya sampai tiga
tingkat. Atap tumpang ini menurut ahli sejarah merupakan perpaduan
unsur
budaya
tradisional,
budaya Hindu
dan
budaya
Islam.
Bangunannya berbentuk bujur sangkar, ada serambi di bagian samping dan
belakang. Memiliki fondasi yang kokoh, terdapat mihrab atau tempat
khotbah imam/tempat berdakwah dalam masjid. Terdapat kolam air
untuk menyucikan tubuh (wudhu) sebelum melakukan ibadah.
b. Keraton
Bangunan pusat kerajaan atau kesultanan, tempat raja menetap. Pada masa
Islam di Indonesia, keraton berperan penting baik sebagai pusat kekuasaan
politik, juga berfungsi sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Keraton atau
istana yang dibangun pada masa Islam berorak khas perpaduan
unsurunsur arsitektur tradisional, budaya Hindu-Buddha dan budaya Islam.
Pada atapnya yang tumpang dan pintu masuk keraton yang berbentuk
gapura. Letak keraton biasanya dihubungkan dengankepercayaan
masyarakat, selalu menghadap ke arah utara, di sebelah barat ada mesjid,
dan sebelah timur ada pasar, sebelah selatan alun-alun. Tata ruang seperti
masuk
ke Nusantara
mengalami
proses
Ciri-ciri karya lukisan pada masa ini dengan Raden Saleh sebagai
pelopornya adalah :
Hutan terbakar
Pangeran Diponegoro
Wakidi
Basuki Abdullah
Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer
(Jerman) dan W.G. Hofker.
Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno,
Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya
memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya.
Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi,
selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan
sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutandari masa
cita Nasional
S. Sudjojono
5.Periode pasca-kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka bermunculanlah kelompok-kelompok seniman
lukis Indonesia, diantaranya:
Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM
dan mendirikan Pelukis Rakyat dipimpin oleh Affandi;
Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumoulan
pelukis Indonesia keturunan Tionghoa);
Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos
Harjasumantri.
Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar.
Bersifat eksperimental.
1.
1.
MOOI INDIE
Pada mulanya istilah Mooi Indie pernah dipakai untuk memberi judul
reproduksi sebelas lukisan pemandangan cat air Du Chattel yang
diterbitkan dalam bentuk portfolio di Amsterdam tahun 1930. Namun
demikian istilah itu menjadi popular di Hindia Belanda semenjak S.
Sudjojono memakainya untuk mengejek pelukis-pelukis pemandangan
dalam tulisannya pada tahun 1939. Dia mengatakan bahwa lukisan-lukisan
pemandangan yang serba bagus, serba enak, romantis bagai di surga,
tenang dan damai, tidak lain hanya mengandung satu arti: Mooi Indie
(Hindia Belanda yang Indah).
Berawal dari para pelukis yang karena kelahiran dan tempat tinggalnya di
Indonesia (Hindia Belanda) menjadi para pelukis Indo Belanda atau biasa
disebut Indische Schilderer, serta ditambah para pelukis asing yang datang
dari berbagai negara Eropa. Sehingga ada proses asimilasi dan alkulturasi
yang kental yang mempengaruhi corak mooi indie.
Lukisan-Iukisan Mooi Indie dapat dikenali dari penampilan fisiknya. Bentuk
atau subyek maternya adalah pemandangan alam yang dihiasi gunung,
sawah, pohon penuh bunga, pantai atau telaga. Selain itu kecantikan dan
eksotisme wanita-wanita pribumi, baik dalam pose keseharian, sebagai
penari, atau pun dalam keadaan setengah busana. Laki-Iaki pribumi juga
sering muncul sebagai obyek lukisan, biasanya sebagai orang desa, penari
atau bangsawan yang direkam dalam setting suasana Hindia Belanda.
Menurut M. Agoes Burhan, wama yang dipakai untuk mengungkapkan
obyek-obyek itu kebanyakan cerah dan mengejar cahaya yang menyala.
Karakter garisnya lembut sebagaimana lukisan Du Chattel, sampai lincah
dan spontan seperti Isaac Israel, tetapi tidak ada yang sampai liar
sebagaimana goresan orang-orang ekspresionis. Mereka menempatkan
obyek-obyek dalam komposisi yang formal, seimbang, sehingga
Orang asing yang datang dari luar negeri yang jatuh cinta pada
keindahan negeri ini dan menemukan obyekobyek yang cocok di tanah
Hindia. Misalnya F.J. du Chattel, Manus Bauer, Nieuwkamp, Isaac Israel,
PAJ Moojen, Carel Dake, Romualdo Locatelli (Itali), dll.
Orang-orang Cina yang mulai muncul pada dasawarsa ketiga abad 20,
khususnya Lee Man Fong, Oei Tiang Oen dan Biau Tik Kwie. Pada
umurnnya, dalam melakukan publikasi karya-karyanya mereka
mengadakan pameran selama di Jakarta bertempat di Bataviasche
Kuntkringgebouw, Theosofie Vereeniging, Kunstzaal Kolff & Co, Hotel
Des Indes, dll.
Yang saya simpulkan ada 5 penggerak aliran lukis dimasa ini, yakni: A. A. J
Payen (1792-1853), Raden Saleh (1807-1880), Abdullah Suryobroto (18781941), Wakidi (1888-1979), dan Mas Pirngadi (1875-1936)
1.
2.
Antoine A.J PAYEN ialah penggerak utama atau penghubung antara koonial
Belanda pada masa itu dengan Indonesia. Payen sebutannya ialah pribumi
yang dipercayai colonial Belanda saat itu untuk bekerja pada Badan
Penyelidik Pengetahuan dan Kesenian yang dikepalai oleh C.G.C.
Reinwardt. Saat itu payen bekerja bersama Bik bersaudara (Theodorus Bik
dan Adrianus Bik) dengan tugas resmi melukis alam, kota, pemandangan,
tumbuh-tumbuhan dan fauna untuk kepentingan Natural Sciences
Commission pada badan yang dipimpin Reinwardt tersebut.
Pertemuan pertamanya dengan muridnya Raden Saleh di tempat tersebut
mengembangkan minat gambar pribumi, secara khusus Raden Saleh.
Bersama Bik bersaudara dia mengajari Raden Saleh menggambar.
Setelah Inggris menyerahkan kembali Indonesia kepada Belanda ditahun
1816, pemerintahan jajahan yang baru dari Nederland tidak saja membawa
penguasa-penguasa kolonial, tetapi juga beberapa guru besar atau
professor yang diantaranya adalah Reinwardt yang dikuasakan untuk
melakukan penyelidikan-penyelidikan tentang Pengetahuan dan Kesenian,
selain itu juga para pelukis yang diantaranya adalah Payen sendiri yang
menjadi pelukis pada Badan Penyelidik Pengetahuan dan
Kesenian tersebut. Para pelukis ini ditugaskan melukis alam dan
pemandangan di Indonesia.
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun
mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup
membantu Raden Saleh mendalami seni lukisBarat dan belajar teknik
pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak
pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model
pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar
tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi.
Ketertarikannya pada keindahan alam Indonesia Muncul seketika saat
menjalani tugas tersebut, jadi beliau merasa bahwa tugas yang dia bebani
ini juga sebagai pengetahuan yang pada akhirnya akan menjadi identitas
estetika Indonesia (hindia-belanda pada masa itu) pada beberapa masa.
Beberapa sumber mempercayai bahwa Payen ialah pengaruh besar pada
perkembangan keseni rupaan Raden Saleh yang juga menurunkan paham
mooi indie pada kapasitas yang tidak lama.
Info yang saya dapatkan memang tidak merujuk bahwa Raden Saleh ialah
seniman mooi indie secara utuh. Namun tak dapat dipungkiri Beliau adalah
salah satu pengauh Mooi Indie/seni rupa modern Indonesia. Berawal dari
ketertarikannya menggambar yang dibimbing oleh Payen membuat citra
mooi indie harus dia terima walaupun studinya keluar negri mengubah
penggayaan dan estetika-nya.
Raden Saleh Sjarif Boestaman (Semarang, 1807 Buitenzorg (sekarang
Bogor), 23 April 1880) tercatat sebagai salah seorang pelukis paling
terkenal dari Indonesia. Kiprahnya di dunia Seni Rupa berawal Sejak usia
10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orangorangBelanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai
menonjol sewaktu bersekolah disekolah rakyat (Volks-School).
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan
orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang
kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus
Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau
sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya.
Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang
didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau
Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen
tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun
mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup
Mas Pirngadi lahir dalam keluarga ningrat pada tahun 1875. Beliau
merupakan salah seorang pelukis aliran naturalis Indonesia paling
berbakat. Awalnya, beliau belajar melukis dengan bahan caat air dari
seorang pelukis Belanda, Du Chattel. Kemudian, beliau mengajar pelukispelukis terkenal seperti Sudjono dan Suromo. Tokoh lain yang dianggap
sbagai pelukis terkenal Indonesia adalah Wahidi dan Abdullah
Suryosubroto. Mereka terkenal sebagai pelukis Indonesia pada zaman
penjajahan Belanda awal abad ke-20. Mas Pirngadi sangat ahli melukis
pemandangan alam dan orang. Disamping itu, beliau juga menghasilkan
waktu bertahun-tahun membuat gambar terinci untuk Royal Batavia Society
for Arts dan Sciences and the Archeological Service. Beliau meninggal pada
tahun 1936.
3.
4.
Sekali lagi saya amat sangat menghargai seniman-seniman besar yang juga
memondasi sejarah seni rupa Indonesia, bagaikan karya mereka dalam
lukisan-lukisan moleknya. Mungkin lebih dalam lagi dari molek itu sendiri
ada harapan dan pesan yang ingin dibicarakan para perupa besar tersebut
tentang kekayaan Indonesia yang paling molek dengan alam yang menarik
para perupa barat untuk singgah dibansa hindia-belanda ini. Karena seni
bukan hanya estetika atau pakem-pakem lainnya, lebih dari itu, seni dengan
apapun ekspresinya atau penggayaannya adalah diri kita sendiri yang
ingin bercerita pada dunia.
Perkembangan seni rupa murni mancanegara di luar Asia berawal dari seni rupa Timur purba hingga sejarah
seni rupa Eropa modern. Seni rupa Timur purba dapat dilihat melalui perkembangan seni rupa di Mesir. Kurun
waktu perkembangannya dapat diuraikan secara kronologis,
yaitu dimulai dari sejarah seni rupa Mesir, seni rupa Eropa Klasik, seni rupa Renaissance, seni rupa Barok dan
Rokoko, hingga seni rupa zaman modern.
1. Seni rupa Mesir
Mesir merupakan bangsa yang mempunyai peninggalan kebudayaan tertua di dunia (sejak 3400 SM).
Bentuk karya-karya seni rupa bangsa Mesir berupa seni bangunan, seni patung, relief, seni lukis, dan seni
kriya. Seni bangunan Mesir terdiri atas bangunan piramida, mastaba, dan candi. Piramida dan mastaba
merupakan bangunan yang berfungsi untuk menyimpan mumi, sedangkan candi berfungsi sebagai tempat
pemujaan. Seni patung
Mesir terbuat dari batu granit yang merupakan penggambaran dari Ramses, Chefren, Achnaton,
Amenhotep, dan Spinx. Relief dan seni lukis Mesir banyak ditemukan pada dindingdinding
kuburan dan peti mati. Peninggalan lainnya berupa benda-benda kriya, seperti tembikar, perhiasan, dan
mahkota.
2. Seni rupa Eropa Klasik
Perkembangan seni rupa di Eropa diawali dari seni rupa Yunani, Romawi, Helenis, hingga abad
pertengahan (Nasrani). Peninggalan-peninggalannya berupa seni bangunan, patung, relief, seni lukis, dan seni
kriya. (senirupa Tri Edi Margono)
a. Seni rupa Yunani
Karya seni rupa yang berkembang di Yunani, antara lain seni bangunan dan seni kriya. Seni bangunan
Yunani kebanyakan berbentuk istana serta bangunan megah lainnya. Seni lukis Yunani bercorak dekoratif
dengan objek alam. Seni patungnya terbuat dari batu pualam dan kayu.
b. Seni rupa Romawi
Karya seni rupa yang dihasilkan di Romawi, antara lain seni bangunan, seni relief, seni lukis, dan seni
kriya. Seni bangunan Romawi, di antaranya berupa tempat pertunjukan dan tugu. Peninggalan seni kriyanya
berupa bejana, vas bunga, dan kerajinan logam. Seni lukis Romawi adalah hasil gabungan seni lukis Mesir dan
Yunani yang dibuat dengan teknik mozaik. Seni patungnya merupakan peniruan gaya Yunani dan seni
reliefnya kebanyakan bertema sejarah.
c. Seni rupa Hellenis
Pada zaman Hellenisme (336-323 SM) terjadilah akulturasi kebudayaan antara Yunani, Mesir,
dan Persia. Perpaduan kebudayaan ini melahirkan kebudayaan Hellenis yang berpusat di
Kota Pergamon dan Rhodos. Corak patung potret gaya Hellenis pada dasarnya bersifat realis.
d. Seni rupa abad pertengahan (Nasrani)
Sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5, dominasi
kekuasaan gereja (Nasrani) telah membuat ilmu pengetahuan dan kesenian dimanfaatkan untuk kepentingan
religi. Pada masa ini, kreativitas para seniman tidak berkembang.
Zaman Renaissance merupakan peralihan antara abad partengahan ke abad modern, yang berlangsung
pada akhir abad ke-15 hingga ke-16. Pada zaman ini, seni rupa, sastra, dan musik berkembang pesat. Ilmu
pengetahuan dan seni pada saat itu mulai dikembangkan oleh tokohtokoh besar, di antaranya Leonardo da
Vinci, Michelangelo Buonarroti, dan Galileo Galilei.
4. Seni rupa Barok dan Rokoko
Setelah zaman Renaissance, muncullah gaya seni rupa Barok pada abad ke-16 dan Rokoko pada abad
ke-17. Ciri-ciri seni rupa zaman Barok, antara lain bersifat dimanis, heroik, serta kaya cahaya dan warna. Gaya
seni rupa Rokoko menghasilkan seni lukis, seni hias, dan seni pahat.
Rokoko (juga ditulis dalam bahasa-bahasa Eropa rococo atau roccoco; diucapkan [rkoko], [rokko])
juga berarti "Barok Akhir" ("Late Baroque") adalah gaya abad 18 yang berkembang ketika
seniman Barok meninggalkan gaya simetris dan mulai menambahkan bunga, tanaman dan permainan lainnya.
Ruang-ruang rokoko dirancang sebagai karya seni total dengan perabotan elegan bermotif bunga dan
tanaman, patung-patung kecil, cermin penuh ornamen, dan permadanimelengkapi arsitektur, relief, dan cat
dinding penuh warna. Gaya ini banyak digantikan oleh gaya Neoklasik. Tahun 1835 pada Dictionary of the
French Academy menuliskan kata Rococo "biasanya meliputi jenis ornamen, gaya dan desain yang
berhubungan dengan pemerintahan Louis XV dan awal dari Louis XVI". Termasuk di dalamnya, segala jenis
karya seni yang dibuat pada pertengahan abad 18 di Perancis.
Kata Rokoko berasal dari kombinasai kata Perancis rocaille, yang artinya batu, dan coquilles, yang artinya
kerang, karena keterikatan dengan benda-benda asal motif dekorasinya. [1] Istilah Rokoko juga bisa diartikan
sebagai kombinasi kata "barocco" (bentuk teratur dari mutiara, kemungkinan berasal dari kata "baroque") dan
kata Perancis "rocaille" (bentuk populer dari ornamen taman dan interior menggunakan kerang dan kerikil
hias), dan juga bisa dipakai untuk menjelaskan gaya yang halus dan indah yang menjadi mode di Eropa
selama abad ke-18.[2] Karena gaya Rokoko suka dan fokus pada seni dekoratif, beberapa kritikus
menggunakan istilah ini untuk merendahkan secara tidak langsung bahwa gaya itu sembrono atau sekadar
modis saja. Ketika istilah ini mulai digunakan di Inggris pada sekitar tahun 1836, ini menjadi ucapan sehari-hari
yang artinya "ketinggalan zaman". Faktanya, gaya ini menerima kritik keras, dan bagi sebagian orang sebagi
sesuatu yang dangkal dan berselera rendah, [3][4] dan sejak pertengahan abad 19, istilah ini diterima oleh para
ahli sejarah seni. Meskipun demikian masih ada debat masalah pengaruh sejarah dari seni ini secara umum,
Rokoko kini dikenal luas sebagai periode besar dalam perkembangan seni Eropa.
Perkembangan sejarah
Rokoko berkembang awal dari seni dekoratif rancangan interior. Suksesi Louis XIV membawa perubahan pada
lingkungan seniman dan gaya umum kesenian. Pada akhir masa pemerintahan panjang raja, rancangan
bernuansa Barok memberikan elemen-elemen yang lebih ringan degan banyak lengkung dan pola-pola alami.
Elemen-elemen ini terlihat jelas pada rancangan arsitektural Nicolas Pineau. Selama masa Rgence, gaya
kehidupan istana berpindah dari Istana Versailles dan perubahan artistik ini menjadi mapan, pertama di
lingkungan istana dan kemudian ke seluruh kehidupan tingkat tinggi Perancis. Kenikmatan dan suasana
menyenangkan rancangan Rokoko seiring dengan ekses pemerintahan Louis XV.[5]
Tahun 1730-an menampilkan perkembangan puncak dari Rokoko di Perancis. Gaya ini menyebar di antara
rancangan arsitektur dan perabotan sampai ke lukisan dan patung, diperlihatkan pada karya-karya Antoine
Watteau dan Franois Boucher. Rokoko masih memelihara citarasa Barok untuk bentuk-bentuk yang kompleks
dan motif yang rumit, namun dari titi ini, mulai menggabungkan variasi karakteristik, termasuk gaya rancagan
Oriental dan komposisi asimetris.
Gaya Rokoko menyebar bersama seniman-seniman Perancis dan publikasi karya-karyanya. Kemudian segera
diterima sebagian Katolik di Jerman, Bohemia, dan Austria, dimana ia menyatu dengan tradisi kehidupan
Barok Jerman. Rokoko Jerman dipergunakan dengan antusias untuk gereja-gereja dan istana-istana,
umumnya di daerah selatan, sementara Rokoko Frederisian berkembang di Kerajaan Prusia. Arsitek-arsitek
sering menambahkan ornamen interior mereka dengan awan-awan dari semen halus putih. DiItalia, gaya
Barok akhir dari Borromini dan Guarini memberikan sentuhan Rokoko di Turin, Venesia, Naples dan Sisilia,
sementara seni-seni di Toscana dan Roma tetap setia dengan gaya Barok.
Franois Boucher, Le Djeuner,(1739, Louvre), menunjukkan interior rocaille dari keluarga borjuis Perancis pada abad 18.
Patung-patung porselen dan vas memberi sentuhan tambahanchinoiserie.
Di Britania Raya, Rokoko selalu dianggap sebagai "citarasa Perancis" dan tidak pernah diadopsi sebagai gaya
arsitektural, meskipun pengaruhnya sangat kuat terasa pada produksi perak, porselen, dan sutra, dan Thomas
Chippendale mengubah rancangan perabotan Inggris melalui adaptasi dan penghalusan gaya Rokoko. William
Hogarth juga membantu mengembangkan dasar teoritis keindahan Rokoko. Meski tidak secara khusus
memberi penekanan pada perubahan gaya itu, ia berpendapat pada Analysis of Beauty (Analisis Keindahan)
(1753) bahwa garis-garis bergelombang dan lengkungan S yang terkandung di gaya Rokoko adalah dasar dari
rahmat dan keindahan alam (tidak seperti garis lurus atau lingkaran pada Klasisisme). Perkembangan Rokoko
di Britania Raya dianggap terkait dengan Kebangkitan Gotik dengan keterkaitan pada arsitektur Gotik di awal
abad ke-18.
Dimulainya masa akhir Rokoko datang pada awal tahun 1760-an ketika tokoh seperti Voltaire dan JacquesFranois Blondel mulai menyuarakan kritik terhadap pendangkalan dan degenerasi seni. Blondel mencela
dengan menyebut "kekonyolan dalam campur aduk antara kerang-kerangan, naga-naga, buluh-buluh, pohonpohon kelapa dan tanaman-tanaman" di interior kontemporer.[6]
Sejak 1785, Rokoko telah habis masanya di Perancis, digantikan oleh tatanan dan keseriusan senimanseniman Neoklasik sepertiJacques Louis David. Di Jerman, akhir abad ke-18 Rokoko ditertawakan
sebagai Zopf und Percke ("rambut kepang dan rambut palsu"), dan fase ini kadang disebut sebagai Zopfstil.
Rokoko tetap populer di beberapa provinsi dan di Italia, sampai fase kedua neoklasisisme, "Gaya kekaisaran",
tiba dengan pemerintahan Napoleon dan Rokoko tersingkirkan.
Terdapat pembaruan ketertarikan pada gaya Rokoko antara tahun 1820 dan 1870. Inggris termasuk yang
mengawali kebangkitan "gaya Louis XIV" sebagai sebutan salah pada awalnya, serta membayar harga-harga
yang melambung tinggi terhadap barang-barang bekas mewah Rokoko yang bisa diperoleh di Paris. Namun
seniman yang menonjol seperti Delacroix dan pelanggannya seperti Eugnie de Montijo juga membangkitkan
kembali nilai-nilai agung dan menyenangkan dari seni dan rancangan Rokoko.
Cermin Rokoko dan pekerjaan plesteran di Schloss Ludwigsburgmenampilkan karakter serta cara penggabungan material
dan bentuk yang anti-arsitektural
Tema-tema rancangan ringan dan rumit dari Rokoko muncul sangat baik dan dalam skala yang lebih intim
dibanding arsitektur Barok dan patung-patungnya yang terkesan memaksa. Tidak mengherankan jika karya
seni Rokoko Perancis kemudian mengisi rumah-rumah. Produk logam, patung-patung porselen dan khususnya
perabotan berkembang dan diminati dalam golongan orang kaya Perancis untuk menghiasi rumah-rumah
mereka dalam gaya yang baru.
Gaya Rokoko menyenangkan karena asimetris, sebuah citarasa baru untuk gaya Eropa. Praktek ini
menjadikan elemen-elemen dibuat tak seimbang untuk memberi efek yang disebut contraste.
Selama periode Rokoko, perabotan menjadi ringan baik secara fisik maupun visual. Ide mengenai perabotan
berubah menjadi simbol status dan mengambil peran kenyamanan dan fleksibilitas. Perabotan menjadi mudah
dipindahkan untuk pertemuan misalnya, dan bentuk-bentuk khusus bermunculan seperti kursi sofa (fauteuil),
kursi berbantal (voyeuse chair), dan kursi jenis bergre. Perubahan rancangan kursi-kursi ini bervariasi dari
model bantalan lengan terpisah, perpanjangan bantalan belakang (dikenal juga dengan istilahhammerhead)
dan model bantal lepasan. Perabotan juga berdiri sendiri, dimana sebelumnya menyatu ke dinding, untuk
mengesankan atmosfer ringan dan fleksibilitas dari tiap jenis perabot. Kayu mahogani banyak digunakan untuk
membuat konstruksi perabotan karena kekuatannya, mengakibatkan hilangnya bagian penguat seperti yang
terlihat pada banyak jenis kursi pada masa itu. Juga penggunaan cermin yang digantung di atas perabotan
dinding menjadi makin populer seiring dengan perkembangan kaca berlapis untuk cermin.
Pada rancangan penuh Rokoko, seperti Table d'appartement (sekitar 1730) oleh perancang Jerman J. A.
Meissonnier (lihat gambar), yang bekerja di Paris, segala pengaruh bentuk masif hilang: bahkan permukaan
marmer pun dibentuk. Celemek, kaki-kaki, penopang semuanya dirancang menyatu kedalam bentukan
lengkung-c dan "rocaille" (bentuk susunan bebatuan). Simpul (noeud) penopang diperlihatkan asimetris secara
menyolok ("contraste") dan itulah inovasi Rokoko.
Umumnya gaya ini dikagumi dan ditampilkan dalam skala "minor" dan sebagai seni dekoratif saja, para
pengkritik menyatakan bahwa kecenderungan dimulai dari menyamarkan bentuk tradisional yang diakui.
Struktur yang dihiasi gaya ini tidak sesuai untuk proyek skala besar dan dikeluarkan dari gaya arsitektural
sepenuhnya.
Gaya Rokoko pada kayu lapis dirancang oleh Joseph Anton Feuchtmayer 1750. Sekarang di gereja paroki St Martin,
Seefeld (kota Uhldingen-Mhlhofen)
Dinasti orang-orang Paris bnistes, beberapa di antaranya kelahiran Jerman, mengembangkan gaya
permukaan lengkung dalam tiga dimensi (bomb), yang sesuai dengan penggunaan di kayu lapis bervernis
(veneer atau marqueterie) atau disebut juga vernis martin suatu pemberian vernis hitam (japanning) yang
sesuai jika ditambahi warna emas-perunggu ("ormolu"). Di antaraseniman ini yang terkemuka adalah: Antoine
Gaudreau, Charles Cressent, Jean-Pierre Latz, Jean-Franois Oeben, Bernard II van Risamburgh.
Dekorasi Rokoko abstrak dan asimetris: plesteran langit-langit di Neues Schloss, Tettnang
Perancang Perancis seperti Franois de Cuvillis, Nicholas Pineau dan Bartolomeo Rastrelli mempopulerkan
gaya Paris keluar Perancis secara perseorangan seperti ke Munich dan Saint Petersburg, sementara
perancang Jerman Juste-Aurle Meissonier justru berkarya di Paris. Roh yang mempengaruhi pengembangan
Rokoko Parisian adalah sekelompok kecil dari pedagang permadani (marchands-merciers), pelopor penghias
ruang modern yang dipimpin oleh Simon-Philippe Poirier.
Gaya mebel Perancis tetap agak berbeda, yang mana ornamennya kebanyakan dari kayu, atau selain gaya
ukiran kayu, sedikit terkesan tidak kokoh dan lebih mengarah naturalistik serta sedikit lebih berani dalam
mencampur elemen alam dan bentuk buatan dari segala jenis (contohnya motif tanaman, representasi
stalaktitis, fantastis, topeng, penerapan berbagai profesi, lencana, pengecatan, batu adi). [7]
Gaya Rokoko Inggris lebih teratur. Rancangan mebel Thomas Chippendale mempertahankan lengkung dan
rasa, namun berhenti pada imajinasi Perancis yang tinggi. Contoh pembuat gaya Rokoko Inggris yang paling
berhasil mungkin Thomas Johnson seorang pemahat berbakat dan perancang mebel yang bekerja di London
pada pertengahan abad ke-18.
Kata 'Rokoko' berasal dari kata Perancis "rocaille", sebuah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan karya
bebatuan dan kerang dari gua-gua Versailles. Banyak pahatan mebel berasal dari abad ke-18, bingkai cermin
dari bebatuan, kerang dan komposisi air menetes, kebanyakan diasosiasikan dengan patung-patung China
dan pagoda.[8]
Pop Art
Pop art berasal dari kata Popular art. Pop art adalah aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya
visual yang berasal dari media massa yang populer seperti koran, tv, iklan dll. Pop Art merupakan sebuah
gerakan seni yang muncul di Inggris pada tahun 1950-an di awal-awal jaman post modern art, Jaman dimana
semua orang mulai bosan dengan gaya Modern. Pop Art merupakan seni yang mendobrak batas-batas artian
seni yang agung.
Pada saat itu seni hanyalah sebuah hal yang bisa dinikmati kalangan kelas atas, dengan adanya gerakan Pop
Art, seni dapat dinikmati oleh semua kalangan, mulai dari golongan bawah hingga golongan atas. Seniman
Pop Art yang paling terkenal adalah Andy Warhol, dengan karyanya yang menggambarkan wajah Marylin
Monroe yang disajikan dengan warna-warna komplemen yang tegas. Andy Warhol adalah seniman Amerika,
dialah yang dipercaya mulai mempopulerkan Pop Art di Amerika.
Ciri khas Pop Art adalah penggabungan foto serta permainan warna yang berani, kadang disertai penggunaan
simbol-simbol untuk menyampaikan pesan si pembuatnya. Desain Pop Art seringkali menggunakan teks
berukuran besar dengan stroke yang tebal,