Anda di halaman 1dari 18

Dampak Pendudukan Jepang Di Indonesia

1. Dampak terhadap Kehidupan Ekonomi

Pendudukan Jepang membawa dampak yang besar terhadap kehidupan ekonomi Indonesia.
Ketika Jepang menduduki Indonesia, objek-objek vitak alat-alat produksi telah hancur sehingga
pada awal pendudukan Jepang sebagian besar kehidupan ekonomi lumpuh. Pemerintah
pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk menjalankan roda
ekonomi. Pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan sisa-sisa persedian barang
diperketat. Untuk mencegah meningkatnya harga barang, dikeluarkan peraturan pengendalian
harga dan dijatuhkan hukuman berat bagi pelanggarnya.

Pemerintah Jepang mengembangkan pola Ekonomi Perang di mana setiap wilayah harus
melaksanakan autarki, artinya setiap daerah harus memenuhi kebutuhannya sendiri dan
memenuhi kebutuhan perang. Tuntutan kebutuhan pangan pada tahun 1942 semakin
meningkat. Pengerahan kebutuhan perang semakin meningkat. Dilancarkanlah kampanye
pengerahan dan penambahan bahan pangan secara besar-besaran. Rakyat dituntut untuk
menaikkan produksi tanaman jarak dan menjadi pekerja romusha.

2. Dampak terhadap Mobilitas Sosial

Di samping menguras sumber daya alam, Jepang juga melakukan eksploitasi tenaga manusia.
Puluhan hingga ratusan penduduk dikerahkan untuk kerja paksa guna membangun sarana dan
prasarana perang. Mereka dipaksa bekerja keras sepanjang hari tanpa diberi upah, makan pun
sangat terbatas, sehingga banyak yang kelaparan, sakit dan meninggal. Untuk mengerahkan
tenaga kerja, tiap-tiap desa dibentuk panitia pengerahan tenaga yang disebut Rumokyokai.
Jepang memobilisasi para pemuda untuk membentuk tentara cadangan, yang diharapkan
membantu Jepang melawan Sekutu.

Pengerahan tenaga di desa-desa, menimbulkan perubahan sosial yang luas. Para romusha yang
berhasil melarikan diri kembali ke desanya masing-masing membawa pengalaman baru dan
membuka isolasi desa. Pada Januari 1944, Jepang memperkenalkan sistem tonarigumi (rukun
tetangga). Tonarigumi merupakan kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 10-20
rumah tangga. Sistem tonarigumi ini bertujuan mengawasi aktivitas penduduk yang dicurigai.
Untuk situasi perang, tonarigumi difungsikan untuk latihan pencegahan bahaya udara,
kebakaran, pemberantasan kabar bohong dan mata-mata musuh.

3. Dampak dalam Bidang Birokrasi

Setelah Jepang berhasil menguasai wilayah Indonesia maka Jepang segera membagi wilayah
Indonesia, dalam tiga pemerintahan militer pendudukan sebagai berikut.

(a) Wilayah I, meliputi Jawa dan Madura, yang diperintah oleh angkatan darat yang berpusat
di Jakarta (Tentara Keenam Belas).

(b) Wilayah II, meliputi Sumatera seluruhnya, diperintah oleh angkatan darat yang berpusat di
Bukittinggi (Tentara Kedua Puluh Lima).
(c) Wilayah III, meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku yang
Diperintah oleh angkatan laut yang berpusat di Makasar (Armada Selatan Kedua).

Masing–masing ketiga wilayah itu dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar
gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan kantornya disebut gunseikanbu. Usaha membentuk
pemerintahan militer pendudukan sementara ternyata banyak mengalami kesulitan karena
Jepang kekurangan staf pegawai–pegawainya. Dengan demikian, Jepang terpaksa mengangkat
pegawai dari bangsa Indonesia. Pada saat pemerintahan sementara tersebut, orang–orang
Indonesia banyak menduduki jabatan–jabatan tinggi. Namun demikian, pada Agustus 1942
masa pemerintahan militer sementara berakhir. Jepang telah mengirimkan tenaga
pemerintahan sipil ke Indonesia. Sejak itu, jabatan–jabatan penting yang diduduki oleh orang
Indonesia mulai diganti.

Pada pertengahan 1943 kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka jepang
kembali memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia, untuk turut mengambil bagian dalam
pemerintahan. Untuk itu, pada 5 September 1943 Jepang membentuk Badan Pertimbangan
Keresidenan (Syu Sang Kai) dan Badan Pertimbangan Kotapraja Istimewa (Syi Sang In). Banyak
orang Indonesia yang menduduki jabatan–jabatan tinggi dalam pemerintahan, antara lain: Prof.
Husein Djajadiningrat sebagai kepala Departemen Urusan Agama, Sutarjo Kartohadikusumo
sebagai kepala pemerintahan (syucokan) di Jakarta, dan R.M.T.A Suria sebagai kepala
pemerintahan (syucokan) di Bojonegoro. Di samping itu ada 7 orang Indonesia yang menduduki
jabatan sebagai penasehat pada pemerintahan militer, di antaranya: Ir. Soekarno (Departemen
Urusan Umum), Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid (Departemen Urusan Dalam Negeri), Prof.
Dr. Mr. Supomo (Departemen Kehakiman), Mochtar bin Prabu Mangkunegara (Departemen
Lalu Lintas), Mr. Muh. Yamin (Departemen Propaganda), dan Prawoto Sumodiloyo
(Departemen Ekonomi).

Dengan demikian pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak yang sangat besar,
dalam birokrasi pemerintahan. Selama zaman Hindia Belanda, jabatan–jabatan penting dalam
pemerintahan tidak pernah diberikan kepada Indonesia.

Dampak dalam Bidang Militer

Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah. Ekspansi tentara Jepang berhasil dihentikan
Sekutu dan Jepang beralih sikap bertahan. Karena sudah kehabisan tenaga manusia, Jepang
menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan dari penduduk masing–masing daerah yang
diduduki. Pemerintahan militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda–pemudi
Indonesia guna membantu perang melawan Sekutu.

Jepang lalu membentuk kesatuaan–kesatuaan pertahanan sebagai tempat penggemblengan


pemuda–pemuda Indonesia di bidang kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam berbagai
kesatuan pertahanan menjadi pemuda–pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran.
Dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia di kemudaian hari, pelatihan militer ini akan sangat berguna.
Dampak Bidang Kebudayaan

Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa Indonesia
mulai dipergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama, sedangkan bahasa
Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya penggunaan bahasa
Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif yang pada akhirnya semakin
merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan di
Jakarta, yang bernama “Keimin Bunka Shidoso”.

Dampak dalam Bidang Pendidikan

Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan Jepang adalah
masa paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada
beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, salah
satunya adalah dalam bidang pendidikan.

The Amsterdam Gate, Batavia (Jakarta), Indonesia (Photo credit: Wikipedia)

Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan


diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Pada masa
Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal untuk rakyat
pribumi hanya kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak memiliki
kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam
masyarakat:

1. Kulit putih (Eropa)


2. Timur Aing (Cina, India dll)
3. Pribumi

Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan manapun
berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan jenjang pendidikan
formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem ini masih
diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk warisan Jepang.

Maksud diberikannya Pendidikan kepada Rakyat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang

Jepang memberikan pendidikan pada rakyat Indonesia dengan maksud atau tujuan untuk
mendukung kepentingan perangnya. Jepang memiliki keinginan untuk memanfaatkan segala
sumber daya yang ada di Indonesia pada saat pendudukannya, yaitu dari sumber daya
ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya. Jepang
menganggap pendidikan penting untuk rakyat Indonesia guna mendukung maksud dan
tujuannya tesebut.

Jepang beranggapan kaum intelektual dapat membantu programnya dan kaum intelektual
muda yang dianggap lebih dinamis, idealis dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Selain
itu Jepang beranggapan kaum intelektual muda belum mendapat pengaruh dari bangsa barat.
Karena itu Jepang memberikan perhatian khusus pada kaum muda Indonesia. Hal itu
diwujudkan dengan memberikan pendidikan pada kaum muda, baik pendidikan umum
maupun khusus, seperti kursus-kursus yang diberikan oleh Jepang.
Kaum muda diharapkan dapat mempokan doktrin Asia Timur Raya, sehingga golongan muda
diberikan pendidikan oleh Jepang pada masa pendudukannya di Indonesia. Dengan berbagai
cara Jepang mengambil hati rakyat Indonesia melalui pendidikan. Selain menggunakan bahasa
Jepang dalam pengantar pelajaran Jepang tidak mengabaikan bahasa Indonesia dengan
mengadakan komisi penyempurnaan bahasa Indonesia. Selain itu Jepang memeberikan wadah
olahraga untuk semua kalangan rakyat Indonesia.

Usaha yang Dilakukan Jepang untuk Pendidikan di Indonesia dan Perkembangannya dari Pendidikan
Sebelumnya

Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan pendidikan


yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda dengan pendidikan ala
barat. Akan tetapi kemudian Jepang merombaknya yaitu dengan memasukkan doktrin Asia
raya agar sesuai dengan tujuan serta maksud Jepang.

Pendidikan dari jaman pendudukan Belanda dirombak secara total, karena pada jaman
pendudukan Belanda di Indonesia yang diberi pendidikan hanya kaum tertentu saja. Yaitu
golongan elite saja, karena dengan itu golongan elite dapat mempengaruhi orang banyak serta
memeritahkan rakyatnya agar mengikuti Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang, secara langsung Jepang menghimbau kepada seluruh rakyat
indonesia agar dapat mebantu Jepang memenangkan perang. Oleh karena itu pendidikan
diberikan kepada seluruh rakyat indonesia.

Jepang juga memiliki kebijaksanaan dalam bidang pendidikan di Indonesia pada masa
pendudukannya di Indonesia. Ada tiga prinsip pokok dari kebijaksanaan tersebut, yaitu :

1. Pendidikan ditata kembali atas dasar keseragaman dan kesamaan untuk seluruh
kelompok etnis dan sosial.
2. Secara sistematis pengaruh Belanda dihapuskan dari sekolah-sekolah, sedangkan unsur-
unsur kebudayaan Indonesia dijadikan landasan utama.
3. Semua lembaga pendidikan dijadikan alat untuk memasukkan doktrin gagasan

Kemakmuran Bersama Asia Tenggara di bawah pimpinan Jepang. Jepang membekukan semua
kegiatan sekolah yang didirikan Belanda, deangan tujuan untuk menghilangkan pengaruh
Belanda. Usaha yang dilakukan Jepang dalam menghilangkan pengaruh Belanda yaitu dengan
mengadakan pemeriksaan terhadap buku-buku yang berbahasa Belanda, hal ini dirasakan
langsung oleh rakyat Indonesia. Selain untuk menghilangkan pengaruh Belanda, usaha ini
dimaksudkan untuk meninggikan derajat bangsa Asia dibawah pimpinan dan kekuasaan
jepang.

Karena Jepang menganggap pentingnya sekolah memiliki arti penting dalam menunjang
program indoktrinasi maka sekolah-sekolah kembali dibuka, akan tetapi tentunya dengan
model yang berbeda dari sekolah yang ada saat pendudukan Belanda di Indonesia. Jepang
memasukkan bahasa Jepang sebagai bahsa pengatar dalam pengajaran. Agar rakyat indonesia
dapat dengan cepat menguasai bahasa Jepang, diadakan lomba penggunaan bahasa Jepang.

Lomba penggunaan bahasa Jepang yaitu dengan lomba membuat karangan, becakap-cakap,
membaca dan menyanyi dalam bahasa Jepang. Selain itu Jepang juga membentuk sekolah dan
kursus kilat pelajaran bahasa Jepang yakni Nippongo Gakko atau dalam bahasa Indonesia
diartiakan Sekolah Bahasa Nippon. Selain itu pihak swasta menyelenggarakan kursus bahasa
Jepang dengan masa pendidikan selama empat bulan yang dikelola olehy Toa Bumka Kai yaitu
Asosiasi Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan.

Usaha Lain yang dilakukan Jepang dalam pendidikan di Indonesia ini adalah memperhatikan
penyempurnakan bahasa Indonesia yang tidak berkembang pada masa pemerintahan Belanda.
Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Untuk penyempurnaan bahasa
Indonesia ini, Jepang membentuk Indonesia Goseibi Iinkai yaitu komisi untuk penyempurnakan
bahasa Indonesia. Komisi ini bertempat di gedung perpustakaan Islam di Tanah Abang Bukut,
Jakarta. Komisi ini memiliki pimpinan harian yaitu Ichiki, Mr Rd. Soewandi dan St. Takdir
Alisyahbana.

Untuk mendekati para pemuda selain pendidikan formal dilakukan pula melalui bidang
olahraga. Pada tanggal 21 Agustus 1943 Jepang mempersatukan perkumpulan olahraga
tersebut dalam wadah yaitu perkumpulan olahraga Jawa. Badan beranggotakan dari berbagai
kalangan rakyat Indonesia, dari pegawai kantor sampai murid-murid sekolah.

Dari perubahan-perubahan yang dilakukan Jepang terhadap pendidikan Indonesia, hal ini telah
mengalami perkembangan. Dari yang mulanya pada masa pendudukan Belanda hanya
golongan elite saja yang diberi pendidikan, kini pendidikan diberikan kepada seluruh rakyat
Indonesia. Penggunaan bahasa Jepang sebagai bahasa pengangantar dalam pendidikan dan
penyempurnaan bahasa Indonesia merupakan perkembangan dari pendidikan masa
pendudukan Jepang dari pendidikan sebelumnya yaitu masa pendudukan Belanda.

Model Pendidikan Masa Pendudukan Jepang


Seperti pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran mempengaruhi atau
doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model pengajaran dengan doktrinasi Asia
Raya di bawah pimpinan Jepang. Model pengajaran dengan bahasa pengantar yaitu bahasa
Jepang yang di terapkan pada pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Mata
pelajaran yang diberikan juga mengacu pada kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan
formal diadakan juga kursus-kursus, pendirian badan olah raga ada pula pendidikan
keprajuritan.

Penerapan pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang mengharuskan


penguasaan dalam bahasa Jepang, karena bahasa pengantar dalam pengajaran adalah bahasa
Jepang. Hal ini secara tidak langsung memperkenalkan budaya Jepang pada rakyat Indonesia.
Akan tetapi memang inilah yang diharapkan Jepang pada pendidikan yang diberikan pada
rakyat Indonesia.

Dalam pendidikan ini memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh


kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang, lagu-lagu Jepang dan
olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan dapat menghilangkan pengaruh
pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.

Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan militer.
Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki
kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan
Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru
wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.

Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan dan keku

rangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun
terbatas. Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan
kualitas secara drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.

Contoh-Contoh Sekolahan yang Ada pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Sekolah rakyat yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya H.I.S
Djagamonjet, H.I.S Oastenweg, H.I.S Baloelweg-Djatinegara. Sekolah menengah pertama
seperti Sekolah Menengah Pertama I di prapatan 10, Sekolah Menengah Pewrtama II di Gambir
Wetan 2, Sekolah Menengah Pertama III di Jalan Reynstaa (Manggarai). Selain itu ada pula
Sekolah Menengah Tinggi di Menteng 10. Ada pula sekolah Tabib Jakarta dan sekolah Tinggi
Hukum Jakarta dan bagi kaum wanita didirikan Sekolah Kepandaian Poetri Wakaba.

Mungkin hampir 90% sekolah menengah yang didirikan Belanda dihapuskan oleh Jepang.
Karena Jepang ingin menghapuskan rakyat Indonesia dari pengaruh Barat. Jepang ingin
mengenalkan Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.
Dampak dalam Penggunaan Bahasa

Pendudukan Jepang, di samping berefek negatif, juga memiliki dampak positif dalam budaya
bahasa. Segera setelah Jepang mengusir Belanda, segala hal berbau Belanda dan Barat dilarang
di semua toko-toko, rumah makan, perusahaan, perkumpulan, dan papan-papan nama umum.
Bahasa pengganti yang diperkenankan hanyalah Bahasa Indonesia dan Jepang. Kini mulailah
bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat.Terjadi revolusi sosial di mana budaya
Belanda dijungkalkan oleh budaya Jepang dan Indonesia. Atas desakan tokoh-tokoh Indonesia,
tahun 1943 Jepang mengizinkan berdirinya Komisi Penyempurnaan Bahasa Indonesia yang
pada akhirnya berhasil mengkodifikasi 7.000 istilah bahasa Indonesia modern (saat itu).

Di samping bahasa Jepang, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat selama masa
pendudukan Jepang. Usaha memperkaya perbendaharaan bahasa dilakukan oleh para ahli
bahasa dengan membentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. Nama kota
yang menggunakan bahasa asing diganti dengan nama yang ada dalam bahasa Indonesia,
misalnya Batavia diganti dengan nama Jakarta.

Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi telah diangkat
menjadi bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada lembaga-lembaga
pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa Indonesia juga dijadikan
sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya sastra bangsa Indonesia.
Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn Pane dengan karyanya yang
terkenal berjudul Kami Perempuan (1943), Djiiiak-djinak Merpati, Hantu Perempuan (1944),
Saran Tidak Berharga (1945) dan sebagainya. Pengarang-pengarang lainnya seperti Abu
llanifah yang memakai nama samaran El Hakim dengan karya dramanya berjudul Taufan di
atas Asia, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Pada masa pendudukan Jepang, banyak karya seniman
Indonesia yang hanya diterbitkan melalui surat kabar atau majalah dan setelah perang selesai
baru diterbitkan sebagai buku.
Sementara itu juga terdapat penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang seperti Chairil
Anwar yang kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya Chairil Anwar
menjadi lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi Indonesia, di antaranya
yang berjudul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.
Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah memberikan kebebasan kepada
bangsa Indonesia untuk meng-gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, bahasa
komunikasi, bahasa penulisan dan sebagainya

Gerakan Indonesianisasi justri memicu dintingkatkannya pengajaran Bahasa Jepang. Bahkan


dianjurkan untuk diberikan tunjangan-tunjangan istimewa kepada mereka yang telah
menunjukkan kecakapan menggunakan bahasa Jepang pada tingkat I, II, III, IV dan V (sesuai
dengan pengumuman Gunseikanbu tanggal 27 Juli 1943).

Bahasa Indonesia juga dijadikan sebagai pelajaran utama, sedangkan bahasa Jepang dijadikan
sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya penggunaan bahasa Indonesia, komunikasi
antarsuku di Indonesia semakin intensif yang pada akhirnya semakin merekatkan keinginan
untuk merdeka. Pada 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan di Jakarta, yang bernama
“Keimin Bunka Shidoso”.
C. Pengaruh Jepang Terhadap Budaya Indonesia

Demi alasan politik anti Barat-nya, Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Pusat
Kebudayaan) tanggal 1 April 1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi aktivitas
budayawan Indonesia agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang. Tanggal 29 Agustus 1942,
lembaga ini mengadakan pameran karya pelukis lokal Indonesia seperti Basuki Abdoellah,
Agus Djajasoeminta, Otto Djaja Soetara, Kartono Joedokoesoemo, dan Emiria Soenassa. Selain
itu, ia juga memfasilitasi R. Koesbini dan Cornel Simanjuntak membentuk grup seni suara yang
melahirkan lagu-lagu nasional Indonesia. Lahirlah lagu-lagu nasional Kalau Padi Menguning
Lagi, Majulah Putra-Putri Indonesia, Tanah Tumpah Darahku. Keimin Bunka Shidosho juga
memungkinkan Nur Sutan Iskandar melahirkan karyanya Tjinta Tanah Sutji, Karim Halim
melahirkan Palawidja, atau Usmar Ismail dengan Angin Fudji. Seni drama karya budayawan
Indonesia juga lahir seperti Api dan Tjitra (temanya pengabdian tanah air) karya Usmar Ismail,
Taufan di atas Asia atau Intelek Istimewa karya Abu Hanifah.

Agustus 1943 Jepang membentuk Persatuan Aktris Film Indonesia (Persafi). Persafi mendorong
artis-artis profesional dan amatir Indonesia bereksperimen dengan mementaskan lakon-lakon
terjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia. Sandiwara, sebagai salah satu bentuk seni peran,
juga berkembang di bawah pendudukan Jepang karena sebelum Perang Pasifik, pertunjukan
sandiwara hampir tidak dikenal di Indonesia.

Dalam hal kebudayaan/kepercayaan, ada pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang
agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang
dipercayai sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan
kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan
Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya
dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan
yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa
Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.

Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian
di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi kebaktian, kerja keras dan
ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melalui semangat
Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek militer).

Secara garis besar, dampak/pengaruh Jepang terhadap Budaya Indonesia pada masa
penjajahan adalah sebagai berikut:

1. Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit (diibaratkan sebagai


tempat Kaisar Jepang berada) sebagai keturunan Dewa Matahari.
2. Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai alat
propaganda mereka.
3. Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang
menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
4. Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
5. Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati
bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional (merupkan warisan
budaya bangsa Jepang).
6. Kewajiban menggunakan waktu Tokyo dan tahun Jepang.

DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG

8.Dampak dalam Bidang Politik

 Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh Jepang


 Didirikan/ dibentuknya berbagai organisasi Jepang
 Kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang
 Meskipun ada organisasi politik yang masih terus berjuang menentang Jepang.

2. Bidang Ekonomi

 Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan masalah ekonomi yaitu
untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk
memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari pemasaran untuk hasil-hasil
industrinya.
 Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.

3. Bidang Pendidikan

 Pendidikan berkembang pesat di banding masa Hindia Belanda


 Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun
pemerintah
 Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah
 Berbagai nama diIndonesiakan

Tetapi semua yang dilakukan oleh Jepang tersebut hanya untuk menarik simpati rakyat agar
mau membantu Jepang mengahadapi lawan-lawannya dalam Perang Pasifik.

4. Bidang Sosial

 Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang


tergabungdalam Ku (desa)
 Kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan sebab rakyat harus memenuhi
kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuhnya.
 Rakyat juga harus kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa
tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena penyakit.
 Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa
itu.
5. Bidang Birokrasi

 Kekuasaan Jepang di Indonesia di pegang oleh kalangan militer yaitu Angkatan Darat
(Rikugun) dan Angkatan Laut (Kaigun)
 Sistem pemerintahan diatur berdasar aturan militer
 Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih
penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh orang Belanda, dengan masih
dalam pengawasan Jepang.

6. Bidang Kebudayaan

 Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit sebagai keturunan


Dewa Matahari.
 Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai alat
propaganda mereka.
 Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang
menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
 Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
 Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati
bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional.

Semua itu merupakan warisan kebiasaan Jepang bagi bangsa Indonesia.

7. Bidang Militer

Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA.

Mereka akhirnya menjadi inti kekuatan dan pergerakan perjuangan rakyat Indonesia mencapai
kemerdekaan.

E. PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Keadaan Jepang menjelang akhir kekuasaannya, yaitu:

ü Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik sebab Pulau Saipan jatuh ke tangan
Amerika Serikat Juli 1944, hal ini adalah sebuah ancaman.

ü Dalam berbagai peperangan Jepang selalu mengalami kekalahan.

ü Tanggal 9 September 1944, Perdana Menteri Kaiso, memberikan janji kemerdekaan kepada
Indonesia untuk menarik simpati rakyat selain itu setiap kantor diperkenalkan mengibarkan
bendera merah putih meskipun harus berdampingan dengan bendera Jepang.

ü 1 Maret 1945, Jendral Kumakichi Harada membentuk badan khusus yang bertugas
menyelidiki usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Dokuritsu Junbi Chosakai atau
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tujuan dari
BPUPKI adalah untuk mempersiapkan hal penting mengenai tata pemerintahan Indonesia
merdeka. Dengan anggota sebanyak 60 orang dari tokoh-tokoh Indonesia dan 7 orang bangsa
Jepang. Ketuanya, KRT Radjiman Widyadiningrat, dan wakilnya, R. Surono dan satu orang dari
Jepang.

ü BPUPKI diresmikan pada 29 Mei 1945 ditandai dengan pembukaan SIDANG I yang
berlangsung dari 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dimana dalam sidang ini membicarakan
mengenai falsafah dasar negara Indonesia Merdeka yang kemudian dikenal dengan
PANCASILA. Tokoh-tokoh yang mengusulkan tentang dasar negara tersebut adalah Muh.
Yamin, Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno.

 Sidang tanggal 29 Mei 1945

Muh Yamin, mengusulkan rumusan “Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri
Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat”.

 Sidang tanggal 31 Mei 1945

Dr. Supomo, mengusulkan rumusan “Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi,


Musyawarah, dan Keadilan Sosial”

 Sidang tanggal 1 Juni 1945

Ir. Sukarno, mengajukan rumusan“Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme/ Peri


Kemanusiaan, Mufakat/ Demokrasi, Kesejahteraan sosial, Ketuhanan Yang Maha Esa. Apa
yang dikemukakan Sukarno tersebut dikenal dengan istilah Pancasila. Tanggal 1 Juni di kenal
sebagai hari lahirnya Pancasila.

ü Sidang BPUPKI yang kedua akan diselenggarakan bulan Juli 1945 sebelum masa reses pada
tanggal 22 Juni 1945 dibentuk Panitia Sembilan/Panitian Kecil menghasilkan dokumen yang
berisi asas dan tujuan negara Indonesia merdeka yang dikenal dengan “PIAGAM
DJAKARTA” yang kemudian menjadi Mukadimah Undang-undang Dasar 1945.

ü ISI PIAGAM DJAKARTA, adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/


Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


ü Pada 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai dibentuk untuk mengganti
BPUPKI. PPKI beranggotakan 21 orang dengan Ketua, Ir. Soekarno dan Wakilnya, Moh. Hatta.
PPKI kemudian ditambah keanggotanya menjadi 27 orang tanpa seijin Jepang.

ü Pada tanggal 9 Agustus 1945, 3 orang tokoh Indonesia yaitu Soekarno, Hatta, Radjiman
Widyodiningrat berangkat ke Saigon/ Dalat di Vietnam Selatan untuk memenuhi panggilan
Panglima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauchi guna menerima informasi tentang
kemerdekaan Indonesia. Dimana disepakati bahwa wilayah Indonesia akan meliputi seluruh
bekas jajahan Belanda.

F. LANDASAN DASAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

1) LANDASAN DASAR NASIONAL

§ Tercermin dalam pembukaan UUD 1945 dan merupakan Deklarasi Kemerdekaan


Indonesia

§ Pembukaan ini terdiri dari 4 alinea yang merupakan filsafat sosial dan puncak
pengalaman sejarah umat manusia pada umumnya dan rakyat Indonesia pada khususnya.

§ Pokok isi Pembukaan UUD 1945

2) LANDASAN DASAR INTERNASIONAL

o Undang-undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-undang Dasar Negera RI tanggal


18 Agustus 1945 dalam Sidang PPKI.

o Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 disebut sebagai Deklarasi Kemerdekaan


Indonesia yang disusun pada 22 Juni 1945.

Garis waktu 1941

 6 Januari, Belanda menangkap Thamrin, Douwes Dekker dan beberapa tokoh


nasionalis lain. Thamrin meninggal di tahanan lima hari kemudian. Douwes Dekker
diasingkan ke Suriname.
 11 Januari – Tim perundingan Jepang yang baru dan lebih agresif di bawah Yoshizawa
tiba di Batavia.
 Februari – Tekanan Jepang yang kian meningkat terhadap pemerintah
Hindia Belanda untuk “bergabung dengan Wilayah Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya” ditolak Van Mook.
 14 Mei – Jepang mengirimkan sebuah ultimatum kepada pemerintah
Hindia Belanda, menuntut agar pengaruh dan kehadiran Jepang
dibiarkan di wilayah ini.
 6 Juni – Perundingan antara Belanda dan Jepang gagal. Pemerintah
Hindia Belanda menjawab bahwa tidak akan ada konsesi yang akan diberikan kepada
Jepang, dan bahwa semua produk strategis (termasuk minyak dan karet) telah
dikontrakkan untuk dikapalkan ke Britania dan Amerika Serikat.
 11 Juli – Volksraad membentuk sebuah milisi Indonesia.
 25 Juli – Jepang mengumumkan pembentukan sebuah “protektorat” atas Indochina.
 26 Juli – Semua asset Jepang di Hindia Belanda dibekukan.
 30 Juli – Pemerintah Belanda di pembuangan menjanjikan untuk mengadakan
konferensi tentang Indonesia setelah perang.
 30 November – Angkatan Laut Belanda di Hindia mulai dimobilisasi.
 5 Desember – Pemerintah Hindia Belanda mengirim permintaan kepada Australia
untuk mengirimkan pasukannya ke Ambon dan Timor. Pesawat-pesawat Angkatan
Udara Australia dan personilnya tiba pada 7 Desember.
 8 Desember – Jepang menyerang Malaya, mendarat di ujung selatan Thailand dan utara
Malaya. Jepang mulai menyerang Filipina. Belanda, di antara bangsa-bangsa lainnya,
perang terhadap Jepang.
 10 Desember – Kapal-kapal perang Britania, Prince of Wales dan Repulse
ditenggelamkan dalam perbedaan beberapa jam saja satu sama lain di lepas pantai
Malaya.
 16 Desember – Orang-orang Aceh yang anti Belanda mengadakan hubungan dengan
pasukan-pasukan Jepang di Malaya.
 17 Desember – Pasukan yang dipimpin oleh Australia mendarat di Timor Timur.
Diktator Portugal Salazar memprotes.
 17 Desember – Jepang melakukan serangan udara atas Ternate.
Jepang mendarat di Sarawak.
 22 Desember – Pasukan invasi utama Jepang mendarat di Filipina.
Hatta menulis sebuah artikel surat kabar yang menyerukan agar bangsa Indonesia
melawan Jepang.
 24 Desember – Jepang menyerang pasukan-pasukan Britania di Kuching, Sarawak.

Tahun 1942

Januari

*2 Januari – Jepang merebut kota Manila.


*3 Januari – Jepang merebut Sabah.
*6 Januari – Jepang merebut Brunei.
*6 Januari – Serangan udara Jepang pertama atas Ambon.
*10 Januari – Jepang mulai menginvasi Indonesia di Kalimantan (Tarakan) dan Sulawesi
(Manado).
*11 Januari – Jepang merebut Tarakan.
*12 Januari – Van Mook melakukan perjalanan darurat ke Amerika Serikat, meminta tambahan
pasukan, dan agar Hindia Belanda tidak dilupakan dalam pertahanan Sekutu.
*13 Januari – Jepang merebut Manado.
*15 Januari – Jen. Wavell dari Britania mengambil alih komando atas ABDACOM, komando
gabungan Sekutu pertama (Australia, Britania, Belanda, Amerika) di dalam perang.
*16 Januari – Agen-agen Aceh kembali dari Malaya dengan janji-janji dukungan Jepang dalam
melawan Belanda.
*23 Januari – Jepang merebut Balikpapan meskipun terdapat serangan balasan dari Belanda dan
A.S.
*25 Januari – Jepang merebut Kendari di Sulawesi.
*30 Januari – Jepang menyerang Ambon. Pasukan-pasukan KNIL dan Australia
menghancurkan pasokan agar tidak jatuh ke tangan Jepang. Kota Ambon direbut dalam tempo
24 jam. Pertempuran berlanjut hingga 2 Februari. Sejumlah 90 persen pasukan pertahanan
Australia menjadi korban, banyak di antaranya yang dibantai pada Februari setelah ditawan.
*Pasukan Britania mengevakuasi Malaya dan lari ke Singapura.

Februari

*1 Februari – Jepang merebut Pontianak.


*3 Februari – Jepang mengebom Surabaya, memulai serangan udara terhadap sasaran-sasaran
di Jawa.
*4 Februari – Pertempuran Selat Makassar (pertempuran laut antara Kalimantan dan Sulawesi):
Angkatan Udara dan Laut Jepang memaksa Sekutu untuk mundur hingga ke Cilacap. Jepang
maju hingga ke Sulawesi.
*6 Februari – Jepang mulai mengebom Palembang.
*8 Februari – Jepang mulai melakukan serangan utama atas Singapura.
*9 Februari – Jepang mengebom Batavia, Surabaya dan Malang.
*10 Februari – Jepang merebut Makassar.
*13 Februari – Jepang mendaratkan pasukan parasut di Palembang, merebut kota dan industri
minyaknya yang berharga.
*15 Februari – Singapura jatuh; 130.000 pasukan di bawah komando Britania ditawan sebagai
tawanan perang.
*18 Februari – Van Mook, di Australia, memohon agar pasukan Sekutu melakukan serangan.
Bali diduduki Jepang.
*19 Februari – Pertempuran Selat Badung (pertempuran laut antara Bali dan Lombok): sebuah
satuan kecil pasukan Jepang memukul mundur pasukan Belanda dan Australia. Jepang
mendarat di Bali. Serangan udara pertama Jepang atas Darwin, Australia.
*20 Februari – Jepang mendarat di Timor dan tanggal 24 Februari tentara Jepang telah
menguasai Timor.
*23 Februari – Revolusi melawan Belanda dimulai di Aceh dan Sumatra Utara, dengan
dukungan Jepang.
*Belanda memindahkan Soekarno ke Padang; Soekarno lolos dalam kekacauan sementara
Belanda melakukan evakuasi.
Belanda mengevakuasi Sjahrir dan Hatta dari Banda lewat udara beberapa menit sebelum
Jepang mulai mengebom pulau itu.
Jepang mengklaim Timor; pasukan-pasukan Australia terus melakukan perang gerilya.
*27 Februari – Pertempuran Laut Jawa: Dalam pertempuran di Laut Jawa dekat Surabaya yang
berlangsung selama tujuh jam, Angkatan Laut Sekutu dihancurkan, kapal-kapal perusak
Amerika lolos ke Australia. Sekutu kehilangan lima kapal perangnya, sedangkan Jepang hanya
menderita kerusakan pada satu kapal perusaknya (Destroyer). Rear Admiral Karel Willem
Frederik Marie Doorman, Komandan Angkatan Laut India-Belanda, yang baru dua hari
sebelumnya, tanggal 25 Februari 1942 ditunjuk menjadi Tactical Commander armada tentara
Sekutu ABDACOM, tenggelam bersama kapal perang utamanya (Flagship) De Ruyter.
*28 Februari – Tanggal 28 Februari 1942, Tentara Angkatan Darat ke-16 di bawah pimpinan
Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa. Pertama adalah pasukan
Divisi ke-2 mendarat di Merak,Banten, kedua adalah Resimen ke-230 di Eretan Wetan, dekat
Indramayu dan yang ketiga adalah Divisi ke-48 beserta Resimen ke-56 di Kragan. Ketiganya
segera menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati
(sekarang Lanud Suryadarma), Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana.
Imamura memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka
tentara Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.

Maret
Pada Maret 1942, pasukan-pasukan Sekutu di Jawa diberitahukan oleh mata-mata bahwa suatu
kekuatan Jepang sejumlah 250.000 sedang mendekati Bandung, sementara kenyataannya
kekuatannya hanya sepersepuluh jumlah itu. Informasi yang keliru itu mungkin merupakan
bagian dari alasan mengapa Sekutu menyerah di Jawa.

Belanda sesungguhnya memindahkan kaum Komunis yang ditahan di kamp-kamp penjara di


Hindia Belanda, sebagian dari mereka sejak 1926, ke penjara-penjara di Australia ketika Jepang
tiba.

*1 Maret – Pertempuran Selat Sunda: Pasukan invasi Jepang mendarat di Banten.


*Pasukan invasi Jepang mendarat di sebelah barat Surabaya.
*Serangan udara Jepang atas Medan.
*5 Maret – Serangan udara Jepang di Cilacap. Jepang masuk ke Batavia.
*7 Maret – Jepang merebut Cilacap.
*7 Maret – Rangoon jatuh ke tangan Jepang.
*8 Maret – Jepang merebut Surabaya.
*9 Maret – Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara India-
Belanda datang ke Kalijati dan dimulai perundingan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan
pihak Tentara Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura. Imamura
menyatakan, bahwa Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Letnan
Jenderal ter Poorten, mewakili Gubernur Jenderal menanda-tangani pernyataan menyerah
tanpa syarat. Dengan demikian secara de facto dan de jure, seluruh wilayah bekas Hindia-
Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Hari itu juga, tanggal 9
Maret Jenderal Hein ter Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara India Belanda untuk
juga menyerahkan diri kepada balatentara Kekaisaran Jepang.

Para penguasa yang lain, segera melarikan diri. Dr. Hubertus Johannes van Mook, Letnan
Gubernur Jenderal untuk Hindia Belanda bagian timur, Dr. Charles Olke van der Plas,
Gubernur Jawa Timur, melarikan diri ke Australia. Jenderal Ludolf Hendrik van Oyen, perwira
Angkatan Udara Kerajaan Belanda melarikan diri dan meninggalkan isterinya di Bandung.
Tentara KNIL yang berjumlah sekitar 20.000 di Jawa yang tidak sempat melarikan diri ke
Australia ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara Jepang. Sedangkan orang-orang Eropa lain
dan juga warganegara Amerika Serikat, diinternir. Banyak juga warga sipil tersebut yang
dipulangkan kembali ke Eropa.
*11 Maret – Perlawanan Aceh terlibat dalam pertempuran dengan Belanda yang sedang
mengundurkan diri.
*12 Maret – Jepang mendarat di Sabang. Operasi-operasi di Aceh selesai sekitar 15 Maret.
*12 Maret – Jepang tiba di Medan.
*18 Maret – Jepang merebut Padang.
*28 Maret – Pasukan Belanda terakhir di Sumatra menyerah di Kutatjane, di selatan Aceh.
Jepang melarang semua kegiatan politik dan semua organisasi yang ada. Volksraad
dihapuskan. Bendera merah-putih dilarang.
Angkatan Darat ke-16 Jepang menguasai Jawa; Angkatan Darat ke-25 di Sumatra (markas besar
di Bukittinggi); Angkatan Laut menguasai Indonesia timur (markas besar di Makassar).

April
Pada April 1942, sekitar 200 tentara Sekutu yang telah melarikan diri ke bukit-bukit di Jawa
Timur dan terus berperang, ditangkap oleh Jepang di bawah perintah Imamura. Mereka
dikumpulkan dan dimasukkan ke kandang-kandang ternak dari bambu, dibawa dengan
kereta-kereta api terbuka ke Surabaya, lalu dibawa ke laut dan dilemparkan ke ikan-ikan hiu,
sementara masih berada di dalam kandang-kandang bambu itu. Imamura dinyatakan bersalah
atas kekejaman ini oleh sebuah peradilan militer Australia setelah perang.

*7 April – Tiga orang pegawai Radio Hindia Belanda dihukum mati karena memainkan lagu
kebangsaan Belanda pada 18 Maret, setelah menyerahnya Belanda.
*7 April – Jepang merebut Ternate.
Jepang mencoba untuk membentuk gerakan Tiga A; memulai kampanye propaganda.

ABDACOM dibubarkan. Britania dan Amerika membagi tanggung jawab perang: Britania akan
mencoba untuk merebut kembali Malaya dan Sumatra serta Burma. Sisanya di Pasifik dan
Indonesia menjadi tanggung jawab AS (yang bekerja sama dengan Australia).
*19 April – Jepang merebut Hollandia (kini Jayapura).

Mei

*9 Mei – Jepang menduduki Lombok.


*13 Mei – Jepang menduduki Sumbawa.
*14 Mei – Jepang mendarat di Flores, pendudukan selesai pada 17 Mei.
*16 Mei – Jepang menduduki Sumba.

Juni
17 Juni – Pemerintah Belanda di pengungsian di London membentuk dewan konsultatif untuk
urusan-urusan Hindia Belanda.

Juli

*Pilihan satu-satunya yang dimiliki Soekarno dan Hatta adalah pura-pura bekerja sama dengan
Jepang. Tujuan akhirnya, sudah tentu, bukanlah untuk mendukung Jepang, melainkan untuk
mendapatkan kemerdekaan untuk Indonesia. Belakangan, Belanda yang kembali akan mencoba
untuk menuduh Soekarno sebagai kolaborator Jepang guna mendapatkan dukungan Britania
dalam menghadapi republik Indonesia yang baru terbentuk..
*Sjahrir memimpin gerakan di bawah tanah dari rumah kakak perempuannya di Cipanas,
dekat Bogor. Informasi seringkali dan dengan diam-diam dibagikan Soekarno, yang
mendapatkannya dari lingkaran dalam Jepang, dan Sjahrir.
*Satuan sisa-sisa tentara KNIL dikirim ke Kai, Aru dan Kepualuan Tanimbar.
*Jepang mengumpulkan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir di Jakarta.
*Soekarno, Hatta, Sjahrir bertemu secara rahasia: Soekarno untuk mengumpulkan massa untuk
kemerdekaan, Hatta untuk menangani hubungan-hubungan diplomatik, Sjahrir untuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan bawah tanah.
*Soekarno menerima tawaran Jepang untuk menjadi pemimpin pemerintah Indonesia, tetapi
bertanggung jawab kepada militer Jepang.
*30 Juli – Jepang menduduki Kep. Kai dan Aru, setelah sejumlah perlawanan di Kai.
*31 Juli – Jepang merebut Kep. Tanimbar sejumlah perlawanan oleh KNIL dan detasemen-
detasemen Australia di Saumlaki

Agustus, September, Oktober

*29 Agustus – Jepang mulai memindahkan sejumlah pasukan dari Sumatra dan Jawa ke Kep.
Solomon.
*September, orang-orang Muslim Indonesia menolak untuk memberi hormat kepada Kaisar
Jepang di Tokyo. Peristiwa di Sukamanah, Singaparna Tasikmalaya-Jawa Barat bukti nyata
penolakan tersebut. Haji Zaenal Mustafa mengangkat senjata kepada Jepang walaupun
kemudian berhasil ditumpas dan beliau dihukum mati di Ancol. Sebagai penghormatan, nama
Haji Zaenal Mustafa menjadi nama jalan terpenting di Tasikmalaya.
*Oktober, Kemajuan militer Jepang di Pasifik terhenti; para komandan Jepang disuruh
mengembangkan sentimen-sentimen pro-Jepang di wilayah-wilayah pendudukan.
*16 Oktober – Tentara ke-16 Jepang mengirimkan pasukan-pasukan pengawal ke Lombok,
Sumba dan Timor.
*Pada mulanya, propaganda Jepang kedengaran seperti perbaikan dibandingkan dengan
pemerintahan Belanda. Setelah itu, pasukan-pasukan Jepang mulai mencuri makanan dan
menangkapi orang untuk dijadikan pekerja paksa, sehngga pandangan bangsa Indonesia
terhadap mereka mulai berbalik.

Militer Jepang membuat tiga kesalahan besar terhadap bangsa Indonesia:

1. kerja paksa: banyak laki-laki Indonesia diambil dari tengah keluarga mereka dan dikirim
hingga ke Burma untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan banyak pekerjaan berat
lainnya dalam kondisi-kondisi yang sangat buruk. Ribuan orang mati atau hilang.
2. pengambilan paksa: tentara-tentara Jepang dengan paksa mengambil makanan, pakaian dan
berbagai pasokan lainnya dari keluarga-keluarga Indonesia, tanpa memberikan ganti rugi. Hal
ini menyebabkan kelaparan dan penderitaan semasa perang.
3. perbudakan paksa terhadap perempuan: banyak perempuan Indonesia yang dijadikan
“wanita penghibur ” bagi tentara-tentara Jepang.

Selain itu, Jepang menahan banyak warga sipil Belanda di kamp-kamp tahanan dalam kondisi-
kondisi yang sangat buruk, dan memperlakukan tahanan perang militer di Indonesia dalam
keadaan yang buruk pula.

Namun, kejahatan-kejahatan perang di — yang sangat serius — pada kenyataannya tidak


seburuk dengan apa yang dilakukan di Tiongkok atau Korea pada masa yang sama. Sejumlah
komandan, seperti misalnya Jen. Imamura di Jawa, secara terbuka dikritik di koran-koran
Jepang karena terlalu “lunak”. Bahkan ada sejumlah perwira Jepang yang bersimpati dengan
gagasan kemerdekaan Indonesia, dan yang bahkan memberikan dukungan mereka kepada
tokoh-tokoh dan organisasi politik Indonesia, hingga kepada Soekarno sendiri.

Anda mungkin juga menyukai