Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
gaya seni zaman pra-sejarah lambat laun mulai terabaikan. Kemajuan zaman
yang membuat sebagian masyarakat lebih memilih sesuatu yang terbarukan
tanpa menjadikan gaya seni terdahulu sebagai tolok ukur dalam berkarya.
Padahal gaya seni pra-sejarah itu menjadi titik awal peradaban di mana seni
diciptakan dan berkembang hingga bisa terangkat pada waktu ini. Pentingnya
mengapresiasi gaya seni pra-sejarah dalam belakangan ini untuk menghargai
dan menjaga agar keberlangsungan gaya seni tetap menjadi tolok ukur dan
hidup dalam kebudayaan generasi seterusnya. Oleh karena itu, Penulis merasa
harus untuk membuat makalah mengenai “Gaya Seni pada Masa Pra-Sejarah”
dan membahas lebih lanjut pada bagian Pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk geometris dan pola hias pada zaman prasejarah?
2. Bagaimana bentuk imitasi dan fantasi primitif pada zaman prasejarah?
3. Bagaimana pengaruh gaya asing masuk ke Indonesia?
4. Bagaimana bentuk unsur-unsur intangible seni prasejarah dan primitive
Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuibentuk geometris dan pola hias pada zaman
prasejarah
2. Untuk mengetahui bentuk imitasi dan fantasi primitif pada zaman
prasejarah
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya asing masuk ke
Indonesia
4. Untuk mengetahui bentuk unsur-unsur intangible seni prasejarah dan
primitif Indonesia

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui bentuk geometris dan pola hias pada zaman
prasejarah

1
2. Dapat mengetahui bentuk imitasi dan fantasi primitif pada zaman
prasejarah
3. Dapat mengetahui pengaruh gaya asing masuk ke Indonesia
4. Dapat mengetahui bentuk unsur-unsur intangible seni prasejarah dan
primitif Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk Geometris dan Pola Hias

2
Gaya tertib bentuk ini didasari oleh pemikiran manusia untuk mrnyusun dan
menertibkan bentuk-bentuk atau rupa. Gagasan ini mungkin juga berasal dari
pengamatan manusia terhadap alam, karena bentuk-bentuk alam seperti bunga,
pohon, buah, dan berbagai jenis-jenisnya yang beragam itu tertib dalam
menyatakan bentuknya dan mengekspresikan keindahan. Misalnya pada alam
terdapat perbandingan (proporsi) yang konsisten bentuknya, demikian juga
dengan unsur warna dan tekstur. Bentuk-bentuk “geometrik murni” seperti
garis,lingkran,segitiga dan sebagainya umumnya sulit ditemukan di alam.
Beberapa bentuk geometrik murni seperti bentuk bulan, matahari cembung atau
cekung pada waktu gerhana matahari dapat menarik masyarakat prasejarah untuk
menerapkannya pada benda-benda. Alat-alat wadah seperti jambangan dapat
meniru labu atau tempurung kelapa, bentuk silinder atau tabung ditemukan pada
bamboo, bentuk atap meniru bentuk daun pisang.
Setelah 39 sejarah seni rupa Indonesia prasejarah sampai zaman kemerdekaan
bentuk-bentuk benda ditemukan, maka ada keinginan untuk menggambarkan
tertib bentuk bentuk itu baik pada bentuk benda maupun pada permukaan benda
atau alat. Namun pengertian menghias pada benda mungkin ditemukan secara
kebetulan, misalnya, dalam hal menganyam, terjadi pola-pola hias tertentu pada
bidang anyaman, pada waktu mencukil-cukil kayu terjadi bentuk secara tidak
sengaja. Sebab peniruan bentuk alam sebenarnya memerlukan kesadaran yang
tinggi terhadap lingkungan, sedangkan kesadaran seperti itu mungkin belum
besar. Goresan-goresan garis di pasir atau di tanah adalah pengalaman pertama.
Yang mempesonakan masyarakat primitif tentang rupa geometrik. Eksperimen
dan penemuan bentuk dan rupa geometric dapat dilanjutkan kepada benda-benda
pakai seperti Jambangan, barang perunggu atau besi dan barang anyaman
Beberapa dekorasi geometrik itu menurut Vander Hoop(1949) adalah motif
hias anyaman, tumpal, meander, lingkaran, tangga, titik-titik, garis-garis lurus,
pilin, pilin berganda,huruf S dan gabungan diantaranya.

Beberapa contoh dari bentuk geometris dan pola hias pada zaman prasejarah
menurut Van Derhoop

3
B. Bentuk Imitasi dan Fantasi primitif
Imitasi adalah peniruan sedangkan fantasi adalah khayalan. Konsep imitasi
murni seperti pada seni modern tidak ditemukan pada masyarakat prasejarah dan
primitif di Indonesia. Ada beberapa alasan imitasi itu tidak dilakukan secara
sempurna diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan alat dan tekhnik untuk melakukan imitasi(peniruan); hal ini


bukan saja ditemukan pada kriya prasejarah tetapi juga pada kriya modern.
Ukiran masyarakat modern misalnya, walaupun pengkriya menyadari
bentuk-bentuk yang diimitasi, tetapi tidak mampu sampai kepada imitasi
murni seperti yang dicapai oleh tekhnik lain misalnya tekhnik lukis atau
gamabar.
2. Untuk sampai kepada imitasi murni dibutuhkan kesadaran yang tinggi
tentang bentuk-bentuk alam, tetapi keterbatasan pengetahuan seperti
anatomi, proporsi, perspektif, ruang seperti jauh dan dekat dan sebagainya
menyebabkan masyarakat primitif hanya sampai kepada abstraksi
bentuk(sering disalah artikan dengan stilasi atau penggayaan bentuk alam).
Abstraksi adalah suatu cara dimana yang diambil adalah unsur-unsur yang
dianggap penting dari bentuk (sari patinya) dan meninggalkan bagian-
bagian lain. Dapat dikatakan seni prasejarah atau primitif terlihat lebih

4
abstrak dari seni modern sekalipun. Seni abstrak seperti oleh pelukis
terkenal yaitu Pablo Picasso di Eropa banyak mengambil contoh dari seni
primitive Afrika atau Timur lainnya.

Contoh seni prasejarah atau primitif oleh Pablo Picasso

3. Tujuan dekoratif bersamaan dengan tujuan naratif(bercerita) dan simbolis.


Hal ini dibuktikan pada beberapa lukisan primitif di Kalimantan dan juga
lukisan gua di beberapa tempat di Indonesia. Setiap bentuk imitasi seperti,
gambar binatang, tumbuh-tumbuhan, alam dan manusia bukanlah demi
bentuk yang ditiru itu tetapi cenderung dipakai sebagai lambang-lambang
untuk menceritakan sesuatu(alam roh, nenek moyang, atau bahkan
peristiwa magi). Hal ini dapat dipahami karena belum ada tulisan saat itu.

Beberapa bentuk motif hias prasejarah ini antara lain:


1. Jenis burung seperti ayam, enggang, merak.
2. Jenis binatang di darat seperti: kijang, kuda, gajah, babi, kerbau, anjing
dan sebagainya
3. Binatang reptile dan yang hidup di air seperti: cecak, kadal, buaya,
biawak, ular, kura-kura, naga dan sebagainya
4. Alam benda seperti gunung, matahari, bulan, bintang, laut dan
sebagainya
5. Bentuk manusia, tiap masyarakat suku di Indonesia memiliki mitos
tersendiri mengenai binatang ini yang erat hubungannya dengan
totenisme( kepercayaan asal-usul nenek moyang) yang sifatnya arkaik(
berhubungan dengan masa lampau),di daerahnya masing-masing

5
kepercayaan-kepercayaan itu muncul sejak zaman prasejarah. Salah
satu contoh interpretasi ini adalah burung enggang dianggap sebagai
lambang kelahiran manusia ke dunia, oleh masyarakat dayak di
Kalimantan. Pada suku Dayak dan Batak burung ini sebagai lambang
dunia roh, dan dipakai sebagai dekorasi di dinding rumah, pada ujung
atap bangunan dan juga di perahu. Ikon-ikon dan simbol binatang
kerbau lazim ditemukan pada dekorasi atap bangunan dan dekorasi
benda lainnya. demikian juga bagian tubuh manusia sudah menjadi
daya tarik(pesona) sejak masa prasejarah. Misalnya wajah, tangan atau
alat kelamin. Pada tulisan ini tidak akan diuraikan makna-makna
dekorasi di atas, karena sudah banyak ditulis dalam buku lain, dan juga
untuk menghindarkan interpretasi yang berlebihan.

Contoh bentuk motif hias binatang prasejarah

C. Pengaruh Gaya Asing


Pengaruh gaya asing yang masuk ke Indonesia terutama di
Kalimantan, terlihat dari gaya seni kehidupan masyarakat Dayak. Yaitu
pada ragam hias yang terdapat pada bagunannya, peralatannya, alat

6
musiknya, bahkan motif ethnicnya yang tersohor, yang memperlihatkan
garis-garis lengkung tidak simetris. Gaya seni ini, masuk pada masa
pemerintahan Chou di China, sehingga gaya seni ini sering juga disebut
dengan gaya seni Chou.
Contoh seni ukir dekorasi masyarakat Dayak di Kalimantan;

Contoh pola hias yang ditemukan pada daerah Sumba Timur yang
menggambarkan berbagai bentuk binatang

Contoh bentuk-bentuk arca batu di kampung Terjan, Kab. Rembang,

D. Unsur-unsur Intangible Seni Prasejarah dan Primitif Indonesia


1. Magi.

7
Manusia hidup di tengah alam yang menguasai mereka, dan alam
itu dan daya-daya yang bekerja padanya dianggap juga menguasai
manusia. Sikap ini disebut dengan magis. Yang diungkapkan dalam bentuk
kepercayaan-kepercayaan seperti, Animisme, Dinamisme.
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang
sudah ada sejak zaman prasejarah. Dinamisme adalah kepercayaan
terhadap benda-benda atau sesuatu alat yang dianggap mempunyai
kekuatan gaib. Manusia “nrimo” atau menyerah kepada kekuatan-kekuatan
alam itu. Kepercayaan ini semakin berkembang pesatnya pada zaman
prasejarah karena pada waktu itu yang mereka tau hanya itu, dan mereka
menganggap semua itu benar dan suci.
2. Magi dan Ontologi.
Setiap magi itu memerlukan personifikasi, yang dalam bentuk
lambang-lambang animism dan dinamisme(abstrak), dan juga dalam
lambang-lambang rupa atau bentuk (konkrit) seperti, patung nenek
moyang,benda-benda keramat lainnya, jimat, sesajen, berhala dan lain
sebagainya yang dianggap mempunyai kekuatan gaib dan keramat bagi
mereka.

3. Animisme dalam bentuk roh atau jiwa.


Adanya kepercayaan tentang roh jahat dan baik. Roh jahat akan
mengganggu manusia yang hidup, untuk berbaik dengan roh jahat maka
diberikannya sesajen. Adanya roh nenek moyang yang menjaga manusia
yang hidup, juga diperlukan sesajen atau bahkan tumbal sekalipun. Serta
dibuatkan benda atau patung (sebagai symbol tertentu) agar roh itu dapat
menjaga manusia itu sendiri.
4. Dinamisme dalam bentuk : kesaktian dan magi.
Kekuatan yang melebihi segala kekuatan itu disebut dengan
kesaktian atau dinamisme atau juga bisa dibilang kepercayaan terhadap
benda-benda keramat yang dianggap mempunyai kekuatan yang gaib pada
zaman prasejarah. Menurut kepercayaan mereka kekuatan gaib itu dapat
dimanfaatkan untuk keberhasilan hidup(fertility magi), ketenteraman,

8
keselamatan(protective magi), tetapi bisa juga mendapatkan
kematian(death magi). Apabila seseorang ingin selamat maka dia harus
berbuat sesuatu yang berhubungan dengan alam misalnya, dengan melalui
ritual memberikan sesajen kepada yang dianggap keramat, dengan melalui
pantangan, pantangan melakukan sesuatu missal diantaranya adalah
pantang berbicara, pantang berbuat sesuatu jika masuk hutan, pantang
makan;berpuasa, pantang makan sesuatu makanan dan masih banyak
lainnya. Mengadakan keselamatan dengan sesaji, kesaktian atau magi ini
dapat ditangkap dan dipelihara melalui benda-benda yang disebut dengan
jimat, benda pusaka seperti keris, pedang, tombak, dan lainnya benda-
benda yang dianggap keramat.

Objek (Alam)

Subjek (Manusia)

Alam pemikiran magis dapat kita analogikan ada onjek(alam) dan


subjek(manusia). Terdapat subjek yaitu manusia yang dilingkari oleh dunia
objek. Daya-daya kekuatan alam(yang dianggap tidak nyata) mampu
menerobosnya, manusia itu terbuka dengan demikian berpartisipasi
dengan daya-daya kekuatan alam.. partisipasi tersebut berarti, bahwa
manusia belum mempunyai identitas atau individualis yang kuat atau
manusia ikut serta dalam daya-daya kekuatan alam itu(Peursen:1976:38).

5. Keselarasan atau harmony dengan alam.

9
Oleh karena alam itu sangat besar kekuatannya, maka manusia
harus menyelaraskan dirinya dengan alam, melalui harmonilah manusia itu
dapat selamat dan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
6. Unsur cina memperkuat kepercayaan masyarakat Indonesia
Kepercayaan asli Indonesia ini kemudian diperkuat dengan
masuknya unsur China yang juga memiliki kepercayaan yang sama dengan
masyarakat asli. Antara lain pemujaan terhadap leluhur, dewa-dewi dalam
kepercayaan China.

Subjek Objek

Alam ontologis(on)= diatas (logos)= ilmu, terjadinya lambang atau


symbol pengetahuan. Manusia mengadakan jarak atau distansi dengan
objek disekelilingnya, subjek menempatkan dirinya diluar dan berhadapan
dengan objeknya; baru kemudian ia dapat memandang objeknya serta
membatasinya, mengungkannya dengan pengertian-pengertian yang jelas.
Jalan menuju ke pengertian itu selalu dipandang sebagai suatu bentuk
pengabdian terhadap masyarakat dan sebagai cara yang tepat untuk
menghormati dan mengakui para dewa, kemudian hari pengertian itu
bahkan akan menghasilkan bukti-bukti adanya Tuhan. Dalam banyak
aspek alam pikiran ontologissangat religious sifatnya. Fungsi pemikiran
ontologis antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Membuat peta mengenai segala sesuatu yang mengatasi manusia(alam
gaib);
b. Untuk menjelaskan keadaan hari ini dalam mitologi;
c. Menyajikan ilmu pengetahuan, (Peursen;1976:63)

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Gaya seni pada masa pra-sejarah mempunyai peranan yang sangat
penting sebagai tolok ukur dalam berkarya bentuk geometris dan pola hias
pada zaman dahulu yang berasal goresan-goresan garis di pasir atau tanah
tanpa disadari telah menjadi pengalaman pertama masyarakat primitif
tentang rupa geometrik. Kemudian konsep imitasi murni yang tidak dapat
ditemukan pada masyarakat primitif di Indonesia, sehingga Totenisme
berkembang pesat pada masa Pra-Sejarah dan Primitif di Indonesia.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda Indonesia, harus melestarikan Gaya
Seni pada masa Pra-Sejarah dan Primitif agar tidak punah ditelan masa.
Dengan cara mengapresiasi dan menghargai karya-karya pada zaman pra-
sejarah dan primitif.

KEPUSTAKAAN
Nasbahry, C.1997. Simbolisme dalam Seni Primitif, suatu Studi Tentang
Perlambangan yang Terdapat dalam Seni Asmat, Irian, Dayak
Kalimantan, Nias Sumatera. Bandung : Perpustakaan Seni Rupa
dan Desain ITB.
http://gunungindonesia8.blogspot.co.id/2014/12/meneliti-kebudayaan-purba-
di-sumatera.html

11

Anda mungkin juga menyukai