Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR

“KONSEP NILAI DAN MORAL”

DOSEN PENGAMPU

DRA.JUPRIANI, M.SN.

DISUSUN OLEH :

ANNISA HASANAH FIDDARAINI 22027007

ABDAH SHALIHAH 22027059

i
SUCI SEPTI NABILLA 22027122

WINDA KUSUMA WARDANI 22027125

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “konsep
nilai dan moral”. Makalah ini merupakan salah satu bagian dari tugas mata kuliah
Ilmu Budaya Dasar oleh Dra.Jupriani,M.Sn. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dra.Jupriani,M.Sn. selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar Universitas Negeri Padang, dan teman-teman yang telah membantu penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Padang, 23 Februari 2023

ii
Kelompok 5

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….…………………………………..………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………...……iv

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..……iv

C. Tujuan…………………………………………………………………….……….v

D. Manfaat……………………………………………………………….….………..v

BAB II PEMBAHASAN

A. Problematika nilai-nilai moral…………………………………….………..…….6

B. Manusia dan Hukum………………………..……,…………….…….…..………8

C. Hubungan Hukum dan Moral……………………..…………………..…………10

D. Hakikat nilai moral dalam kehidupan manusia……………………...………..…12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………….………..…14

Pertanyaan………………………………………………………………………….…
15

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia


berbudaya.Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek
kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir,bertingkah laku sampai produk-
produk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil)maupun dalam
bentuk sistem nilai  (in- materil). Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif
akan melahirkan budaya-budaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan
budaya oleh salah satu pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya
budaya baru.Keseluruhan proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di
masyarakat.
Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif
terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi  ada juga yang berdampak negative.
Untuk menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai
upaya untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk
diterapkan . Oleh karena , pemahaman terhadap kebudayaan menjadi penting bagi
seorang pendidik agar pendidik memahami secara persis kebudayaan dan
pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dihadapi adalah :

1. Bagaimana Problematika nilai-nilai moral

2. Bagaimana Manusia dan Hukum

3. Bagaiman Hubungan Hukum dan Moral

4. Bagaimana Hakikat nilai moral dalam kehidupan manusia

C. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai media untuk menambah
wawasan serta menyampaikan hal-hal yang terkait tentang Konsep nilai dan moral.

5
D. MANFAAT

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini antara lain :

1. Untuk Problematika nilai-nilai moral

2. Untuk Manusia dan Hukum

3. Untuk Hubungan Hukum dan Moral

4. Untuk Hakikat nilai moral dalam kehidupan manusia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Problematika nilai-nilai dan moral.

1. Pengaruh kehidupan keluarga dalam pembinaan nilai moral

Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi


menghasilkan berbagai perubahan, pilihan dan kesempatan, tetapi mengandung
berbagai risiko akibat kompleksitas kehidupan yang ditimbulkannya. Salah satu
kesulitan yang ditimbulkan adalah munculnya “nilai-nilai modern” yang tidak jelas
dan membingungkan anak (individu).

Robert Heilbroner (1974, hlm. 15) menyatakan bahwa:

Banyak kegelisahan dan kegetiran generasi pertengahan abad yang akan datang yang
nyata-nyata karena ketidakcakapan untuk menyampaikan nilai pada remaja. Kejadian
ini lebih banyak terjadi pada pendidikan moral melebihi transmisi nilai dari suatu
generasi berikutnya, proses kejadiannya diperhambat oleh lemahnya struktur
keluarga. Keluarga modern Amerika (mungkin juga di kota-kota besar di Indonesia.

2. Pengaruh teman sebaya terhadap pembinaan nilai moral

“Masalahnya hamper tidak ada seorang pun yang memandang pentingnya membantu
anak untuk menghilangkan kebingungan yang ada pada pikiran atau kepala mereka.
Hamper tdak ada seorang pun yang memadang penting membantu anak untuk

6
memecahkan dan menyelesaikan pemikiran yang memusingkan tersebut.” (Rah, 1977,
20)

3. Pengaruh media komunikasi terhadap perkembangan nilai moral

Pada akhir abad ke-20, alat-alat komunikasi yang potensial telah diperkenalkan
kedalam ritualit kehidupan keluarga. Pertama kali telepon, lalu disusul dengan radio
dan setelah perang dunia II datanglah televisi.

4. Pengaruh otak atau berpikir terhadap perkembangan nilai moral

Menurut Rath, (1997, hlm. 68)

“Pengalaman itu memberikan konstribusi yang signifikan terhadap proses


kematangan, dengan demikian guru, pendidik dapat dan harus membingbing anak
melalui proses yang kontinu melalui pengembangan situasi yang bermasalah yang
memperkaya kesempatan berpikir dan memilih. Melalui lingkungan seperti ini, anak
akan berpikir, lebih menyadari alternative dan lebih menyadari konsekuensinya.”

Atas dasar argument di atas, maka Kant menganjurkan tujuan pendidikan sebagai
berikut:

1. Untuk mengajarkan proses dan keterampilan berpikir rasional

2. Untuk mengembangkan individu yang mampu memilih tujuan dan keputusan yang
baik secara bebas. (kama, 2000, hlm. 61)

5. Pengaruh informasi terhadap perkembangan nilai moral

Setiap hari manusia mendapatkan informasi, informasi ini berpengaruh terhadap


system keyakinan yang dimiliki oleh individu, baik inormasi itu diterima secara
keseluruhan, diterima sebagian atau ditolak semuanya, namun bagaimanapun
informasi itu ditolak akan menguatkan keyakinan yng telah ada pada individu
tersebut.

Informasi baru yang dihasilkan, (yang dapat mengubah keyakinan, sikap, dan nilai)
sangat tergantung pada actor-faktor sebagai berikut:

a. Bagaiman informasi itu diperkenalkan (proses input)

b. Oleh siapa informasi itu disampaikan (hal ini berhubungan dengan kredibilitas si
pembawa informasi)

7
c. Dalam kondisi yang bagaimana informasi di sampaikan atau diterima.

d. Sejauh mana tingkat disonansi kognitif yang terjadi akibat informasi baru tersebut
(yaitu tingkat dan sifat konflik yang terjdi dengan keyakinan yang telah ada)

e. Level penerimaan individu yaitu motivasi individu untuk berubah

f. Level kesiapan individu untuk menerima informasi baru serta mengubah tingkah
lakunya (tahap kematangan individu serta kekayaan pengalaman masa lalunya).
(kama, 2000, hlm. 19)

B. Manusia Dan Hukum

 1. Manusia

1.Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”

 (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi(mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuahkonsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)atau seorang
individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusiamerupakan suatu
oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik,
sosial),maupun kesejarahan.

2. Hukum

1. Pengertian Hukum

 Achmad Ali menyatakan hukum adalah seperangkat norma tentang apayang benar
dan apa yang salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya
oleh pemerintah yang dituangkan baik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yangt
idak tertulis (norma) yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya
secara keseluruhan dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan tersebut.Hukum

8
harus mencakup tiga unsur, yaitu kewajiban, moral dan
aturan.Beberapa pendapat pakar lain mengenai pengertian hukum, yaitu:

● Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang


menyangkutkesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam
masyarakat sertasebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan
tugasnya.

● Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan larangan


untukmencapai ketertiban dalam masyarakat dan oleh karenanya masyarakat
harusmematuhinya.

● Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat


memaksadan sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat yang dibuat
olehlembaga berwenang serta bagi sapa saja yang melanggarnya akan
mendapathukuman.

● Sudikno Mertokusuro menyatakan bahwa hukum adalah sekumpulan


peraturan- peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan 
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama yang
dapatdipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

 2. Jenis hukum

 Jenis hukum berdasarkan sumber, yaitu:

● Hukum adatSumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang


tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum
masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, m
aka hukum adatmemiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Contoh: hukum
adatminangkabau.

● Hukum undang-undangHukum yang tercantum dalam peraturan perundang-


undangan. Ada dua jenisundag-undang yakni dalam arti material (setiap peraturan
yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum bagi semua warga negara) dandal

9
am arti formal (setiap peraturan yang karena bentuknya dapat disebut UU).Contoh:
UU pemilu.
• Hukum yurisprudensi
Yaitu keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diaturoleh UU
dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkarayang serupa.
Contoh: KUHP.

● Hukum traktatYaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai
persoalan- persoalan tertentu yang emnjadi kepentingan negara bersangkutan. Contoh:
hukum batas negara.

● Hukum doktrinYaitu pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar
atau asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.

Jenis hukum berdasarkan isinya, yaitu:

● Hukum publikHukum yang mengatur hubungan antara negara dengan


warganegaranya. Atau Hukum yang mengatur tentang hal-hal yang
berhubungantentang masyarakat dan menjadi Hukum perlindungan Publik. Contoh:
hukum tatanegara, hukum acara pidana.

● Hukum privatHukum yang mengatur kepentingan pribadi, atau hukum


yangmengatur hubungan-hubungan hukum antara orang yang satu dengan
oranglainnya dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Contoh:hukum waris, hukum dagang, hukum perdata.

Jenis hukum berdasarkan masa berlakunya, yaitu:

● Hukum Positif atau ius constitutumadalah hukum yang berlaku saat ini di suatu
negara. Misalnya, diIndonesia persoalan perdata diatur dalam KUH Perdata, persoalah
pidana diaturmelalui KUH Pidana, dll. Dalam hukum positif atau ius constitutum di
indonesia, berlaku tata hukum sebagai berikut:

● Hukum Tata Negara adalah Peraturan-peraturan yang mengatur


organisasai Negara dari tingkat atas sampai bawah, sturktur, tugas dan wewenang alat 
perlengkapan Negara.

10
● Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antaraindividu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa
(civillaw) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan
hukum privat atau Hukum Perdata. Dalam sistem Anglo Sakson (common law) tidakd
ikenal pembagian semacam ini.

● Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang


menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, sertam
enentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.Menurut
Prof. Moeljatno, S.H Hukum Pidana adalah bagian daripadakeseluruhan yang berlaku
di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar danaturan-aturan untuk menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan yangdilarang, dengan
disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.-

● Hukum Tata Usaha (Administrasi) negara adalah hukum yang mengatur


kegiatanadministrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan
pemerintahdalam menjalankan tugasnya.-

● Hukum acara atau hukum formal adalah hukum yang mengatur tentang
cara bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum material. Tatau
hukum ini terbagi atas:-

 - Hukum Acara Pidana


Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beracara (berperkara di
badan peradilan) dalam lingkup hukum pidana. HukumAcara Pidana di Indonesia
diatur dalam UU nomor 8 tahun 1981.-

- Hukum Acara Perdata
adalah peraturan hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantarahakim. Dan ketentuan-
ketentuan dari Hukum Acara Perdata pada dasarnya samasekali tidak memberatkan
hak dan kewajiban yang sering kita jumpai dalam hukum materiil perdata, akan tetapi
pada intinya aturan-aturan hukum perdatamateriil adalah melindungi hak-hak
perseorangan dan itu merupakan sifat dasardari Hukum Acara Perdata.-

11
● Hukum yang akan datang atau ius costituendum.-

● Hukum yang dicita-citakan, diharapkan, atau direncanakan akan berlaku masayang


akan datang. Contoh: hukum pidana nasional yang hingga saat ini masihdisusun.

Jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yaitu:

a. Hukum Internasionaladalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala


internasional.Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku
danhubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan
internasionalyang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga
HukumInternasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional.Contoh: Hukum Perang Perdata Internasional dan sebagainya.

b. Hukum Lokal (Local Law)adalah hukum yang hanya berlaku disuatu daerah
tertentu (Hukum AdatBatak, Minangkabau, Jawa dan sebagainya). Atau suatu sistem
hukum yangtampak seiring dengan peningkatan pentingnya hukum negara dan
aparaturadministrasinya, dimana pengembangan dan kewenangannya, maksud
dantujuannya kesemuanya ditentukan oleh aparat pemerintah. Pemberlakuan,
dalam praktek sehari-hari berada dalam suatu kewenangan daerah yang
terdesentralisasi.Perbedaannya dengan hukum nasional adalah bahwa proses
pembentukan hukumlokal yang dibangun tersebut perumusannya didasarkan pada
spirit berpikirhukuni masyarakat pribumi.

 3. Fungsi hukum

 Fungsi hukum bagi kehidupan manusia, yaitu:

 ▪︎ Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat-

▪︎ Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin-

  ▪︎ Hukum mempunyai ciri memerintah dan melarang

12
 

▪︎Hukum mempunyai sifat memaksaHukum mempunyai daya yang mengikat fisikdan


Psikologis, Karena hukum mempunyai ciri, sifat dan daya mengikat, makahukum
dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dansiapa yang
benar-

▪︎ Sebagai penggerak pembangunan-

▪︎ Sebagai fungsi kritis hukumDr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H dalam bukunya


pengantar ilmu hukum, hal 155 mengatakan : “Dewasa ini sedang berkembang suatu
pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak
semata-matamelakukan pengawasan pada aparatur pemerintah (petugas) saja
melainkan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya”.

4. Proses terbentuknya hukum

 Terjadinya hukum di Inggris pada awalnya dan terus berkembang adalahhukum


berasal dari kebiasaan dalam masyarakat dan dikembangkan olehkeputusan-keputusan
pengadilan. Hukum Inggris yang demikian ini dinamakan common law , yang
pertumbuhannya dimulai pada tahun 1066, saat berkuasanyaWilliam The
Conqueror.Pandangan-pandangan ekstrim tentang terjadinya hukum secara
umumdikatakan oleh J.P Glastra Van Loon adanya dua pandangan ekstrim, yaitu:

1.Pandangan legisme, (yang berkembang dan berpengaruh sampai pertengahanabad


ke 19 )Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh perundang-undangan.Dan
hakim secara tegar terikat pada undang-undang, peradilan adalah halmenerpakan
secara mekanis dari ketentuan undang-undang pada kejadian-kejadian yang konkrit.2.

2.Pandangan Freirechtslehre (abad 19/20)Menurut pandangan ini hukum terbentuk


hanya oleh peradilan, undang-undang, kebiasaan, dan sebagainya hanyalah sarana-
sarana pembantu bagi hukumdalam menenemukan hukum pada kasus-kasus konkrit.

Hubungan Antara Hukum Dengan Manusia

13
 Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur
tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social
order) yang bernama: masyarakat. Guna membangun danmempertahankan tatanan
sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusiamembutuhkan pranata pengatur yang
terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).Hukum yang baik
adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup(the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.Hukum dalam masyarakat merupakan
tuntutan, mengingat bahwa kita tidakmungkin menggambarkan hidup manusia tanpa
atau di luar masyarakat. Makamanusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian
yang tidak bisadipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan
adanyakepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini
bukansaja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan
mempertegaslembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya. 

C.Hubungan Hukum dan Moral

A.Moral

1. Pendapat ahli

Menurut W.J.S. Poerwadarminta, Moral berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores)
yang berarti juga kebiasaan, adat dan berasal dari bahasa Belanda moural, yang berarti
kesusilaan, budi pekerti , moral berarti “ajaran tentang baik buruk perbuatan dan
kelakuan.” Dalam Islam moral dikenal dengan istilah “akhlak”, berasal dari kata
“khuluqun”, artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat.

Menurut Lon Fuller, hubungan antara moralitas dan hukum adalah hal pentinng.
Aturan – aturan dari suatu sistem hukum harus sesuai persyaratan – persyaratan
substatif dri moralitas. Ia memppstulasikan bahwa aturan – aturan hukum tunduk pada
moralitas.

Imanuel Kant, dalam bukunya metafisika kesusilaan membuat distingsi atau


perbedaan antara legal/legalitaet/Gezetzmassigheit dan Moralitas

14
moralitaet/sittlichkeit. Legalitas dipahaminya sebagai kesesuaian atau ketidaksesuaian
semata-mata.

Raghib Al-Isfahani, seorang filsuf muslim klasik Islam memaknai akhlak sebagai
upaya manusia untuk melahirkan perbuatan yang bajik dan baik. Alasannya, kata
akhlak merupakan plural dari khuluq yang berasal dari katakhalaqa. Menurutnya, ini
ditujukan kepada ciptaan Tuhan yang brmuatan daya yang dapat disempurnakan oleh
upaya manusia.

Menurut Ibnu Maskawih dalam bukunya Tahdzibul akhlaq wa that-hirul-a’raq, seperti


dikutip oleh Rahmat Djatnika, menyebut akhlaq sebagai perangai, yang maksudnya
adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan
tidak menghajatkan pikiran.

Menurut al-Ghazali: “akhlak merupakan tabiat jiwa, yang dapat dengan mudah
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan perwatakan tertentu secara serta merta tanpa
pemikiran dan pertimbangan. Apabila tabiat tersebut melahirkan perbuatan baik dan
terpuji menurut akal dan agama, tabiat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Apabila
melahirkan perbuatan-perbuatan yang jelek, maka tabiat tersebut dinamakan akhlak
yang jelek.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah tanpa memerlukan
pikiran lagi.

2. Fungsional hukum dan moral

Norma moralitas memberikan patokan kepada kita. dan perbuatan-perbuatan kita agar
disebut bermoral harus sesuai dengan patokan tersebut. Tetapi faktwa bahwasanya
terdapat suatu norma, tidaklah membebankan keharusan sesuatu pun mengenai
pemakaiannya. Norma memungkinkan kita untuk mengerti, apakah perbuatan kita
bermoral atau tidak, tetapi tidaklah menurut hakikatnya mengahruskan diri perbuatan
kita bermoral. Adakah sesuatu yang mengharuskan diri kita menyesuaikan
perbuatannya dengan norma moralitas? Disinilah kita menyentuh adanya hukum,
sebab hukum menyatakan pengertian mengenai sesuatu yang membebankan
keharusan tersebut. Hukum menjelaskan keharusan (oughtness). Tanpa hukum kita
hanya punya suatu hubungan antara jalan ke tujuan, yang oleh Kant disebut sebagai
imperatif hipotesis; kalau anda ingin bermoral, norma moralitas adalah sebagi

15
petunjuk bagaimana anda menggapai keiningan tersebut. Bila da orang yang berkata “
saya tidak berminat bermoral”, norma moralitas sebagai norma tidak semata tidak bisa
berkata sesuatu pun lebih lanjut. Tetapi ada hukum yang membebankan suatu
keharusan mutlak, suatu imperatif katagoris. Anda harus bermoral senang atau tidak
senang, maka anda harus menyesuaikan perbuatan-perbuatan anda dengan norma
moralitas.

B. Hukum dan Moral

Pada masyarakat yang masih sederhana, norma susila atau moral telah memadai untuk
menciptakan ketertiban dan mengarahkan arah tingkah laku masyarakat, dan
menegakkan kesejahteraan dalam masyarakat. Kesusilaan memberikan peraturan-
peraturan kepada seseorang supaya menjadi manusia yang sempurna. Hasil dari
perintah dan larangan yang timbul dari norma kesusilaan itu bersandar pada
kebebasan pribadi seseorang. Hati nuraninya akan menyatakan perbuatan mana yang
jahat serta akan menentukan apakah ia akan melakukan sesuatu perbuatan. Akan
tetapi pada masyarakat yang sudah maju kaidah adat tersebut tidak lagi mencukupi.

Jika dalam kesusilaan yang dimuat adalah anjuran yang berupa pujian dan celaan,
maka dalam kaidah hukum yang dimuat adalah perintah dan larangan yang diperkuat
dengan ancaman, paksaan atau sanksi bagi orang yang mengabaikan. Meskipun
coraknya berbeda, namun bentuk-bentuk yang dipuji dan dicela dalam kesusilaan,
sehingga pada hakikatnya patokan hukum tersebut berurat pada kesusilaan.

1. Moral Sebagai Landasan Tujuan Hukum

Dalam banyak literatur dikemukakan bahwa tujuan hukum atau cita hukum tidak lain
daripada keadilan. Gustav Radbruch, di antaranya menyatakan bahwa cita hukum
tidak lain daripada keadilan. Selanjutnya ia menyatakan “Est autem jus a justitia, sicut
a matre sua ergo prius fuit justitia quam jus”, yang diterjemahkan: “Akan tetapi
hukum berasal dari keadilan seperti lahir dari kandungan ibunya, oleh karena itu
keadilan telah ada sebelum adanya hukum.” Menurut Ulpianus, Justitia est perpetua et
constans voluntas jus suum cuique tribuendi, yang diterjemahkan secara bebas,
keadilan adalah suatu keinginan yang terus-menerus dan tetap untuk memberikan
kepada orang apa yang menjadi haknya.

16
Menurut Thomas Aquianas, hukum terutama berkaitan dengan kewajiban yang
diletakkan oleh nalar. Hukum meliputi kekuasaan, dan kekuasaan inilah yang
memberikan kewajiban. Akan tetapi di belakang kekuasaan inilah berdiri nalar.
Penguasa melalui hukum positif dapat memberi perintah yang bukan-bukan atau
memaksa orang melakukan perbuatan yang tidak benar, tetapi hukum positif tersebut
bekerja tidak sesuai dengan hakikat alamiah hukum. Hukum alam ditentukan oleh
nalar manusia. Mengingat Allah menciptakan segala sesuatu, hakikat alamiah manusia
dan hukum alam paling tepat dipahami sebagai produk kebijaksanaan atau pikiran
Allah.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas adalah pandangan Lon
L. Fuller. Oleh Fuller dikatakan bahwa masalah moralitas merupakan bagian dari
hukum alam. Hanya saja aturan-aturan itu tetap membumi. Memang kata moral sering
dikaitkan dengan keadaan batin seseorang, seperti budi pekerta luhur,
keramahtamahan, atau ketaatan dalam menjalankan kewajiban agama dan semu sikap
yang mempunyai kemaslahatan semua orang dan diri sendiri. Tidak berzina, tidak
suka memfitnah, tidak berkata-kata dusta, suka memberi, bermurah hati dan suka
menolong dalam kesesakan adalah tindakan-tindakan moral. Akan tetapi sikap
semacam itu adalah ideal.

2. Hukum Bersatu dengan Moral

Prof. Dr. Hazairin dalam buku Demokrasi Pancasila menyatakan bahwa hukum tanpa
moral adalah kezaliman. Moral tanpa hukum adalah anarki dan utopia yang menjurus
kepada peri-kebinatangan. Hanya hukum yang dipeluk oleh kesusilaan dan berakar
pada kesusilaan yang dapat mendirikan kesusilaan. Lebih lanjut Dr. Muslehuddin
menerangkan bahwa hukum tanpa keadilan dan moralitas bukanlah hukum dan tidak
bisa bertahan lama. Sistem hukum yang tidak memiliki akar substansial pada keadilan
dan moralitas pada akhirnya akan terpental. Menurut Prof. Dr. H. M. Rasjidi, hukum
dan moral harus berdampingan, karena moral adalah pokok dari hukum. Menurut
Kant, hukum moral adalah hukum dalam arti sebenarnya. Menurut Friedmann, tidak
ada dan tidak pernah ada pemisahan total hukum dari moralitas. Oleh karenanya
hukum yang dipisahkan dari keadilan dan moralitas bukanlah hukum.

C. Perbedaan Serta Hubungan Hukum dan Moral

17
Pada umumnya, perbedaan dan hubungan antara hukum dan moral dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Hukum membutuhkan moral. Quid leges sine moribus? (Apa artinya UU tanpa
moralitas?). Kualitas hukum juga diukur dari mutu moralnya. Sebaliknya, moral juga
membutuhkan hukum , agar “semakin terwujud secara lebih pasti dalam perilaku
konkret”. Menghormati hak milik orang lain misalnya, adalah sebuah prinsip moral.
Prinsip ini diperkuat dalam hukum yang melindungi hak milik.

2. Hukum itu lebih dikodifikasikan dan dengan demikian lebih pasti dan objektif
daripada moralitas yang tidak tertulis.

3. Hukum mengatur perbuatan lahiriah (legalitas), sementara moral lebih menyangkut


sikap batin manusia.

4. Moralitas adalah “isi minimum dari hukum”. Hukum dan moralitas hanya berbeda
dari sisi formal, tetapi tidak ada perbedaan mendasar dari segi substansi. Baik norma
hukum maupun norma moral, kedua sama-sama mengatur perilaku manusia.

5. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan
moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan, pelanggar akan terkena
hukuman. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya menyentuh
bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi di
bidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.

6. Tujuan hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bernegara,


sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.

7. Immanuel Kant berpendapat bahwa hukum termasuk dalam tatanan normatif


lahiriah manusia, di luar motivasi batin. Moralitas hanya berkaitan dengan suara hati
atau sikap batin manusia. Hukum mengikat secara moral kalau diyakini dalam hati.

8. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan
moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan,pelanggar akan terkena
hukuman

9. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat

18
10. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum alam
sedangkan moral berdasarkan hukum alam

11. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri manusia),
sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).

12. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan

13. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati,
batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri

14. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan
bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.

Uraian Kant ini dapat dilengkapi dengan uraian A. Reinach (1883-1917) sebagai
berikut:

1. Norma moral mengenai suara hati pribadi manusia, norma yuridis berlaku atas
dasar suatu perjanjian.

2. Hak-hak moral tidak pernah hilang dan tidak dapat pindah kepada orang lain,
sedangkan hak yuridis dapat hilang dan berpindah (sesuai dengan perjanjian).

3. Norma moral mengatur baik batin maupun hidup lahir, sedangkan norma hukum
hanya mengatur kehidupan lahiriah saja (de internis praetor non iudicat).

D. Hakikat Nilai Moral Dalam Kehidupan Manusia

• Nilai dan Moral Sebagai Materi Pendidikan

Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara manusia
mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat nilai) yang
mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya berbeda karena
estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan baik
dan salah, namun karena manusia selalu berhubungan dengan masalah keindahan,

19
baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan layak atau tidaknya sesuatu,
maka pembahasan etika dan estetika jauh melangkah ke depan meningkatkan
kemampuannya untuk mengkaji persoalan nilai dan moral tersebut sebagaimana
mestinya.

Jika persoalan etika dan estetika ini diperluas ke kawasan pribadi, maka muncullah
persoalan apakah pihak lain atau orang lain dapat mencampuri urusan pribadi orang
tersebut? Seperti halnya jika seseorang menyukai masakan China, apakah orang lain
berhak menyangkal jika masakan China adalah masakan yang enak untuk disantap
dan melarang orang tersebut untuk mengkonsumsinya? Mungkin itu hanya sebagian
kecil persoalan ini, begitu kompleksnya persoalan nilai, maka pembahasan hanya
dibatasi hanya pada pembahasan etika saja. Menurut Bartens ada tiga jenis makna
etika, yaitu:

° Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

° Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).

° Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat moral).

Dalam bidang pendidikan, ketiga pengertian di atas menjadi materi bahasannya, oleh
karena itu bukan hanya nilai moral individu yang dikaji, tetapi juga membahas kode-
kode etik yang menjadi patokan individu dalam kehidupan sosisalnya, yang tentu saja
karena manusia adalah makhluk sosial.

• Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia

Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika. Manusia
sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan
memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada
meskipun tanpa ada yang menilainya. Kedua, memandang nilai sebagai sesuatu yang
subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.

Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif:

Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita
mendambakannya karena objek itu memiliki nilai

20
Kedua, apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau
kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai
mendahului dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001, hlm.
19-24).

• Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder

Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat menjadi ada,
sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup manusia,
sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap oleh
pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas sekunder seperti
halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih terhadap sesuatu yang
dijadikan objek penilaian kualitasnya.

• Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan


sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan, nilai memiliki polaritas
dan hierarki, yaitu:

• Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai (polaritas)
seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.

• Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas pengakuan,
objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai,
hubungan antara pengembangan nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang
dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik. Sedangkan Max Scheller
berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan
nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi klasifikasi lainnya dari para pakar, namun
adapula pembagian hierarki di Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran
P4), yakni, nilai dasar, nilai instrumental, dan yang terakhir nilai praksis.

• Pengertian Nilai

Walaupun begitu banyaknya pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada

21
yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan
manusia, dan selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan
oleh setiap pakar pada dasarnya upaya memberikan pengertian secara holistik
terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang “relatif belum
tersentuh” oleh pemikir lain.

Definisi yang mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada
pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of
Social Interest, karena ia melihat nilai dari sudut kepentingannya.

• Makna Nilai bagi Manusia

Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong manusia
karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia karena ada
di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai
kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus
diaplikasikan dalam perbuatan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Nilai Moral dan Norma Moral adalah dua hal yang sangat penting yang harus dimiliki
elh setiap manusia. Karena dua hal itu yang membuat manusia menjadi manusia yang

22
beretika. Nilai Moral adalah nilai yang mengatur tingkah laku seseorang menganai
apa yang baik dan benar. Sedangkan Norma Moral adalah sebuah pedoman dalam
bertingkah laku.

Pertanyaan

23

Anda mungkin juga menyukai