Anda di halaman 1dari 49

Unit

EVALUASI PENJAS
Victor Simanjuntak Kaswari Eka Supriatna

Pendahuluan

ada saat menjadi guru di SD ada kemungkinan dalam menilai siswa masih ada yang menggunakan penilaian dengan perkiraan saja. Hal ini diharapkan tidak terjadi pada diri Anda sesudah mempelajari unit ini. Setiap guru hendaknya dapat melaksanakan kegiatan penilaian atau evaluasi, karena evaluasi merupakan alat untuk mengukur keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Guru dan siswa merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan tugas ma singmasing yait u: guru mengaj ar untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswanya untuk mendapatkan hasil maksimal dan sebaliknya siswa selama menerima pelajaran berusaha belajar dengan sebaik-baiknya dan meningkatkan belajar di rumah dengan rajin dalam memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sehingga mendapat nilai cukup baik. Dengan mempelajari unit ini Anda diharapkan akan dapat: a. Menjelaskan pengertian dan fungsi evaluasi; b. Melakukan evaluasi dalam Penjaskes; c. Melakukan evaluasi kualitatif dalam Penjaskes; d. Melakukan evaluasi- kuantitatif dalam Penjaskes. Dalam unit ini, materi bahasan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Pada awalnya Anda akan mempelajari tentang pengertian dan. fungsi evaluasi pada umumnya yang dilanjutkan dengan evaluasi dalam Penjaskes. Setelah itu barulah Anda mengenal bagaimana melakukan evaluasi Penjaskes dengan penilaian secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan mempelajari unit ini diharapkan Anda akan dapat melaksanakan tugas secara lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selanjutnya Anda akan dapat mengetahui keberhasilan tugas Anda dan

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9-1

bila Anda kembangkan dengan menganalisis hasil evaluasi, Anda akan dapat mengenal kemampuan siswa Anda, dan setiap tes yang Anda buat dapat diketahui sukar-mudahnya. Guna memudahkan mempelajari unit ini Anda perlu memperhatikan petunjuk berikut: 1. Bacalah dengan cermat bagian demi bagian yang selanjutnya beri tanda untuk kata-kata yang Anda anggap penting untuk dipahami atau bahan diskusi dalam pertemuan kelompok. 2. Beberapa konsep dalam materi unit ini, dapat Anda terapkan dalam kegiatan pembelajaran yang disimulasikan. Guna memantapkan pemahaman Anda dalam materi Penilaian atau Evaluasi pelajaran, kerjakan latihan-latihan yang ada dan diskusikan bersama-sama teman sekelompok Anda.

Selamat Belajar! Semoga Sukses.

9 - 2 Unit 9

Subunit 1 Dasar-Dasar Evaluasi Penjas


Pendahuluan

alam subunit ini akan dijabarkan mengenai beberapa dasar evaluasi. Untuk memperlajari evaluasi agar lebih cepat dimengrti sebenarnya diperlukan banyak praktek. Praktek yang dimaksud yaitu Anda melakukan beberapa percobaan terutama penyusunan tes baik itu tes observasi ataupun menggunakan tes yang sudah baku. Dengan melaksanakan tes secara langsung akan mempermudah dalam pemahaman teori yang panjang lebar. Pembahasan yang disajikan adalah pengertian evaluasi, manfaat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, prinsip dasar pelaksanaan evaluasi penjas, perlunya evaluasi, isu pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani, prinsip pengembangan evaluasi pendidikan jasmani, acuan penilaian, penentuan nilai, kedudukan evaluasi dalam proses belajar mengajar, melakukan evaluasi dalam pendidikan jasmani. Setelah mempelajari subunit ini diharapkan Anda mengerti secara operasional pengertian evaluasi, manfaat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, prinsip dasar pelaksanaan evaluasi penjas, perlunya evaluasi, isu pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani, prinsip pengembangan evaluasi pendidikan jasmani, acuan penilaian, penentuan nilai, kedudukan evaluasi dalam proses belajar mengajar, melakukan evaluasi dalam pendidikan jasmani, dan dapat menjadi dasar untuk mempelajari subunit 2. Subunit ini merupakan pengantar yang bersifat teoritis dan banyak mengetengahkan teori-teori evaluasi dari berbagai sumber. Dengan memahami subunit ini Anda tidak akan kesulitan untuk lebih memperdalam meteri berikutnya. Pembahasan dimulai dengan pengertian evaluasi dilajutkan dengan prinsip-prinsip melakukan evaluasi secara umum. Pada bagian berikutnya masuk pada penerapan evaluasi dalam pendidikan jasmani dengan beberapa aturan yang ada, dalam proses evaluasi diadakan tes dan pengukuran, berdasarkan tes dan pengukuran tersebut maka diperoleh data, dan data ini kemudian diolah dengan menggunakan acuan penilaian yang berisi acuan norma dan acuan patokan dalam penentuan nilai. Setelah nilai ditentukan maka nilai dan data tesebut digunakan dalam evaluasi dalam proses belajar mengajar. Hal yang terakhir adalah melakukan evaluasi dalam pendidikan jasmani, ini merupakan evaluasi yang dilaksanakan dalam pendidikan jasmani yang berisi cara untuk mengetes kemampuan motorik anak.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9-3

A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan penentuan manfaat dari suatu hal. Termasuk di dalammnya pengumpulan informasi yang dipergunakan untuk tujuan menilai sebuah program, produk, prosedur atau sasaran atau kegunaan pendekatan alternatif yang potensial yang telah dirancang untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan (Sander, 1973). Evaluasi merupakan proses pemberian/penentuan nilai atau penghargaan terhadap data yang diperoleh dari hasil pengukuran berdasarkan kriteria (Nurhasan, 2000). Lebih lanjut Djemari Mardapi (2000) mendefinisikan evaluasi sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik. Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan, dalam evaluasi termuat di dalamnya; pengumpulan informasi, penentuan nilai, untuk menentukan status atau penghargaan. Jelaslah disini bahwa tugas evaluator memberi data atau gambaran tentang sesuatu hal yang dievaluasi. Berkaitan dengan kebutuhan data, maka hal ini erat kaitannya dengan jenis, proses dan cara pengambilan data. Kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data dikenal dengan pengukuran, kegiatan pengukuran memerlukan instrumen, jenis dari instrumen adalah alat tes. Alat tes digunakan untuk melakukan pengukuran. Instrumen adalah alat untuk memperoleh informasi. Instrumen ini banyak ragamnya sesuai dengan jenis informasi yang akan dikumpulkannya. Syarat yang penting adalah sahih. Kesahihannya bergantung pada kesesuaian fungsinya untuk mendapatkan informasi yang diharapkan. Bila data yang ingin dikumpulkan berupa ukuran panjang misalnya, maka instrumen yang digunakan adalah meteran. Bila datanya berupa ukuran berat, instrumen yang digunakan adalah timbangan. Beberapa contoh instrumen yang sering digunakan dalam aspek pembelajaran antara lain adalah tes, pedoman observasi, daftar cek, wawancara, angket, borang, LKS, dan bentuk lainnya untuk menghimpun data tentang sifat objek atau manusia. Dalam hal ini ada keterkaitan yang erat antara tes, pengukuran dan evaluasi. Lebih lanjut Rosemary (1976) mendefinisikan evaluasi tes dan pengukuran sebagai berikut: Evaluasi merupakan sebuah proses dalam pendidikan dengan menggunakan cara-cara pengukuran, hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil atau proses dalam bentuk data kualitatif ataupun kuantitatif dari subyek ataupun obyek yang dilakukan pengetesan dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pengukuran adalah sebuah teknik yang dipergunakan dalam evaluasi yang dipergunakan dengan menggunakan metode yang tepat dan obyektif. Hasil pengukuran ini secara umum adalah data kuantitatif yang berupa angka, dan dimungkinkan prosedur pengukuran menggunakan cara-cara kualitatif. Tes merupakan sebuah alat pengukuran yang khusus dan merupakan nilai terhadap pengukuran yang dilakukan pada setiap orang.

9 - 4 Unit 9

Tes adalah alat untuk memperoleh informasi berupa sifat suatu objek atau manusia. Untuk memperoleh data prestasi belajar, guru memakai tes prestasi belajar. Pengukuran merupakan proses penggunaan informasi. Informasi yang digunakan melalui pengukuran dipakai untuk menilai sehingga pengukuran selalu menghasilkan informasi berupa skor. Berdasarkan skor inilah guru dapat menafsirkan kemajuan belajar siswa. Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan evaluasi diperlukan tes dan pengukuran. Dengan logika lain untuk melakukan evaluasi memerlukan data, data diperoleh dari pengukuran, dan pengukuran memerlukan alat yang disebut tes. Evaluasi menentukan bagaimana tujuan-tujuan telah dicapai. Informasi ini meliputi sifat kepemimpinan, materi program, fasilitas, alat-alat, pemberian nilai, penelitian, waktu untuk program, partisipasi dan administrasi. Karena itu evaluasi berkenaan dengan proses aktivitas pendidikan. Dalam pendidikan jasmani yang terjadi di lapangan hanya sebatas pada pemberian nilai terhadap siswa. Kegiatan pengetesan terhadap siswa untuk memperoleh data skill ataupun penguasaan ranah yang lain hanya merupakan sabagian kecil dari proses evaluasi yang seharusnya dilaksanakan. Tes adalah alat untuk memperoleh informasi berupa sifat suatu objek atau manusia. Untuk memperoleh data prestasi belajar, guru menggunakan tes prestasi belajar. Pengukuran merupakan proses penggunaan informasi. Informasi yang digunakan melalui pengukuran dipakai untuk menilai sehingga pengukuran selalu menghasilkan informasi berupa skor. Berdasarkan skor inilah guru dapat menafsirkan kemajuan belajar siswa.

B. Manfaat evaluasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. Abdoellah (1976) mengungkapkan manfaat evaluasi adalah: Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sampai dimana potensi anak-didik itu berbeda. Evaluasi untuk mengadakan seleksi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan-kelamahan anak didik. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apa yang telah dicapai anak-didik dalam pelajaran olahraga. Evaluasi bertujuan untuk memberi bantuan dalam pengelompokan anakdidik untuk tujuan-tujuan tertentu. Evaluasi dapat memberikan dorongan atau motivasi bagi anak didik dalam olahraga.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9-5

7. Evaluasi dapat memberikan bantuan dalam bimbingan ke arah pemilihan yang sesuai dengan baku dan kemampuan anak didik. 8. Evaluasi memberikan data bukti untuk dilaporkan kepada orang tua dan kepada masyarakat, yaitu pihak-pihak yang memerlukan keteranganketerangan tentang seorang anak-didik. 9. Evaluasi dapat memberikan data-data untuk keperluan penelitian atau riset. Pentingnya evaluasi untuk memantau kemajuan dan pencapaian tujuan belajar, sekarang ini sudah cukup disadari oleh para guru pendidikan jasmani. Hal ini paling tidak, dapat dilihat dari penetapan nilai pelajaran pendidikan jasmani dalam setiap laporan. Namun demikian, pentingnya evaluasi tidak hanya terbatas pada penetapan nilai, akan tetapi juga dapat dilihat dari sisi manfaatnya. Proses evaluasi yang dilakukan sesuai dengan prinsipnya, paling tidak mengandung empat manfaat. Evaluasi memungkinkan guru lebih terampil dan cermat dalam menafsirkan kemajuan hasil belajar siswa Proses pengumpulan informasi dalam evaluasi menuntut guru untuk menelaah secara seksama kemampuan setiap siswa. Apakah si swa sudah cukup m ampu m el akukan suatu t ugas, misalnya keterampilan gerak yang menjadi tujuan pengajaran. 2. Evaluasi akan memberi umpan balik bagi keberhasilan suatu program Evaluasi yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan, misalnya pada siswa kelas enam SD, akan memberikan informasi tentang keberhasilan keseluruhan program. Aspek-aspek apa saja yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa, akan terungkap dari hasil evaluasi. 3. Evaluasi akan meningkatkan pengakuan pihak luar terhadap manfaat pendidikan jasmani Selain guru bisa melihat dan menilai kemajuan kemampuan siswa, guru juga dapat memberikan bukti kepada orang tua siswa, kepala sekolah, dan pihak lainnya tentang manfaat yang diperoleh dari pendidikan jasmani yang diselenggarakan dengan pengelolaan yang baik. 4. Evaluasi dapat dijadikan ukuran keberhasilan guru dalam mengajar Evaluasi dapat dijadikan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menilai keberhasilan PBM yang dilakukan oleh gurunya, apakah PBM berlangsung secara efektif atau malah sebaliknya. Guru sering terkejut melihat hasil PBM yang menurut gurunya sudah dilaksanakan dengan baik, namun ternyata hasil tes menunjukkan kurang baik.
1.

9 - 6 Unit 9

C. Prinsip-prinsip Evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi terdapat dua prinsip yang mendasar: 1. Prinsip-prinsip pelaksanaan: yaitu prinsip-prinsip yang perlu diikuti dalam melakuan atau mengadakan evaluasi. 2. Prinsip-prinsip dasar yaitu prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan evaluasi. Dari dua prinsip tesebut di atas kemudian dibagi atas beberapa bagian lebih terinci sebagi berikut. 1. Prinsip-prinsip pelaksanaan. a. Evaluasi harus dilakukan secara obyektif. b. Evaluasi harus diadakan secara kontinu. c. Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara komprehensif. 2. Prinsip-prinsip dasar yang dipegang sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan evaluasi adalah: a. Evaluasi adalah alat komunikasi. b. Masud utama dari evaluasi terhadap anak-didik adalah membantu anak-didik untuk mencapai perkembangan potensinya secara maksimum. c. Dalam evaluasi anak-didik terutama harus dibandingkan dengan dirinya sendiri, jangan hanya dibandingkan dengan anak didik yang lain. d. Evaluasi hendaknya menyarankan langkah-langkah atau tindakan lanjut yang perlu diambil (Abdoellah, 1976). Lebih lanjut perihal prinsip-prinsip evaluasi dibahas sebagai berikut.

D. Prinsip Dasar Pelaksanaan Evaluasi Penjas


Agar isu pelaksanaan evaluasi pendidikan jasmani sedikit-demi sedikit dapat dikurangi dan agar pelaksanaan evaluasi dapat memenuhi fungsinya untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar, penyelenggaraan evaluasi harus mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai berikut. a. Proses pengumpulan data dilakukan melalui kerjasama secara alami Untuk mengingkatkan aktivitas belajar dan memotivasi siswa, hendaknya dihindarkan penggunaan standar yang baku atau perbandingan dengan teman. Bagi siswa tertentu, hal itu dapat menurunkan motivasi belajar. Sebagai penggantinya, hendaknya kerjasama antara guru dengan siswa dilakukan secara individu untuk mendiskusikan tujuan belajar yang ingin dicapainya, membimbing dan mendorong siswa untuk menentukan tujuan-tujuan yang maksimal akan
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9-7

tetapi realistik, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Para siswa akan lebih menjadi termotivasi untuk metakukan tes serta tekun belajar dengan baik manakala mereka bekerja sama dengan gurunya. b. Proses pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Bukti kemajuan belajar siswa, ada di antaranya yang dapat secara langsung dilihat hasilnya dalam tempo waktu relatif singkat. Ada juga kemajuan belajar siswa yang hanya dapat dilihat hasilnya setelah menempuh program yang panjang, misalnya satu tahun atau lebih. Karena itu, kemajuan belajar siswa harus dicatat dan didokumentasikan agar dapat diperlihatkan peningkatannya kepada siswa, orang tua siswa, atau kepada pihak pimpinan sekolah yang membutuhkan. Proses pengumpulan data yang dilakukan hanya satu kali kurang cocok untuk melihat kemajuan belajar siswa, dan cara ini mungkin lebih cocok untuk melihat keunggulan dan kelemahan masing-masing siswa. c. Data yang dihimpun meliputi berbagai aspek Kemajuan belajar, motivasi, dan proses belajar merupakan tiga komponen utama yang satu sama lain saling berinteraksi, saling mempengaruhi dengan kuat. Karena itu, data yang dikumpulkan harus meliputi berbagai aspek. Proses pengumpulan data harus dapat mengumpulkan informasi tentang kapan sesuatu diketahui oleh siswa (pengetahuan), apa yang dirasakan dan bagaimana perasaan siswa terhadap pelajarannya (sikap), kemampuan apa yang diperoleh (produk) dan apa yang dilakukan untuk memperoleh tujuan belajarnya. Proses belajar sama pentingnya dengan hasil belajar. d. Laporan kemajuan belajar harus dibuat dan disampaikan kepada orang tua siswa Kemajuan belajar siswa tidak hanya cukup diketahui oleh guru yang bersangkutan saja, tetapi juga oleh pihak sekolah, siswa, dan orang tua siswa. Agar pihak yang berkepentingan tersebut memahami secara mendalam tentang kemajuan belajar siswa, sebaiknya laporan tidak hanya memuat nilai saja, misalnya 7 atau 8. Akan lebih baik jika nilai tersebut disertai dengan data dari berbagai aspek kemajuan belajarnya, misalnya perkembangan disiplin, keterampilan gerak, atau kebugaran jasmaninya. Laporan itu dapat memuat berbagai aspek kemajuan belajarnya. Laporan yang memuat berbagai aspek perkembangan kemajuan belajar, jauh akan lebih berharga bagi orang tua siswa. Dengan cara ini orang tua siswa akan mengetahui tentang kelemahan dan keunggulan yang dimiliki anaknya, seperti keterampilan apa yang mesti ditingkatkan, aspek apa yang harus dipertahankan, dan bagaimana cara

9 - 8 Unit 9

mengatasinya. Cara seperti ini pada akhirnya akan nenanamkan rasa tanggung jawab orang tua siswa terhadap keberhasilan belajar anaknya.

E. Perlunya Evaluasi
Masyarakat memandang bahwa pendidikan sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap. Bahkan, seringkali pendidikan dianggap sebagai investasi peningkatan kualitas kehidupan yang dapat diraih hasilnya di masa yang akan datang. Pendidikan itu sendiri berlangsung melalui proses yang cukup panjang dan diorganisasikan dalam lingkungan sekolah atau luar sekolah menurut pola-pola tertentu yang dianggap terbaik. Pada umumnya, para pendidik berpendapat bahwa tugas lembaga pendidikan adalah mendorong pertumbuhan seseorang ke ar ah t uj uan yan g di harapkan ol eh i ndi vi du dan m as yar akat di sekitarnya. Tidaklah mengherankan jika seluruh kegiatan yang berlangsung dalam lembaga yang bersangkutan, semuanya dipusatkan untuk memacu siswa atau peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, pertanyaan yang sering muncul adalah sudah seberapa jauh tujuan pendidikan tercapai? Bagaimanakah kemajuan belajar siswa? Apakah mereka mencapai tingkat kemajuan yang lebih baik dari pada waktu sebelumnya? Untuk dapat menjawab pertanyaan. ini dengan baik, maka proses pembuatan keputusan akan perlunya evaluasi harus dilakukan. Tayibnabis (2004), mengemukakan evaluasi dapat mempunyai dua fungsi yaitu formatit dan sumatif. Evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk mempertanggungjawabkan, keterangan, seleksi atau lanjutan. Evaluasi dalam pendidikan jasmani memungkinkan guru lebih terampil dan cermat dalam menafsirkan kemajuan siswanya. 1. Evaluasi Formatif, atau sering disebut evaluasi harian adalah evaluasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Proses evaluasi ini meliputi pembagian pembelajaran ke dalam beberapa subunit pembelajaran yang lebih kecil, mengevaluasi penguasaan siswa terhadap subunit tersebut, menentukan sub-sub unit yang belum dan sudah dikuasai siswa, serta berusaha memperbaiki prosesnya agar semua subunit pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa. Tujuan evaluasi formatif adalah memperoleh umpan balik bagi guru dan siswa untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Aspek yang

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9-9

ditekankan dalam evaluasi formatif adalah penguasaan materi yang diberikan pada saat pertemuan itu. Misalnya, pembelajaran pas bawah pada olah raga bola voli dibagi ke dalam sub materi yang terdiri dari, posisi kedua sikut pada saat perkenaan, posisi tubuh, dan pantulan bola. Materi evaluasinya diarahkan pada perolehan informasi tentang penguasaan siswa terhadap ketiga sub materi bola voli tersebut. Pada kasus evaluasi formatif ini pembanding teman jarang bahkan tidak pernah digunakan. Akan tetapi yang menjadi kriterianya adalah penguasaan tuntas yang seringkali cukup tinggi, yaitu sekitar 80 % sampai 90 % dari seluruh materi yang diberikan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa. Untuk itu, hasil evaluasi ini sering menggunakan istilah gagal atau berhasil, artinya siswa berhasil atau gagal menguasai 80 % dari materi yang diperolehnya. 2. Evaluasi Sumatif, atau sering disebut evaluasi akhir catur wulan adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir suatu jenjang waktu tertentu, misalnya akhir unit pembelajaran, catur wulan, atau semester. Tujuannya adalah untuk membuat penilaian terhadap pencapaian tujuan umum pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, apakah sudah tercapai oleh siswa atau belum. Aspek yang ditekankan dalam evaluasi sumatif adalah penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan pada kurun waktu tertentu yang sifatnya lebih luas. Misalnya, penguasaan siswa terhadap materi pendidikan jasmani setelah menyelesaikan pembelajaran selama satu catur wulan ke-2 pada kelas dua. Pada kasus evaluasi sumatif ini, pembanding teman atau tingkat kepenguasaan seringkali menjadi kriterianya. Untuk itu hasil evaluasi ini sering menggunakan beberapa klasifikasi, misalnya 5 sampai dengan 9, atau baik sekali, sampai dengan kurang sekali bergantung pada istilah yang digunakan oleh guru. Karena efektivitas program semesteran banyak bergantung pada efektivitas program per pertemuannya, maka evaluasi formatif dan sumatif, sama pentingnya dilakukan untuk melihat efektivitas program pendidikan jasmani. Oleh karena itu, para guru tidak cukup hanya melakukan tes awal dan tes akhir saja tetapi juga harus melakukan pengumpulan data formatif, misalnya yang berhubungan dengan proses yang antara lain meliputi: kehadiran, lama latihan, intensitas latihan, denyut nadi, dan data lain penentu tercapainya tujuan atau program. Karena dapat dipastikan bahwa efektivitas peningkatan kebugaran jasmani sangat ditentukan oleh proses latihan setiap pertemuannya. Apabila proses latihan setiap pertemuan sesuai dengan konsep maka terakhir tinggal melihat seberapa banyak peningkatannya. Mengajar pada dasarnya adalah memberikan aktivitas yang selalu berorientasi pada tujuan. Evaluasi formatif merupakan proses pengumpulan data pada setiap pertemuan untuk mengetahui kesesuaian proses betajar yang dilakukan siswa. Untuk

9 - 10 Unit 9

selanjutnya, apabila sudah sesuai proses belajar maka harus dipertahankan bahkan ditingkatkan, tetapi manakala belum sesuai, maka harus diperbaiki. Bahkan, untuk keperluan penentuan nilai sekalipun, beberapa orang guru pendidikan jasmani seringkali hanya mengandalkan data formatif, terutama untuk siswa kelas rendah, dengan alasan bahwa data formatif lebih konkret, logis, dan bermakna bagi siswa maupun orang tua siswa. Namun, permasalahan yang masih sering dijumpai adalah pengumpulan data dan pengadministrasiannya. Hal ini dapat diatasi manakala guru secara bertahap menerapkannya.

F. Isu Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Jasmani.


Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis disadari bahwa evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan (integral) dari suatu proses belajar mengajar. Evaluasi berfungsi sebagai salah satu cara untuk memantau perkembangan belajar dan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa. Namun, harapan ini sering kali menyimpang dalam kenyataannya. Beberapa penyimpangan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi belum begitu tampak terpadu dalam sebuah proses belajar mengajar. Pengecekan terhadap pemahaman siswa dan pemberian umpan balik yang memadai guna meningkatkan penguasaan materi oleh siswa sebagai salah satu bentuk evaluasi, tampaknya belum merupakan bagian yang menyatu dalam sebuah proses belajar mengajar. Guru merasa dikejar-kejar oleh bahan yang harus diselesaikan tuntas pada suatu pertemuan, tanpa memperhatikan apakah siswa sudah saatnya menerima materi berikutnya atau belum. Untuk itu, seringkali guru memberikan evaluasi yang sifatnya formalitas saja, asal menyampaikan tanpa bahan, menjadikan umpan balik untuk perbaikan proses berikutnya. Bahkan seringkali guru memberikan evaluasi pada waktu terpisah yang tidak jarang menyita waktu cukup banyak sehingga menyita waktu untuk keperluan lainnya. Beberapa dampak yang mungkin muncul pada diri siswa akibat keadaan seperti ini antara lain adalah : a. Kurang memahami fokus materi yang dipelajarinya. b. Kurang memahami materi yang perlu dipertahankan dan perlu ditingkatkan. c. Kurang termotivasi untuk memperdalam materi di luar jam pelajaran.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 11

d. Kurang mengetahui secara terarah apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kemampuannya di luar jam pelajaran. 2. Relevansi materi evaluasi. Materi evaluasi terkadang kurang mencerminkan materi proses belajar mengajar, sesuai dengan tujuan dan peruntukannya. Kecenderungan untuk mengambil materi evaluasi dari bank-bank soal dari seluruh sekolah atau dari soal sebelumnya, tanpa terlebih dahulu direvisi atau disesuaikan. Materi belajar yang sudah diberikan, memang merupakan cara yang cepat. Tetapi apabila hal itu tidak dilakukan dengan teliti, bisa jadi akan melemahkan validitas dan reliabilitas soal. Tingkat keterampilan siswa, fokus pembelajaran, dan relevansi materi evaluasi seringkali merupakan aspek pokok validitas instrumen. Beberapa dampak yang mungkin muncul pada diri siswa akibat keadaan ini antara lain adalah: a. Siswa merasa bingung dengan materi evaluasi yang diperolehnya. b. Siswa kurang percaya lagi terhadap fokus pembelajaran karena tidak sesuai dengan materi evaluasi. c. Siswa bisa jadi tidak serius dalam belajar yang penting adalah hasil evaluasi. d. Siswa histeris dan frustasi karena materi pembelajaran tidak sesuai dengan materi evaluasi. e. Siswa merasa rendah diri atau tidak percaya diri terhadap materi evaluasi yang akan diberikan sehingga berusaha nyontek dari teman karena takut tidak lulus. f. Hasil evaluasi siswa bersifat biasa bukan merupakan kemampuan hasil berlajar siswa yang sebenarnya. 3. Situasi pelaksanaan evaluasi. Dalam situasi tes tulis di kelas, hasil tes mungkin hanya diketahui oleh siswa yang di tes dan gurunya. Sebaliknya, dalam tes penampilan di lapangan, hasil tes diketahui oleh semua orang. Semua siswa tahu, siapa yang larinya paling lambat, siapa yang mungkin dihindari oleh para guru Pendidikan jasmani sehingga dapat memelihara kondisi perasaan siswa agar tetap positif. Kalau situasi demikian tidak dihindari maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan perasaan yang tidak menguntungkan bagi diri siswa antara lain seperti sebagai berikut: a. Rendah diri. b. Berusaha nyontek atau manipulasi hasil. c. Histeris menghadapai evaluasi.

9 - 12 Unit 9

d. Tidak senang terhadap evaluasi. e. Tidak senang terhadap pelajaran. f. Memiliki sikap negatif terhadap evaluasi.

G. Prinsip pengembangan evaluasi pendidikan jasmani


Pendidikan jasmani merupakan bentuk pendidikan yang menggunakan aktivitas gerak sebagai media pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, seluruh rangkaian proses pembelajaran dilakukan melalui aktivitas gerak dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan jasmani. Demikian pula dengan pengembangan instrumen evaluasi. Pengembangan instrumen evaluasi dalam pendidikan jasmani dilakukan dengan mengacu pada perkembangan gerak siswa seperti yang diuraikan dalam kurikulum. Namun demikian, pengembangan instrumen evaluasi seperti tersebut di atas bukan berarti mengabaikan bagian/kelompok kognitif dan apektif. Pengembangan instrumen kedua bagian tersebut merupakan bagian integral dari pengembangan instrumen evaluasi yang berorientasi pada pengukuran kemampuan gerak siswa, bukan dikembangkan secara terpisah. Perkembangan yang terjadi saat ini di lapangan adalah masih ditemukannya evaluasi yang dilakukan secara terpisah antara bagian psikomotor-fisik, kognitif dan apektif. Dalam beberapa buku pegangan siswa dan guru masih terdapat berbagai instrumen yang cenderung mengukur komponen psikomotor, kognitif, dan afektif secara terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Evaluasi terhadap kemampuan kognitif yang tergambar dari berbagai butir instrumen teori pendidikan jasmani hendaknya dihindari oleh guru, demikian pula terhadap afektif. Sikap siswa seharusnya dapat diukur dari apresiasi positif dari nilai-nilai pendidikan jasmani yang tersosialisasi dalam kegiatan sehari-hari dari kegiatan proses pembelajaran. Disiplin, kerja sama, kerja keras, pantang menyerah, ulet, saling menghargai baik sesama kawan maupun terhadap lawan, dan menerima kenyataan seharusnya butir-butir instrumen yang terakumulasi dari seluruh rangkaian pengukuran keterampilan gerak yang dimiliki oleh siswa bukan dilakukan secara terpisah dan berdiri sendiri. Untuk dapat dikembangkan instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa secara total, prinsip-prinsip di bawah ini perlu mendapatkan perhatian dari guru pendidikan jasmani. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut. 1. Evaluasi harus dilakukan dengan tujuan yang jelas Guru pendidikan jasmani agar menetapkan tujuan evaluasi sebelum mengembangkan instrumen evaluasi dan melakukannya. Dengan tujuan yang

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 13

2.

3.

jelas, guru pendidikan jasmani dapat mengembangkan butir-butir instrumen yang dapat mengukur kinerja siswa sesuai dengan tujuan evaluasi. Di samping hal tersebut, guru pun dapat mengembangkan pendekatan pengelolaan yang efektif dan efisien. Evaluasi harus dilakukan dengan obyektif Obyektivitas harus sudah diberlakukan sebelum suatu pengukuran dilaksanakan, yakni saat guru pendidikan jasmani menyusun instrumen evaluasi. Demikian pula pada saat tes dan penilaian dilakukan. Dengan demikian. guru pendidikan jasmani dapat menilai kemampuan siswanya sesuai dengan data yang didapat dari tes dan pengukuran. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tidak benar bila guru pendidikan jasmani memberikan penilaian berdasarkan unsur-unsur subjektivitas. Evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran Secara ideal evaluasi harus dilakukan pada proses pembelajaran. yakni, a) sebelum, b) saat proses, dan c) sesudah proses pembelajaran dilangsungkan. a. Evaluasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran Evaluasi yang dilakukan sebelum proses pembe lajaran dilangsungkan adalah untuk mendapatkan dan mengetahui data objektif tentang kemampuan awal siswa. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan untuk data menyusun program pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan awal siswa. Di samping hal tersebut, data kemampuan awal dapat digunakan untuk mengklasifi kasikan kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang akan disajikan. Melalui kemampuan awal siswa, guru dapat merancang program pembelajaran dengan memuat perkiraan-perkiraan tentang kemungkinan kesulitan dan kendala yang akan dihadapi. Dengan di ketahuinya berbagai kesulitan dan kendala yang akan ditemui oleh siswa, guru dapat dengan segera menyusun strategi pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan dan kendala yang dihadapi siswa. Pengelompokan siswa dalam klasifikasi kemampuan gerak tertentu merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi kemungkinan dan kendala yang akan dihadapi.

9 - 14 Unit 9

Pengelompokan secara langsung mengacu pada penyusunan program pembelajaran yang diorientasikan pada karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa. Oleh karenan itu strategi pembelajaran dengan mengelompokkan siswa memiliki hubungan dengan pencapaian prestasi belajar siswa. b. E v a l u a s i y an g d i l ak s a n a k an s e l a ma p r o s e s pembelajaran Selama proses pembelajaran berlangsung, guru harus melakukan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi dapat dilakukan terhadap kesungguhan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Perhatian guru terhadap kesungguhan siswa hendaknya menjadi salah satu butir pengamatan guru selama proses pembelajaran. Di samping hal tersebut, apakah siswa-siswa dapat melakukan tugas gerak sesuai dengan materi pelajaran? Apakah mereka menemukan kesulitan? apakah materi telah sesuai dengan kemampuan mereka? Hal ini merupakan butir-butir evaluasi yang harus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut: 1) guru pendidikan jasmani dapat membedakan bantuan dan umpan balik yang dibutuhkan siswa. Umpan balik yang baik adalah umpan balik yang spesifik pada komponen-komponen gerak yang belum dapat dilakukan atau pada kesalahan gerak yang dilakukan oleh siswa. Umpan balik yang dilakukan dengan pendekatan seperti di atas secara langung memiliki hubungan dengan pengurangan prinsipprinsip belajar "trial and error". 2) guru hendaknya tidak pelit untuk memberikan pujian kepada siswanya yang dapat melakukan tugas gerak dengan baik. Pemberian pujian melalui kata-kata sederhana dan pendek, seperti "bagus, ya, baik, lanjutkan" dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pujian yang diberikan guru, bagi siswa menjadi pembenaran terhadap keterampilan gerak yang diunjuk kerjakan. Sebaliknya jangan gunakan kata-kata yang dapat mematahkan motivasi siswa, apabila mereka belum dapat melakukan tugas gerak dengan baik. Kata-kata kurang sedikit, sedikit lagi akan lebih baik daripada salah, tidak benar, tidak tepat. c. Evaluasi yang dilaksanakan setelah program pembelaiaran Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan setelah proses program pembelajaran, dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan tingkat kemampuan yang telah dicapai oleh siswa. Data objektif yang

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 15

didapat melalui tes dan pengukuran setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dapat digunakan oleh guru sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan nilai setiap siswa. Dengan nilai tersebut siswa dapat mengetahui kedudukannya dalam kelompok tersebut. d. Prinsip kontinuitas Evaluasi harus dilakukan secara kontinyu selama proses pembelajaran dilangsungkan. Kontinuitas dalam evaluasi dapat membantu guru mendapatkan data yang obyektif dan ajek tentang kemampuan siswa yang sesungguhnya. Kontinuitas dapat mengurangi prinsip pemberian nilai didasarkan atas data temporer yang didapat hanya dari satu atau dua kali pengukuran penilaian. Sehubungan dengan hal tersebut, data yang didapat dari pengukuran yang kontinyu memiliki objektivitas yang lebih baik daripada yang didapat melalui pengukuran temporer. Dengan data tersebut guru pendidikan jasmani dapat memberikan nilai yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. e. Prinsip menyeluruh Dalam melakukan evaluasi, guru harus mempertimbangkan prinsip keseluruhan. Prinsip keseluruhan mengacu pada instrumen evaluasi yang harus disusun agar dapat menjaring data yang utuh, bukan bagian-bagian yang terpisah. Untuk dapat menyusun instrumen seperti tersebut, guru harus memahami tujuan pendidikan jasmani secara utuh. Dengan pemahaman ter sebut guru diharapkan dapat mem buat instrumen evaluasi yang tidak hanya mengarah pada tujuan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, melainkan juga dapat mencapai tujuan yang lebih jauh lagi, yakni tujuan pendidikan jasmani. f. Prinsip menggunakan instrumen baku Sebaiknya guru menggunakan instrumen baku yang telah memiliki nilai koefisien validitas dan reliabilitas yang terpercaya, khususnya untuk mengukur kemampuan kebugaran jasmani. Namun demikian, dalam kondisi tertentu guru harus mengembangkan sendiri butir-butir instrumen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, kemampuan dan ketersediaan fasilitas, sarana/prasarana.

H. Acuan Penilaian.
Dalam pendidikan jasmani mengenal format tes acuan norma dan tes acuan kriteria. Menurut Miller (1994) format tes acuan kriteria dipergunakan untuk

9 - 16 Unit 9

mengukur kinerja seseorang secara khusus untuk ditempatkan dalam sebuah grade penilaian. Acuan norma dipergunakan ketika ingin mengetahui perbedaan penampilan setiap individu dalam sebuah kelompok. Menurut Abdoellah (1976) tes acuan kriteria dapat juga sangat berguna bagi guru pendidikan jasmani. Salah satu penggunaan dari pengetesan acuan kriteria adalah mengidentifikasi siswa yang telah mencapai status tingkat keterampilan tertentu. Lebih lanjut, tes acuan norma umpamanya bila ingin membandingkan unjuk kerja dengan individu lain pada akhir unit instruksional. a. Acuan Patokan. Istilah ini merujuk pada tingkat perolehan hasil belajar yang harus diraih oleh semua siswa setelah mengikuti latihan dan pembelajaran tertentu secara memadai. Patokan ini sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru sebagai acuan dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, patokan ini harus diungkapkan secara jelas dalam tujuan pembelajaran khusus, sehingga dapat dijadikan patokan dalam evaluasi formatif. Permasalahan yang sering muncul yaitu membuat patokan yang harus ditetapkan. Jawabannya adalah pada tingkat yang harus dicapai sebelum siswa meraih tujuan yang lebih umum lagi. Patokan seperti ini dapat dikembangkan antara lain berdasarkan pemikiran logis, pendapat para ahli, tinjauan teoritis, atau analisis terhadap hasil tes. Contoh patokan dalam pembelajaran renang bagi pemula misalnya adalah sebagai berikut: a. Dapat menahan napas selama 10 detik. b. Dapat melakukan irama napas selama 10 detik. c. Dapat mengapung dalam posisi telungkup, dapat meluncur telentang dan recovery. d. Dapat meluncur telentang sambil melakukan tendangan. e. Dapat meluncur telungkup sambil melakukan tendanganl. f . Dapat melakukan front stroke sejauh 4 meter. g . Dapat melakukan back stroke sejauh 4 meter. b. Acuan Norma. Istilah ini merujuk pada perbandingan kemampuan di antara para siswa sebagai acuan penentuan nilai. Dengan kata lain, untuk mengetahui seberapa baik yang bersangkutan dalam suatu kelompok. Acuan norma ini sangat bermanfaat terutama untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam meraih tujuan yan lebih luas atau umum. Titik perhatian pengembangan acuan norma adalah tingkatan kemampuan yang dapat membedakan siswa dalam suatu kelompok sehingga setiap siswa memperoleh skor yang sesuai dengan kemampuannya;

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 17

siswa yang pandai memperoleh skor yang tinggi, sebaliknya siswa yang lamban memperoleh skor yang rendah. Untuk keperluan sertifikasi, acuan norma ini sering digunakan, karena para penilai harus menentukan nilai dari masing-masing individu. Sedangkan norma yang digunakan dapat disesuaikan dengan tingkatannya. Misalnya dalam kebugaran jasmani, kita mengenal norma yang sifatnya umum yang dikembangkan oleh Cooper dan ACSPFT. Untuk kepentingan kebugaran jasmani pelajar tingkat nasional, dikenal norma tes kebugaran jasmani pelajar Indonesia. Untuk lingkungan sendiri, para guru dapat mengembangkan norma berdasarkan kemampuan kelompok siswa yang diajar dari tahun ke tahun secara spesifik, misalnya hanya pada semester dua dan kelas dua saja. Untuk keperluan penentuan nilai, tidak ada satu acuan yang paling benar, oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah bahwa guru harus mempertimbangkan acuan sebelum menggunakannya. Selanjutnya mengkomunikasikan prosedur penilaian kepada siswa pada awal perkuliahan atau pembelajaran. Untuk selanjutnya dikumpulkan bukti-bukti hasil belajar yang cukup, valid, dan reliabel.

I. Penentuan Nilai
Penentuan nilai atau sering disebut juga "grading" adalah proses pemberian makna terhadap informasi yang diperoleh melalui asesmen dan pengukuran. Sebagai contoh, si Amir memperoleh skor 34 dalam tes kesehatan. Apa artinya skor 34? Skor itu tidak mempunyai makna apa-apa apabila tidak diberi makna. Karena itu penentuan nilai adalah pemberian makna terhadap informasi atau data sehingga dapat dipahami oleh guru, siswa, dan orang tua siswa. Penentuan nilai hanya mungkin dapat dilakukan manakala tersedia informasi yang diperoteh melalui asesmen dan pengukuran. Asesmen dan pengukuran dapat dilakukan manakala tersedia instrumennya. Instrumen yang digunakan dalam proses pengumpulan data harus sesuai dengan tujuan evaluasi. Keseluruhan proses dari mulai penentuan tujuan, pembuatan instrumen, pengumpulan data, dan grading inilah yang disebut sebagai proses evaluasi.

J. Kedudukan Evaluasi dalam Proses Belajar Mengajar


Peningkatan mutu proses belajar mengajar (PBM) merupakan persoalan penting dalam pendidikan jasmani. Istilah belajar lebih menekankan pada aktivitas siswa, sedangkan istilah mengajar lebih menekankan pada aktivitas guru. Namun demikian, titik sentral proses belajar mengajar adalah siswa
9 - 18 Unit 9

belajar. Tujuan belajar pada dasarnya adalah mendorong siswa agar belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tidaklah mengherankan apabila seluruh aktivitas yang berlangsung dalam PBM, semuanya dipusatkan untuk memacu siswa untuk belajar. Sebagai pengajar, guru seringkali bertanya-tanya, serta ingin memperoleh jawaban yang menyakinkan terhadap pertanyaan "Apakah para siswa sudah belajar sesuatu yang saya ajarkan? Kemampuan apa yang sudah diperoleh siswa? Kemajuan apa yang sudah diperoleh siswa? Apakah kemajuan itu akibat saya mengajar? Untuk memperoleh jawaban yang memuaskan, maka dibutuhkan informasi yang lengkap, teliti, dan relevan. Sehubungan dengan itu, evaluasi harus dilakukan sebagai pembuka jawaban. Setiap proses belajar mengajar sudah pasti memerlukan proses evaluasi. Proses belajar tidak akan diketahui secara pasti, manakala tidak ada evaluasi. Bila guru mengajar keterampilan melempar, maka guru itu harus mengevaluasi kemampuan siswa dalam melakukan gerakan melempar. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengajar keterampilan melempar tersebut antara lain adalah "Apakah siswa sudah dapat melakukan gerakan melempar? Apakah keterampilan siswa sudah melekat? Gerakan apaapa yang perlu diperbaiki dan gerakan apa yang perlu dipertahankan ?". Demikian pula bila guru mengajar selama satu periode yang lebih lama, misalnya dalam satu tahun ajaran. Beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan keberhasilan mengajarnya akan muncul. Beberapa pertanyaan tersebut misalnya: "Apakah siswa sudah belajar apa yang saya ajarkan? Apakah tujuan pembelajaran selama satu tahun tersebut sudah dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa?". Kalau belum, aspek kemampuan apa saja yang sudah di peroleh siswa dan aspek apa yang belum? Beberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran selama satu tahun tersebut? Sehubungan dengan jawaban terhadap semua pertanya an tersebut, maka evaluasi harus diselenggarakan. Tanpa evaluasi, semua pertanyaan tersebut tidak akan dapat dijawab dengan memuaskan. Karena itu, dapat dikatakan bahwa: Evaluasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan (integral) dari suatu proses belajar mengajar. Evaluasi sebagai salah satu cara untuk memantau perkembangan belajar mengajar dan mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran dapat dicapai oleh siswa.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 19

K. Melakukan Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani.


Kegiatan proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang ditinjau dari sudut pandang evaluasi dan merupakan kegiatan proses. Jika dilihat runtut dari belakang dapat dicermati, kegiatan ini dimulai dengan adanya input kemudian proses dan output. Input mengacu pada seluruh komponen sekolah baik dari guru, siswa, kurikulum, sarana-prasarana, waktu dan segala hal yang menunjang. Proses merupakan interaksi antara keseluruhan input. Output merupakan hasil dari proses dan input. Output dalam dunia pendidikan dapat dilihat dalam hasil tes. Tes dalam pendidikan jasmani dapat berupa tes praktek atupun tes teori. Tes praktik masih dapat dibagi atas tes keterampilan dan tes biomotor. Tes teori merupakan tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan baik pengetahuan pendidikan jasmani secara teori ataupun pengetahuan tentang bagaimana untuk hidup sehat. Dalam subunit ini kita akan diberikan contoh beberapa tes biomotor dan tes keterampilan. Dengan berbekal tes biomotor dan tes keterampilan ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk mencermati perkembangan siswa/anak-didik. Dengan mengetahui perkembangan siswa maka guru dapat menentukan dengan tepat peningkatan pembelajaran, pengayaan ataupun remidial yang harus dilakukan. 1. Tes kemampuan biomotor untuk anak usia 5-9 tahun Serangkaian tes berikut adalah tes untuk anak 5-9 tahun. Tes ini direkomendasikan untuk dilaksanakan dua (2) hari. Hari pertama: Pull-up, situps, shutle run, standing broad jump. Hari kedua Sprint 36,6 meter (40 Yard) memindahkan balok, melempar bola softball, 365,8 meter (400 Yard) lari-jalan. Adapun cara untuk mengetahui hasil sebagai evaluasi dapat dilihat pada tabel. Adapun misalnya diperlukan tes untuk kecabangan, dapat dilakukan dengan melihat beberapa literatur yang telah banyak beredar. Literatur olahraga yang berjudul tes dan pengukuran dalam olahraga, atau test and measurement in physical education pasti memberikan contoh dan bentuk-bentuk tes kecabangan yang diinginkan oleh guru. Dalam unit ini tidak diketengahkan tes kecabangan dikarenakan tes tersebut merupakan tes skill. Tes skill akan sangat berbeda hasilnya dengan tes kesegaran jasmani. Diasumsikan bahwa dengan tubuh yang bugar dan sehat maka bukan hal yang sulit untuk mempelajari skill dalam olahraga. Norma untuk melihat hasil dari tes tersebut di atas adalah sebagai berikut.

9 - 20 Unit 9

Tabel 9.1 Nilai tes motorik dasar anak


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 80 37 29 24 20 18 16 14 12 10 8 7 6 5 4 3 2 1 1 1 0 Nilai untuk Putra dan Putri menggantung (detik) Umur 6 7 8 95 40 32 27 22 20 18 16 13 11 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 0 105 43 35 29 24 21 19 17 14 12 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 113 45 38 32 26 23 21 19 16 14 11 10 9 8 7 6 5 4 2 1 0

9 122 49 42 34 28 24 22 20 17 15 12 11 10 9 8 7 6 5 3 1 0

Tabel 9.2 Nilai tes motorik dasar anak.


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 50 50 50 50 50 45 39 33 30 27 23 21 6 50 50 50 50 50 40 34 31 28 25 23 22 Nilai untuk Putra dan Putri sit-ups Umur 7 8 50 50 50 50 40 50 45 40 36 30 28 25 50 50 50 50 50 50 50 47 45 40 36 33

9 50 50 50 50 50 50 50 50 49 44 39 35

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 21

Persentil 5 40 35 30 25 20 15 10 5 0 20 18 16 14 11 6 4 1 0 6 20 19 17 14 12 8 6 3 0

Nilai untuk Putra dan Putri sit-ups Umur 7 8 22 20 18 16 14 12 10 5 0 30 27 24 21 19 16 13 7 0

9 31 29 26 24 22 19 16 9 1

Tabel 9.3 Nilai tes motorik dasar anak.


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 11.1 11.6 12.5 12.7 12.9 13.1 13.2 13.4 13.5 13.7 13.9 14.1 14.3 14.4 14.5 14.7 14.8 15.2 15.5 16.5 17.5 Nilai untuk Putra dan Putri shuttle run (detik) Umur 6 7 8 10.9 11.1 12.2 12.5 12.6 12.9 13.2 13.3 13.5 13.7 13.9 14.1 14.2 14.3 14.5 14.6 15.2 15.0 15.3 16.1 17.1 10.3 10.5 11.6 11.8 12.0 12.2 12.3 12.5 12.7 12.9 13.0 13.2 13.3 14.2 14.3 14.5 14.6 15.0 15.3 16.1 17.1 10.1 10.3 11.2 11.5 11.7 11.9 12.0 12.2 12.3 12.5 12.6 12.8 13.0 13.4 13.5 13.7 13.8 14.3 15.6 15.5 16.3

9 9.9 10.1 10.8 11.0 11.2 11.4 11.5 11.7 11.8 12.0 12.1 12.2 12.3 12.4 12.5 12.7 12.8 13.1 13.4 14.2 14.9

9 - 22 Unit 9

Tabel 9.4 Nilai tes motorik dasar anak.


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1.27 1.17 1.14 1.12 1.09 1.07 1.04 1.02 .99 .97 .94 .91 .89 .86 .61 .51 .48 .46 .43 .36 .31 Nilai untuk Putra dan Putri standing broad jump (meter) Umur 6 7 8 1.42 1.25 1.22 1.19 1.17 1.14 1.12 1.09 1.07 1.04 1.02 .99 .97 .94 .91 .89 .86 .84 .81 .74 .66 1.65 1.42 1.35 1.30 1.27 1.22 1.19 1.17 1.14 1.12 1.09 1.07 1.04 1.02 .99 .97 .94 .91 .89 .81 .71 1.88 1.55 1.47 1.42 1.37 1.35 1.30 1.27 1.25 1.22 1.19 1.17 1.14 1.12 1.09 1.07 1.04 1.02 .99 .91 .76

9 1.98 1.68 1.60 1.52 1.50 1.47 1.45 1.42 1.40 1.37 1.35 1.32 1.30 1.27 1.22 1.17 1.14 1.09 1.07 1.02 .81

Tabel 9.5 Nilai tes motorik dasar anak.


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 67 72 76 77 78 89 8 81 82 83 84 85 Nilai untuk Putra dan Putri 40 yard/36,6m memindah balok (detik) Umur 6 7 8 9 66 64 75 76 77 78 79 8 81 82 83 84 63 68 72 74 76 77 78 79 8 81 82 83 58 62 67 69 7 72 73 75 76 77 78 79 56 61 66 67 68 69 7 71 72 73 74 75

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 23

Persentil 5 40 35 30 25 20 15 10 5 0 86 88 89 91 92 94 95 97 118

Nilai untuk Putra dan Putri 40 yard/36,6m memindah balok (detik) Umur 6 7 8 9 85 87 88 9 92 92 94 95 115 84 86 87 89 91 93 94 95 115 8 82 83 84 85 88 91 92 105 76 77 78 8 81 83 84 89 98

Tabel 9. 6 Nilai tes motorik dasar anak.


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 19.5 14.3 12.8 11.9 11.2 10.7 9.5 8.5 7.8 7.6 2.4 2.2 2.0 1.8 1.6 1.5 1.4 1.2 1.1 8 5 Nilai untuk Putra dan Putri lempar bola softball (meter) Umur 6 7 8 23.8 17.7 14.3 13.1 12.2 11.3 10.4 9.1 8.5 8.2 7.9 7.3 6.7 6.1 5.5 5.2 4.9 4.3 4.9 3.1 2.4 30.0 22.9 18.9 17.4 16.2 14.9 14.0 13.4 12.8 11.9 11.0 10.1 9.5 8.5 7.9 7.3 6.7 6.1 5.8 4.0 2.7 36.5 26.8 23.2 22.0 20.7 19.2 18.3 16.8 15.5 14.6 13.7 12.8 12.2 11.3 10.7 9.8 8.8 7.9 7.3 5.8 3.1

9 43.3 31.7 29.3 26.8 24.7 23.8 22.6 21.0 19.8 18.3 17.1 15.9 14.9 13.7 12.6 11.9 11.3 10.1 9.1 7.6 5.2

9 - 24 Unit 9

Tabel 9.7 Nilai tes motorik dasar anak.


Persentil 5 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 140 152 155 158 2 22 23 24 26 211 215 220 221 222 224 230 232 238 242 249 35 Nilai untuk Putra dan Putri 400 yard (365,8m) lari dan jalan Umur 6 7 8 142 145 146 153 155 156 157 159 21 25 210 211 212 214 217 219 225 229 236 245 256 135 138 143 148 149 150 152 154 155 2 21 22 24 27 29 212 216 223 232 237 248 128 133 138 141 143 145 147 148 150 151 152 154 157 159 21 23 210 219 224 230 239

9 127 128 131 132 134 137 138 140 141 142 144 146 149 150 154 158 28 215 219 221 230

Latihan
Sebagai bahan latihan agar materi ini terserap, Carilah beberapa tes dari beberapa cabang olahraga. Dimana tes tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat skill setiap siswa. Buatlah secara berkelompok beranggotakan 4 orang. Setiap kelompok harus berbeda. Jangan lupa sertakan secara lengkap prosedur dan cara penilaian dari tes tersebut. Petunjuk Jawaban Latihan Dengan mengetahui beberapa tes dari banyak cabang olahraga, diharapkan Anda memahami perihat tes dan pengukuran serta prosedur pelaksanaannya. Dengan data yang diperoleh dari sejumlah tes yang Anda kumpulkan maka kita dapat belajar memahami apa itu hubungan antara tes, pengukuran dan evaluasi. Kemudian diskusikan dalam kelompok! Bagaimana Anda dapat melakukan evaluasi tanpa adanya suatu tes?

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 25

Rangkuman
Evaluasi merupakan proses pengumpulan data atau informasi dengan menggunakan tes dan pengukuran yang berguna untuk proses penentuan status ataupun pencapaian suatu kegiatan. Kegiatan dalam pendidikan jasmani berarti kegiatan pendidikan melalui jasmani. Evaluasi berfungsi untuk memberikan informasi dengan jelas perihal obyek yang dievaluasi untuk kepentingan beberapa pihak (siswa, guru, orang tua atupun pihak lain). Evaluasi yang baik harus dilaksanakan dengan menggunakan prosedur yang benar dan menggunakan instrumen pengukuran yang valid. Evaluasi memegang peranan yang penting dalam pendidikan jasmani, dimana berdasarkan evaluasi tersebut guru ataupun siswa dapat menyusun dan belajar untuk memberi pengayaan, perbaikan ataupun meningkatan kualitas kesegaran jasmani siswa ataupun skill siswa. Penentuan grade siswa dapat dilakukan dengan menggunakan acuan norma dan acuan patokan.

Tes Formatif 1
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit 1, kerjakanlah tes formatif berikut. Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling benar! 1. Berikut adalah termasuk dalam kegiatan evaluasi, kecuali . A. Pengukuran B. Pengetesan C. Pelaporan D. Auditing 2. Ketika seorang guru selesai melakukan proses belajar mengajar siswa di kelasnya, kemudian guru tersebut memberikan 3 buah soal yang berhubungan dengan bahan pada hari itu. Evaluasi ini merupakan evaluasi . A. Sumatif B. Formatif C. Proses D. Produk 3. Di hari berikutnya, guru yang bersangkutan pagi harinya memberikan soal yang lebih banyak dibandingkan dengan hari sebelumnya saat sebelum pulang sekolah. Evaluasi jenis ini disebut dengan evaluasi .... A. Sumatif
9 - 26 Unit 9

B. Formatif C. Proses D. Produk 4. Dalam hari yang sama juga selama melakukan aktivitas belajar mengajar guru tersebut memberikan soal kepada siswa, soal diberikan selama setelah mereview dan menambah materi pelajaran. Evaluasi ini termasuk dalam evaluasi . A. Sumatif B. Proses C. Formatif D. Produk 5. Yang bukan termasuk dalam prinsip evaluasi dalam pendidikan jasmani adalah . A. Proses pengumpulan data dilakukan melalui kerjasama secara alami B. Proses pengumpulan data dilakukan secara terus menerus dan bersinambungan. C. Data yang dihimpun meliputi berbagai aspek D. Laporan kemajuan belajar harus dibuat dan disampaikan kepada orang tua siswa

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian konfirmasikan dengan rumus tingkat penguasaan materi di bawah ini. Rumus Tingkat Penguasaan = Jumlah Jawaban Anda yang Benar 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 100 % = Baik sekali 80 89 % = Baik 70 79 % = Cukup < 70% = Kurang

x 100%

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 27

Subunit 2 Pelaksanaan Evaluasi


Pendahuluan

valusi pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif ataupun kuantitatif. Seperti telah dibahas di atas, tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai program yang dievaluasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil. Evaluasi merupakan proses yang berkesinambungan dari proses yang sedang berlangsung. Untuk melakukan evaluasi diperlukan serangkaian kegiatan. Kegiatan dalam evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi. Informasi yang diperoleh merupakan hasil dari tes dan pengukuran. Dalam pelaksanaan pengukuran yang menggunakan tes, maka dihasilkan data. Data ini merupakan hal yang paling penting dalam evaluasi. Berdasarkan data kemudian evaluator dalam hal ini guru pendidikan jasmani memaknai data dan dipergunakan untuk pengambilan keputusan. Data dalam evaluasi dapat berupa angka, catatan lapangan, rekaman, foto, chek list ataupun hasil wawancara. Dalam subunit ini akan dijelaskan mengenai cara melakukan evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif. Setelah mempelajari subunit ini diharapkan Anda dapat: 1. Melakukan evaluasi kualitatif dalam Pendidikan Jasmani 2. Melakukan evaluasi kuantitatif dalam Pendidikan Jasmani Adapun cara melakukan evaluasi kualitatif maupun kuantitatif tersebut adalah sebagai berikut.

A. Melakukan evaluasi kualitatif dalam Pendidikan Jasmani


Dalam bagian ini akan dibahas sebagian kecil bagaimana melakukan evaluasi siswa untuk pendidikan jasmani secara kualitatif. Evaluasi secara kualitatif sebenarnya merupakan evaluasi yang sangat penting dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Evaluasi ini menunjuk pada kualitas siswa dalam melaksanakan tugas pendidikan jasmani. Berdasarkan istilah kualitatif, maka evaluasi ini dapat mencakup gerak, ataupun sisi psikologis. Dalam evaluasi kualitatif ini datanya dapat berupa gambar, catatan lapangan, komentar, koreksi kesalahan berdasarkan data, data rekaman ataupun daftar cek yang telah diisi. Untuk gerak-gerak artistik seperti

9 - 28 Unit 9

senam, senam irama, renang indah, evaluasi digunakan untuk meningkatkan kualitas gerakan serta membantu dalam pemberian umpan balik kepada siswa. Evaluasi yang berbentuk gerak dapat dilaksanakan dengan beberapa cara: 1. Pengamatan Pengamatan ini dikakukan dengan seksama pada waktu siswa melakukan gerakan, guru mencatat kelemahan yang ada pada setiap siswa. Kelemahankelemahan ini tentunya berdasarkan teori yang sudah ada bahwa untuk melakukan gerakan yang diamati mempunyai beberapa kunci pokok. Apabila gerakan itu dilakukan tidak sempurna maka akan merugikan atau bahkan akan membawa efek tidak baik bagi siswa. Dalam melakukan pengamatan ini judgement guru sangat memegang peranan penting. Maka guru pendidikan jasmani harus betul-betul menguasai gerakan yang akan diamati sehingga tidak akan salah memberikan diagnosa. Sebagai contoh pada gerakan meluncur dalam teknik gerak dasar renang, posisi badan harus stream line, badan diposisikan lurus untuk memperkecil hambatan depan, samping dan belakang. Sehingga posisi tangan, lengan, kepala, togok, tungkai atas dan bawah dalam posisi lurus serta dalam keadaan rileks. Berdasarkan kriteria tersebut guru mengamati dan mengenali bagianbagian tubuh mana yang tidak sesuai dengan kriteria yang ada berdasarkan pengetahuan dan penguasaannya. 2. Wawancara Wawancara merupakan cara yang dapat dipergunakan dalam evaluasi. Ketika seorang siswa menunjukkan prestasi yang tidak memuaskan dalam ujian praktek, dan pada waktu sebelumnya siswa tersebut selalu terbaik, guru dapat menanyakan kepadanya mengapa hasil tes menunjukkan lain dari biasanya. Guru pendidikan jasmani harus menyadari bahwa pendidikan itu tidak hanya terbatas pada pemberian label pada siswa si A baik, si B sedang, namun lebih pada peningkatan kualitas manusia. Wawancara ini dapat dilakukan dengan tidak terstruktur, terstruktur, ataupun semi terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang hanya membuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam hal ini kreativitas guru untuk mengembangkan pertanyaan sangat diperlukan agar tidak terkesan kaku. Wawancara terstruktur, merupakan wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai daftar cek. Dalam wawancara ini semua pertanyaan telah disiapkan dan guru tinggal mencentang berdasarkan jawaban siswa, atau jawaban telah disiapkan dengan ditambah tempat kosong untuk

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 29

jawaban yang belum terperkirakan. Wawancara semi terstruktur yaitu mulamula menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam mengorek keterangan lebih lanjut (Arikunto, 1993). Wawancara ini sangat baik dilakukan untuk lebih memahami kesulitan siswa dalam belajar. Dengan data yang ada guru dengan mudah dapat mendesain rencana pembelajaran yang lebih disenangi siswa dengan materi tetap tersampaikan. 3. Perekaman Perekaman merupakan pengamatan dengan menggunakan alat elektronik. Perekaman ini sangat akurat dan dapat dengan mudah ditunjukkan kepada siswa ataupun orang tua untuk kepentingan evaluasi. Bagi guru, hasil rekaman ini akan mempermudah untuk mengadakan remedial ataupun untuk membantu siswa memperbaiki kekurangan yang dilakukan. Dengan melihat dirinya sendiri dalam rekaman, siswa akan lebih mudah untuk mengenali dan tidak akan menyebabkan siswa frustasi dalam belajar karena keterbatasan kemampuan dalam melakukan gerakan. 4. Pengamatan dibantu dengan daftar cek Evaluasi yang dilakukan terhadap sisi psikologis lebih mengetengahkan pada kemampuan Anda untuk memberikan penilaian. Hasil dari evaluasi psikologis antara lain: semangat, kerja keras, disiplin, sportivitas, kerjasama, kemandirian, penghargaan terhadap kalah dan menang, percaya diri. Mengevaluasi secara kualitatif dengan cara yang lebih mudah dapat dibantu dengan menggunakan daftar cek. Adapun untuk membuat daftar cek caranya adalah sebagai berikut: Menurut Mardhapi (2002), ada beberapa hal penting dalam pembuatas tes, yaitu semacam checklist yang berisi tentang: 1. Tujuan melakukan tes. 2. Masalah yang ingin diukur: keterampilan, pengetahuan, sikap dan sebagainya. 3. Tabel spesifikasi. 4. Format tes. 5. Butir tes. 6. Kesesuaian antara butir tes dengan tujuan interaksional. 7. Susunan butir tes, pensekoran dan laporan analisis. Pendapat lain mengatakan bahwa untuk membuat tes atau alat ukur, langkah yang harus diikuti adalah merumuskan tujuan tes, menelaah tes dari teori, mengidentifikasi kemampuan yang akan dinilai, menyusun skala tes dan petunjuk pelaksanaan tes (Abdoellah, 1977). Dengan demikian untuk menyusun

9 - 30 Unit 9

daftar cek guru harus memahami gerak yang penting dalam cabang olahraga yang akan diamati, sehingga hasil dari pengamatan meskipun ada unsur subyektivitas tetapi tetap dengan pedoman yang jelas. Berikut diberikan satu contoh pedoman untuk menilai kemampuan anak melakukan skipping: Tujuan evaluasi: Siswa dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk mengidentifikasi beberapa unsur penting dalam skipping. Tips untuk guru: Sebelum dimulai, siswa harus mengetahui betul kriteria penilaian dalam lembar observasi (B artinya benar dan S artinya salah atau belum betul) atau dengan modifikasi yang lebih lucu dalam lembar observasi digambar kepala, jika gambarnya menunjukkan tertawa maka anak tersebut melakukan gerakan yang benar dan bila muka cemberut maka gerakan salah atau belum betul. Hal yang diamati Adang Suherman (2001), sebelumnya review dan tambahkan beberapa unsur penting dalam skipping: 1. Melangkah ke depan, dan lakukan engklek dengan kaki yang sama. 2. Lakukan hal yang serupa dengan kaki yang berbeda. 3. Pelihara agar lutut selalu diangkat. 4. Gerak ini merupakan kombinasi gerak langkah dan engklek. 5. Gerak lengan ke atas bersamaan dengan gerak tungkai ke atas. Jelaskan bahwa keterampilan ini memiliki pola irama yang tidak tetap! Tuliskan beberapa aktivitas, permainan, atau olahraga yang menggunakan ketermpilan ini. Beberapa contoh misalnya: senam aerobik, bola voli. Berikutnya Catatan guru. Catatan guru Disini guru menulis beberapa hal yang dianggap penting tentang kecakapan siswa.........

Pada lembar berikutnya adalah lembar hasil tes yang diberikan kepada siswa sebagai data dan hasil evaluasi, dengan format sederhana sebagai berikut:

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 31

Hasil pengamatan keterampilan skipping NAMA: Penilaian B Kamu harus menolak dan mendarat dengan menggunakan kaki yang sama S Kaki engklek harus diangkat dari lantai

Bunyi pendaratan harus terdengar dengan keras

Keseimbangan badan sangat diperlukan dalam melakukan engklek

Evaluasi yang berbentuk psikologis dapat dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap siswa pada waktu beraktivitas di dalam ataupun di luar kelas. Format yang sama dan cara membuat instrumen pengamatan yang sama dapat dilakukan untuk mengamati gejala-gejala psikologis yang muncul dalam diri siswa. Sebagai contoh format yang dapat dipergunakan sebagai berikut, format ini tidak baku, sehingga guru pendidikan jasmani dapat membuat modifikasi yang memungkinkan seluruh aspek yang dianggap penting dapat terwakili. Dengan lembar penilaian yang sama dapat juga diberikan kepada siswa agar menilai diri sendiri, kemudian penilaian diri sendiri tersebut disilangkan dengan penilaian Anda. Jika hasilnya hampir sama berarti Anda telah mengajari siswa untuk mengenal diri sendiri. Penilaian tersebut dapat juga disimpan dalam file yang kemudian akan menjadi porto polio bagi siswa yang bersangkutan.

9 - 32 Unit 9

Lembar observasi pengamatan gejala Psikologis. Refleksi Diri-Kerjasama NAMA TGL Reviu unsur penting dalam kerjasama - mengikuti aturan - hormat terhadap orang lain - membantu teman yang belum bisa - mengendalikan temperamen - ingin semua teman bermain dan - memperhatikan perasaan orang lain berhasil - memotivasi orang lain - menerima pendapat orang lain - Bekerja keras menerapkan skill - bermain secara terkendali Aktivitas 1: Nilailah keterampilan kerjasama siswa Anda (Terendah) 1_______2______3________4_______5 (tertinggi) Mengapa memberi nilai seperti itu?

Guru pendidikan jasmani yang mengajar di play group atupun taman kanakkanak serta sekolah dasar kelas bawah harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kemampuan dan perkembangan motorik siswanya. Apabila data kemampuan motorik anak belum teridentifikasi dengan tes maka akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan program pendidikan jasmani. Tanpa pengetesan yang baik maka beberapa siswa dimungkinkan akan mengalami ketertinggalan dalam perkembangan motorik dibandingkan dengan teman-teman yang sebayanya. Tes berikut akan sangat bermafaat bagi guru pendidikan jasmani untuk mengadakan evaluasi terhadap siswa. Tes ini disusun agar dapat digunakan untuk membantu guru secara intensif untuk mengawasi dan mengikuti kemampuan motorik siswa. Tes ini difokuskan pada koordinasi jari dan tangan, pergerakan mata, dan motorik kasar. Jari-jari, kedua tangan, kedua mata, dan motorik kasar untuk pra TK dan anak kelas SD kelas bawah merupakan keterampilan yang akan dibawa dalam penampilan olahraga. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk melakukan pengamatan terhadap siswa seperti halnya dalam kegiatan kegiatan fisik selama hari sekolah dan untuk membuat keputusan bantuan apa yang dibutuhkan agar perkembangan motorik siswa menjadi lebih baik. Guru pendidikan jasmani mengamati dan mengevaluasi sejumlah motorik kasar dimana sejumlah aktivitas fisik yang dilakukan dengan menggunakan kedua lengan, tungkai dan seluruh badan. Siswa yang memperoleh grade yang jelek atau

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 33

tidak dapat melakukan setiap item koordinasi jari tangan, koordinasi pergerakan mata, atau beberapa motorik kasar harus mendapat perhatian pada bagian-bagian tersebut. Guru harus menyediakan program yang obyektif untuk meningkatkan setiap kekurangan yang dialami oleh siswa, dan hasil dari program tersebut dievaluasi secara periodik. Jika seorang anak masih berlanjut belum dapat menyelesaikan tugas motoriknya guru harus merujuk kepada orang yang lebih ahli untuk menangani siswa tersebut lebih lanjut. Rujukan dapat kepada ahli saraf, ataupun ahli tulang. Berikut merupakan tes yang dapat dipergunakan untuk mengetes kemampuan motorik siswa. Tes berikut dapat dipergunakan untuk mengetahui kemampuan motorik kasar dan motorik halus (Kirkendal, 1980). Tes Kemampuan Motorik Kasar dan Motorik Halus anak TK dan SD Nama Umur:.....Th Jenis kelamin: L/P Guru Tgl Tes:....,....,200 Sekolah: T TT TDM Jari-Tangan 1. Jari telapak tangan-kedua tangan- menggenggam (contoh memegang seperti buku, pensil penghapus ke atas) 2. jari-jari sampai ibu jari-kedua tangan menahan (contoh memegang/menahan seperti buku, pensil pengahapus ke atas) 3. Membuka satu halaman buku dari sebuah buku- kedua tangan bergantian 4. Menangkap bola menggelinding dengan jari-jari 5. Menangkap bola menggelinding dengan telapak tangan 6. Menangkap bola memantul dengan telapak tangan 7. Menangkap bola memantul dengan jari-jari 8. Menangkap bola melambung dengan telapak tangan 9. Menangkap bola melambung dengan jari-jari Gerak Mata 1. Memfokus - kedua mata berkontraksi 2. Menentukan target- kedua mata bersamaan dalam satu target.

9 - 34 Unit 9

3. Melihat dengan kedua mata bersamaan dari satu target 4. Mengikuti benda yang bergerak 5. Akomodasi- melihat terget yang dekat dan jauh 6. Perifel- melihat di luar jangkauan mata di sisi sudut. Motorik Kasar 1. Tengkurap a. Kedua lengan bergerak secara bersamaan-tungkai bergerak secara bersamaan b. Kedua lengan dan tungkai bergerak ke sisi yang sama secara bersamaan. c. Kedua lengan dan tungkai bergerak bersamaan ke sisi yang berlawanan 2. Merangkak a. Kedua tangan bergerak secara bersamaan-kedua lutut bergerak secara bersamaan b. Tangan dan lutut bergerak ke arah sisi yang sama secara bersamaan c. Tangan dan lutut bergerak ke arah sisi yang berlawanan 3. Berjalan a. Badan condong ke depan hampir keseluruhan b. Tangan dan lutut bergerak ke arah sisi yang sama c. Tangan dan tutut di tempat yang berlawanan bergerak secara bersamaan. 4. Berlari a. Tangan dan lutut dari sisi yang sama bergerak bersamaan b. Tangan dan lutut dari sisi yang berlawanan bergerak tidak dalam teknik berlari yang semestinya. c. Tangan dan lutut dari sisi yang berlawanan bergerak secara bersamaan. Keterangan: T : Tepat TT : Tidak Tepat TDM : Tidak Dapat Melakukan

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 35

Tes tersebut merupakan tes stardar untuk anak berumur 4-7 tahun. Dengan mengetahui tes tersebut dan menggunakan tentunya, guru pendidikan jasmani memperoleh informasi dengan lebih jelas tentang kemampuan setiap siswa. Sebagai contoh ketika guru ingin memberikan materi kasti, tenis, ataupun olahraga melempar, dengan melihat hasil dari tes kekuatan, dan ketepatan melempar maka dapat diprediksikan dengan jelas siswa mana yang mudah menguasai keterampilan lempar tangkap, ataupun mengarahkan bola. Contoh berikutnya ketika guru ingin mengajarkan cara bermain bola, dengan melihat kelincahan dan tes koordinasi dapat pula memprediksikan anak akan diberi materi seberat apa dan bagaimana cara memberikan materi agar mudah tersampaikan kepada anak.

B. Melakukan Evaluasi Kuantitatif dalam Pendidikan Jasmani.


Pendidikan jasmani pada sekolah dasar merupakan pendidikan melalui jasmani yang bertujuan untuk menjaga, meningkatkan kebugaran jasmani. Dalam upaya untuk melaksanakan tujuan tersebut maka dilaksanakan dengan aktivitas yang dikenal dengan olahraga. Dipilih beberapa cabang olahraga yang telah ditentukan dalam kurikulum. Kecabangan tersebut telah disusun sedemikian rupa sehingga cabang olahraga yang diberikan telah sesuai dengan tingkat pertumbuhan badan dan perkembangan siswa. Untuk siswa sekolah dasar hal yang terpenting bukanlah mampu menguasai satu atau beberapa teknik dengan benar tetapi lebih pada kamampuan dan kemauan anak untuk bergerak agar kesehatan jasmani dapat terjaga dan meningkat. Sehingga dalam melaksanakan tes kesegaran jasmani, guru harus mempertimbangkan minimal 3 komponen. Komponen pertama adalah kemampuan unsur biomotor. Kemampuan ini sering disebut sebagai modal dasar siswa untuk belajar kecabangan dalam olahraga. Hal yang kedua kamauan dan partisipasi siwa dalam kegiatan pendidikan jasmani (sisi Psikologis). Keikutsertaan siswa, semangat, usaha, sportivitas, sosialisasi, kemandirian dalam pendidikan jasmani perlu mendapat evaluasi. Kemampuan biomotor dapat dikembangkan dengan keikutsertaan siswa. Hal ketiga adalah menilai sisi penguasaan siswa terhadap kecabangan. Hal ketiga ini menyediakan banyak tes, dimana setiap cabang olahraga memiliki tes khusus untuk mengetahui tingkat penguasaan di salah satu cabang. Berikut adalah serangkaian tes yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan biomotor siswa untuk sekolah dasar. Berdasarkan tes yang dilakukan guru pendidikan jasmani dapat mendisain pembelajaran yang lebih efektif untuk setiap kemampuan siswa dan dapat mengenali dari sisi biomotor mengapa kemampuan penguasaan kecabangan setiap anak berbeda.

9 - 36 Unit 9

Sesuai dengan jenis informasi data yang dikumpulkan dan aspek yang dievaluasi maupun disain yang dipergunakan, maka pendekatan kuantitatif dan kualitatif dapat diterapkan secara terpisah serta bersama-sama serta saling melengkapi. Jika guru ingin mengetahui berapa jauh siswanya dapat melempar ataupun melompat? Berapa cepat siswanya dapat berlari atupun berenang? Maka pendekatan dengan menggunakan kuantitatif lebih akurat. Lain halnya apabila guru ingin mengetahui bagaimana siswanya melakukan teknik berlari, melompat, ataupun berenang dengan benar? Maka metode kualitatif dengan segala pirantinya sangat direkomendasikan. Data yang berupa angka disebut dengan data kuantitatif. Yang masuk dalam kategori evaluasi kuantitatif adalah tes (soal), pengukuran (jarak, waktu). Serangkaian kegiatan yang dilaksanakan merupakan upaya yang dilakukan untuk memperoleh data. 1. Prosedur penilaian dan pengukuran. Untuk melakukan penilaian ataupun kegiatan pengukuran kita harus menjalani berapa langkah, agar kualitas pengukuran dapat terjamin. Prosedur pengukuran dan penilaian hasil belajar pendidikan jamani pada dasarnya dapat mengikuti langkah sebagai berikut. 2. Menetapkan tujuan penilaian Tujuan penilaian biasanya dijadikan dasar dan arahan untuk melakukan suatu kegiatan, demikian pula halnya dalam melakukan pengetesan. Penetapan tujuan penilaian sangat penting artinya untuk menetapkan sasaran penilaian yang ingin dicapai. Tes yang bertujuan untuk melihat kemempuan kekuatan akan berbeda dengan tes yang bertujuan untuk melihat kemampuan kecepatan. 3. Menetapkan jenis bahan ajar yang harus diukur. Bahan ajar bola voli tentunya pada waktu tes juga merupakan bentuk tes yang bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen yang penting dalam bola voli. 4. Menetapkan teknik pengukuran yang digunakan. Setelah mendapatkan kejelasan mengenai aspek-aspek yang perlu dilakukan pengetesan, selanjutnya perlu ditetapkan teknik yang cocok untuk melakuan pengetesan. Kecepatan diukur dengan tes apa? Kelentukan diukur dengan tes apa? Koordinasi diukur dengan tes apa? dan sebagainya. 5. Mengembangkan instrumen pengukuran. Pengembangan instrumen pengukuran dilakukan apabila ingin mengembangkan alat ukur yang lebih efektif atau lebih efisien, ataupun untuk

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 37

menciptakan tes yang baru dari yang sudah ada. Dalam tes kemampuan motorik dan biomotor telah banyak tes yang telah baku, namum demikian apabila guru pendidikan jasmani berkeinginan untuk membuat ataupun menyusun tes yang baru, itu sah-sah saja, hanya perlu mengikuti kadahkaidah penyusunan tes yang ada. 6. Melaksanakan Pengukuran. Kegiatan ini adalah puncak dari seluruh persiapan yang akan menghasilkan data. Pengukuran yang dilaksanakan diharapkan menghasilkan data yang valid atau terpercaya. Dengan menggunakan instrumen yang tepat maka keterpercayaan data dapat dijaga. Dengan demikian akan memudahkan untuk proses selanjutnya. 7. Mengolah dan menafsirkan pengukuran. Agar data hasil pengukuran mempunyai makna sesuai dengan kebutuhan penilaian, maka data tersebut diolah dan ditafsirkan dengan menggunakan kriteria yang telah dibahas. Kriteria yang dipilih dapat menggunakan acuan kriteria ataupun acuan norma. Berdasarkan data tersebut kemudian guru pendidikan jasmani selanjutnya melakukan pengolahan data. Pengolahan data merupakan proses pemaknaan data sehingga data memiliki makna. Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara statistik sederhana sampai dengan statistik yang rumit. Dalam dunia olahraga pengolahan data dilakukan dengan mengadakan pengelompokan kemampuan hasil tes. Diagnosis kemampuan tes motorik The Arnheim and Sinclair Basic Motor Ability Test (BMAT), telah disusun untuk membantu guru pendidikan jasmani mengevaluasi respon motorik dari sembilan item tes. Guru pendidikan jasmani dapat menggunakan setiap tes dan berdasarkan dari hasil tes dapat disusun evaluasi dari koordinasi mata dan tangan, pengontrolan otot-otot besar, tes keseimbangan, kelincahan dan kelentukan. Tes ini dibutuhkan waktu kurang lebih 12-15 menit untuk setiap anak Prosedur pengetesan: Subtest 1: Melempar dengan target. Siswa dari umur 4 5 tahun berdiri di belakang garis sejauh 2,1 meter dari target. Umur 6-7 tahun 3,1 meter. Testor memberi contoh dan menerangkan dengan melakukan lemparan. Apabila lemparan mengenai sasaran tepat pada tengah-tengah maka memperoleh nilai 3, apabila lemparan

9 - 38 Unit 9

mengenai sasaran pada kotak yang kedua yang lebih besar maka diperoleh nilai 2, dan apabila lemparan mengenai sasaran pada kotak yang ketiga maka memperoleh nilai 1. Siswa melakukan lemparan sebanyak 20 kali kesempatan. Tes ini bertujuan untuk mengukur koordinasi antara mata dan tangan. Peralatan yang dibutuhkan. Target yang tediri dai tiga kotak yaang terpusat pada satu titik tengah. Kotak tersebut secara berurutan berukuran 12,7 cm; 27,9 cm; 45,7 cm. target kotak digambar pada tembok dengan ketinggian 122 cm dari lantai. Subtest 2: Kelentukan pada punggung dan tungkai bagian belakang. Siswa duduk di lantai dengan kedua tungkai lurus sempurna, kedua tumit diletakkan dengan jarak 15,2 cm. Sebuah alat ukur ditempatkan di antara kedua kaki siswa dengan ukuran 20-30 cm. Dijaga agar lutut tetap lurus, siswa membungkuk ke depan, meraih ke bawah sejauh mungkin tanpa merenggut. Setiap siswa mempunyai tiga (3) kali kesempatan. Catat sentimeter terjauh yang dapat di raih. Tes ini bertujan untuk mengetahui tingkat kelentukan. Subtest 3: Standing Long Jump Langkah pertama testor memberikan contah bagaimana melakukan standing long jump dengan betul. Tes dilakukan dengan mengayunkan kedua lengan ke belakang dan diperbolehkan melakukan penekukan pada lutut. Kemudian kedua lengan diputar ke depan dan kedua tungkai diluruskan pada saat bersamaan dengan awalan melompat. Siswa diperbolehkan melakukan lompatan sebanyak 3 (tiga) kali. Lompatan terjauh dari 3 (tiga) kali melakukan dicatat sebagai prestasi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui power pada bagian pangkal paha dan otot-otot tungkai bagian bawah. Perlengkapan yang dibutuhkan: 1. Sebuah alat ukur (meteran). 2. Tempat yang tidak licin untuk melakukan pendaratan. Subtest 4: Push-up (fase down to standing) Testor memberi contoh dua kali dan menerangkan bagaimana siswa harus mamulai, dengan perut menyentuh matras (tengkurap), pada aba-aba ya siswa mengangkat tubuh seperti pada posisi push-up tegak. Siswa melakukan ini berulang-ulang sebanyak mungkin sesuai kemampuan siswa tanpa ada pantulan dalam waktu 25 detik.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 39

Tes ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan dan kelincahan dalam mengubah posisi telungkup ke posisi tegak (ekstensi). Peralatan yang dibutuhkan: 1. Sebuah matras atau karpet. 2. Stopwatch. Subtest 5: Push-up di Kursi (chair push-up) Testor memberikan contoh dua (2) kali dan menerangkan kepada siswa bahwa waktu recovery (istirahat/releks pada posisi lurus) harus dilakukan pada posisi tungkai lurus dan kaki menjejak lantai/tembok, lengan dalam keadaan lurus penuh dan badan pada posisi lurus dari kepala sampai dengan kaki. Catat jumlah push-up yang benar dalam 20 detik. Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan lengan dan bahu. Peralatan yang dibutuhkan: 1. Stopwatch. 2. Sebuah kursi atau meja dengan tinggi 35,6 - 45,7 cm di atas lantai. Subtest 6: Keseimbangan Statis (Static Balance). Pengetes memberikan contoh melakukan di atas kayu khusus untuk tes keseimbangan, menjelaskan bahwa diperbolehkan menggunakan setiap kaki tetapi kedua lengan/tangan harus dipinggang dan tidak diperkenankan membantu. Siswa diberi satu kesempatan percobaan terlebih dahulu dengan mata dalam keadaan dibuka, kemudian percobaan dilakukan dengan mata tertutup. Jika siswa tidak dapat atau tidak bersedia menutup mata, maka testor harus mencatat bahwa siswa melakukan dengan tidak lengkap. Catat dalam detik berapa lama siswa dapat mempertahankan posisi tumit diangkat dengan mata terbuka. Sama halnya dengan mata tertutup. Kriteria kegagalan (selesai) adalah apabila kaki menyentuh lantai, memindahkan setiap tangan dari pinggang atau membuka mata. Tes ini disebut tes keseimbangan statis. Tes pertama dilaksanakan dengan mata dalam keadaan terbuka, tes kedua dilaksanakan dengan mata tertutup. Peralatan yang dibutuhkan: 1. Stopwatch. 2. Dua papan keseimbangan panjang 5,1 Cm dan lebar 2,5 cm.

9 - 40 Unit 9

Subtest 7: Lari Kelincahan. Kode (penanda) ditempatkan 1,5 meter dalam satu garis lurus sebanyak 4 buah. Testor memberikan contoh bagaimana melakukan tes ini dan menerangkan/memberitahu dalam aba-aba ya, siswa harus berlari secepatcepatnya dengan lari zig-zag mengitari penanda. Start dimulai dari sebelah kanan pada penanda pertama. Skor dihitung dari jumlah penanda yang dilalui selama 20 detik. Untuk larik bolak-balik lengkap diberi nilai 8. Tes ini bertujuan untuk mengetes kemampuan memindahkan badan secara berulang-ulang dan mengubah arah. Peralatan yang diperlukan: 1. 4 buah penanda. 2. Stopwatch. Tabel 9.8 Nilai tes motorik dasar anak usia 4 tahun putri
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 52 47 36 28 19 cm 129 99 89 60 30 Push-up (fase down to standing) cm 10 8 6 4 2 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

90+ 75 50 25 1

22 17 11 3 1

17 15 11 8 2

8 6 5 2 0

20 18 16 12 6

Tabel 9.9 Nilai tes motorik dasar anak usia 4 tahun putra
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 52 45 36 27 18 cm 130 100 89 60 30 Push-up (fase down to standing) cm 10 8 6 4 2 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

90+ 75 50 25 1

22 16 10 3 1

18 15 10 7 3

9 7 5 2 0

20 18 16 12 7

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 41

Tabel 9.10 Nilai tes motorik dasar anak usia 5 tahun putri
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 50 43 32 27 15 cm 135 108 95 67 35 Push-up (fase down to standing) cm 10 9 7 5 2 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

90+ 75 50 25 1

22 18 14 7 4

21 19 13 9 5

15 10 8 7 4

21 20 17 11 8

Tabel 9.11 Nilai tes motorik dasar anak usia 5 tahun putra
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 52 44 33 25 15 cm 139 110 97 70 40 Push-up (fase down to standing) cm 11 10 7 5 3 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

90+ 75 50 25 1

22 19 15 8 5

22 17 11 8 3

15 10 8 7 4

22 20 18 11 9

Tabel 9.12 Nilai tes motorik dasar anak usia 6 tahun putri
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 54 46 35 24 13 cm 145 125 100 74 49 Push-up (fase down to standing) cm 16 13 10 7 3 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

90+ 75 50 25 1

16 11 6 1 -

28 22 17 8 3

16 14 8 4 1

28 24 22 17 11

9 - 42 Unit 9

Tabel 9.13 Nilai tes motorik dasar anak usia 6 tahun putra
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 90+ 75 50 25 1 23 17 9 1 0 50 42 32 22 13 cm 156 133 104 75 49 Push-up (fase down to standing) cm 15 13 10 7 5 27 20 16 8 3 18 14 9 4 1 28 24 22 17 11 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

Tabel 9.14 Nilai tes motorik dasar anak usia 7 tahun putri
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 90+ 75 50 25 1 15 11 6 1 48 41 32 23 14 cm 166 141 111 80 49 Push-up (fase down to standing) cm 16 13 10 7 4 31 24 14 8 3 16 12 7 3 33 31 27 20 16 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

Tabel 9.15 Nilai tes motorik dasar anak usia 7 tahun putra
Persentil Target melempar Kelenturan Standing long jump cm 47 39 29 19 10 cm 171 146 115 83 52 Push-up (fase down to standing) cm 16 14 11 8 4 Keseimbangan Pushstatis up di kursi Lari kelincahan

90+ 75 50 25 1

28 21 12 3 1

28 18 16 8 4

19 15 10 5 1

35 30 28 21 17

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 43

Latihan
Evaluasi merupakan tugas guru yang tidak mudah. Keberhasilan siswa belajar selama beberapa waktu hasil keobyektifannya tergantung dari kemampuan guru untuk menyusun format evaluasi. Untuk lebih memahami tentang bagaimana melakukan evaluasi kualitatif maka sebagai tugas mandiri susunlah evaluasi salah satu teknik gerakan dalam cabang olahraga yang Anda kuasai. Susunlah alat untuk mengevaluasi siswa dengan mengikuti prosedur pengembangan daftar cek yang telah dibahas. Kunci Jawaban Latihan 1. Untuk mempermudah penyusunan tersebut pilihlah cabang olahraga yang paling Anda kuasai dan senangi. 2. Pikirkan kunci gerakan yang dapat memberikan sumbangan untuk keberhasilan gerakan tersebut dan tulis dalam beberapa point. 3. Buat kriteria yang sederhana dengan dapat, tidak dapat atau sukses, tidak sukses, dan jika Anda cukup berani ditantang buatlah yang lebih rumit dengan mendeskripsikan dengan lengkap. 4. Setetelah selesai diskusikan dengan teman Anda yang mengerjakan hal yang sama dengan bagian Anda dan tanyakan kepada pengajar Anda. Petunjuk Jawaban Latihan Jenis evaluasi yang dilaksanakan dalam pendidikan jasmani dapat dengan menggunakan evaluasi kualitatif ataupun kuantitatif. Kenyataan di lapangan guru Penjaskes kebanyakan memilih dengan menggunakan evaluasi kualitatif. Hal ini disebabkan pelaksanaan dengan metode ini lebih mudah dan praktis. Pelaksanaan Evaluasi dengan menggunakan metode kuantitatif cenderung memperoleh data yang berupa angka-angka dan tergantung dari alat ukur yang dipergunakan. Untuk mengukur kemampuan biomotor, guru pendidikan jasmani tinggal memilih tes biomotor yang ada dan kemudian hasil tes dicocokkan dengan tabel yang telah tersedia. Evaluasi kualitatif lebih menuntut kreativitas guru, mengingat evaluasi ini lebih menitikberatkan pada kualitas dari gerakan ataupun gejala-gejala psikologis siswa.

9 - 44 Unit 9

Tes Formatif 2
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit 2, kerjakanlah tes formatif berikut. Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut Anda paling benar! 1. Dalam pendidikan jasmani dikenal evaluasi dengan menggunakan dua metode yaitu .... A. deskriptif dan pengukuran B. tes dan pengukuran C. kualitatif dan kuantatif D. kuantitatif dan pengukuran Ketika ingin membedakan keindahan dan kesempurnaan, maka siswa diminta untuk melakukan gerakan yang seharusnya, jenis evaluasi yang dilakukan adalah metode A. kuantitatif B. deskriptif C. pengukuran D. kualitatif Seorang guru akan mengisi nilai raport, maka diperlukan data yang akurat untuk menulis laporan tersebut yang diperoleh dari . A. penelitian B. observasi C. tes dan pengukuran D. wawancara Contoh gerak motorik halus adalah sebagai berikut . A. menulis, berjalan, memotong B. menanam, mengetik dan berjalan C. makan, memasukkan benang ke jarum, menulis D. berlari, memikul Contoh gerak motorik kasar adalah sebagai berikut . A. berlari, berjingkat dan melompat B. mengetik, menggaruk, menggelengkan kepala C. menulis, melihat dan memasukkan benang ke jarum D. berkedip, mengecap dan melambaikan tangan

2.

3.

4.

5.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 45

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian konfirmasikan dengan rumus tingkat pengguasaan materi di bawah ini. Rumus Tingkat Penguasaai = Jumlah Jawaban Anda yang benar 5 Arti Tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 100 % = Baik sekali 80 89 % = Baik 70 79 % = Cukup < 70% = Kurang

x 100%

9 - 46 Unit 9

Kunci JawabanTes Formatif


Tes formatif 1
1. 2. 3. 4. 5. D. Auditing C. Proses C. Proses B. Proses C. Evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses

Tes formatif 2
1. 2. 3. 4. 5. C. Kualitatif dan kuantatif D. Kualitati C. Tes dan pengukuran C. Makan, memasukkan benang ke jarum, menulis A. Berlari, berjingkat dan melompat

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 47

Daftar Pustaka
Adang Suherman. (2001). Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dirjen. Pendidikan Dasar dan Menengah. Arikunto Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Renika Cipta. Arma Abdullah. (1976). Penyusunan Tes dan Evaluasi. Yogyakarta: Yayasan Sekolah Tinggi Olahraga. Barrow, Haroldo & McGee Rosemary. (1976). A Practical Approach To Measurement In Phsical Education. Philadelphia: Lea & Febiger. Djemari Mardapi. (2002). Kumpulan Makalah Seminar dan Lokakarya. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Kirkendall, Gruber, Johnsan. (1980). Measurement and Evaluation for Physical Educators. Iowa: Wm. Brown Company Publisher. Nurhasan. (2000). Penilaian Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Tebuka. Worthen, Blaine R. & Sander, James R. (1973). Education Evaluation: Theory and Practice. New York: Longman Inc. Sunaryo. (1983). Evalusi Hasil Relajar. Jakarta: Dirjen. Dikti. Depdikbud Tayibnabis, F. Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta. Miller, David G K. (1994). Measurement by the Phsical Educator. Illinois: McGrawHill Companies.

9 - 48 Unit 9

Glosarium
Biomotor Input Kualitatif Kuantitatif Komprehensif Obyektif Out put Proses Relevansi Skill Stream line : : : : : : : : : : : Termasuk di dalamnya kekuatan, kelincahan, kecepatan, koordinasi dan daya tahan. Bahan masukan awal sebagai modal awal atau bahan baku awal untuk diproses. Menunjuk pada sesuatu yang bersifat kualitas seperti baikburuk, indah, rasa senang, warna. Menunjuk pada sesuatu yang bersifat kuantitas seperti 1, 2, 3, atau sesuatu yang dapat dihitung. Pandangan secara menyeluruh/secara luas. Penilaian sesuai dengan kenyataan yang ada. Merupakan hasil dari kegiatan yang bertujuan, disebut juga hasil (produk). Merupakan interaksi dari masukan yang ada untuk menuju hasil yang telah ditetapkan. Kesesuaian dengan hal yang dimaksudkan. Kemampuan untuk melakukan sesuatu. Posisi sekecil mungkin menghasilkan hambatan.

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9 - 49

Anda mungkin juga menyukai