Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN SENI RUPA DI

INDONESIA
Source : http://www.sarjanaku.com/2010/10/perkembangan-seni-rupa-di-indonesia.html
Perkembangan seni rupa tradisional Indonesia sudah dimulai sejak zaman prasejarah. Meskipun
tidak ada orang yang tahu secara pasti kapan dimulainya zaman prasejarah. Periodesasi zaman
prasejarah di Indonesia di bagi menjadi beberapa periode di antaranya : zaman batu dan zaman
logam. Kedua zaman prasejarah ini, sama-sama memiliki karya seni rupa ( tradisional ) hal itu
dapat di buktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan yg berupa karya seni rupa yg bersipat
tradisional seperti kapak genggam, gelang, kalung, tembikar bahkan ada lukisan.
Khusus mengenai lukisan tersebut, pertama kali di temukan di gua leang-leang sulawesi dan
lukisan tersebut berupa penjiplakan telapak tangan pada dinding gua. Selain lukisan telaapak
tangan,juga terdapat gambar binatang berupa gambar babi yang sedang meloncat dengan kondisi
leher terluka.
1. Zaman Batu /Seni Rupa Zaman Batu
a. Seni Rupa Zaman Poleolitikum( Batu Tua )
Karya peninggalanya :
Kapak gengam ( chopper )
Batu berwarna ( Chalcedon )
Lukisan tangan dan babi

b. Seni Rupa Zaman Meseolitikum ( Batu tengah)


Karya peninggalannya :
Mata panah
Batu penggiling
Kapak batu

c. Seni Rupa Zaman Neolitikum ( Batu Muda/Dasar Kebudayaan Bangsa Indonesia)


Karya peninggalannya :
Kapak persegi
Kapak lonjong
Gelang
Kalung
Cincin dari batu berwarna
Tembikar ( pengaruh masuknya bangsa cina ke Indonesia

d. Seni Rupa Zaman Megalitikum( Batu Besar )


Karya peninggalannya :
Menhir
Dolmen Kubur batu
Keranda batu (sarcopagus)
Punden berundak
Arca batu

2. Seni Rupa Zaman Logam


Zaman logam di Indonesia dimulai sejak tahun 500 SM, yaiitu sejak kebudayaan indo-cina masuk
ke Indonesia. Kebudayaan logam di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu. Berikut adalah
beberapa peninggalan seni rupa zaman perunggu :
Gendering perunggu
Kapak perunggu
Bejana perunggu
Ragam hias
Dari peninggalan benda-benda di atas, maka jelas sejak zaman prasejarah orang Indonesia sudah
mengenal seni rupa meskipun masih sangat sederhana. Seni rupa tradsional Indonesia khususnya
zaman prasejarah, selain untuk keperluan bertahan hidup, benda-benda karya seni mereka
cenderung digunakan untuk kepentingan pemujaan (magis), seperti lukisan telapak tangan di gua
leang-leang.
Lukisan telapak tangan tersebut diduga sebagai lambang rasa duka cita atas meninggalnya
keluarga mereka. Kemudian lukisan babi yang terluka diartikan sebagai lambang pengharapan
agar perburuan mereka berhasil.
3. Seni Rupa Zaman Hindu-Budha.
Zaman Hindu-Budha merupakan babak baru periodesasi kebudayan di Indonesia. Zaman ini juga
di katakana sebagai akhir dari zaman prasejarah dan menjadi awal zaman sejarah. Hal ini di
buktikan dengan adanya penemuan tulisan. Masa inipun sering dikatakana sebagai masa klasik.
Peninggalan karya seni rupa pada masa Hindu-Budha yaitu prasasti dan candi. Prasasti adalah batu
yang berisi sebuah tulisan tentang sesuatu peristiwa atau upacara tertentu yang dilakukan oleh
orang-orang di lingkungan kerajaan.
Pada zaman Hindu-Budha,banyak sekali kerajaan yang berdiri, mulai dari kerajaan kecil sampai
kerajaan besar. Hampir semua kerajaan memiliki peninggalan yang berupa prasasti. Berikut adalah
beberapa prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Budha.
Prasasti ciaruteum yang bergambar telapak kaki (Kerajaan Tarumanegara)
Prasasti kedukan bukit ( 683),menyebutkan kemenangan Raja Dapunta hyang (Kerajaan
Sriwijaya)
Prasasti canggal di Gunung Wakir (732), menyebutkan Banga Sanjaya membangun sebuah lingga
di daerah Kunjara Kunya di jawa Dwipa (Kerajaan Mataram Kuno)
Prasasti tukmas di lereng Gunung Merbabu,menyebutkan adanya mata air dari sumber yang dapat
di samakan dengan sungai gangga (Kerajaan Kaling)
Selain prasasti yang di sebutkan di atas, masih banyak lagi peninggalan kerajaan yang berkembang
pada masa Hindu-Budha. Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang paling megah
dan agung, karena orang zaman klasik membangunnya untuk tujuan yang agung yaitu untuk
kegiatan spiritual.
Candi berasal dari kata Candika Gerha yang artinya rumah dewi candika. Dewi Candika disebut
juga Dewi Durga atau Dewi Maut. Orang membangun candi dengan harapan mendapat
pertolongan dari dewi durga dalam kematianya sehingga candi kebanyakan berfungsi sebangai
kuburan raja-raja. Pada perkembangan selanjutnya, Fungsi candi menjadi bermacam-macam di
antaranya sebangai berikut :
Sebagai hiasan (Candi Sari)
Sebagai kuburan Abu Jenazah (Candi Budha)
Sebagai Pemujaan (Candi penataran)
Sebagai tempat Semedi (Candi Jalatunda)
Sebagai Pemandian (Candi Belahan)
Sebagai Gapura (Candi Bajang Ratu)
Seperti halnya zaman Hindu-Budha, zaman Islam juga memiliki peninggalan karya seni rupa yang
cukup megah. Hasil karya seni rupa zaman Islam berupa arsitektur dan seni hias
Seni Arsitektur meliputi :
Masjid
Makam
Istana
Seni hias meliputi :
Seni ukir
Seni kaligrafi (arab)
Seni wayang
Seni batik
Seni lukis

Seni Rupa Moderen


Seni rupa moderen merupakan babak baru dalam perkembangan seni rupa. Menurut konsepnya,
karya seni rupa tidak lagi menjadi simbol-simbol kehidupan yang kaku, namun ia lebih cenderung
menjadi pengungkap ekspresi dan nilai seorang seniman secara bebas. Perkembangan seni rupa
Indonesia modern terbagi dalam beberapa babak / periodesasi.
a. Masa Raden Saleh (Perintisan)
Raden Saleh Syariep Bustaman adalah putra seorang bangsawan. Ketika umurnya 10 Tahun
(1817) beliau di serahkan oleh pamannya kepada belanda untuk dididik menjadi pegawai. Pada
tahun 1826, beliau mendapat pelajaran menggambar dari A.A.J. Payen, seorang pelukis dari
Belgia. Payen meminta Jendral V. Der Capelen untuk memberi izin kepada Raden Saleh untuk
meneruskan pelajaran di negeri Belanda. Cornelius Krusemen dan pelukis pemandangan yang
bernama Andrean Schelf Vernet menjadi guru beliau.
Raden Saleh tinggal di kota Dresden (Jerman) selama 5 tahun dan lukisanya banyak disukai oleh
orang-orang di sana dan beliaupun dikenal sebagai pelukis potret yang handal. Setelah 10 tahun
berkelana di Eropa, Raden Saleh kembali ke Indonesia bersama istrinya Ny.Winkelman pada tahun
1851. Raden Saleh Syarief Bustaman merupakan orang Indonesia yang pertama merintis jalan
menuju seni rupa indonesia moderen meskipun corak lukisanya romantis, naturalis dan bergaya
Barat.
Beberapa Karya Raden Saleh :
a. Antara hidup dan mati (pertarungan seekor banteng dengan seekor singa)
b. Berburu banteng di jawa
c. Merapi yang meletus
d. Banjir
e. Perkelahian dengan singa,dll

b. Masa Indonesia Jelita (Indie Mooi) 1878


Beberapa pengamat seni menilai bahwa masa Indie Mooi menghasilkan karya-karya lukisan yang
bersifat turistik, dengan Gaya Denting yaitu melukis dengan merekam langsung obyek-obyek
pemandangan di sekitarnya dengan pelukisan naruralistik. Dan romatik. Lukisan-lukisan era Indie
Mooi hanya menyenangkan secara visual, serba indah namun miskin kreativitas dan tidak
menghayati subyek yang di lukisnya, karena mereka terkena getah kesuraman seni lukis Belanda
yang diakibatkan oleh peperangan Napoleon di Eropa yang tak kunjung padam.
Tokoh seniman dari masa Indie Mooi adalah Abdullah Soro Subroto, putra dari Dr.Wahidin
Sudiro Husodo. Abdullah Soro Subroto dikenal dengan sebutan Abdullah S.R yang kemudian
diikuti oleh anak-anaknya untuk menjadi seniman di antaranya Sujono Abdullah, Basuki Abdullah,
Tijito Abdullah,sedangkan pelukis lainnya ada Pirngadi, Henk Ngantung,Lee Man Fong, dll.
Beberapa lukisan masa Indie Mooi:
Pemandangan di sekitar gunung merapi(Abdullah S.R)
Pelabuhan ratu(pirngadi)
Balik ke alam (Basuki Abdullah)
Gadis Thailand
Gadis solo

c. Masa Cita Nasional


Pada masa ini, kesenian indonesia sedang berusaha untuk mencari ciri khas kesenian Nasional. S.
Sudjojono adalah figur yang meledak-ledak dibakar rasa Nasionalisme dan tidak puas dengan
kehidupan seni rupa.
Pada masa Indie Mooi semua lukisan serba indah, karena hal ini, dianggap mengingkari kenyataan
yang ada di Indonesia. S.Sudjono bersama rekan-rekanya mendirikan sebuah organisasi yang
bernama PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia) dan diketuai oleh Agus Jayasuminta.
Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di kalangan bangsa Indonesia dengan mencari
gaya indonesia asli. Kelompok pelukis Persagi lebih mementingkan penumpahan jiwa dan isi hati
pada karya bukan teknik dan bahan seperti yang diutamakan oleh para pelukis masa Indie Mooi.
Berikut adalah beberapa karya lukisan Masa Cita Nasional :
a. Karya Sudjono
Di depan kelambu terbuka
Sayang saya bukan anjing
Bunga kamboja

b. Karya Agus Jayasuminta


Barata yudha
Arjuna wiwaha
Dalam taman nirwana, dll.

c. Karya Otto Jaya


Wanita impian
Penggodaan, dll

d. Masa Pendudukan Jepang


Pada masa ini di dirikan sebuah kelompok lukis oleh jepang yang bernama Keimin Bunka Shidoso
dengan sebagai propaganda pembentuk ke kaisaran Asia Timur Raya. Pada masa ini juga berdiri
sebuah organisasi yang di bentuk oleh 4 serangkai yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Kihajar
dewantara, KH. Mas-mansur.Perkumpulan ini bernama PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat) dan di
tangani oleh S.Sudjojono dan Affandi tetapi organisasi ini di bubarkan oleh jepang pada tahun
1944 dan S.Sudjojono mengajar di keimin Bunka Shidoso.

e. Masa Sesudah Kemerdekaan


Pada masa ini banyak sekali organisasi yang bergerak di bidang seni rupa (lukis) bermunculan di
antaranya SIM (Seniman Indonesia Muda), Pelukis rakyat, Taman Siswa dll. Semua organisasi ini
mencetuskan sebuah organisasi baru yang bernama ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia).
f. Masa Pendidikan Formal
Masa Pendidikan Formal, Indonesia banyak meresmikan pusat pendidikan seni rupa untuk
mencetak para seniman di antaranya ASRI, Balai Perguruan Tinggi ,Guru Gambar, ITB, dll.

g. Masa Seni Rupa Baru Di Indonesia


Masa Seni Rupa Baru di Indonesia di mulai pada tahun 1974 dengan munculnya kelompok baru
dari kalangan seniman muda.

Anda mungkin juga menyukai