Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi atas curahan nikmat dan
karunianya. Sholawat serta salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
SAW beserta keluarganya (ahli bait). Sehingga Makalah ini dapat dikerjakan
dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas sejarah dengan judul


Mohammad Hatta. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik. Dengan adanya
makalah ini, diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pembaca dalam
mencari referensi khususnya mengenai biografi dan peran Mohammad Hatta
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Tiada gading yang tak retak, tiada karya yang sempurna. Maka penulis
menghargai partisipasi pembaca dalam memberikan saran dan kritik demi
perbaikan makalah ini ke depannya.

Wassalamualaikmum warahmatullahi wabarakatuh.

Timpeh, 24 Januari 2023

Vika Aulia Budianja

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................... 1

DAFTAR ISI........................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………..

1.1 Latar Belakang........................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................... 1

1.3 Tujuan..................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN…………………………...

2.1 Kelahiran Mohammad Hatta.................................. 2

2.2 Pendidikan Mohammad Hatta................................. 2

2.3 Kehidupan Mohammad Hatta........................... 3


2.4 Peran Mohammad Hatta dalam Sejarah
Kemerdekaan Indonesia.................................. 6
BAB III PENUTUP………………………………..
3.1 Kesimpulan.................................................... 10
3.2 Saran............................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan seluruh rakyat


Indonesia. Ada yang menokang senjata untuk mengusir penjajah, ada pula
yang merumuskan kebijakan-kebijakan dan menerapkan langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk membebaskan Indonesia dari belenggu
penjajahan. Makalah ini bermaksud memaparkan peran salah satu pejuang
kemerdekaan Indonesia, seorang founding father yang dikenal dengan nama
Mohammad Hatta. Dimulai dari latar belakang keluarga dan tempat
kelahirannya, pendidikan yang ia tempuh, hingga sepak terjangnya dalam
sejarah kemerdekaan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah riwayat hidup Mohmmad Hatta?

2. Bagaimanakah peran Mohammad Hatta dalam sejarah


kemerdekaan Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui riwayat hidup Mohammad Hatta.

2. Memberikan informasi mengenai peran Mohammad Hatta dalam


memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

3
4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelahiran Mohammad Hatta


Mohammad Hatta lahir dengan nama Muhammad Athar. di Bukittinggi
pada tanggal 12 Agustus 1902 dari keluarga berlatar surau di Batu Hampar
(kampung di pinggir jalan antara Bukittinggi dan Payakumbuh). Kakeknya,
Syaikh Abdurrahman, merupakan seorang ulama besar di surau Batu
Hampar. Meskipun ayahnya, Muhammad Djamil tidak melanjutkan
kehidupan ulama, namun sudah tentu berpengaruh banyak terhadap
pendidikan agama yang diterima Hatta semenjak kecil. Ibunya , Siti Saleha
berasal dari kalangan pegadang. Hatta merupakan anak kedua setelah Rafiah.
Ketika berumur tujuh bulan, ayah kandungnya meninggal, sehingga
ibunya menikah lagi dengan Haji Ning, seorang pedagang dari Palembang.
Pernikahan keduanya dikaruniai empat orang anak perempuan.

2.2 Pendidikan Mohammad Hatta


Mohammad Hatta mengawali pendidikan formalnya di Sekolah
Rakyat Bukittinggi, kemudian setelah dua tahun ia pindah ke Sekolah ELS
Belanda di kota yang sama. Memasuki kelas 5 (sampai 7), ia pindah ke
Sekolah ELS di Padang. Sekolah di ELS ini ia tamatkan pada tahun 1917.
Saat umurnya beranjak 14-15 tahun, ia beralih ke MULO di Padang dan
lulus pada tahun 1919. Di bawah asuhan Haji Abdullah Ahmad, ia aktif
dalam JSB (Jong Sumatera Bond). Mula-mula jabatan bendahara diraihnya,
kemdian ia dipercaya menjadi sekretaris merangkap bendahara cabang
Padang. Setelah lulus dari MULO, ia berangkat ke Jakarta dan bersekolah di
Prins Hendrik Handels (Sekolah Dagang Prins Hendrik) tahun 1919-1921.
Pada tahun 1921-1932, Hatta belajar di Handels Hogeschool (Sekolah
Tinggi Dagang, kemudian Economische Hogeschool, Sekolah Tinggi
konomi) di Rotterdam, Belanda. Ia aktif dalam organisasi Indische
Vereniging (Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908). Organisasi ini

5
kemudian berganti nama menjadii Indonesische Vereeniging (Perhimpunan
Indonesia/PI). Pada tahun 1926 kursi kepemimpinan jatuh ke pundak Hatta.
Pada tahun 1926, ia pergi ke Biervielle, Perancis, sebagai wakil PI
untuk turut serta dalam Kongres Demokrasi Internasional. Ia berhasil
meyakinkan Kongres agar menggunakan kata “Indonesia” dan bukan
“Hindia Belanda” dalam merujuk tanah airnya. Ia menerangkan hubungan
kolonialisme antara Belanda dan Indonesia dalam berbagai kesempatan,
contohnya pada International League of Women for Peace and Freedom di
Swiss (1927) dan di hadapan para mahasiswa Indologi di Utrecht, Belanda
(1930).

2.3 Kehidupan Mohammad Hatta


Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November
1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut
dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah
Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.
Dalam kesehariannya, Hatta dikenal sebagai pribadi yang disiplin
dan sederhana. Cindy Adams, penulis biografi Soekarno pernah ditolaknya
karena terlambat datang. Disiplin dan ketepatan Hatta mengenai waktu
sudah bukan rahasia lagi. Ia menempatkan kepentingan negara di atas
kepentingan diri dan dan keluarganya. Istrinya pernah menceritakan, bahwa
Hatta bahkan tak memberitahunya mengenai pemotongan terhadap Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI), “Itu rahasia negara” katanya.
Kecintaan Hatta terhadap buku tidak lantas menjadi sosok yang
text-book thinking. Sebaliknya, ia mencerna substansi buku itu, apakah
pandangannya perlu diadopsi, diadaptasi, atau bahkan secara fundamental
disanggah. Sebagai seorang muslim, ia tidak pernah meninggalkan
kewajiban shalat dan sudah melaksanakan ibadah haji. Baginya, ajaran Islam
memimpin tingkah lakunya, juga membina pandangannya tentang kehidupan
masyarakat dan negara.
Pada tanggal 14 Maret 1980 Mohammad Hatta wafat di RSUD dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU

6
Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980. Pemerintah memberikan gelar
Pahlawan Proklamator kepada Mohammad Hatta pada 23 Oktober 1986
bersama dengan mendiang Soekarno. Pada 7 November 2012, Mohammad
Hatta secara resmi bersama dengan Soekarno ditetapkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.

2.4 Peran Mohammad Hatta dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia


1. Pra-Kemerdekaan (1932-1945)
Hatta kembali dari Belanda setelah menyelesaikan ujian
doktoralnya pada tanggal 5 Juli 1932. Hatta bersikap keras terhadap
komunis dan menolak bekerja sama dengan pemerintah Belanda
. Sehingga, pada tanggal 25 Pebruari 1934, ia bersama Sjahrir
ditangkap dan dibuang ke Digul, kemudian ke Banda Neira (1936). Di
masa pembuangan inilah Hatta aktif menulis artikel-artikel yang
dikirimkannya ke beberapa surat kabar (salah satunya Panji Islam di
Medan). Selain itu, ia juga bercocok tanam, serta mendidik sesama
tahanan dan pemuda setempat. Setelah Perang Pasifik pecah
(Desember 1941), Sjahrir dan Hatta dipindahkan ke Sukabumi. Lalu,
Pemerintah Jepang membawanya ke Jakarta untuk diajak kerjasama. Ia
bertugas memberikan saran terhadap Pemerintah Jepang terkait
kebijakan-kebjakan yang akan diberlakukan untuk rakyat Indonesia.
Pada akhir Juni 1943, lembaga yang bersifat politik dibentuk atas
nama “Tyuo Sangi-in”, dengan tujuan :”memberi jawaban atas
pertanyaan pemerintah dan mengajukan usul-usul kepada pemerintah”.
Hatta menjabat sebagai wakil ketua (18-21 Juni 1945). Dalam sidang-
sidangnya, lembaga ini banyak merumuskan usul-usul yang berkaitan
dengan kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan
Indonesia) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Peran Hatta dalam
BPUPKI terlihat dalam :
a) Soal pembukaan yang biasa dirujuk dengan piagam Jakarta

7
Dalam hal ini Hatta tidak banyak berkomentar. Ia
cenderung mengambil jalan tengah antara pandangan tokoh-
tokoh nasionalis dan Islam
b) Soal bentuk negara
Hatta menekankan perlunya otonomi luas bagi daerah.
Apalagi dengan ribuan pulau yang bertebaran serta suku yang
beragam di Indonesia.
c) Soal hak asasi
Ia berpendapat, hal-hal yang sangat dasar dari hak asasi
perlu dicantumkan dalam UUD. Usulan ini diterima oleh peserta
sidang dan untuk selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945.
d) Soal Ekonomi
Hatta merumuskan ekonomi Indonesia berdasarkan
solidaritas dan kekeluargaan, serta ditangani langsung oleh
negara. Selanjutnya, Hatta menjabat sebagai wakil ketua di PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk pada
tanggal 7 Agustus 1945.
2. Masa Revolusi (1945-1949)
a) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 16 Agustus 1945, Hatta dan Soekarno
(bersama istrinya, Fatmawati dan putranya, Guntur yang berusia
9 bulan) berangkat ke Rengasdengklok. Sehari sebelumnya,
Soebadjo Sastrosatomo dan Soebianto mendatangi kediamannya.
Keduanya menegaskan pendirian mereka untuk merebut
kemerdekaan Indonesia dari tangan Jepang. Di Rengasdengklok,
Hatta mencoba meyakinkan Soekarni bahwa apa yang
direncanakan para pemuda akan terbentur pada realitas.
Pada malam harinya, diadakan rapat untuk persiapan
proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana
Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Sidang yang
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari

8
tersebut menghasilkan secarik kertas proklamasi. Pagi harinya,
pukul 10.00, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada tanggal
18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI dimulai, Hatta berdiskusi
dengan Ki Bagus Hadikoesoemo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Mr. Teuku Hasan terkait penghapusan tujuh
kata dalam Piagam Jakarta. Para tokoh tersebut menginsafi
bahwa semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan
menghilangkan tujuh kata tersebut.
b) Hatta sebagai wakil Presiden
Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari
usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali.
Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke
Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda
menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville,
tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak
Belanda.
Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Hatta
pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi.
dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah. Nehru
berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan
resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.
c) KMB (Konferensi Meja Bundar)
Pada tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949, KMB
dilaksanakan di Den Haag. Utusan dari RI diketuai oleh Hatta.
Dalam sidang tersebut, ia berhasil menyusutkan luar negeri
sebesar 3.167 juta dan hutang dalam negeri sebesar 2.956 juta
menjadi 4.300 juta. Adapun masalah Irian Barat, akhirnya
terpecahkan pada tanggal 1 November 1949, dengan kompromi
bahwa pemindahan Kedaulatan Irian Barat akan diselesaikan
dalam waktu satu tahun sejak konferensi tersebut. Hatta
mengatakan, dengan adanya KMB, seakan-akan RI sudah diakui

9
de jure oleh dunia Internasional, jauh lebih baik dari masa-masa
sebelumnya.
3. Pasca-Kemerdekaan (1950-1956)
Hatta membentuk kabinet RIS pada tanggal 20 Desember 1949,
banyak terdiri dari orang-orang yang lebih cenderung kepada keahlian
daripada motivasi politik belaka. Hatta menghadapi berbagai
persoalan, contohnya Pemberontakan Westerling di Jawa Barat
(Januari 1950) dan Pemberontakan Andi Aziz di Makassar (April,
1950).
Sebagai perdana menteri merangkap menteri luar negeri, Hatta
berupaya mewujudkan politik bebas aktif. Ia menolak PKI dan politik
perjuangan kelas yang tidak kenal damai. Dalam bidang ekonomi,
Hatta merasa perlu dengan pinjaman luar negeri.
Pada 17 Agustus 1950, Hatta dikukuhkan sebagai wakil
presiden. Ia melayangkan surat mempertanyakan keputusan kabinet
jika dirasanya tidak tepat. Ia mengingatkan Menteri Perekonomian
Boerhanoedin agar tidak mendahulukan pengusaha baru yang
mempunyai hubungan dengan partai daripada pengusaha lama yang
berpengalaman. Dalam menghadapi masalah tentara, ia meyerahkan
penyelesaiannya kepada pemimpin angkatan. Ia menjaga betul agar
angkatan bersenjata tidak dipengaruhi secara politis, kecuali politik
nasional yang tidak dipermasalahkan di negara kita.
Pada Juli 1956, Hatta mengirim surat kepada DPR, bahwa ia
akan mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Pidato Soekarno pada
tanggal 28 Oktober, “Marilah sekarang kita kubur semua partai”, yang
menunjukkan bahwa ia memiliki konsep baru tentang demokrasi yang
disebutnya Demokrasi Terpimpin, semakin memperteguh keinginan
Hatta tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mohammad Hatta lahir dengan nama Muhammad Athar di Bukittinggi


pada tanggal 12 Agustus 1902 dari keluarga berlatar surau di Batu Hampar.
Mohammad Hatta mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat
Bukittinggi, kemudian setelah dua tahun ia pindah ke Sekolah ELS Belanda
di kota yang sama. ia beralih ke MULO di Padang dan lulus pada tahun
1919.
Kehidupan Mohammad Hatta, Dalam kesehariannya, Hatta dikenal
sebagai pribadi yang disiplin dan sederhana dan Hatta menikah dengan
Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung
Bogor Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni
Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta. Pada
tanggal 14 Maret 1980 Mohammad Hatta wafat di RSUD dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah
Kusir pada tanggal 15 Maret 1980 dan ia juga mendapat beberapa gelar yaitu
pahlawan proklamator dan pahlawan nasional.
Pra-Kemerdekaan (1932-1945) Hatta kembali dari Belanda setelah
menyelesaikan ujian doktoralnya pada tanggal 5 Juli 1932. Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Pada tanggal 16 Agustus 1945, Hatta dan Soekarno
(bersama istrinya, Fatmawati dan putranya, Guntur yang berusia 9 bulan)
berangkat ke Rengasdengklok. KMB (Konferensi Meja Bundar) Pada
tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949, KMB dilaksanakan di Den
Haag. Utusan dari RI diketuai oleh Hatta.
Pasca-Kemerdekaan (1950-1956) Hatta membentuk kabinet RIS pada
tanggal 20 Desember 1949, banyak terdiri dari orang-orang yang lebih
cenderung kepada keahlian daripada motivasi politik belaka.

11
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan


jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
pedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan diatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Christoporus Wahyu Haryo, 06/11/2012, “Pemerintah Akhirnya Akui Bung


Karno-Bung Hatta Pahlawan Nasional”, diambil dari
http://nasional.kompas.com/read/2012/11/06/18304773/Pemerintah.Akhirny
a.Akui.Bung.Karno-Bung.Hatta.Pahlawan.Nasional (diakses pada
16/08/2019).

Deliar Noer, Mohammad Hatta : Biografi ..., hlm. 361.

Mavis Rose, A Political Biography ..., hlm. 310.

Mohammad Hatta. Menuju Gerbang Kemerdekaan: Sebuah Otobiografi, (Jakarta:


PT Kompas Media Nusantara, 2011), hlm. 81.

Redaksi, “Mohammad Hatta: Sang Proklamator”, diambil dari 13/08/2002


http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1302-sang-
proklamator, (diakses pada 16/08/2019).

Wikipedia, “Mohammad Hatta”, https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta


(diakses pada 16/08/2019)

13

Anda mungkin juga menyukai