Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi rabbi atas curahan nikmat dan
karunianya. Sholawat serta salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada Rasulullah
SAW beserta keluarganya (ahli bait). Sehingga Makalah ini dapat dikerjakan
dengan baik.
Tiada gading yang tak retak, tiada karya yang sempurna. Maka penulis
menghargai partisipasi pembaca dalam memberikan saran dan kritik demi
perbaikan makalah ini ke depannya.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................ 2
1.3 Tujuan..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………...
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kemudian berganti nama menjadii Indonesische Vereeniging (Perhimpunan
Indonesia/PI). Pada tahun 1926 kursi kepemimpinan jatuh ke pundak Hatta.
Pada tahun 1926, ia pergi ke Biervielle, Perancis, sebagai wakil PI
untuk turut serta dalam Kongres Demokrasi Internasional. Ia berhasil
meyakinkan Kongres agar menggunakan kata “Indonesia” dan bukan
“Hindia Belanda” dalam merujuk tanah airnya. Ia menerangkan hubungan
kolonialisme antara Belanda dan Indonesia dalam berbagai kesempatan,
contohnya pada International League of Women for Peace and Freedom di
Swiss (1927) dan di hadapan para mahasiswa Indologi di Utrecht, Belanda
(1930).
6
Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980. Pemerintah memberikan gelar
Pahlawan Proklamator kepada Mohammad Hatta pada 23 Oktober 1986
bersama dengan mendiang Soekarno. Pada 7 November 2012, Mohammad
Hatta secara resmi bersama dengan Soekarno ditetapkan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.
7
Dalam hal ini Hatta tidak banyak berkomentar. Ia
cenderung mengambil jalan tengah antara pandangan tokoh-
tokoh nasionalis dan Islam
b) Soal bentuk negara
Hatta menekankan perlunya otonomi luas bagi daerah.
Apalagi dengan ribuan pulau yang bertebaran serta suku yang
beragam di Indonesia.
c) Soal hak asasi
Ia berpendapat, hal-hal yang sangat dasar dari hak asasi
perlu dicantumkan dalam UUD. Usulan ini diterima oleh peserta
sidang dan untuk selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945.
d) Soal Ekonomi
Hatta merumuskan ekonomi Indonesia berdasarkan
solidaritas dan kekeluargaan, serta ditangani langsung oleh
negara. Selanjutnya, Hatta menjabat sebagai wakil ketua di PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk pada
tanggal 7 Agustus 1945.
2. Masa Revolusi (1945-1949)
a) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 16 Agustus 1945, Hatta dan Soekarno
(bersama istrinya, Fatmawati dan putranya, Guntur yang berusia
9 bulan) berangkat ke Rengasdengklok. Sehari sebelumnya,
Soebadjo Sastrosatomo dan Soebianto mendatangi kediamannya.
Keduanya menegaskan pendirian mereka untuk merebut
kemerdekaan Indonesia dari tangan Jepang. Di Rengasdengklok,
Hatta mencoba meyakinkan Soekarni bahwa apa yang
direncanakan para pemuda akan terbentur pada realitas.
Pada malam harinya, diadakan rapat untuk persiapan
proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana
Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Sidang yang
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari
8
tersebut menghasilkan secarik kertas proklamasi. Pagi harinya,
pukul 10.00, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada tanggal
18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI dimulai, Hatta berdiskusi
dengan Ki Bagus Hadikoesoemo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Mr. Teuku Hasan terkait penghapusan tujuh
kata dalam Piagam Jakarta. Para tokoh tersebut menginsafi
bahwa semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan
menghilangkan tujuh kata tersebut.
b) Hatta sebagai wakil Presiden
Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari
usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali.
Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke
Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda
menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville,
tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak
Belanda.
Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Hatta
pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi.
dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah. Nehru
berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan
resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.
c) KMB (Konferensi Meja Bundar)
Pada tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949, KMB
dilaksanakan di Den Haag. Utusan dari RI diketuai oleh Hatta.
Dalam sidang tersebut, ia berhasil menyusutkan luar negeri
sebesar 3.167 juta dan hutang dalam negeri sebesar 2.956 juta
menjadi 4.300 juta. Adapun masalah Irian Barat, akhirnya
terpecahkan pada tanggal 1 November 1949, dengan kompromi
bahwa pemindahan Kedaulatan Irian Barat akan diselesaikan
dalam waktu satu tahun sejak konferensi tersebut. Hatta
mengatakan, dengan adanya KMB, seakan-akan RI sudah diakui
9
de jure oleh dunia Internasional, jauh lebih baik dari masa-masa
sebelumnya.
3. Pasca-Kemerdekaan (1950-1956)
Hatta membentuk kabinet RIS pada tanggal 20 Desember 1949,
banyak terdiri dari orang-orang yang lebih cenderung kepada keahlian
daripada motivasi politik belaka. Hatta menghadapi berbagai
persoalan, contohnya Pemberontakan Westerling di Jawa Barat
(Januari 1950) dan Pemberontakan Andi Aziz di Makassar (April,
1950).
Sebagai perdana menteri merangkap menteri luar negeri, Hatta
berupaya mewujudkan politik bebas aktif. Ia menolak PKI dan politik
perjuangan kelas yang tidak kenal damai. Dalam bidang ekonomi,
Hatta merasa perlu dengan pinjaman luar negeri.
Pada 17 Agustus 1950, Hatta dikukuhkan sebagai wakil
presiden. Ia melayangkan surat mempertanyakan keputusan kabinet
jika dirasanya tidak tepat. Ia mengingatkan Menteri Perekonomian
Boerhanoedin agar tidak mendahulukan pengusaha baru yang
mempunyai hubungan dengan partai daripada pengusaha lama yang
berpengalaman. Dalam menghadapi masalah tentara, ia meyerahkan
penyelesaiannya kepada pemimpin angkatan. Ia menjaga betul agar
angkatan bersenjata tidak dipengaruhi secara politis, kecuali politik
nasional yang tidak dipermasalahkan di negara kita.
Pada Juli 1956, Hatta mengirim surat kepada DPR, bahwa ia
akan mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Pidato Soekarno pada
tanggal 28 Oktober, “Marilah sekarang kita kubur semua partai”, yang
menunjukkan bahwa ia memiliki konsep baru tentang demokrasi yang
disebutnya Demokrasi Terpimpin, semakin memperteguh keinginan
Hatta tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13