Disusun Oleh :
Nisa Nanda
XII
MA AL-FALAH
Jl. Padjadjaran I No.01 Desa. Sukamantri Kec. Cisaat Kab. Sukabumi, Jawa Barat
Sejak kecil, Moh Hatta telah dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang taat melaksanakan agama Islam. Semasa kecil, Hatta menempuk pendidikan
dasar di Sekolah Melayu Fort de Kock, kemudian melanjutkan ke Europeesche
Lagere School (ELS) di Padang. Semasa sekolah, Hatta terkenal sebagai anak yang
cerdas. Meski lulus ujian masuk ke HBS di Batavia, Hatta harus mengurungkan
niatnya karena permintaan ibunya untuk tetap di Padang. Akhirnya Hatta melanjutkan
sekolah ke MULO di Padang.
Lulus dari Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School pada 1921, Hatta pergi
ke Rotterdam untuk belajar ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool, Belanda.
Di sana, Hatta aktif bergabung dalam organisasi pergerakan dan tergabung dalam
Perhimpunan Indonesia. Salah satu dampak aktivitasnya dalam organisasi
menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Namun, kemudian dibebaskan
karena Hatta melakukan pidato pembelaannya yang terkenal, Indonesia Free.
Dalam buku Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya (2015) oleh Meutia Farida Hatta,
Bung Hatta merupakan orang Indonesia yang mengoleksi buku sejak berusia 16
tahun. Dari situ, koleksi bukunya semakin bertambah. Bahkan selama 11 tahun
tinggal di Belanda, Hatta merupakan mahasiswa yang memiliki koleksi buku
terbanyak di antara mahasiswa yang lainnya.
Koleksi buku-buku Bung Hatta mulai dari ilmu ekonomi, hukum, tata negara,
administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi, dan sastra.
Bahkan ketika akan kembali ke Indonesia dari Belanda, Hatta yang dibantu rekan-
rekannya, harus mengemas 14 peti berukuran 1x1x1 meter untuk buku-bukunya.
Ketika Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, Hatta memiliki
ruangan perpustakaan yang jauh lebih besar dibandingkan ketika menjabat.
Di luar pendidikan formal, ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek,
Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya. Selain keluarga, perdagangan memengaruhi
perhatian Hatta terhadap perekonomian.
Di Padang, ia mengenal pedagang-pedagang yang masuk anggota Serikat Oesaha dan
aktif dalam Jong Sumatranen Bond sebagai bendahara. Kegiatannya ini tetap dilanjutkannya
ketika ia bersekolah di Prins Hendrik School. Mohammad Hatta tetap menjadi bendahara di
Jakarta.
Kakeknya bermaksud akan ke Mekkah, dan pada kesempatan tersebut, ia dapat
membawa Mohammad Hatta melanjutkan pelajaran di bidang agama, yakni ke Mesir (Al-
Azhar). Ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas surau di Batu hampar yang memang
sudah menurun sejak meninggalnya Abdurrahman. Namun, hal ini diprotes dan mengusulkan
pamannya, Idris untuk menggantikannya. Menurut catatan Amrin Imran, Pak Gaeknya
kecewa dan Syekh Arsyad pada akhirnya menyerahkan kepada Tuhan.
Selain menyerap segala ilmu pengetahuan di pendidikan formal, Hatta juga mempelajari
ilmu-ilmu agama, berhubung keluarganya merupakan keluarga yang taat beragama. Syekh
Arsyad, paman Hatta dari pihak ayahnya, menginginkan Hatta dapat menjadi ulama di
kemudian hari. Namun pihak ibunya tidak setuju, mereka ingin Hatta belajar di sekolah
umum. Kakek dari pihak ibu dan kakek dari pihak ayah akhirnya mencapai kesepakatan.
Rencananya, Hatta akan dimasukkan ke Sekolah Rakyat lebih dahulu, setelah tamat akan
dibawa ke Mekah untuk belajar agama dan meneruskan ke Kairo Paman Arsyad selalu
mengenakan sorban dan jubah.
Selain mengajar agama di sekolah, di rumah, waktunya banyak terpakai untuk menerima
tamu yang rata-rata datang dari jauh, yang sengaja datang untuk meminta petunjuk tentang
agama dan masalah-masalah lainnya. Hatta mengagumi Paman Arsyad, ia terpesona melihat
koleksi buku Arsyad yang sangat banyak, semua ditulis dengan bahasa Arab. Ia pun memiliki
keinginan untuk menjadi ulama.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tentu tidak lepas dari perjuangan para tokoh nasional,
salah satunya Mohammad Hatta atau akrab disapa Bung Hatta. Sejak sebelum hingga proses
proklamasi berjalan, Mohammad Hatta lah yang selalu mendampingi Soekarno.
Selain menjadi pendamping, Mohammad Hatta juga berperan penting dalam
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lantas, apa saja peran Bung
Hatta dalam persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia hingga sesudahnya?
Merumuskan dan menandatangani naskah proklamasi sebelum proklamasi kemerdekaan
dilakukan, Mohammad Hatta dan Soekarno sempat diasingkan ke Rengasdengklok oleh para
golongan muda agar terhindar dari pengaruh Jepang.
Selama di pengasingan, Bung Hatta dan Soekarno terus didesak untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan. Setelah keduanya setuju, Mohammad Hatta dan Soekarno
dibawa kembali ke Jakarta untuk merumuskan naskah proklamasi bersama Ahmad
Soebardjo.
Mohammad Hatta diketahui menyumbang kalimat pertama dalam teks proklamasi, yang
berbunyi, “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Makna di balik kalimat itu
adalah untuk bisa mencapai kemerdekaan, maka harus ada pelaksanaan yang nyata. Naskah
proklamasi yang selesai disusun kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad
Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pendamping Soekarno Setelah naskah proklamasi selesai disusun dan ditandatangani,
Soekarno didesak oleh para golongan muda untuk segera membacakannya. Namun, Soekarno
tidak akan membacakannya jika Mohammad Hatta belum hadir.
Lima menit sebelum upacara dimulai, Mohammad Hatta akhirnya muncul dan mengikuti
upacara bersama dengan Soekarno. Mohammad Hatta mendampingi Soekarno selama
pembacaan teks proklamasi berlangsung.
Selanjutnya, pada tahun 1924, organisasi ini berubah nama menjadi Perhimpunan
Indonesia. Pada tahun 1926, beliau diangkat menjadi pimpinan Perhimpunan
Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, perhimpunan ini lebih fokus mengamati
perkembangan pergerakan di Indonesia dengan memberikan banyak ulasan dan
banyak komentar di media massa Indonesia.
Pada tahun 1927, Mohammad Hatta mengikuti sidang bertema “Liga Menentang
Imperialisme, Penindasan Kolonial dan untuk Kemerdekaan Nasional” di Frankfurt,
Jerman. Dalam sidang ini, ada gelagat dari pihak komunis dan utusan dari Uni Soviet
yang ingin menguasai sidang ini. Sehingga penilaian Hatta pada komunis menjadi
negatif dan tidak bisa percaya terhadap komunis.
Sampai pada tahun 1931, Mohammad Hatta mundur dari kedudukannya, dan
berhenti dari PI karena ingin fokus skripsi. Akibatnya, PI jatuh ke tangan komunis
dan dikontrol langsung oleh partai komunis Belanda ditambah juga campur tangan
dari Moskwa. Setelah tahun 1931, PI mengecam keras kebijakan Hatta, yang
membuat Hatta ditendang keluar dari organisasi.
2. Pengasingan
Sekembalinya Hatta dari Belanda, ia ditawari untuk masuk kalangan Sosialis
Merdeka (Onafhankelijke Socialistische Partij). Sebenarnya beliau menolak masuk,
dengan alasan ia harus berada dan berjuang hanya untuk Indonesia.
Namun dalam konsep Islam semua bentuk kemerdekaan tersebut adalah campur
tangan tuhan dan izin tuhan. Keselarasan pemikiran ini dibuktikan dengan pembukaan
undang- undang Dasar Negara yang menyatakan bahwa berkat rahmat tuhanlah yang
mampu mengantarkan rakyat Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan. Artinya
pemikiran Mohammad Hatta tentang kemerdekaan memang selaras dengan konsep
kemerdekaan yang terdapat dalam Islam hal ini terlihat dari bagaimana Mohammad
Hatta memaknai kemerdekaan dan menjaga/menghargai kemerdekaan dengan jalan
terus berusaha untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan tidak dibodohi oleh
pihak manapun dengan tujuan mengambil keuntungan sendiri.
Dalam Islam siapa saja yang mendapatkan amanat untuk menduduki sesuatu
jabatan kenegaraan, diawasi dan dikendalikan oleh rakyat yang secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dalam fungsinya sebagai khalifah Tuhan. Kekuasaan yang
dimiliki oleh setiap manusia itu pada pokoknya hanyalah Sekedar amanah dari Allah
SWT.
Negara itu sendiri diperlukan sebagai alat kehidupan bersama agar masyarakat
yang diikat atas solidaritas bersama untuk bersama-sama dan sendiri- sendiri
berlomba-lomba melakukan kebajikan-kebajikan kemanusiaan sesuai dengan perintah
tuhan. Dengan demikian, fungsi Negara sekedar menjadi alat bantu ini tidak boleh
keluar dari kerangka hukum tuhan itu sendiri. Dalam hal ini, Kedaulatan yang dimiliki
oleh setiap manusia (rakyat) itu haruslah mengikuti Standar-standar yang yang
ditentukan oleh hukum (kedaulatan hukum) yang Ditentukan Tuhan. Karena,
kedaulatan rakyat itu hanyalah merupakan “cermin” dari Kedaulatan yang hakiki,
yaitu kedaulatan Allah SWT.
Dalam perspektif Islam kedaulatan rakyat itu dapat dipahami terwujud dalam
kekuasaan yang terkait dalam fungsi manusia (setiap pribadi rakyat) sebagai khalifah
Allah. Kedaulatan tuhan itu dalam pelaksanaannya terwujud dalam Kedaulatan rakyat
yang akan memberikan amanat kepada para pemimpin yang Dipilih oleh mereka
sebagai mandataris, dan mengangkat “ahli ahli wa al-aqli” Ataupun “dewan syura”
untuk menetapkan hukum Negara yang tidak dirumuskan berdasarkan rujukan syariat
ataupun dirumuskan dalam kerangka syariat tuhan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kedaulatan rakyat dalam Islam Yakni
kedaulatan terletak hanya milik tuhan semata, namun dalam hal ini Masyarakat juga
memiliki kedaulatan yang mana kedaulatan tersebut merupakan Titipan dari Tuhan,
melalui kedaulatan rakyat inilah manusia berhak untuk memilih Wakil-wakil mereka
dalam memimpin Negara demi mendapatkan kesejahteraan bagi Masyarakat itu
sendiri.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga saya selaku
penulis dapat menyusun Portofolio Tentang Sejarah Pahlawan Nasional Mohammad Hatta
dengan sebaik- baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan Portofolio ini adalah untuk meningkatkan kesadaran anak
bangsa dalam mempelajari sejarah Indonesia dan meningkatkan rasa nasionalisme sehingga
mereka mampu melanjutkan cita-cita para pahlawan pendiri bangsa.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan, dan mendukung penulisan Portofolio ini sehingga selesai tepat pada
waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah. Meski penulis
telah menyusun Portofolio ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan masyarakat.
Sukabumi, 01 Maret 2023