Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA


“Instrumen Hak Asasi Manusia Nasional”
Dosen Pengampu : Eko Rudiansyah, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Betania (Nim : A882120003)


2. Daffa Arwaa Atiqqah (Nim : A882120004)
3. Rima Sugesti Julfarida (Nim : A882120007)

Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi


Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Melawi

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Nanga Pinoh, 8 November


2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... I
DAFTAR ISI .................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
A. Instrumen Hak Asasi Manusia .................................................................................... 3
B. Berbagai Instrumen Hak Asasi Manusia Nasional ...................................................... 4
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 11
B. Saran ......................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan suatu hak dasar yang dimiliki
oleh seseorang dan harus dilindungi secara hukum. Hak yang dimaksud
disini seperti hak untuk hidup, hak di mata hukum, hak mengeluarkan
pendapat, dan sebagainya. Agar hak-hak tersebut tidak dilanggar maka
pemerintah membuat beberapa instrumen yang dapat melindunginya.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah mencatat berbagai penderitaan,
kesengsaraan, dan kesenjangan sosial yang disebabkan oleh perilaku
diskriminatif atas dasar etnis, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama,
golongan, jenis kelamin, dan status sosial lainnya. Perilaku tidak adil dan
diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Adanya pelanggaran hak asasi manusia tersebut mendorong pemerintah
untuk menciptakan suatu instrumen dan lembaga perlindungan hak asasi
manusia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang menjunjung tinggi HAM.
Oleh karena itu, pemerintah pusat membuat instrumen-instrumen yang
dapat melindungi HAM penduduk Indonesia. UUD (Undang-Undang
Dasar) 1945 merupakan dasar hukum negara Indonesia. Dalam peraturan
tersebut diatur pula tentang perlindungan HAM seperti dalam Pasal 28
tentang berserikat dan berkumpul. Meskipun sudah diatur, namun karena
belum ada perincian dari pasal tersebut mengakibatkan masih adanya
pelanggaran HAM bahkan oleh pemerintah sendiri. Berakhirnya rezim
Orde Baru yang ditandai dengan jatuhnya Soeharto dari kursi presiden
menjadi titik awal munculnya instrumen-instrumen HAM yang berlaku
secara universal untuk seluruh warga negara Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam
makalah ini kami dapat merumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen hak asasi manusia nasional?
2. Apa saja instrumen hak asasi manusia nasional?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas adapun
tujuan dari penulisan makalah ini mengenai instrumen nasional hak asasi
manusia nasional, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan instrument hak asasi
manusia.
2. Untuk mengetahui apa saja instrument hak asasi manusia nasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Instrumen Hak Asasi Manusia Nasional


Instrumen HAM di Indonesia berarti alat, sehingga instrumen HAM
merupakan suatu alat yang digunakan untuk melindungi hak asasi
manusia. Alat ini berupa peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai bentuk partisipatif adanya Universal Declaration of
Human Right (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) oleh PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Instrumen HAM perlu dibuat karena
banyak jenis-jenis pelanggaran HAM yang marak terjadi. Oleh karena itu,
negara-negara di dunia membuat peraturan tertulis untuk melindunginya
baik secara internasional maupun secara nasional. Instrumen HAM
Nasional, instrumen ini berlaku secara nasional saja, artinya instrumen
tersebut dibuat oleh pemerintah di suatu negara dan hanya berlaku di
negara di bawah hukum dimana instrumen tersebut ditetapkan. Oleh
karena itu, instrumen HAM Nasional Indonesia hanya berlaku di negara
Indonesia saja. Tidak hanya instrumen HAM saja yang bermunculan tetapi
juga banyak didirikan lembaga perlindungan HAM baik yang diprakarsai
oleh pemerintah sendiri maupun pihak swasta. Langkah awal
pemberlakuan HAM secara universal di Indonesia ditandai dengan
pencabutan UU No. 11 Tahun 1965 tentang PNPS, perbaikan sistem
pemilu, dan pelepasan sejumlah tahanan politik di era reformasi. Setelah
itu, pemerintah membuat berbagai instrumen HAM seperti TAP MPR
(Ketepapan Majelis Permusyawaratan Rakyat) No. XVII/MPR/1998
tentang HAM, dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945, UU
(Undang-Undang) yang mengatur HAM dan peradilannya, serta berbagai
ratifikasi hasil konvensi internasional.
Perkembangan hak asasi manusia tidak dapat terlepas dari factor
politik dan social pada masa kekuasaan Presiden Soeharto, sejak masa-
masa kemerdekaan hingga proses pelembagaannya dengan Ketetapan

3
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan undang-undang stelah masa
reformasi tahun 1998. Perlembagaan hak asasi manusia kemudian
meningkat bahkan masuk ke dalam substansi undang-undang dasar hasil
amandemen. Selaindi atur dalam konstitusi, hak asasi manusia juga
melembaga di berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia.

B. Berbagai Instrumen Hak Asasi Manusia Nasional


1. Undang-Undang Dasar 1945 Berserta Amandemennya
Bangsa Indonesia menjunjung HAM dan memberi perlindungan
HAM kepada penduduknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai dasar
Pancasila yang dijunjung dan isi dari pembukaan maupun batang tubuh
UUD 1945. Namun demikian, terdapat hal-hal yang masih belum
diatur secara jelas dalam ketetapan tersebut sehingga dilakukan
amandemen pada batang tubuh UUD 1945. Setelah reformasi, UUD
1945 mengalami amandemen sebanyak 4 (empat) kali yaitu pada tahun
1999, 2000, 2001, dan 2002. Di Indonesia, tahun 2000 merupakan
babakan penting untuk perlindungan HAM. Hal ini dikarenakan dalam
Sidang Tahunan MPR pada tahun tersebut telah ditetapkan perubahan
atau amandemen kedua terhadap UUD 1945 yang mana terdapat bab
khusus yaitu Bab XA yang mengatur tentang HAM dalam. Bab XA
tersebut ditetapkan sebagai bentuk perluasan dari Pasal 28 UUD 1945.
Pada mulanya pasal 28 hanya terdiri dari 1 pasal dan 1 ayat yang
kemudian diubah menjadi Pasal 28A sampai Pasal 28J. Hal ini
membuat perubahan yang signifikan bagi rakyat Indonesia karena hak-
haknya sebagai negara lebih terlindungi.

2. Keppres No. 50 Tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Asasi


Manusia
Untuk meningkatkan perlindungan HAM di Indonesia, pemerintah
mengeluarkan Keppres No. 50 Tahun 1993 yang berisi tentang
pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan kita kenal
dengan sebutan Komnas HAM. Komisi ini bersifat mandiri dan

4
pelaksanaan kelembagaannya berasaskan pada Pancasila. Harapan
pemerintah dari pembentukan Komnas HAM ini ada 2 yaitu:

a) Mengembangkan perkembangan dalam kondisi yang bersifat


kondusif untuk pelaksanaan kasus dan bentuk HAM di Indonesia
dan tetap memperhatikan kesesuaiannya dengan Pancasila, UUD
1945, Piagam PBB, maupun Deklarasi Universal HAM

b) Mewujudkan tujuan pembangunan nasional dengan meningkatkan


perlindungan HAM terhadap rakyat Indonesia.

3. TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM


Dalam Sidang MPR yang dilaksanakan pada tanggal 13 November
1998 telah ditetapkan TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
sebagai bentuk upaya penyelesaian pelanggaran HAM di
Indonesia. Ketetapan MPR ini muncul untuk menanggapi tuntutan
reformasi yang terjadi pada tahun 1998. Isi dari ketetapan MPR
tersebut ditujukan kepada presiden dan lembaga-lembaga tinggi
negara, yakni:
a) Pasal 2 yang berbunyi “Menugaskan kepada Lembaga-Lembaga
Tinggi Negara dan seluruh Aparatur Pemerintah untuk
menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman
mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat”.
b) Pasal 3 yang berbunyi “Menugaskan kepada Presiden Republik
Indonesia dan Dewan Perwailan Rakyat Republik Indonesia untuk
meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hak Asasi Manusia, sepanjang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999


Instrumen HAM di Indonesia sebagai wujud kepedulian
pemerintah Indonesia terhadap ketetapan MPR di atas maka
pemerintah mengeluarkan sebuah UU tentang HAM yaitu UU No. 39
Tahun 1999. UU ini memuat semua hak yang tercantum di berbagai

5
instrumen internasional seperti kategorisasi yang ada dalam UDHR,
ICCPR, CRC, dan lain sebagainya. Adapun hak-hak yang diatur di
dalam UU tersebut seperti:

a. Hak untuk hidup (Pasal 9)

b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (Pasal 10)

c. Hak mengembangkan diri (Pasal 11 – Pasal 16)

d. Hak memperoleh keadilan (Pasal 17 – Pasal 19)

e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20 – Pasal 27)

f. Hak atas rasa aman (Pasal 28 – Pasal 35)

g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 16 – Pasal 42)

h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43 – Pa sal 44)

i. Hak wanita (Pasal 45 – Pasal 52)

j. Hak anak (Pasal 53 – Pasal 66)

Meskipun hak-hak yang dilindungi sudah diatur dalam UU ini,


namun masih belum ada kejelasan pemilahan secara tegas antara
konsepsi HAM dan hukum pidana pada umumnya. Hal ini berakibat
pada kaburnya sistem pertanggungjawaban bagi terpidana pelanggaran
HAM

5. Undang-Undang Nomor 26 tentang pengadilan HAM


Undang-undang ini dibuat dalam rangka pembentukan pengadilan
HAM, secara garis besar UU No. 26 Tahun 2000 memuat tentang hal-
hal sebagai berikut:
a. Kedudukan dan wewenang Pengadilan HAM
b. Kategorisasi pelanggaran HAM berat yang meliputi kejahatan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan
c. Hukum acara perkara pelanggaran HAM yang meliputi
penangkapan, penahanan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

6
sumpah, pemeriksaan di sidang pengadilan, syarat pengangkatan
hakim ad hoc, dan acara pemeriksaan
d. Perlindungan korban dan saksi
e. Kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi
f. Ketentuan pidana bagi pelanggar HAM
Dalam jurnal konstitusi disebutkan bahwa kategorisasi pelanggaran
HAM berat ini merupakan kategori kejahatan internasional. Proses
peradilannya menjadi yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dan
bukannya pengadilan HAM. Dengan demikian terdapat tumpang tindih
lingkup kewenangan apakah pelanggaran HAM berat dipidana secara
internasional atau secara nasional.

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak


Undang-undang ini dibentuk sebagai reaksi maraknya pelanggaran
HAM yang dilakukan pada anak-anak oleh orang dewasa. Secara
umum, UU ini memuat tentang perlindungan anak terhadap :
a. Hak, kewajiban, dan kedudukan seorang anak
b. Kewajiban dan tanggung jawab negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orangtua terhadap anak-anak
c. asuh, perwalian, dan sistem pengasuhan serta pengangkatan anak
d. Penyelenggaraan perlindungan hak anak yang meliputi agama,
kesehatan, pendidikan, sosial, serta perlindungan terhadap anak-
anak terlantar dan korban bencana/perang.
e. Pembentukan komisi perlindungan anak yang ditandai dengan
berdirinya KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indoensia)
f. Dan ketentuan pidana bagi pelanggar HAM anak-anak.

7. Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)


Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat
beberapa pasal-pasal yang dimaksud untuk melindungi kehidupan,
kebebasan, dan keamanan seseorang (antara lain pasal-pasal mengenai
pembunuhan,"2 perampasan kemerdekaan, perampasan dan

7
pengancaman, penculikan dan sebagainya). Ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam KUHP tersebut identik dengan ketentuan
Pasal 3 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang menyatakan
bahwa: setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan
keamanan pribadi.
8. Kitab undang undang hukum acara pidana
KUHAP telah menggariskan aturan yang melekatkan integritas
harkat harga diri kepada tersangka atau terdakwa, dengan jalan
memberi perisai hak-hak yang sah kepada mereka. Pengakuan hukum
yang tegas akan hak asasi yang melekat pada diri mereka, merupakan
jaminan yang menghindari mereka dari perlakuan sewenang- wenang.
Misalnya KUHAP telah memberi hak kepada tersangka atau terdakwa
untuk segera mendapat "pemeriksaan" pada tingkat penyidikan
maupun putusan yang seadil-adilnya. Juga memberi hak untuk
memperoleh "bantuan hukum" pemeriksaan pengadilan. Demikian
juga mengenai "pembatasan" jangka waktu setiap tingkat pemeriksaan
mulai dari tingkat penyidikan, penuntutan dan penangkapan dan
penahanan, ditentukan secara limitatif bagi semua instansi dalam setiap
tingkat pemeriksaan. Bahkan untuk setiap penangkapan atau
penahanan yang dikenakan, wajib diberitahukan kepada keluarga
mereka. Dengan demikian tersangka atau terdakwa maupun keluarga
mereka, akan mendapat kepastian atas segala bentuk tindakan
penegakan hukum. Ini sejalan dengan tujuan KUHAP sebagai sarana
pembaruan hukum, yang bermaksud hendak melenyap- kan
kesengsaraan masa lalu.
Landasan Filosofis KUHAP adalah berdasarkan Pancasila terutama
yang berhubungan erat dengan ketuhanan dan kemanusiaan. Dengan
landasan sila Ketuhanan, KUHAP mengakui setiap pejabat aparat
penegak hukum maupun tersangka adalah sama-sama manusia yang
dependen kepada Tuhan, semua manusia tergantung kepadak kehendak
Tuhan. Semua makhluk manusia tanpa kecuali adalah ciptaan Tuhan,

8
yang kelahirannya di permukaan bumi semata-mata adalah kehendak
dan rahmat Tuhan. Mengandung arti bahwa:
a. Tidak ada perbedaan asasi di antara sesama manusia.
b. Sama-sama mempunyai tugas sebagai manusia untuk mengem-
bangkan dan mempertahankan kodrat, harkat dan martabat
sebagai manusia ciptaan Tuhan.
c. Sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang harus
dilindungi tanpa kecuali.
d. Fungsi atau tugas apapun yang diemban oleh setiap manusia, hanya
semata-mata dalam ruang lingkup menunaikan amanat Tuhan Yang
Maha Esa.
 Azaz legalitas
Dalam hukum pidana, dikenal asas legalitas, yakni asas
yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam
undang-undang. Dalam bahasa latin, dikenal sebagai Nullum
delictum nulla poena sine praevia lege poenalli yang artinya lebih
kurangnya adalah tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan
terlebih dahulu. Asas ini di masa kini lebih sering diselaraskan
dengan asas non retroaktif, atau asas bahwa peraturan perundang-
undangan tidak boleh berlaku surut. Secara mudah, asas ini
menyatakan bahwa tidak dipidana kalau belum ada aturannya.
Syarat pertama untuk menindak terhadap suatu perbuatan
yang tercela, yaitu adanya suatu ketentuan dalam undang-undang
pidana yang merumuskan perbuatan tercela itu dan memberikan
suatu sanksi terhadapnya. Kalau, misalnya seseorang suami yang
menganiaya atau mengancam akan menganiaya istrinya untuk
memaksa bersetubuh tidak dapat dipidana menurut KUHP yang
berlaku. Sebab Pasal 285 KUHP (Pasal 242 Wetboek van
Strafrecht/Sr) hanya mengancam perkosaan “di luar pernikahan”.
Syarat tersebut di atas bersumber dari asas legalitas.

9
 Azaz Keseimbangan
Asas keseimbangan dalam tujuan pemidanaan adalah untuk
membina pelaku dan membebaskan rasa bersalah pelaku,
disamping itu juga bertujuan untuk mencegah dilakukan tindak
pidana dengan menegakkan hukum, menyelesaikan konflik yang
ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan
mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
 Azaz Praduga Tak Bersalah
Dalam proses perkara pidana, asas praduga tidak bersalah
diartikan sebagai ketentuan yang menganggap seseorang yang
menjalani proses pemidanaan tetap tidak bersalah sehingga harus
dihormati hak-haknya sebagai warga negara sampai ada putusan
pengadilan negeri yang menyatakan kesalahannya.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen HAM di Indonesia berarti alat, sehingga instrumen
HAM merupakan suatu alat yang digunakan untuk melindungi hak asasi
manusia. Alat ini berupa peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai bentuk partisipatif adanya Universal Declaration of
Human Right (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) oleh PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa). Instrumen HAM perlu dibuat karena
banyak jenis-jenis pelanggaran HAM yang marak terjadi. Oleh karena itu,
negara-negara di dunia membuat peraturan tertulis untuk melindunginya
baik secara internasional maupun secara nasional. Instrumen HAM
Nasional, instrumen ini berlaku secara nasional saja, artinya instrumen
tersebut dibuat oleh pemerintah di suatu negara dan hanya berlaku di
negara di bawah hukum dimana instrumen tersebut ditetapkan. Berbagai
instrumen hak asasi manusia yaitu,
1. Undang-Undang Dasar 1945 Berserta Amandemennya

2. Keppres No. 50 Tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Asasi


Manusia
3. TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
5. Undang-Undang Nomor 26 tentang pengadilan HAM
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak
7. Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)
8. Kitab undang undang hukum acara pidana
B. Saran
Setelah membaca penjelasan diatas, penulis berharap pembaca
dapat memahami isi dari makalah Hak Asasi Manusia ini dan bermanfaat
untuk kehidupan sehari hari.

11
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Instrumen HAM di Indonesia dan Dasar Hukumnya. (2017, july 28).
Retrieved november selasa, 2022, from amel: https://guruppkn.com/instrumen-
ham-di-indonesia

Dr. Osgar S.H., M. M. (2018). Hukum dan Hak Asasi Manusia. Malang: Intrans Publishing.

12

Anda mungkin juga menyukai