Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan terus berkembangnya system ketatanegaraan suatu negara,
maka konstitiusi dari suatu negara yang dibuat pada masa lalu otomatis juga harus
dapat menyesuaikan dirinya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Satusatunya cara konstitusi harus terus mengalami pembaharuan untuk dapat
disesuaikan dengan kondisi yang terus berubah seperti pada masa sekarang ini.
Perubahan konstitusi merupakan keniscayaan.1
Salah satu elemen penting yang diatur dalam pasal-pasal konstitusi adalah
ketentuan mengenai amandemen (perubahan). Dapat dipastikan dalam setiap
konstitusi yang terdokumentasi dari suatu negara di dunia umumnya terdapat
ketentuan untuk melakukan perubahan konstitusi itu sendiri.2
Masa peralihan Indonesia menuju suatu cita demokrasi merupakan suatu
proses tahapan penting dalam perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Salah satu
aspek yang menjadi bagian penting dalam proses perkembangan ketatanegaraan
Indonesia adalah perubahan Konstitusi Indonesia tahun 1945 (UUD 1945).
Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami empat kali perubahan sejak tahun
1999 sampai dengan tahun 2002.3
Amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah mengakibatkan
beberap perubahan ketatanegaraan Indonesia yang salah satunya yaitu ketentuan
yang secara eksplisit mengatur tentang mekanisme amandemen Undang-Undang
1 Feri Amsari, Perubahan UUD 1945, edisi Revisi, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal.1
2 Ibid
3 Jimly Asshidiqie, Struktur ketatanegaraan indoensia setelah
perubahan keempat UUD tahun 1945, Makalah disampaikan pada
seminar pembangunan Hukum Nasional VIII Denpasar, 14-18 Juli 2003,
http:/legal.daily-thought.info, akses pada februari 2014. Hal 1

Dasar 1945 yang diatur dalam pasal 37 yang membawa arah amandemen
konstitusi

Indonesia

yang

semakun

menunjukkan

sifat

Rigid,

serta

mengamanatkan adanya batasan dalam melakukan perubahan. Dimana pada masa


sebelum amandemen Undang-Undang Dasar hanya mengatur tentang jumlah
kuorum dan suara yang dibutuhkan untuk mengubah Undang-Undang Dasar.
Dalam pasal 37 Undang-Undang Dasar tahun 1945 menentukan bahwa :
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan
dalam sidang MAjelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UndangUndang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan
untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, siding majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota majelis permusyawaratan rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.
Jika pada saat sebelum amandemen persetujuan yang diminta yaitu
sebanyak 2/3 dari anggota yang hadir, maka pada masa setelah amanademen
persetujuan yang diminta untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945 meningkat menjadi sekurang-kurangnya limapuluh persen ditambah satu
dari seluruh anggota MPR, hal ini mengisyaratkan bahwa syarat untuk
mengamandemen menjadi lebih berat dari sebelumnya.
Berbeda dengan Amerika Serikat yang juga menganut sistim Presidensiil
seperti Indonesia, akan tetapi dalam hal bentuk negara, Amerika Serikat menganut
sistim Federal yang member kekuasaan kepada negara-negara bagian untuk
mengatur negaranya senidiri. Yang berbeda dengan Indonesia yang berbentuk
negara kesatuan yang kekuasaannya

terpusat di pemerintah Pusat. Sehingga

dalam mengamandemen Konstitusi tentunya akan terdapat perbedaan perbedaan


dari kedua negara.
Sementara itu jika dilihat dari kekuasaan legislatifnya Amerika Serikat dan
Indonesia merupakan negara yang menganut sistim bicameral (dua Kamar)
dimana Amerika Serikat terdiri dari House of Representatif dan Senate yang
merupakan bagian dari Congress Amerika Serikat, Indonesia mempunyai memilik
Dewan Perwakilan Rakyat dan dewan Perwakilan Daerah yang merupakan
susunan dari Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia.
Meskipun kedua Negara sama-sama menganut sistim bicameral, tetapi jika
dilihat secara teliti maka terdapat perbedaan yang sangat mendasar dalam sistim
bikameral yang dianut oleh Indonesia dan Amerika Serikat, terutama dari
komposisi

serta

struktur

dari

kedua

lembaga

Congress

dan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat. Namun demikian, keduanya sama-sama diberikan


kekuasaan dalam hal melakukan perubahan Undang-Undang dasar dari masingmasing negara.
Sebagaimana diatur dalam artikel V Konstitusi Amerika Serikat,
The Congress, whenever two-thirds of both house shall deem it necessary,
shall propose amandements to this constitution, or, of the application of
the legislatures of two-thirds of the several states, shall call a convention
for proposing amendements, which, in either case, shall be valid to all
intens and purposes, also as part of this constitution, when ratified by the
legislatures of three fourths of the several states, or by conventions in
three fourths thereof, as the one or the other mode of ratification may be
proposed by the congress; provide that no amenement which may be made
prior to the year one thousand eight hundered and eight shall in any
manner affect the first and fourth clauses in the ninth section of the first
article; and that no state without its consent, shall be deprived of its equal
suffrage in the senate. (apabila duapertiga anggota kedua kamar
menganggap perlu, congress akan mengusulkan amandemen terhadap
konstitusi ini, atau atas permintaan badan legislative dari dua pertiga

jumlag negara bagian, akan menggelar siding

untuk mengajukan

amandemen terhadap konstitusi ini, atau atas permintaan badan legislative


dari duapertiga jumlah negara bagian, akan menggelar siding untuk
mengusulkan amandemen, yang dalam hal manapun dan keduanya, akan
berlaku untuk segala maksud dan tujuan, sebagai bagian dari konstitusi ini,
apabila disahkan oleh badan ;legislative tigaperempat dari jumlah negara
bagian, atau oleh konvensi dari tigaperempat itu sebagai salah satu dari
dua cara ratifikasi yang mungkin diusulkan oleh kongres; asalkan tidak
ada amandemen yang mungkin dibuat sebelum tahun seribu delapan ratus
delapan akan mempengaruhi dengan cara apapun ayat pertama dan ayat
keempat dalam bagian Sembilan pasal satu; dan bahwa tidak ada negara
bagian tanpa persetujuannya, akan dicabut haknya atas suara yang
sederajat atau di senat)
Dari ketentuan tersebut dijelaskan bahwa amandemen dapat dilakukan
apabila duapertiga anggota kedua kamar (senate dan house of representative)
memandang perlunya suatu amandemen. Amandemen dapat diusulkan oleh
Kongress maupun atas permintaan badan legislative dari duapertiga jumlaha
negara bagian. Setelah diusulkan kemudian digelar seidang untuk membahas
usulan amandemen berupa pembahasan segala maksud dan tujuan amandemen
tersebut. apabilaa disahkan oleh tigaperempat badan legislative dari negara
bagian.
Meskipun system pemerintahan kedua negara sama, tetapi karena
perbedaan bentuk negara maka menyebabkan adanya perbedaan dari kedua
negara dalam melakukan perubahan masing-masing konstitusi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka
permasalah yang akan diteliti adalah sebagi berikut :
1. Bagaimana sejarah perubahan konstitusi Indonesia dan Amerika
Serikat?
2. Bagaimana Mekanisme amandemen dari kedua negara tersebut ?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Pembahasan

Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan terarah maka
ruang lingkup pembahsannya akan dibatasi khusus pada mekanisme perubahan
Konstitusi negara Indonesia Amerika Serikat yang dimulai pengajuan sampai
pengasahannya saja. Serta landasan yang digunakan berdasarkan konstitusi dalam
arti sempit ( Undang-Undang Dasar) dari kedua negara saja. Berdasarkan
permasalahan yang akan diteliti maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang sejarah amandemen
konstitusi dari Indonesia dan Amerika Serikat.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang mekanisme amandemen
Konstitusi dari Negara Indonesia dan Amerika serikat.

D. METODE PENELITIAN
1. Definisi operasional Variabel
a. Amandemen adalah mengubah sesuatu yang sudah diatur dalam konstitusi
(membuat isi ketentuan UUD menjadi lain dari sebelumnya melalui
penafsiran) atau menambahkan sesuatu yang belum diatur dalam UUD
atau Konstitusi.4
b. Mekanisme adalah cara kerja suatu alat dalalm sebuah badan atau
organisasi yang saling berhubungan untuk menghasilkan yang maksimal
sehingga tercapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu
organisasi.5
c. Konstitusi atau Undang-undang Dasar adalah naskah yang memaparkan
rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu
negara dan menentukan pokok dari badan-badan tersebut (E.C.S.Wade
dalam bukunya Constitutionnal law).6
2. Jenis Penelitian
4 Sri soemantri, prosedur dan system perubahan
konstitusi,Alumni,Bandung
5 Musliadipnl.files.wordpress.com/2015/12/bab-ii-musliadi.docx,
diakses desember 2015
6 Dahlan Thaib.dkk, teori dan hukum Konstitusi, edisi revisi, PT.Raja
Grafindo Persada Jakarta,1999. Hal8

Penelitian ini bersifat normative, yaitu penelitian ilmiah untuk menemukan


kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari segi normatiknya.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi kepustakaan (Library Research)
yang bersifat normative yang hanya menganalisa bahan bahan tertulis dan tidak
mertatap muka dengan pemberi informasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan ( Comparative
approach).

Studi

perbandingan

hukum

merupakan

kegiatan

untuk

membandingkan hukum suatu negara dengan negara lain atau hukum suatu negara
dari suatu waktu tertentu dengan hukum diwaktu yang lain.7

7 Peter Mahamus Marzuki,penelitian hukum,kencana,Jakarta, hal.133

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KONSTITUSI
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis constituer, yang berarti
membentuk. Pemakaian Istilah konstitusi yang dimaksud adalah berkaitan dengan
pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara.8
Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan (UndangUndang Dasar), atau Undang-Undang dasar suatu Negara. Dengan kata
lain,sebagai tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan
yangtidak

didasarkan

atau

menyimpangi

konstitusi,

berarti

tindakan

(kebijakan)tersebut adalah tidak konstitusional.9


Bagi mereka yang memandang Negara dari sudut kekuasaan dan
menganggapnya sebagai organisasi kekuasaan, maka Undang-Undang dasar dapat
dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana
kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya badan
legislative, eksekutif, dan yudikatif. Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara
bagaimana pusat kekuasaan berkerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain,
Undang-Undang Dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu
Negara. Berikut ini beberapa ahli hukum yang mendukung antara yang
membedakan dengan menyamakan pengertian konstitusi dengan Undang-Undang
Dasar. Penganut paham yang membedakan pengertian konstitusi dengan UndangUndang Dasar antara lain Herman Heller dan F. Lassalle. Herman Heller membagi
pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:10
8 Nuruddin Hady,Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi: Paham
Konstitusionalisme Demokrasi Pasca Amandemen UUD 1945,Setara
Press, Malang, 2010, hlm. 1
9 Dahlan Taib,Teori dan Hukum Konstitusi,RajaGrafindo, Jakarta, 2011,
hlm. 1
10 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi HTN Fakultas Hukum UI, Jakarta, 1988, hlm. 65

1. Die Politische verfassung als gesellschaftlich wirklichkeit.Konstitusi adalah


mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
Jadi mengandung pengertian politis dan sosiologis.
2. Die Verselbstandige rechtsverfassung . Konstitusi merupakan suatukesatuan
kaidah yang hidup dalam masyarakat. Jadi mengandung pengertian yuridis.
3. Die geshereiben verfassung . Konstitusi yang ditulis dalam suatunaskah
sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu Negara.
Dari

pendapat

Hermen

Heller

dapat

disimpulkan

bahwa

jika

pengertianundang-undang itu harus dihubungkan dengan pengertian konstitusi,


maka artinyaUndang-Undang Dasar itu baru merupakan sebagian dari pengertian
konstitusi,yaitu konstitusi yang tertulis. Disamping itu, konstitusi tidak hanya
bersifatyuridis semata-mata, tetapi mengandung pengertian logis dan politis.
F.

Lassalle

dalam

bukunya

Uber

Verfassungswesen,

membagi

konstitusidalam dua pengertian, yaitu:11


1.Pengertian sosiologi atau politis (sosiologische atau politischebegrip).
Konstitusi

adalah

sintesis

factor-faktor

kekuatan

yang

nyata

(dereele

machtsfactoren)dalam masyarakat. Jadi konstitusimenggambarkan hubungan


antara kekuasaan-kekuasaan yangterdapat dengan nyata dalam suatu Negara.
Kekuasaan tersebutdiantaranya; raja, perlemen, cabinet, pressure groups, partai
politik,dan lain-lain; itulah yang sesungguhnya konstitusi.
2.Pengertian yuridis (yuridische begrip). Konstitusi adalah suatunaskah
yang memuat semua bangunan Negara dan sendi-sendi pemerintahan.
Dari pengertian sosiologi dan politis, ternyata Lassalle menganut paham
bahwa konstitusi sesungguhnya mengandung pengertian yang luas dari UndangUndang Dasar. Namun dalam pengertian yuridis, Laselle menyamakan
konstitusidengan Undang-Undang Dasar.

11 Abu Daud Busroh dan Abu Bakar busroh, Azas-azas Hukum Tata
Negara, Ghalia indonesia,Jakarta, 1991, hlm. 73

Penganut paham modern yang menyamakan pengertian konstitusi


denganUndang-Undang Dasar, adalah C.F.Strong dan James Bryce. Pendapat
James Bryce sebagaimana dikutip C.F.Strong dalam bukunya:
Modern Political Constitution menyatakan konstitusi adalah: A frame of
political society,organized through and by law, that is to say on in which law has
established permanent institutions with recognized functions and define tights.
Dari definisi tersebut, pengertian konstitusi dapat diartikan sebagai kerangka
Negara yangdiorganisasi dengan dan melalui hukum, bilamana hukum
menetapkan:
1.Pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga yang permanent.
2.Fungsi dari alat-alat kelengkapan.
3.Hak-hak tertentu yang telah ditetapkan.
Kemudian C.F.Strong melengkapi pendapat tersebut dengan pendapatnya
sendiri, Constitution is a collection of principle according to which the power of
the government, the rights of the governed, and the relations between the two ar
adjusted.Artinya, konstitusi dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan asas-asas
yang menyelenggarakan:
1.Kekuasaan pemerintahan (dalam arti luas).
2.Hak-hak dari yang diperintah.
3.Hubungan

antara

pemerintah

dan

yang

diperintah

(menyangkutdidalamnya masalah hak asasi manusia).


Dari

pengertian

konstitusi

yang

telah

dijelaskan

diatas,

maka

dapatdipastikan bahwa tiap-tiap Negara memiliki pandangan serta makna


tersendiridalam mengartikan maupun menerapkan konstitusi dan pelaksanaan
kepemerintahannya.
B. TUJUAN KONSTITUSI

10

Pada masa peralihan dari Negara feudal monarkhi atau oligarki


dengankekuasaan mutlak penguasa ke Negara nasional demokrasi, konstitusi
berkedudukan

sebagai

benteng

pemisah

antara

rakyat

dan

penguasa

yangkemudian secara berangsur-angsur mempunyai fungsi sebagai alat rakyat


dalam perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa.
Setelah perjuangan dimenangkan oleh rakyat, konstitusi bergeser
kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga keamanan dan kepentingan
hiduprakyat terhadap kezaliman golongan penguasa, menjadi senjata rakyat untuk
mengakhiri kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem monarkhi dan
oligarki,serta untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan
kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideology seperti;
individualism,universalisme, demokrasi, dan sebagainya. Selanjutnya, kedudukan
dan fungsikonstitusi ditentukan oleh ideology yang melandasi Negara.
Secara prinsip tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan
tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah, dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Loewenstein dalam bukunya Political
Power and Governmental Proces, bahwa konstitusi itu suatu sarana dasar untuk
mengawasi proses-proses kekuasaan. Oleh karena itu, setiap konstitusi
mempunyai dua tujuan:12
1.Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadapkekuasaan
politik,
2.Untuk membebaskan kekuasaan dari control mutlak para penguasa,serta
menetapkan bagi para penguasa batas-batas kekuasaan.
Mengenai Teori Konstitusi (Constitutional Theory), Maarseven dan Tang
mengemukakan adanya tiga level pengkajian, yaitu:13

12 Koerniatmanto Soetoprawiro,Konstitusi: Pengertian dan


Perkembangannya, Pro Justita, No. 2Tahun V, Mei 1987, hlm. 31.
13 Nuruddin Hady,,, Op Cit, hlm. ix

11

1. National Theory, yaitu teori yang menkaji Konstitusi suatu Negara


tertentu;
2. Comparative Constitusional Theory, yang kajiannya membandingkan
Konstitusi-konstitusi berbagai Negara;
3. General Constitutional Theory, yang kajiannya berkaitan dengan teoriteori umum konstitusi.
Dari

teori

konstitusi

tersebut,

maka

penulis

akan

mengambil

tujuankonstitusi berdasarkan Comparative Constitusional Theory karena akan


dibahas mengenai perbandingan Konstitusi Indonesia dengan Amerika Serikat.
Studi Teori Konstitusi mengenal enam cara pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Sejarah (historical approach), yakni mengkaji konstitusi


sebagai produk sejarah dengan menjelaskan berbagaifactor yang mempengaruhi
terbentuknya konstitusi;
b. Pendekatan kelembagaan (institutional approach), yaitu memahami
bahwa Constitutions are fullyfledge politico-legal phenomena, yang mengkaji
Konstitusi sebagai ekspresi kultur dan struktur politik suatu masyarakat;
c. Pendekatan Ideologi (ideological approach) yang mengkaji konstitusi
dari aspek nilai-nilai dan norma-norma yang dianut suatu masyarakat atau negara,
termasuk perbedaan ideology yangmelahirkan Konstitusi.
d. Pendekatan fungsional (functional approach) yang mengkaji Konstitusi
sebagai serangkaian unsure-unsur sistem sosial politik dan bagaimana konstitusi
dapat menjamin berfungsinya sistemsosial politik;
e. Pendekatan Struktur (structural approach) yang merupakan variasi
pendekatan fungsional yang intinya bahwa perubahan struktur sosial akan
mengubah Konstitusi (changes in the structure affect the constitution);

12

f. Pendekatan sistem (system approach), yaitu bahwa this approachdeals


with such matters as the place constitutions occupy in this system, their
significance and how the influence the way the system worl .
Bagi suatu Negara, Konstitusi, khususnya Konstitusi tertulis (UUD)
merupakan suatu politico-legal document yang secara substantive bermakna
hukum dasar suatu Negara, kumpulan aturan-aturan dasar yang membentuk
institusi-institusi pokok Negara, mengatur lembaga-lembaga Negara yang paling
penting kekuasaannya dan hubungannya satu sama lain, mengatur hak dan
kewajiban dasar warga Negara, mengatur dan membatasi kekuasaan Negara
beserta institusinya, dan menentukan hubungan antara Negara dan masyarakat.
Dengan

demikian,

konstitusi

bagi

suatu

Negara

mempunyai

beberapafungsi, yaitu:
a. Fungsi

ideologis

(ideological

Konstitusimemerlukan

suatu

function),

komitmen

dalam

terhadap

suatu

hal

ini

ideology

tertentu,misalnya di Indonesia, Pancasila;


b. Fungsi Nasionalistis (nationalistic function), Konstitusi berfungsi
memelihara nasionalisme Negara, yakni rasa persatuan dan kesatuan
identitas nasional lewat bendera, lambing, dan lagu kebangsaan, maka
disebut juga fungsi integrasi dari konstitusi;
c. Fungsi struktur (structuring function), yaitu membangun harapan-harapan
politik dan bagaimana harapan-harapan tersebut akan diwujudkan, dalam
hal ini disebut juga fungsi orientasi dari konstitusi;
d. Fungsi publikatif (publicative function), yaitu sebagai bukti kelahiran
(birth sertivicate) suatu Negara untuk menunjukkaneksistensinya dalam
e.

komunitas internasional;
Fungsi rasionalisasi

(rationalizing

function),

yaitu

konstitusi

mengekspresikan tujuan-tujuan politik dalam terminology danformulasi


hukum;
f. Fungsi registrasi (registration function), dalam hal ini konstitusi merekam
berbagai perkembangan dan konflik politik yang terjadidi suatu Negara;
g. Fungsi symbol ( symbol function), yakni Konstitusi berfungsi memberikan
inspirasi bagi masyarakatnya atas kebutuhan manusiaakan hak asasi
manusia, keadilan, rule of law, demokrasi, dansebagainya;

13

h. Fungsi pembatas (barrier function), yakni mencegah atau memberi batasan


agar perubahan-perubahan politik dan kenegaraan tidak

berlangsung

secara anarkis.
Dari delapan fungsi Konstitusi tersebut, maka kita dapat menelaah
penerapan konstitusi serta dasar ideologi dan arah dari politik suatu
Negara.Kedudukan, fungsi dan tujuan konstitusi dalam suatu Negara berubah dari
zaman ke zaman.

14

BAB III
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERUBAHAN KONSTITUSI INDONESIA DAN AMERIKA
SERIKAT
1. Sejarah Perubahan Konstitusi Indonesia
Berhentinya presiden soeharto pada 21 mei 1998 membukan era reformasi
bagi rakyat Indonesia. Reformasi memberikan harapan besar bagi terjadinya
perubahan dalam penyelenggaraan negara yanag lebih demokratris, transparan,
dan memiliki akuntabilitas tinggi serta terwujudnya good governance dan adanya
kebebasan berpendapat.
Pada awal era reformasi, berkembang dan populer dimasyarakat
banyaknya tuntutan reformasi yang didesakkan oleh berbagai komponen bangsa,
termasuk mahasiswa dan pemuda. Tuntutana-tuntutan itu antara lain sebagai
berikut:
1. Amandemen UUD tahun 1945;
2. Penghapusan Doktrin dwifungsi ABRI ;
3. Penegakan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM);
serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah;
5. Mewujudkan kebebasan pers;
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi
Dasar pemikiran yang melatra belakangi dilakukannya perubahan UUD
1945 adalah sebagai berikut :14
1.

membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan


tertingggi yaitu MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat.
Hal itu berakibat pada tidak terjadinya saling mangawasi dan saling
mengombangi (chek and balances ) pada institusi-institusi krtatanegaraan.
Penyerahan kekuasaan tertinggi pada MPR nerupakan kunci yang

14 Panduan permasyarakatan Undang-Undang dasar negara republic


Indonesia tahun 1945,seketraian jendral MPR RI.jakarta hal. 9

15

menyebabkan kekuasaan pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki


hubungan dengan rakyat;
2. UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang
kekuasaan eksekutif (presiden). System yang dianut oleh UUD 1945
adalah dominan eksekutif (executive heavy), yakni kekuasaan dominan
berada ditangan presiden. Pada diri presiden terpusat kekuasaan
menjalankan pemerintahan (chief executive) yang dilengkapi dengan hak
prerogative dan juga kekuasaan legislative karena memiliki kekuasaan
membentuk Undang-Undang (UU). Hal itu tertulis dalam penjelasan UUD
1945 yang beerbunyi presiden adalah penyelenggara Pemerintahan Negara
yang tertinggi dibawah Majelis. Hal ini mendorong kearah kekuasaan
presiden yang mendorong lahirnya kekuasaan yang otoriter;
3. UUD 1945 memiliki pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga dapat
mengandung lebih dari satu tafsiran. Seperti dalam pasal 6 dan pasal 7
yang menyatakan tentang syarat presiden dan masa jabatan presiden;
4. UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan
presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang. Presiden
memiliki kekuasaan legislative sehingga dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai dengan kehendaknya dalam undang-undang. Termasuk
dalam undang-undang kekuasaan lembaga legislative dan yudikatif.
5. Rumusan UUd 1945 belum cukup didukung dengan kehidupan yang
demokratis, mengandung supremasi hukum, penghormatan hak asasi
manusia, dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi
berkembangnya praktik penyelenggraraan negara yang tidak sesuai dengan
amanat pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut.
a. Tidak adanya saling mengawasi dan saling mengimbangi (chek and
balances) antar lembaga negara dan kekuasaan terusat pada presiden;
b. Infrastruktur politik yang dibentuk, antara lain partai politik dan
organisasi masyarakat, kurang mempunyai kebebasan berekspresi
sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
c. Pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan untuk

memenuhi

poersyaratan demokrasi formal karena seluruh proses dan tahapan


dikuasai oleh pemerintah;

16

d. Kesejahteraan social berdasarkan pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai,


justru yang berkembang adalah system monopoli, oligopoly, dan
monopsomi;
Ditengah proses pembahsan perubahan UUD 1945, panitia ad hoc 1
menyusun kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan UUD 1945 yang
menyepakati lima butir, yaitu :15
1.
2.
3.
4.

Tidak mengubah pembukaan UUD 1945;


Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
Mempertegas system pemerintahan presidensial;
Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normative akan

dimasukkan kedalam pasal-pasal (batang tubuh);


5. Malakukan perubahan secara addendum;
Indonesia telah melakukan empat kali amandemen (perubahan) UUD 1945, yaitu :
1. Perubahan pertama Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 hasil siding umum MPR tahun 1999 (tanggal 14 sampai 21
Oktober 1999), (lembaran negara Nomor 11 tahun 2006);
2. Perubahan kedua Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 hasil siding Umum MPR tahun 2000 ( tanggal 7 sampai 18 agustus
2000), ( lembaran negara nomor 12 tahun 2006);
3. Perubahan ketiga Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 hasil siding umum MPR tahun 2001 (tanggal 1 sampai 9
November 2001), (lembaran negara nomor 13 tahun 2006);
4. Perubahan keempat Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 hasil siding umum MPR tahun 2002 (tanggal 1 sampai 11
agustus 2002), (lembaran negara nomor 14 tahun 2006) ;

2. Sejarah Perubahan Konstitusi Amerika Serikat


Konstitusi Amerika Serikat disusun dan diterima beberapa tahunsetelah
Pernyataan Kemerdekaan Amerika Serikat ditanda tangani padatahun 1776. Pada
tanggal 25 Mei 1787 dibuka dengan resmi SidangKonstituante yang terdiri dari 55
15 Ibid, hal.18

17

orang utusan dari 13 negara-negara yangada di Amerika pada waktu itu.


Perbincangan 55 orang utusan berlangsungsampai 17 September 1787 dan
menghasilkan rancangan naskahkonstitusi. Rancangan Naskah tersebut diterima
sebagai naskah resmiuntuk dimintakan persetujuan dari pemerintah-pemerintah 13
Negarauntuk dapat berlaku efektif sebagai Konstitusi Amerika Serikat. Pada akhir
tahun 1787, 9 negara memberikan persetujuan dan secara formal sudahdapat
berlaku sah, karena sudah mencapai mayoritas 2/3.16
Konstitusi Amerika Serikat mewujudkan prinsip-prinsip yang dinyatakan
dalam suatu Declaration of Independence (1776). Deklarasi tersebut diangkat dari
filosofi Prancis dan aliran pencerahan Inggris.Tujuan utama konstitusi Amerika
Serikat adalah menjamin hak-hak Negara bagian. Negara Amerika Serikat
memiliki motto (1776) E pluribus Unum artinya dari banyak,menjadi satu,
dan pada tahun 1956 dengan motto In God We Trust artinya kepada Tuhan
kami Percaya ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi presidensiil. Kostitusi
tersebut menjelaskan kekuasan yang dapat diselenggarakan organ pemerintahan
bersama, yaitu pemerintahan federal. Sedangkan kekuasaan yang tidak disebutkan
dalam konstitusi menjadi milik pemerintah Negara bagian.17
Sistem pemerintahan Amerika Serikat didasarkan atas konstitusi (UUD)
tahun 1787. Sistem pemerintahan Amerika Serikat saat ini berdasarkan atas sistem
pemerintahan demokrasi. Cirri-ciri pemerintahan Amerika Serikat yang ditentukan
dalam Konstitusi 1787:
1. Amerika

Serikat

adalah

suatu

Negara

Republik

Federal

yangdemokratis; dan bukan kerajaan (Monarkhi). Pasal 4 Konstitusi


Pemerintah Federal akan melindungi setiap Negara bagian terhadap
serbuan dan jika diminta oleh Pemerintah NegaraBagian akan
melindungi Negara bagian dari huru-hara dalam negeri
16
https://www.academia.edu/4523044/Perbandingan_Konstitusi_AS_dan_P
erancis diakses 16 Desember 2015
17 Ibid

18

2. Terdapat pembagian kekuasaan konstitusional antaraPemerintah


Federal (Serikat dan Pemerintah Negara-negaraBagian. Rangka dasar
konstitusional formal sistem federal Amerika pemerintahan Nasional
hanya memiliki kekuasaan-kekuasaan yang diserahkan kepadanya oleh
konstitusi, dengansatu pengecualian penting, Negara-negara bagian
memilikisemua

kekuasaan

PemerintahPusat

kecuali

kekuasaan-kekuasaan

olehkonstitusi,

tetapi

dalam

operasinyaPemerintah

yang

Nasional

tidak

didelegasikan

kepada

tersebut

ditolak

ruang

lingkup

operasi-

berkuasa.

Menurut

ketentuan

konstitusiada kekuasaan-kekuasaan yang jelas diserahkan kepada


pemerintah federal, ini tidak masuk lingkup kekuasaan pemerintah
Negara bagian, terdapat kekuasaan yang menjadiruang lingkup Negara
bagian kecuali yang ditolak oleh konstitusi. Dengan demikian terdapat
kekuasaan tertentu yangtidak didelegasikan ke pemerintah pusat tetapi
diingkari menjadi kekuasaan Negara bagian.
3. Pemerintahan oleh rakyat, kedaulatan berada di tangan rakyatyang
dinyatakan melalui pemilihan umum. Pada tingkat Federal dilakukan
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 4tahun sekali, Pemilihan Senat
untuk mewakili Negara bagian 6tahun sekali, pemilihan Anggota
Badan Perwakilan (House of Representative) 2 tahun sekali.
4. Pemisahan kekuasaan antara Legislatif, Eksekutif,dan Yudikatif baik
mengenai organ pelaksana maupun mengenai fungsi kekuasaan saling
membatasi, dengan checks dan balances sehingga tidak ada yang
terlalu menonjol.
5. Negara-negara bagian memiliki hak yang sama, sama derajatdan tidak
boleh diberi hak-hak istimewa oleh Pemerintah Pusat. Negara-negara
bagian memiliki UUD sendiri, dapat membuat undang-undangnya
sendiri dan harus diakui serta dihargai oleh Negara-negara bagian
lainnya.
6. Keadilan ditegakkan melalui Badan Yudikatif yaitu Mahkamah Agung
(Sepreme Court) yang bebas dari pengaruh badan Legislatif dan
Eksekutif.. Mahkamah Agung menjamin hak-hak kebebasan dan
kemerdekaan individu serta menjamin tegaknya hukum (rule of law).

19

7. Supra struktur politik ditopang oleh infra struktur politik yang


menganut sistem bipartisan. Terdapat dua partai yangmenentukan
politik dan pemerintahan Nasional yaitu Democratic Party dan
Republican Party
Amerika Serikat sudah melakukan dua puluh tujuh kali Amandemen
Konstitusi yaitu :18
1.
2.
3.
4.
5.

Amendment I Religion, Speech, Press, Assembly, Petition (1791);


Amendment II Right to Bear Arms (1791);
Amendment III Quartering of Troops (1791);
Amendment IV Search and Seizure (1791);
Amendment V Grand Jury, Double Jeopardy, Self-Incrimination, Due

Process (1791);
6. Amendment VI Criminal Prosecutions - Jury Trial, Right to Confront and
to Counsel (1791);
7. Amendment VII Common Law Suits - Jury Trial (1791);
8. Amendment VIII Excess Bail or Fines, Cruel and Unusual Punishment
(1791);
9. Amendment IX Non-Enumerated Rights (1791);
10. Amendment X Rights Reserved to States (1791);
11. Amendment XI Suits Against a State (1795);
12. Amendment XII Election of President and Vice-President (1804);
13. Amendment XIII Abolition of Slavery (1865);
14. Amendment XIV Privileges and Immunities, Due Process, Equal
Protection, Apportionment of Representatives, Civil War Disqualification
and Debt (1868);
15. Amendment XV Rights Not to Be Denied on Account of Race (1870);
16. Amendment XVI Income Tax (1913);
17. Amendment XVII [Election of Senators (1913);
18. Amendment XVIII Prohibition (1919);
19. Amendment XIX Women's Right to Vote (1920);
20. Amendment XX Presidential Term and Succession (1933);
21. Amendment XXI Repeal of Prohibition (1933);
22. Amendment XXII Two Term Limit on President (1951);
23. Amendment XXIII Presidential Vote in D.C. (1961);
24. Amendment XXIV Poll Tax (1964);
25. Amendment XXV Presidential Succession (1967);
26. Amendment XXVI Right to Vote at Age 18 (1971);
18 http://internationalholic.blogspot.co.id/kumpulan-jurnalinternasional-unair2014-proses-amandemen-di-amerika-serikat.html
diakses 17 desember 2015

20

27. Amendment XXVII Compensation of Members of Congress (1992);


B. MEKANISME AMANDEMEN KONSTITUSI INDONESIA DAN AMERIKA
SERIKAT

1. Mekanisme Amandemen Konstitusi Indonesia


Mekanisme atau tata cara amandemen Konstitusi Indonesia teelah diatur dalam
pasal 37 UUD 1945 yaitu sebagi berikut :
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan
dalam sidang MAjelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UndangUndang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan
untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, siding majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota majelis permusyawaratan rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
dapat dilakukan perubahan.

Berdasarkan pasal 78 paraturan tata tertib MPR RI tata cara perubahan UUD
adalah sebagai berikut:
a. Diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota majelis;
b. Setiap usul perubahan diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan
jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya;
c. Usul sebagaimana dimaksud pada huruf b, diajukan kepada pimpinan
Majelsi dan pimpinan Majelis menyelenggarakan Rapat untuk membahas
usul tersebut paling lama 90 hari sejak diterimanya usul;

21

d. Apabila rapat pimpinan majelis menilaiusul tersebut telah


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,
pimpinan majelis mengundang anggota majelis untuk melaksanakan siding
majelis.
e. Pasal 71 ayat (1) huruf a: diambil dalam rapat yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota majelis untuk mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar (kuorum), dan disetujui oleh lima
puluh persen ditambah satu anggota dari seuruh anggota majelis.
Dalam melakukan pembahasan materi rancangan perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja
MPR menyepakati mekanisme pembahasan sebagai berikut: 19
a. Pembicaraan tingkat 1
1. Seluruh materi termasuk materi usulan fraksi-fraksi MPR yang belum
sempat dibahas pada sidang-sidang MPR dibahas pada rapat pleno
Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR;
2. Setelah rapat pleno, dilakukan rapat perumusan (dilakukan oleh Tim
Perumus yang dibentuk oleh Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR)
untuk merumuskan materi yang telah dibahas pada rapat pleno Panitia
Ad Hoc I Badan Pekerja MPR, menginventarisasi pasal-pasal yang
menjadi usulan fraksi atau yang telah dibahas dalam sidang-sidang
MPR namun belum diputuskan serta melakukan inventarisasi
permasalahan yang disampaikan oleh fraksi-fraksi MPR dalam
pengantar musyawarah fraksi pada rapat Badan Pekerja MPR;
3. Hasil kesepakatan Tim Perumus, selanjutnya dibahas pada rapat pleno
dengan tujuan untuk menyerasikan dan menyempurnakan materimateri yang saling terkait antara satu bab dengan bab lainnya, satu
pasal dengan pasal lainnya, dan antara ayat satu dengan ayat lainnya.
Selain itu rapat sinkronisasi diselenggarakan untuk merangkum dan
melihat kembali hal-hal yang menyangkut permasalahan dan perhatian
tiap-tiap

fraksi

sebagaimana

disampaikan

dalam

pengantar

musyawarah fraksi pada rapat Badan Pekerja MPR;


19 https://www.academia.edu/9974944/Proses_Perubahan_UUD_1945
diakses desember 2015

22

4. Materi yang telah disinkronkan, selanjutnya dibahas dalam rapat


finalisasi dengan tujuan untuk merumuskan dan mensistematiskan
materi rancangan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
5. Materi yang dihasilkan

dari

rapat

finalisasi,

selanjutnya

disosialisasikan sekaligus dilakukan uji sahih kepada berbagai


kalangan masyarakat dan lembaga negara/pemerintah. Tujuannya ialah
untuk menyerap berbagai pandangan, pendapat, dan tanggapan dari
berbagai kalangan masyarakat dan lembaga negara/pemerintah
terhadap hasil rumusan rapat finalisasi;
6. Pembahasan berbagai pandangan, pendapat, dan tanggapan dari
berbagai kalangan masyarakat dan lembaga negara/ pemerintah
dilakukan oleh Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR dengan
menyelenggarakan kegiatan review yang didahului dengan kegiatan
pre-review;
7. Hasil kerja Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR selanjutnya disahkan
oleh rapat Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR dan rapat Badan
Pekerja MPR. Hasil kerja yang disepakati itu kemudian menjadi bahan
pokok Pembicaraan Tingkat II;
b. Pembicaraan tingkat II
Penjelasan Pimpinan MPR dan pemandangan umum fraksi-fraksi MPR
mengenai materi rancangan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dilanjutkan dengan pembahasan oleh
Komisi Majelis terhadap semua hasil pembicaraan tingkat I dan tingkat
II.
c. Pembicaraan tingkat III
Penjelasan Pimpinan MPR dan pemandangan umum fraksi-fraksi MPR
mengenai materi rancangan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dilanjutkan dengan pembahasan oleh Komisi
Majelis terhadap semua hasil pembicaraan tingkat I dan tingkat II.
Komisi A MPR (Komisi C MPR pada Sidang Umum MPR tahun 1999)
sebagai komisi pada sidang-sidang MPR yang mendapat tugas untuk
membahas perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

23

Tahun 1945 menggunakan rancangan perubahan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil kerja Badan Pekerja MPR dan
materi pengantar musyawarah fraksi-fraksi MPR yang disampaikan pada rapat
pertama Komisi A MPR. Selama pembahasan di Komisi A MPR, terbuka
kemungkinan menerima masukan, tanggapan, dan pendapat dari anggota
komisi.
Mekanisme pembahasan di Komisi A MPR berlangsung sebagai berikut.
1. Forum Rapat Pleno Komisi A MPR Tiap-tiap fraksi MPR menyampaikan
pengantar musyawarah fraksi dan tiap-tiap anggota MPR diberi
kesempatan untuk membahas materi rancangan perubahan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Forum Lobi Forum lobi adalah forum yang dibentuk oleh Komisi A untuk
membicarakan substansi materi rancangan perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berkembang dalam
forum rapat pleno. Keanggotaan forum lobi terdiri atas Pimpinan Komisi
A dan wakil dari setiap fraksi;
3. Forum Rapat Tim Perumus Forum rapat tim perumus adalah forum yang
dibentuk oleh Komisi A MPR untuk membahas dan merumuskan
rancangan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
4. Untuk penyempurnaan redaksional rancangan perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Komisi A meminta
pendapat ahli bahasa, ahli hukum tata negara, dan ahli penulisan undangundang;

d. Pembicaraan tingkat IV
Putusan terhadap rancangan materi perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilakukan dengan cara pemungutan suara
karena sampai saat terakhir menjelang pengambilan putusan tidak dicapai
kesepakatan fraksi-fraksi MPR sehingga masih terdapat lebih dari satu rumusan
rancangan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

24

1945. Pemungutan suara dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 37 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum diubah), yaitu:
a. Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus
hadir;
b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada
jumlah anggota yang hadir;

2. Mekanisme Perubahan Konstitusi Amerika Serikat


Aturan mengenai amandemen Konstitusi terdapat dalam Artikel V
Konsntitusi Amerika Serikat yaitu :
The Congress, whenever two-thirds of both house shall deem it necessary,
shall propose amandements to this constitution, or, of the application of
the legislatures of two-thirds of the several states, shall call a convention
for proposing amendements, which, in either case, shall be valid to all
intens and purposes, also as part of this constitution, when ratified by the
legislatures of three fourths of the several states, or by conventions in
three fourths thereof, as the one or the other mode of ratification may be
proposed by the congress; provide that no amenement which may be made
prior to the year one thousand eight hundered and eight shall in any
manner affect the first and fourth clauses in the ninth section of the first
article; and that no state without its consent, shall be deprived of its equal
suffrage in the senate. (apabila duapertiga anggota kedua kamar
menganggap perlu, congress akan mengusulkan amandemen terhadap
konstitusi ini, atau atas permintaan badan legislative dari dua pertiga
jumlag negara bagian, akan menggelar siding

untuk mengajukan

amandemen terhadap konstitusi ini, atau atas permintaan badan legislative


dari duapertiga jumlah negara bagian, akan menggelar siding untuk
mengusulkan amandemen, yang dalam hal manapun dan keduanya, akan
berlaku untuk segala maksud dan tujuan, sebagai bagian dari konstitusi ini,

25

apabila disahkan oleh badan ;legislative tigaperempat dari jumlah negara


bagian, atau oleh konvensi dari tigaperempat itu sebagai salah satu dari
dua cara ratifikasi yang mungkin diusulkan oleh kongres; asalkan tidak
ada amandemen yang mungkin dibuat sebelum tahun seribu delapan ratus
delapan akan mempengaruhi dengan cara apapun ayat pertama dan ayat
keempat dalam bagian Sembilan pasal satu; dan bahwa tidak ada negara
bagian tanpa persetujuannya, akan dicabut haknya atas suara yang
sederajat atau di senat)
Konstitusi Amerika merupakan konstitusi yang sulit untuk dilakukan
perubahan. Kesulitannya terletak pada proses amandemennya. Amandemen
Konstitusi Amerika dapat diusulkan melalui salah satu dari dua cara, yaitu:
1. 2/3 dari seluruh anggota (bukan hanya jumlah anggota yang hadir),
dari masing-masing majelis Kongres harus menyetujui amandemen
tersebut;
2. Kongres

dapat

menyelenggarakan

konvensi

istimewa

untuk

mempertimbangkan amandemen jika lembaga legislatif dari 2/3 negara


bagian meminta dilakukan perubahan;
Usul amandemen ini harus disetujui oleh dari seluruh Negara bagian.
Jika ratifikasi tercapai, maka amandemen tersebut dapat menjadi bagian dari
konstitusi.
Mekanisme Mengamandemen Konstitusi di Amerika Serikat
1. mengusulkan amandemen. Menurut Pasal V dari Bill of Rights, kekuatan
untuk menambahkan amandemen Konstitusi hanya diberikan kepada badan
legislatif kita. Ada dua cara amandemen yang dapat diusulkan. Salah satu cara
adalah yang diusulkan oleh Kongres. Cara kendua, dan ini belum pernah
digunakan adalah untuk memiliki perubahan yang diusulkan oleh negara
bagian masing-masing;
2. membawa amandemen yang diusulkan untuk dipilih. Proses pertama, usulan
ke rumah-rumah legislatif, agar amandemen disetujui untuk tindakan lebih
lanjut, itu harus diterima oleh dua pertiga dari anggota rumah masing-masing,
baik Senat dan DPR, tindakan ini disebut sebagai "menyerukan resolusi"

26

meminta ratifikasi. Dalam proses kedua, amandemen harus dipanggil oleh dua
pertiga negara bagian. Arah proses ini adalah negara meminta konvensi
amandemen konstitusi sehingga dapat diusulkan. Tak satu pun dari prosesproses ini memerlukan tanda tangan Presiden. Ini adalah bagian prosedur yang
panjang dan menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun;
3. Meratifikasi amandemen. Untuk menjadi Amandemen Konstitusi, usulan
amandemen tersebut harus "disahkan" atau disetujui oleh tiga-perempat dari
kedua rumah atau tiga-perempat dari dewan legislatif negara, tergantung dari
arah mana proposal telah tiba;
4. Sertifikasi dokumen. Setelah amandemen telah diratifikasi, rancangan
amandemen harus disertifikasi oleh Pengarsip Amerika Serikat, dengan
pernyataan bahwa sebuah rancangan amandemen telah disahkan secara
hukum. Apakah Kantor Registry Negara Federal telah menerima tindakan dari
seluruh 50 negara bagian atau belum, syarat minimal mereka menerima 38,
Kantor Pendaftaran Federal akan memberitahukan pengarsip melalui sebuah
pernyataan resmi bahwa perubahan tersebut telah lolos dan itu menjadi bagian
dari Konstitusi;
5. Setelah proses sertifikasi telah dilewati, perubahan baru ini diterbitkan dalam
Daftar Federal, sehingga menjadi pengumuman resmi untuk Kongres dan
Senat. Sekarang itu sudah menjadi hukum negara, hanya tunduk pada
interpretasi oleh Mahkamah Agung;
6. perayaan penandatanganan Sertifikasi. Hal ini telah menjadi acara seremonial
dalam beberapa dekade terakhir. Sementara tanda tangan Presiden tidak
diperlukan untuk lewatnya amandemen Konstitusi, Presiden telah meminta
untuk mengambil bagian dalam acara ini dengan menandatangani sebagai
saksi untuk bagian ini. pejabat lain dan warga negara biasa telah diminta untuk
menjadi saksi juga. Ini dikenal sebagai imbalan atas kontribusi penting untuk
sistem politik Amerika;

27

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan dan pembahasan mengenai mekanisme amandemen
Konstitusi Konstitusi Indonesia dan Amerika Serikat, walaupun berbeda antara
mekanisme Indonesia dan Amerika Serikat, tetapi terdapat beberapa persamaan
yang dapat disimpulkan, antara lain:
1. Baik Konstitusi Indonesia dan Konstitusi Amerika Serikat megantut Konstitusi
yang bersifat rigid, artinya ada syarat-syarat tertentu yang harus dilalui bagi
Badan perubah Konstitusi dalam melakukan amandemen Konstitusi di Masing
masing negara;
2. Dalam mekanisme amandemen konstitusi Indonesia dan Amerika serikat,
menetap kan jumlah Kuorum minimal baik dalam pengajuan amandemen,
pembahasan dalam amandemen, serta

dalam memutuskan/melakukan

pengesahan/persetujuan terhadap amandemen konstiusi di Masing-Masing


Negara.
3. Dalam pembahasan dalam mengamandemen Konstitusi Indonesia dan
Amerika Serikat,

Badan pembahas amanedemen Konstirusi menyertakan

unsur-unsur perwakilan Rakyat ( Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia dan


House of Representative di Amerika Serikat) serta unsur-unsur Perwakilan
Daerah ( Dewan Perwakilan Daerah di Indonesia dan Senate di Amerika
Serikat) dalam melakukan amandemen Konstitusi.
4. Dalam pembahasan dan persetujuan Konstitusi Indonesia dan Amerika Serikat
persetujuan peresmian Konstitusi kedua negara ini tidak memerlukan tanda
tangan dari presiden dari masing-masing negara. Presiden hanya sebagai saksi
dalam peresmian Konstitusi dari masing-masing negara.

B. Saran
Seharusnya Indonesia dalam pembahasan amandemen Konstitusi tidak ada
melakukan pembatasan terhadap materi perubahan. Karena dengan adanya
pembatasan materi juga akan berdampak pada kehidupan politik dan

28

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Seperti tidak dapat merubah bentuk negara
Indonesia yaitu Kesatuan. Ketika ini dibatasi maka ketika dalam perkembangan
ketatanegaraan dimasa yang akan datang dirasakan benetuk kesatuan tidak cocok
lagi dengan perkembangan ketatanegaraan, makan tetap tidak dapat dilakukan
perubahan. Ini berbeda dengan Konstitusi Amerika Serikat yang tidak ada
membatasi Materi dalam melakuka perubahan.
Indonesia juga dapat mencontoh Amerika serikat yang memberi ruang
kepada negara bagian untuk mengajukan amandemen dengan persyaratan 2/3 dari
negara bagian yang mengajukan amandemen Konstitusi. Indonesia Juga bisa
untuk memberi ruang kepada Provinsi-provinsi di Indonesia untuk mengajukan
Perubahan UUD 1945 seperti Amerika Serikat, juga dengan syarat yang diatur
kemudian. Karena dengan adanya ruang seperti ini ketika Provinsi-provinsi di
Indonesia telah sepakat untuk melakukan perubahan UUD 1945, maka MPR juga
dapat menindaklanjuti permintaan tersebut.

29

Daftar Pustaka
Amiruddin,dkk. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT.Rajagrafindo Persada.
Jakarta.2008
Daud, Abu Busroh dan Abu Bakar busroh, Azas-azas Hukum Tata Negara, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1991.
Dahlan Thaib, dkk. Teori dan Hukum Konstitusi,edisi revisi, PT.Rajagrafindo
Persada. Jakarta. 1999
Panduan permasyarakatan Undang-Undang dasar negara republic Indonesia tahun
1945,seketraian jendral MPR RI.jakarta
Sri soemantri. Prosedur dan system perubahan Konstitusi. Almumni. Bandung.
1979
Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Konstitusi Amerika Serikat
https://www.academia.edu/4523044/Perbandingan_Konstitusi_AS_dan_Perancis
diakses 16 Desember 2015
http://internationalholic.blogspot.co.id/kumpulan-jurnal-internasional-unair2014proses-amandemen-di-amerika-serikat.html
https://www.academia.edu/9974944/Proses_Perubahan_UUD_1945

30

Tugas Perbandingan Hukum

MEKANISME AMANDEMEN KONSTITUSI


INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT (STUDI
PERBANDINGAN)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Hukum

OLEH

WAHYU TIO RAMADHAN


1203101010220

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015

Anda mungkin juga menyukai