PENDAHULUAN
A.
telah
terjadi
memakan proses waktu yang lama. Sehingga tidak sedikit kerugian yang terjadi baik
secara moril, materiil maupun non materiil.
Proses demokrasi yang terjadi dalam menentukan pemimpin kota pekanbaru atau
sering dikenal untuk memilih wali kota dan wakil wali kota pekanbaru periode
jabatan 2011-2016 di ikuti oleh dua pasangan kandidat calon. Sehingga hal ini
lanjut
tentang Kewenangan
dalam
Undang-Undang
Dasar
1945
ini
senada dengan
undang-undang
terhadap
Undang-Undang
Dasar
Negara
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Pekanbaru Provinsi Riau
tahun
Pemohon
sidang tersebut,
keputusan
nyeleneh
diluar
keputusan
lumrah
dilaksanakan. Hal itu terlihat janggal ketika MK memerintahkan adanya PSU dalam
Putusan Sela Pemilukada Pekanbaru.KPU sebagai penyelenggara tidak sanggup
melaksanakan
PSU
karena
alasan
pendanaan
penganggaran
dari
Pemko
Pekanbaru.
karena
Meskipun
KPU
tidak
mendapatkan
Pekanbaru
gagal
melaksanakan PSU karena ada dugaan untuk mengulur-ngulur waktu dan ada
keberpihakan kepada pasangan Berseri, MK tidak lantas memenang pasangan
Firdaus-Ayat Cahyadi sebagai pemenang Pemilukada Pekanbaru, yang sebelumnya
walikota
dan
wakil
walikota
pihak
Kepri,
KPU
Pusat,
Biro
Hukum
Kemendagri,
Bawaslu, pakar hukum dan administrasi, pihak terkait, pemohon, (pasangan FirdausAyat Cahyadi), mantan Ketua KPU Pekanbaru Yusri Munaf dan Mantan Walikota
Pekanbaru Herman Abdullah.
Setelah mendengar keterangan semua pihak, MK kemudian dalam Sidang Pleno
memperpanjang pelaksanaan Putusan Sela yang memberi kesempatan kedua kepada
KPU Pekanbaru untuk menggelar PSU Pekanbaru paling lambat 90 hari. KPU
Pekanbaru sendiri akhirnya berhasil menggelar PSU pada 21 Desember 2012, namun
pada 28 Desember 2011 lalu KPU Pekanbaru menggugurkan pencalonan Firdaus
sebagai calon walikota Pekanbaru karena menjadi tersangka pemalsuan daftar
riwayat hidup.
Hasil PSU Pekanbaru dan keputusan KPU menggugurkan pencalonan Firdaus
sebagai calon walikota Pekanbaru itu telah dilaporkan KPU Pekanbaru ke MK pada
awal Januari 2012, setelah berkonsultasi dengan KPU Pusat.Pada Rabu (11/1/12),
MK akhirnya menjadwalkan sidang perkara PHPU Pekanbaru. Namun, sidang yang
diagendakan bukan Sidang Pleno Pengucapan Ketetetapan
Hasil
Putusan
Sela,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diatas maka permasalahan yang akan penulis
teliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsekuensi terhadap suatu pertimbangan hukum yang
dijadikan dasar dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi tentang
Pemilihan Suara Ulang Kota Pekanbaru ?
2. Apakah pertimbangan hukum dalam
suatu
putusan
Mahkamah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Teori yang Berkaitan Dengan Mahkamah Konstitusi
1. Teori Konstitusi
Istilah konstitusi dalam perkembangannya mempunyai dua pengertian:1
a. Dalam arti luas konstitusi berarti keseluruhan dari ketentuan - ketentuan
dasar atau hukum dasar (droit constitutionelle), baik yang tertulis ataupun
tidak tertulis ataupun campuran keduanya;
b. Dalam arti sempit konstitusi berarti piagam dasar atau undang-undang dasar
(loi constitutionelle), ialah suatu dokumen lengkap mengenai peraturanperaturan dasar negara.
Menurut Miriam Budiardjo, setiap Undang-Undang Dasar(konstitusi) harus memuat
ketentuan-ketentuan mengenai: 2
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif dan yudikatif serta hubungan diantara ketiganya; pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian atau
antara pemerintah dan pemerintah daerah;
prosedur
penyelesaian
pelanggaran yuridiksi oleh salah satu badan negara atau pemerintah dan
sebagainya.
b. Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of Rights kalau berbentuk
naskah sendiri)
c. Prosedur perubahan undang undang Dasar
1 Titik Triwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945,
(Jakarta: Kencana, 2010)
2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008),
d. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undangundang dasar
e. Merubah aturan hukum yang tertinggi yang mengikat semua warga negara
dan lembaga negara tanpa kecuali
Menurut C.F Strong perubahan konstitusi suatu negara dapat dilakukan dengan
empat cara :3
a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif,
akan tetapi menurut batasan-batasan tertentu
b. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh
rakyat
melalui
suatu
referendum
c. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian, ini
berlaku dalam negara serikat
d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dengan konvensi ketatanegaraan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi pertama Republik Indonesia
yang berbentuk tertulis dan telah mengalami empat kali perubahan yang memakai
sistem amandemen. Perubahan terhadap UUD 1945 dikarenakan adanya kelemahan
dari isi konstitusi itu sendiri, untuk lebih memposisikan kewenangan masingmasing lembaga-lembaga negara, untuk lebih menjamin hak-hak asasi manusia,
serta seiring berjalannya waktu jika ada aturan dalam UUD 1945 yang kurang
relevan dengan perkembangan zaman saat itu maka ketentuan tersebut dapat di
amandemen.
B. Peraturan Perundang Undangan Yang berkaitan dengan Mahkamah
Konstitusi
1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
10
11
12
13
1. Studi Kasus terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 209210/PHPU.D-VIII/2001 tentang sengketa Pemilukada Kota Tanggerang
selatan). Oleh Yanwar Fachrul (Fakultas Hukum Unsyiah 2011)
C. Metode Penelitian
Bersifat preskipsi dan temasuk dalam penelitian normative ( Kepustakaan)
melalui serangkaian kegiatan membaca, mengutip, menelaah perundang-undangan
yang berkaitan dengan objek penelitian.
Dasar Hukum Yang digunakan:
UUD 1945
UU no 24/2003 tentang 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
UU no 4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
14
D. Kesimpulan
15
Namun menurut penulis masih ada kekurangan dalam skripsi ini karena penulis
skripsi 1 ini tidak menggunakan teori teori dalam ilmu hukum dalam menganalisis
putusan MK ini. Beliau hanya menganaisa putusan hanya terhadap dasar dasar
hukum dan peraturan perundang-undangan saja. Ini merupakan sesuatu yang berbeda
dari penulis yang akan menganalisis skripsi putusan MK dengan menggunakan teori
dalam ilmu hukum,. Selain terhadap peraturan perundang-undangan Indonesia.
Dalam pertanyaan penelitian dalam skripsi 1 ini mengangkat pertanyaan yaitu
mengapa MK mengabulkan sebagian permohonan para pemohon, pertanyaan ini
menurut penulis kurang baik jika ditulis dalam karya ilmiah, karena menurut penulis
dalam menganalisis pertanyaan ini maka penulis ini harus mewawancarai seluruh
hakim MK yang terlibat dalam persidangan kasus ini. Karena pertanyaan ini adalah
pertanyaan yang lebih menjurus kepada subjektif hakim MK itu sendiri. Jadi dalam
penelitian ini penulis tidak mengangkat permasalahaan yang sama dengan skripsi ini
karena menurut penulis pertanyaan ini kurang baik untuk dibuat dalam kerya ilmiah.
16
17
Skripsi 2 ini juga tidak menggunakan teori teori dalam ilmu hukum dalam
melkukan analisis terhadap putusan MK ini. Dan menurut penulis penggunaan teori
dalam ilmu hukum sangat penting dalam melakukan karya ilmiah berupa studi kasus.
Dan ini yang membedakan skripsi 2 dengan penelitian yang akan penulis angkat
dalam penelitian ini.
3. Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45/PHPU.DVIII/2010 Mengenai Sengketa Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah
Kabupaten Kota waringin Barat . Oleh Nelly Mulia Rusma (Fakultas
Hukum Unsyiah 2011)
A. Permasalahan yang diangkat
A.1. Apa yang menjadi pertimbangan hukum mahkamah konstitusi dalam
memberikan putusan terhadap perkara nomor 45/PHPU.D-VIII/2010
mengenai sengketa hasil pemilihan umum kepala daerah kabupaten kota
waringin barat ?
A.2. Bagaimana kekuatan hukum dalam implementasinya putusan Mahkamah
Konstitusi nomor 45/PHPU.D-VIII/2010 mengenai sengketa hasil pemilihan
umum kepala daerah kabupaten kota waringin barat ?
A,3 Apa konsekuensinyta jika hasil putusan tidak dilaksanakan oleh para
pihak ?
B. Ruang Lingkup Penelitian
Dibatasi pada pasal 10 dan pasal 74 undang undang nomor 24 tahun 2003 tentang
mahkamah konstitusi.
C. Metode Penelitian
18
Penelitian yang bersifat deskriptif analitis dan apabilaa dilihat dari tujuannya
termasuk dalam penelitian yuridis normaatif ( Kepustakaan). Jenis data primer yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
D.
1.
UUD 1945
Undang undang nomor 10 tahun 2008 tentang pemilihan umum
Undang undang nomor 24 tahun 2003 tentang mahkamah Konstitusi
Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 45/PHPU.D-VIII/2010
Kesimpulan
Telah menjadi sebuah yurisprudensi MK dalam memutus perselisihan hasil
pemilukada, bahwa MK tidak hanya menghitung kembali hasil penghitungan
suara tetapi juga harus menggali keadilan dengan menilai dan mengadili
proses pemilukada yang dapat mempengtaruhi hasil penghitungan suara yang
diperselisihkan.
2. Implikasi dari putusan MK ini adalah dibatalkannya keputusan KPU kota
waringin barat tentang penetapan hasil perolehan suara pasangan calon bupati
dan wakil bupati kota waringin barat tahun 2010 beserta dibatalkannya
kemenangan pasangan calon nomor urut 1 atas nama H.sugianto dan H. Eko
Soemarno dan memenangkan pasangan calon no urut 2 atas nama Dr. Ujang
Iskandar, S.T, M.si dan bambang purwanto S.ST
E. Relevansi Skripsi 3 terhadap penelitian penulis
Bahwa menurut penulis skripsi 3 ini memiliki kekurangan dalam ruang
lingkupnya yang sangat terbatas. Hanya pasal 10 dan pasal 74 UU no 24 tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi saja. Menurut penulis ruang lingkup yang sekecil ini
belum cukup untuk melakukan analisis putusan MK ini. Terbukti dengan penulis
skripsi 3 ini menambahkan dasar hukum lain dalam melakukan analisis terhadap
putusan ini. Serta dalam skripsi ini juga tidak ada menggunakan teori ilmu hukum
satupun dalam analisis terhadap putusan ini.
19
Namun secara keseluruhan skripsi 3 ini sangat baik dan jelas dalam melakukan
analisis terhadap putusan MK ini.
Yang membedakan dengan peneiltian ynag akan penulis tulis adalah penulis akan
menggunakan teori teori dalam ilmu hukum untuk menganalisis Putusan MK yang
akan Penulis teliti.
4. Penyelesaian Perkara sengketa Pilkada Depok (analisis terhadap
putusan Mahkamah Konstitusi nomor 002/SKLN-IV/2006 terkait
sengketa kewenangan lembaga negara. Oleh Istiqamah ( Fakultas
Hukum UIN Syarif Hidayatullah)
A. Masalah yang diangkat
A.1. bagaimana mekanisme Mahkamah Konstitusi dalam member putusan
terhadap perkara sengketa pilkada Depok?
A.2. bagaimana putusan hakim Mahkamah Konstitusi terhadap kasus
sengketa Pilkada Depok?
20
C. Metode Penulisan
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif yang mengkombinasikan pendekatan normative dan empiris. Serta
memperoleh data dengan cara studi kepustakaan (library Research) serta studi
lapangan (Field Research) berupa wawaancara dengan anggota Komisi Pemilihan
umum serta kepala sekretaruat jendral mahkamah konstitusi yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang subjek studi yang tidak diyemukan secara tertulis
dalam literature dan data sekunder lainnya.
Sumber Hukum yang digunakan yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
D.
1.
UUD 1945
Undang Undang No 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
Undang Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Putusan Mk nomor 002/SKLN-IV/2006
Putusan MK nomor 01/PILKADA/2005
Putusan MK nomor o1nPK/PILKADA/2005
Kesimpulan
Mekanisme dari putusan MK terkait sengketa hasil Pemilihan walikota dan
wakil walikota depok merupakan salah satu contoh upaya penyelesaian
sengketa pilkada yang menjadi sejarah demokrasi. Dalam artian bahwa
sengketa tersebut tidak menimbulkan anarki ditingkat massa seperti itu di
daerah lain, namun dapat diselesaikan dengan damai melalui jalur
pengadilan . putusan pengadilan tinggi jawa barat dengan pertimbangan
hukumnya bahwa majelis kasasi menemukan adanya kesalahan dalam
putusan pengadilan tinggi jawa barat, yang hanya didasar pada asumsi, bukan
fakta, majelis kasasi pun membatalkan putusan pengadilan tinggi bandung
jawa barat, mengadili sendiri, menolak keberatanbadrul kamal dan
membenarkan keputusan KPUD Depok.
21
2. Putusan
yang
dikeluarkan
Mahkamah
Konstitusi
terkait
dengan
22
Konstitusi
No
57/PHPU.D-VI/2008 Tentang
Pemilukada
23
dan
memutus
diluar
kewenangan
yaitu
memutus
untuk
dilakukannya pemilu kepala daerah ulang tanpa ikut serta pasangan no urut 7
( H.Dirwan Mahmud dan H. Hartawan,S.H).
2. Putusan tersebut tidak dilaksanakan oleh KPU pada waktu yang telah
diputuskana oleh Mahkamah Konstitusi. Hal ini dikarenakan putusan Mk
tersebut bersifat Floating ( mengambang) yang tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat untuk memerintahkan KPU melaksanakan putusan tersebut.
terlebih MK belum mempunyai eksekutor dalam pemberian sanksi bagi yang
melanggar putusan tersebut.
D. Relevansi terhadap Penelitian Penulis
Menurut hasil analisis penulis skripsi 5 ini sudah sangat baik dalam
mendeskripsikan sebuah permasalahan yang terjadi. Dan skripsi
5 ini sangat
menarik dalam hal menemukan permasalahan yaitu adanya sebuah putusan MK yang
dikeluarkan melebihi kewenangan MK yang semestinya. Dan walaupun sudah
diputuskan oleh MK yang menurut ketentuannya bersifat Final dan Mengikat ( Final
and einmalig). Namun putusan tersebut tidak dijalankan oleh KPU sebagai objek
putusan ini. Dan beliau menganalisis hal ini dengan kemasan yang sangat menarik
dimana selain mengaitkan dengan dasar hukum yang menurut penulis sudah lengkap.
Serta ditambahkan dengan menggunakan teori teori dalam ilmu hukum sebagai
penammbah pengetahuan dalam mempelajari kasus ini. Diant5aranya yaitu teori
negara hukum formal, teori negara hukum materian dan teori due Proccess of law
serta rule of law.
Yang membedakan skripsi 5 dengan penelitian yang akan penulis analisis yaitu
dalam skripsi ini ruang lingkup yang diberikan sangat luas dan beragam, sehingga
24
hal yang dibahas pun menjadi beragam dan hanya gambaran umum saja. Sedangkan
yang penulis akan teliti yaitu sadah membatasi dalam objek ruamg lingkup tertentu.
Sehingga penelitian yang akan dihasilkna akan tajam dan menjurus kepada objek
tertentu dari sebuah putusan saja.
25