Anda di halaman 1dari 88

DIKLAT

Legal Drafting
Oleh
Kurniawan S, S.H., LL.M
(Dosen Hukum Tata Negara)

Apa itu
Legal
Draftin
g ???

Makna
Luas
Secara harfiah Legal Dafting dpt diartikan scr
bebas adalah penyusunan/perancangan hukum
atau peraturan termasuk undang-undang (statute)
(makna luas).
Dari aspek hukum, Legal Drafting adalah
kegiatan praktek hukum yg menghasilkan
peraturan, sebagai
contoh;
1.
Pemerintah
membuat
Peraturan
Perundang-undangan;
2.
Hakim membuat keputusan Pengadilan
yg mengikat publik;
3.
Swasta membuat ketentuan atau
peraturan
privat
seperti;
perjanjian/kontrak,
kerjasama
&
lainnya yg mengikat para pihak yg
melakukan perjanjian atau kontrak.

Makna Sempit
Legal
Drafting
bukan
sbg
perancangan hukum dlm arti luas,
melainkan hukum dlm arti sempit,
yaitu:
undang-undang
atau
perundang-undangan. Jadi bukan
perancangan
hukum
seperti
perjanjian/kontrak, dll.
Legal Drafting merupakan konsep
dasar
tentang
penyusunan
peraturan perundang-undangan yg
berisi tentang NA, hasil kajian
ilmiah beserta naskah awal
peraturan perundang-undangan yg
diusulkan.

Sedangkan pembentukan peraturan perundangundangan adalah proses pembuatan peraturan


perundang-undangan yg dimulai dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

perencanaan
persiapan,
teknik penyusunan
perumusan
pembahasan
pengesahan
Pengundangan
penyebarluasan

Dpt disimpulkan kegiatan legal drafting disini adalah


dlm rangka pembentukan peraturan-perundangan.

Legal
Drafting
Dalam
pengemban
gan Ilmu
Pengetahua
n

Ilmu Pengetahuan di bidang


Perundang-Undangan telah
berkembang
di
Jerman
terutama di negara Eropa
Kontinental.
Di
Jerman
tokoh
pengembang
Ilmu
Pengetahuan
PerundangUndangan yaitu:
1.
2.
3.
4.

Peter Noll (1973).


Jurgen Rodig (1975).
Burkhardt Krems (1979).
Werner Maihafer (1981).

Di Belanda
pengembang
pengetahuan
Undangan:
1.
2.

para

tokoh
Ilmu
Perundang-

S.O. Van Poelje (1980).


W.G. Van der Valden (1988).

Di Indonesia para tokoh


pengembang
ilmu
Pengetahuan
perundangUndnagan:
1.
2.

Sri Soemantri (1979)


Bagir Manan dan Kuntana
Magnar (1987)
3. Solly lubis (1989)
4. A. Hamid S. Attamimi (1990)
5. Kansil (1983)
6. Amiroedin Syarif (1987)
7. Rosidi Rangga Widjaja (1998)
8. Jimly assiddiqi
9. Maria Farida Indrati (1998)
10. Pipin Syarifin dan Dedeh
Jubaedah (2012)
11. Yuliandri

Dlm dispilin ilmu HTN


dikenal
cabang
pengetahuan
yaitu
Ilmu
Pengetahuan
Perundangundangan
(Gezetsgebungswissens
chaft).
(Burkhardt
Krems)
Ilmu
Pengetahuan
Perundang-undangan
mrpkn
kombinasi
antara ilmu normatif
(normatif wissenchaft)
dan
Ilmu
empiris
(empiris wissenchaft).

Ilmu Pengetahuan PerundangUndangan

Ilmu
Pengetahuan
Perundangundangan
(Gezetsgebungswissenschaft):
1. Teori
Perundang
2x
an
(Gezetsgebungstheorie)
2. Ilmu
Perundang-undangan
(Gezetsgebungslehre)

1. Teori Perundang 2x an
(Gezetsgebungstheorie)

Menitik beratkan pd upaya pencarian


kejelasan & kejernihan makna dr suatu
rangkaian
kata
(klausul)
atau
pengertian 2x dr suatu istilah yg
dipergunakan dlm suatu peraturan
Perundang 2x an (regelsgeving) yg
bersifat kognitif;

2. Ilmu Perundang-undangan
(Gezetsgebungslehre)

Menitik beratkan pd serangkaian upaya


aktifitas atau perbuatan dlm hal pembentukan
suatu
peraturan
perundang
2x
an
(regelsgeving).
Ilmu
Perundang-Undangan
(Gezetsgebungslehre) dibagi atas:
1. Proses
Perundang-Undangan
Verfahren)
2. Metode Perundang-Undangan
Methode)
3. Tekhnik Perundang-Undangan
Tekhniek)

(Gezetsgebungs
(Gezetsgebungs
(Gezetsgebungs

Penggunaan Istilah Peraturan


Perundang-Undangan
1. UUD RIS (1949)
Psl. 51 (3): menggunakan istilah
Perundang-undnagan federal
2. UUDS 1950
Bagian II yg diberikan judul Perundangundangan
Psl. 89: menggunakan istilah kekuasaan
perundang-undangan
Psl. 102 menggunakan istilah perundangundangan

3. UUD NRI 1945


Psl. 24A (1), menyebutkan bahwa: MA berwenang
mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap
undang-undang,
dan
mempunyai
wewenang lainnya yg diberikan oleh undangundang.
Psl 28I (5), menyebutkan b ahwa: Untuk
menegakkan dan melindungi HAM sesuai dgn
prinsip negara hukum yg demokratis, maka
pelaksanaan HAM dijamin, diatur dan dituangkan
dlm peraturan perundang-undangan.
Psl. I Aturan Peralihan, menyebutkan bahwa:
segala peraturan perundangan yg ada masih
tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut UUD ini.

4. Beberapa Ketetapan MPR RI


Ketetapam MPR RI no. II/MPR/1993 tentang GBHN
dlm program pembangunan hukum menyebutkan
upaya pergantian peraturan perundangundangan yg bersumber pada Pancasila dan UUD
1945.
Refromasi MPR RI No. X/MPR/1998 tentang Pokokpokok Reformasi Pembangunan dlm rangka
Penyelamatan
dan
Normalisasi
kehidupan
Nasional sbg HTN, pd huruf C Bidang Hukum yg
menyebutkan: pembangunan hukum khusus yg
menyangkut peraturan perundang-undangan
organik tentang pembatasan kekuasaan Presiden
belum memadai. Lleh karena itu, perlu pengkajian
terhadap fungsi lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.

- Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999


tentang GBHN Tahun 1994 2004,
antara lain:
a. Psl. 3. menyebutkan: Dengan adanya
ketetapan ini, materi yg belum tertampung
dalam dan tidak bertentangan dgn GBHN
Tahun 1994 2004 ini, dapat diatur dlm
peraturan perundang-undangan.
b. Psl. 7, dlm Arah kebijakan Bidang Hukum
menyebutan bahwa: Mengembangkan
peraturan perundang-undangan yg
mendukung kegiatan perekonomian dlm
menghadapi era perdagangan bebas tanpa
merugikan kepentingan nasional.

Landasan Hukum
Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan di
Indonesia
1. UU No. 12 Tahun
2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundan-Udangan;
2. Qanun Aceh Nomor
5 Tahun 2011
tentang Tata Cara
Pembentukan
Qanun

Pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan

Apa itu Peraturan


PerundangUndangan ?

A. Makna Istilah
Peraturan
Perundang-undangan
dilihat
dari
peristilahan
merupakan
terjemahan
dari
wettelijke regeling.
Kata wettelijke bermakna sesuai dengan wet
atau berdasarkan wet yg artinya (undangundang/hukum).
Kata wet pada umumnya diterjemahkan utk
menunjuk pada definisi undang-undang dan
bukan dengan undang.
Sehubungan dgn kata dasar undang-undang,
maka terjemahan wettelijke regeling ialah
peraturan perundang-undangan.

B. Menurut UU
Peraturan Perundang-Undangan adalah
(Psl 1 (2) UU No. 12 Tahun 2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan):
1. Peraturan tertulis;
2. Yg memuat norma hukum yg mengikat secara
umum;
3. Dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yg berwenang;
4. Melalui prosedur yg ditetapkan dlm peraturan
perundang-undangan.

B. Menurut Para Sarjana


Jimly Asshidiqie
. Keseluruhan susunan hierarkies peraturan
perundang 2x-an yg berbentuk UU kebawah,
yaitu, semua produk hukum yg melibatkan
peran lembaga perwakilan rakyat bersamasama dgn pemerintah ataupun yg melibatkan
peran
pemerintah
karena
kedudukan
politiknya
dlm
melaksanakan
produk
legislative yg ditetapkan oleh lembaga
perwakilan
rakyat
bersama-sama
dgn
pemerintah menurut tingkatannya masing 2x.

Disamping itu, juga termasuk dlm


pengertian peraturan perundang 2x-an
ialah:
.. segala perangkat peraturan yg
tingkatannya dibawah UU & dimaksudkan
utk melaksanakan ketentuan yg termuat
dlm bentuk peraturan yg tingkatannya
lebih tinggi. Sbg konsekuensi dianutnya
ajaran pemisahan kekuasan legislative &
eksekutif scr tegas, maka para pejabat
yg dpt dianggap memiliki kewenangan
demikian adalah presiden, menteri,
&pejabat setingkat menteri

M. Solly Lubis
Mengistilahkan peraturan perundangundangandengan istilah Peraturan
Negara, dan memberi tafsir pada
perundang-undangan sebagai proses
pembuatan peraturan negara.

Jenis & Hierarki Peraturan


Perundang-Undangan
Jenis dan Hierarki
Peraturan perundangUndangan terdiri atas
(Psl. 7 ayat (1)):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

UUD NRI Tahun 1945


Ketetapan MPR
UU/Perpu
PP
Perpres
Perda Provinsi
Perda kab/kota

Jenis Peraturan Perundang-Undangan


selain sbgmn dimaksud pada Psl. 7 (1),
termasuk peraturan yg dikeluarkan (Psl
8 (1)):
MPR

MK

Menteri

Gubernur

DPR

BPK

Badan

DPRD
kab/kota

DPD

KY

Lembaga atau Komisi yg


Bupati/Walikot
setingkat yg dibentuk oleh UU a
atau pemerintah atas perintah
UU

MA

BI

DPRR Provinsi

Kepala Desa
atau yg
setingkat

Kilas Balik
Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan di
Indonesia

(A)
TAP MPRS
No.XX/MPRS/
1966 jo TAP
MPR No.
V/MPR/1973

(D)
UU No. 12 Tahun
2011 tentang
pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan

(B)
Ketetapan MPR
Nomor
III/MPR/2000
tentang Sumber
Hukum dan Tata
Urutan Peraturan
PerundangUndangan

(C)
UU No. 10
Tahun 2004
Pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan

A. Tata urutan peraturan perundangundangan menurut TAP MPRS


No.XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib
Hukum dan Tata Urutan Peraturan PerundangUndangan jo TAP MPR No. V/MPR/1973

1.
2.
3.
4.
5.
6.

UUD 1945;
TAP MPR;
UU/PERPU;
Peraturan Pemerintah;
Keputusan Presiden;
Peraturan pelaksana
lainnya yang meliputi
Peraturan menteri,
instruksi menteri dan
lain-lain.

B. Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000


tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-Undangan

Psl 2 Tap MPR:


1. UUD NRI Tahun
1945;
2. Ketetapan MPR RI;
3. UU;
4. Perpu;
5. PP;
6. Kepres;
7. Perda.

C. UU No. 10 Tahun 2004 tentang


pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

1.
2.
3.
4.
5.

UUD NRI Tahun 1945


UU/Perpu
PP
Perpres
Perda

d. UU No. 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Psl. 7 ayat (1)):


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

UUD NRI Tahun 1945


Ketetapan MPR
UU/Perpu
PP
Perpres
Perda Provinsi
Perda kab/kota

Comparative
TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 jo
TAP MPR No. V/MPR/1973
1.
2.
3.
4.
5.
6.

UUD 1945;
TAP MPR;
UU/PERPU;
Peraturan Pemerintah;
Keputusan Presiden;
Peraturan pelaksana lainnya yang
meliputi Peraturan menteri,
instruksi menteri dan lain-lain.

UU No. 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan
Perundang-Und
Angan
1.
2.
3.
4.
5.

UUD NRI Tahun 1945;


UU/Perpu;
PP;
Perpres;
Perda.

Ketetapan MPR Nomor


III/MPR/2000 tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan
Peraturan PerundangUndangan (Psl. 2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

UUD NRI Tahun 1945;


Ketetapan MPR RI;
UU;
Perpu;
PP;
Kepres;
Perda.

UU No. 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

UUD NRI Tahun 1945;


Ketetapan MPR;
UU/Perpu;
PP;
Perpres;
Perda Provinsi;
Perda kab/kota

Apa
penting
nya
Hierarki
Peratura
n
Perunda

Teori Adolf Merk tentang Teori


Dua Wajah Norma Hukum (Das
Doppelte Rechsanslitz Theori)
.. suatu norma hukum itu ke atas
ia bersumber & berdasar pada norma
yg diatasnya, tetapi ke bawah ia juga
menjadi dasar & menjadi sumber bagi
norma hukum dibawahnya, sehingga
suatu norma hukum itu mempunyai
masa
berlaku
(rechtskracht)
yg
relative oleh karena masa berlakunya
suatu norma hukum itu tergantung
pada norma hukum yg berada
diatasnya sehingga apabila norma
hukum yg berada diatasnya dicabut
atau dihapus, maka norma-norma
hukum yg dibawahnya tercabut atau
terhapus pula.

Teori Hans Kelsen tentang


Stuffenbau
Theori
atau
stufen
bau
des
rechts
theori
.. norma-norma (termasuk
norma hukum) itu berjenjang 2x
& belapis-lapis dlm suatu hierarki
tata susunan, di mana suatu
norma yg lebih rendah berlaku,
bersumber, & berdasar pada
norma yg lebih tinggi. Norma yg
lebih tinggi berlaku, bersumber,
& berdasar pada norma yg lebih
tinggi lagi, demikian seterusnya
sampai pada suatu norma yg tdk
dpt ditelusuri lebih lanjut &
bersifat hipotetis & fiktif, yaitu
grundnorm (norma dasar).

1. Mencapai tertib hukum.


2. Konsistensi Hukum.
3. Dasar hukum bagi hakim dlm menguji
materil terhadap suatu peraturan.

Definisi berbagai
jenis peraturan
perundangundangan

1. UUD NRI Tahun 1945


Memuat
Hukum
(Staatfundamental Norm)

Dasar

2. Ketetapan MPR

3. UU/Perpu
UU adalah Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk
oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (Psl 1
(3)).
Perpu
adalah
Peraturan
perundang-undangan
yg
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan
yg memaksa (Psl. 1 (4)).
Materi muatan yg hrs diatur dgn UU/Perpu yaitu (Psl. 10
(2) dan (2)):
1.
2.
3.
4.
5.

Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD NRI tahun


1945.
Perintah suatu UU utk diatur dgn UU.
Pengesahan perjanjian internasional tertentu.
Tindak lanjut atas putusan MK.
Pemenuhan kebutuhan hukum dlm masyarakat

4. PP
Peraturan Pemerintah adalah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya (Psl. 1 (5)).

5. Perpres
Perpres adalah peraturan perundangundangan
yang
ditetapkan
oleh
Presiden untuk menjalankan perintah
peraturan perundang-undangan yang
lebih
tinggi
atau
dalam
menyelenggarakan
kekuasaan
pemerintahan (Psl 1 (6)).

6. Perda Provinsi
Perda provinsi adalah peraturan perundangan
yg dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur (Psl. 1 (7)).
Materi muatan perda Provinsi & kab/kota
berisi
materi
muatan
dlm
rangka
penyelenggaraan otonomi daerah & tugas
pembantuan
(medebewind)
serta
menampung kondisi khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut peraturan perundangundangan yg lebih tinggi (Psl. 14).

7. Perda kab/kota
Perda
kabupaten/kota
adalah
peraturan
perundangan yg dibentuk oleh DPRD kab/kota
dengan persetujuan bersama Bupati (Psl. 1
(8)).
Materi muatan perda Provinsi & kab/kota
berisi
materi
muatan
dlm
rangka
penyelenggaraan otonomi daerah & tugas
pembantuan (medebewind) serta menampung
kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjut peraturan perundang-undangan
yg lebih tinggi (Psl. 14).

Apa itu
Pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan ?

Pembentukan Peraturan Perundang 2xngan adalah (Psl 1 (1) UU No. 12


Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan):
1. Pembuatan peraturan perundangundangan;
2. Yg mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan

Asas
Pembent
ukan
Peratura
n
Perundan
gUndanga

Apa itu Asas ?

1.
2.
3.

Prinsip

Dasar

Pedoman
Pegangan

Asas-Asas Umum
Pembentukan
Peraturan
Perundangundangan yang
baik
(Algemene beginselen van
Behoorlijke regelgeving)

A.
Menurut Para
Sarjana
(Doktrin)

Peraturan
Perundang-undnagan
bermakna Algemene beginselen van
Behoorlijke regelgeving.
Istilah trsbt digunakan oleh Van der Vlies,
I.C dalam bukunya yg berjudul Het
Wetsbegripen Begiselen van Behoorlijke
regelgeving, VUGA Uitgeverij B.V,sgravenhage, 1984, hlm. 192 - 209.
Lihat juga Van der Vlies, I.C, dlm bukunya
yg berjudl Handboek wetgeving, W.E.J.
Tjeenk Willink Zwolle, 1991, hlm.150
179.

1. Van der Vlies, I.C


Van
der
Vlies
mengemukakan
bahwa,
perumusan
asas
pembentukan
peraturan
perundang-undangan yg
baik
(Algemene
Beginselen
Van
Behoorlijke Regelgeving)
terbagi atas dua bagian,
yaitu:
a.
b.

Asas
formal
(formele
beginselen); dan
Asas materiil (materiele
beginselen).

Asas
Formal
Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan:
1. Asas tujuan yang jelas (het beginsel van
duidelijke doelstelling)
2. Asas organ/lembaga yag tepat (het
beginsel van het juiste organ)
3. Asas
perlunya
pengaturan
(het
noodzakelijkheids beginsel)
4. Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van
uitvoerbaarheid)
5. Asas Konsensus (het beginsel van
consensus).

Asas
Materil
Pembentukan
Peraturan perundang-undangan
1. Asas terminology dan sistematika yang jelas
(het beginsel van duidelijke terminologie en
duidelijke systematiek)
2. Asas dapat dikenali (het beginsel van de
kenbaarheid)
3. Asas perlakuan yang sama dalam hukum
(het rechtsgelijkheidsbeginsel )
4. Asas
Kepastian
hukum
(het
rechtszekerheidsbeginsel)
5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan
keadaan individual (het beginsel van de
individuele rechtsbedeling ).

2. A. Hamid S. Attamimi
A. Hamid S. Attamimi: Dlm konteks
pembentukan peraturan perundangundangan di Indonesia, asas-asas
pembentukan undang-undang yg baik
dpt disusun sbg berikut:
a. Cita hukum Indonesia
b. Asas negara berdasar hukum
c. Asas pemerintahan berdasar sistem
konstitusi
d. Asas-asas lainnya

Scr
detail
Attamimi:
Dlm
pembentukan peraturan perundangundangan yg baik juga perlu dilandasi
oleh
asas-asas
hukum
umum
(algemene
rechtsbeginselen),
yg
didalmnya terdiri dari asas negara
berdasar atas hukum (rechtstaat),
pemerintahan
berdasarkan
sistem
konstitusi, & negara berdasarkan
kedaulatan rakyat

Selanjutnya
A
Hamid
Attamimi
juga
memperkenalkan bahwa:
Dlm
pembentukan
peraturan
perundangundangan, setidaknya ada beberapa pegangan
yg dpt dikembangkan guna memahami asas-asas
pembentukan peraturan perundangan-undangan
yg baik secara benar, yaitu:
a.
b.
c.

d.

Asas yg terkandung dlm Pancasila selaku asas-asas


hukum umum bagi peraturan perundang-undangan.
Asas-asas negara berdasar atas hukum selaku asasasas hukum umum bagi perundang-undangan.
asas-asas pemerintahan berdasar sistem konstitusi
selaku asas-asas umum bagi perundang-undangan,
dan
Asas-asas
bagi
perundang-undangan
yg
dikembangkan oleh para ahli.

3. Purnadi Purbacaraka &


Soerjono Soekanto
Memperkenalkan beberapa asas dlm
perundang-undangan, yaitu:
1. Undang-undang tidak boleh berlaku surut.
2. Undang-undang yg dpt dibuat oleh
penguasa yg lebih tinggi, memiliki
kedudukan yg lebih tinggi pula.
3. Undang-undang
yg
bersifat
khusus
mengenyampingkan undang-undang yg
bersifat umum (lex spesialis derogate lex
generali);

4.

Undang-undang
yg
berlaku
belakangan
membatalkan undangundang yg berlaku terdahulu (lex
posteriore derogate lex priori).
5. Undang-undang tidak dpt diganggu
gugat.
6. Undang-undang
sbg
sarana
utk
semaksimal mingkin dpt mencapai
kesejahteraan spiritual & materiil bagi
masyarakat maupun individu, melalui
pembaruan atau pelestarian (asas
welvaarstaat)

4. Peter van Humbeeck


Peter van Humbeeck merumuskan asas pembentukan
peraturan yang baik sebagai berikut:
unsur-unsur yg harus ada dlm setiap pembentukan
peraturan, tanpa memperhatikan persoalannya, dan yg
mempunyai tujuan utk mencapai pembentukan hukum
yg adil dan berkualitas.
Juga dikemukakan bahwa:
Istilah pembentukan peraturan (regelgeving) disini
digunakan secara sadar. Asas-asas tersebut tidak hanya
terbatas pada pembentukan hukum yang teratur, tetapi
juga pada pembentukan keputusan organ-organ
pembuat undang-undang.

ciri-ciri
instrinsik
yg
dimilikinya,
substansi pembentukan aturan yg baik,
terdiri dari:
1. Penetapan
tujuan
&
hasil
yang
diharapkan.
2. Subsidiaritas & keseimbangan.
3. Keterlaksanaan
&
keberlangsungan/keberlanjutan.
4. Rechtmatigheid & asas-asas hukum.
5. Kejelasan asal-usul peraturan.
6. Kesatuan, kejelasan & dpt dipahami.
7. Tuntutan demokratisasi.

Selain itu, Peter van Humbeeck juga


menambahkan bahwa, adanya syarat
instutusional dan prosedural yg harus
dipenuhi
dalam
menilai
suatu
peraturan, yaitu:
a. Persiapan yang seksama.
b. Pergantian.
c. Evaluasi.

5. Gert-Jan Veerman, Menteri


Kehakiman Belanda, 1991 (A
Conceptual Framework for the
Quality of Legsilation)

Memperkenalkan sebuah kerangka konseptual


utk menghasilkan undang-undang yg berkualitas.
Kerangka konseptual tersebut bersandar pada
prinsip-prinsip sebagai beirkut:
Legality (conformity with higher law and
realization of general principles of law, Effectivity
and efficiency, Subsidiarity and Proportionality
(level regulations, cost/profits), Feasibility and
Enforceability,
attunement
with
other
regulations, simplicity, Clarity and Accessibility.

6. Montesqueue
(LEsprit Des Lois)
Menjelaskan bahwa:
Dlm pembentukan peraturan perundang-undangan
hal-hal yang dapat dijadikan asas-asas, antara lain
adalah:
1. Gaya hrs padat (conscise) & mudah (simple); Kalimatkalimat bersifat kebesaran dan retorikal hanya akan
membingungkan.
2. Istilah yg dipilih hendaknya sedapat mungkin bersifat
mutlak & tidak relative, dgn maksud meminimalisasi
kesempatan utk perbedaan pendapat dari individu.
3. Hukum hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang
riil & actual, menghindari sesuatu yg bersifat
metaforik & hypotetik;

4. Hukum hendaknya tdk halus (not be subtle), karena hukum dibentuk


utk rakyat dgn pengertian yg sedang; bahasa hukum bukan latihan
logika melainkan utk pemahaman yg sederhana dari orang rata-rata.
5. Hukum hendaknya tdk meracunkan pokok masalah dgn
pengecualian , pembatasan, atau pengubahan, kecuali hanya apabila
benar-benar diperlukan;
6. Hukum hendaknya tdk bersifat argumentatif (dapat diperdebatkan);
adalah berbahaya merinci alasan-alasan hukum, karena hal itu akan
lebih menumbuhkan pertentangan.
7. Pembentukan hukum hendaknya dipertimbangkan dgn seksama &
penuh kehati-hatian serta memiliki manfaat yg praktis & hendaknya
tdk menggoyahkan sendi-sendi pertimbangan dasar, keadilan, &
hakikat permasalahan; sebab hukum yg lemah & tidak adil hanya
akan membawa seluruh sistem peraturan perundang-undangan kpd
image yg buruk & menggoyahkan kewibawaan negara.
(Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan PerundangUndangan Yang Baik: Gagasan pembentukan Undang-Undang
Berkelanjutan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010,
hlm.25.

7. Jeremy Bentham
Mengemukakan, bahwa:
Ketidak sempurnaan (Imperfections) yg dpt
mempengaruhi undang-undang (statute law)
bisa
dijadikan
sbg
asas-asas
dlm
pembentukan perundang-undangan.
Beiau membagi ketidaksempurnaan tersebut
dlm dua derajat atau tingkatan, yaitu:
1. Ketidak
sempurnaan
derajat
pertama,
disebabkan oelh hal-hal sebagai berikut:

Arti ganda (ambiguity).


Kabur (obscurity).
Terlalu luas (overbulkinnes).

2. Ketidak sempurnaan derjat/tingkatan


kedua disebabkan oleh hal-hal berikut:
Ketidaktepatan ungkapan (unsteadiness
inrespect of expression).
Ketidaktepatan tentang pentingnya sesuatu
(unsteadiness in respect of import).
Berlebihan (redundancy).
Terlalu panjang lebar (longwindedness).
Membingungkan (entanglement).
Tanpa tanda yang memudahkan
pemahaman (nakedness in respect of helps
to intellection).
Ketidakteraturan (disorderliness).

8. Referensi lainnya sbgmn yg dijumpai


dlm Mandelkern Group on Better
Regulation, yang dibentuk oleh Komisi
Uni Eropa
(Europe Union Commission) pada Tahun
2000
menyebutkan tujuh prinsip peraturan
baik(e.g.
seven
core
principles
for
regulation), yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Necessity.
Proportionality.
Subsidiarity.
Transparency.
Accountability.
Accessibility.
Simplicity.

yang
good

B.
Peraturan
PerundangUndangan

1. UU No. 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan
Peraturan perundangundangan

Bab II (Asas pembentukan Peraturan PerundangUndangan)


Psl. 5: Dlm membentuk Peraturan perundangundangan hrs dilakukan brdsrkan pd asas pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yg baik, yg meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kejelasan tujuan;
Kelembagaan atau pejabat pembentuk yg tepat;
Kesesuaian antara jenis, hierarki, & materi muatan;
Dpt dilaksanakan;
Kedayagunaan & kehasilgunaan;
Kejelasan rumusan;
Keterbukaan.

Materi muatan peraturan perundangundangan hrs mencerminkan asas (Psl. 6


(1)):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pengayoman
Kemanusiaan
Kebangsaan
Kekeluargaan
Kenusantaraan
Bhineka tungal ika
Keadilan
Kesamaan kedudukan dlm hukum dan
pemerintahan
i. Ketertiban & kepastian hukum
j. Keseimbangan, keserasian, &keselarasan.

Selain mencerminkan asas- sbgmn


dimaksud pada ayat (1), Peraturan
Perundang-undangan
tertentu
dpt
berisi asas lain sesuai dengan bidang
hukum Peraturan Perundang-undangan
yang bersangkutan (Psl. 6 (2)).

2. Qanun Aceh No, 5 Tahun


2011 tentang Tata Cara
Pembentukan Qanun
Bab II (Asas Pembentukan Qanun)
Psl. 2 (1): Qanun dibentuk brdsrkan asas
pembentukan Peraturan Perundang-undangan yg
meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kejelasan tujuan
Kelembagaan atau organ pembentukan yg tepat
Kesesuaian antara jenis & materi muatan
Keterlaksanaan
Kedayagunaan dan kehasilgunaan
Kejelasan rumusan
Keterbukaan
Keterlibatan publik.

Psl. 2 (2); Pembentukan sebgmn


dimaksud pada ayat (1) tdk boleh
bertentangan dgn:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Syariat Islam
UUD 1945
MoU Helsinski 15 Agustus 2005
UUPA dan Peraturan Perundang-undangan
lainnya yg menjadi kewenangan Pemerintah
Adat istiadat Aceh
Kepentingan umum
Kelestarian alam; dan
Antar Qanun

Psl. 3 (1): Materi muatan Qanun mengandung asas:


a. Dinul Islam
b. Sejarah Aceh
c. Kebenaran
d. Kemanfaatan
e. Pengayoman
f. HAM
g. Kebangsaan
h. Kekeluargaan
i. Keterbukaan & komunikatif
j. Keanekaragaman
k. Keadilan
l. Kelestarian dan Non diskriminasi
m. Ketertiban dan kepastian hukum
n. Kesamaan kedudukan dlm hukum da pemerintahan
o. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

Psl. 3 (2): Selain asas sebgmn


dimaksud pada ayat (1), Qanun dpt
memuat asas lain sesuai dgn materi
muatan Qanun yg bersangkutan.

Materi Muatan Qanun


Qanun Aceh dibentuk dlm rangka: (Psl.
4 (1) Qanun Aceh No. 5/2011)
1. penyelenggaraan Pemerintahan Aceh
2. pengaturan hal yg berkaitan dgn kondisi
khusus Aceh,
3. penyelenggaraan tugas pembantuan &
penjabaran
lebih
lanjut
Peraturan
Perundang 2x ngan.

Qanun
Kab/Kota
dibentuk
dlm
rangka: (Psl. 4 (2) Qanun Aceh No.
5/2011)
1. penyelenggaraan
Pemerintahan
Kab/Kota,
2. pengaturan hal yg berkaitan dgn
kondisi khusus Kab/Kota,
3. penyelenggaraan
tugas
pembantuan & penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang 2x-ngan.

Materi muatan Qanun


(Psl. 5 (1) Qanun Aceh No. 5/2011)
Materi muatan Qanun meliputi :
a. pengaturan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Aceh;
b. b. pengaturan tentang hal yg berkaitan
dgn kondisi khusus Aceh & kewenangan
khusus Aceh yg bersifat istimewa;
c. pengaturan tentang penyelenggaraan
tugas pembantuan; dan
d. penjabaran
lebih
lanjut
Peraturan
Perundang 2x-ngan.

Ancaman Pidana
Qanun Aceh & Qanun Kabup/Kota dpt memuat
ancaman pidana kurungan paling lama 6 bulan
dan/atau denda paling banyak Rp.50.000.000,-. (Psl.
5 (2)
Qanun Aceh & Qanun Kab/Kota dpt memuat
ancaman pidana atau denda selain sbgmn
dimaksud pada ayat (2) sesuai dgn yg diatur dlm
Peraturan Perundang 2x-ngan. (Psl. 5 (3)
Qanun Aceh mengenai jinayat dikecualikan dari
ketentuan sebagaimana dimaksud dlm Psl 5 ayat (2)
dan ayat (3). (Psl. 6 Qanun Aceh No. 5 Tahun 2011)

Kerangka Peraturan Perundang 2x


1. Judul
2. Pembukaan
a. Menimbang

Landasan Yuridis
Sosiologis
Filosofis

b. Mengingat

3. Batang Tubuh
Materi muatan dalam batang tubuh dikelompokkan ke dalam:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ketentuan Umum
Materi pokok yang diatur
Ketentuan pidana (jika diperlukan)
Ketentuan Lain-lain (jika diperlukan)
Ketentuan peralihan (jika diperlukan)
Ketentuan Penutup

4. Penutup
5. Penjelasan (jika diperlukan)
6. Lampiran (jika diperlukan)

Pengelompokan
materi
muatan
peraturan
perudang-udangan
dpt
disusun scr sistematis berupa:
a.
b.
c.
d.

Buku;
Bab;
Bagian; dan
Paragraph

Kandungan Norma dlm bahasa Hukum


Perundang-undangan
(Nasution & Sri Warjiyati)

Ada 5 Persepektif Kandungan Norma dlm Bahasa


hukum perundang-undangan:
a. Norma yg disusun dlm bentuk pernyataan yg
bersifat faktual
b. Norma yg disusun di balik perumusan hukuman
c. Norma yg dibuat dlm pasal yg bersangkutan dan
ada norma yg mengacu pada pasal lain
d. Ada norma yg bersifat prosedural
e. Ada perluasan pengertian terhadap subjek hukum

Ciri Khas Bahasa Hukum


1. Jelas
2. Pasti
3. Mengandung ekaarti (monosemantik)
dan bukan polysemantik
4. Berasio (logis)
5. Istilah yg digunakan berstandar umum
(dipakai scr luas)
6. Merefleksikan jiwa budaya bangsa
7. mengingat

Teurimong
Geunaseh

Anda mungkin juga menyukai