SEMARANG
paulus j.s.
PENGAMPU MATAKULIAH
1. P.J. SOEPRATIGNJA, S.H. (UNDIP), Sp.N. (UGM) - Pengajar F.H. UNIKA Instruktur Laboratorium Hukum. 2. YOVITA INDRAYATI, S.H. (UGM), M.Hum. (UGM) - Pengajar F.H. UNIKA Hukum Lingkungan; Hukum Perburuhan. - Mediator. 3. A. JOKO PURWOKO, S.H. (UNDIP), M.Hum. (UNPAR) - Pengajar F.H. UNIKA Hukum Perusahaan; Instruktur Laboratorium Hukum. - Kepala Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan UNIKA.
paulus j.s.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
2.
3. 4.
5.
Meningkatkan pemahaman atas bentuk-bentuk aturan hukum. Meningkatkan pemahaman atas aspek prosedural dan aspek substansial (meterial) dalam pembentukan aturan hukum. Meningkatkan pemahaman atas struktur, sifat dan jenis kaidah (norma) dalam aturan hukum. Meningkatkan kemampuan menganalisa dan melakukan formulasi kaidah (norma) dalam aturan hukum. Meningkatkan penguasaan atas teknik-teknik penyusunan berbagai naskah hukum.
paulus j.s. 3
SISTEM HUKUM DI INDONESIA Sangat rumit. Hukum yang berlaku : - Hukum Adat, - Hukum (peraturan perundang-undangan peninggalan Belanda (Hukum Barat/Eropa), - Hukum Islam - Hukum (peraturan perundang-undangan) yang dibuat setelah kemerdekaan.
paulus j.s. 4
paulus j.s.
Keanekaragaman sumber membawakan kesulitan-kesulitan : a. sistem hukum mana yang berlaku untuk suatu peristiwa atau keadaan konkrit tertentu; dan/atau b. peraturan hukum perundang-undangan mana yang berlaku untuk untuk peristiwa konkrit tertentu. aturan hukum dalam undang-undang; diimplementasikan dengan peraturan pemerintah; diterapkan dengan peraturan menteri; ditindaklanjuti lebih rinci dalam keputusan (bersama) menteri(-menteri); dan (kerapkali) terakhir sekali cukup dilaksanakan dengan surat (edaran) atau instruksi direktur (jenderal).
paulus j.s.
paulus j.s.
PEMBENTUKAN HUKUM
Dalam kehidupan masyarakat modern, pengertian hukum hampir identik dengan peraturan perundang-undangan.
Hukum timbul sebagai rancangan dari suatu situasi kehidupan faktual tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Hukum tidak merupakan suatu tujuan, melainkan sarana untuk mencapai suatu tujuan non-yuridikal yang diproyeksikan dari suatu situasi kehidupan faktual. bagaimana merumuskan peraturan hukum atau mengatur peristiwa atau perilaku manusia untuk waktu yang akan datang.
paulus j.s.
Pembentuk Hukum
A. Pembentuk hukum perundang-undangan
1. pemegang kekuasaan pembentukan undang-undang (legislatif). 2. pemegang kekuasaan pelaksana (eksekutif).
paulus j.s.
Hukum Perundang-undangan
I. Peraturan (vide Pasal 7 UU No. 12 Th. 2011) a. Undang-Undang Dasar (UUD) b. Ketetapan MPR c. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (UU / Perpu) d. Peraturan Pemerintah (PP) e. Peraturan Presiden (Perpres) f. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
II. Perturan yang ditetapkan oleh lembaga/organ negara selain yang dimaksud Pasal 7 (Pasal 8 UU. No. 12 Th. 2011) III. Keputusan (Beschikking) a. Keputusan Presiden b. Keputusan Gubernur c. Keputusan Bupati/Walikota
paulus j.s.
10
kontrak (perjanjian)
misal : - perjanjian kerja, - perjanjian pemborongan bangunan, - perjanjian kerja sama.
paulus j.s. 11
Sifat : regulatif (mengatur). Rumusan norma : umum-abstrak atau umum-konkrit Perumusan norma : lazim disusun dalam bentuk pasal-pasal (ayat-ayat).
Keputusan
: konstitutif (menetapkan) : individual-konkrit dan/atau individual-abstrak Perumusan norma : dalam bentuk diktum-diktum PERTAMA, KEDUA, KETIGA, dst.
paulus j.s.
12
2.
paulus j.s.
13
3.
4. 5.
paulus j.s.
14
TEKNIK PERUNDANG-UNDANGAN
Menempati posisi sentral dalam metodologi perancangan hukum Teknik perundang-undangan yang baik akan mampu mencegah berbagai masalah interpretasi, dan mendorong upaya pengembangan metode untuk memperbaiki kualitas perundang-undangan. Teknik perundang-undangan merupakan salah satu sarana untuk lewat kaidah-kaidah (norma-norma) yang ditetapkan secara terpusat untuk menguasai dan membawa masyarakat pada suatu arah atau tujuan tertentu.
paulus j.s. 15
Kaidah atau norma : suatu ukuran atau patokan bagi seseorang dalam bertindak atau bertingkahlaku dalam masyarakat. Aturan hukum merupakan konkretisasi kaidah atau norma hukum yang dinyatakan dalam bentuk rumusan pasal-pasal yang menyebabkan kaidah atau norma hukum itu dapat dikenali, dipahami dan diterapkan secara langsung untuk mengatur perilaku tertentu.
paulus j.s.
16
a. kaidah perintah
b. kaidah larangan
kewajiban untuk melakukan sesuatu kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu pengecualian atas perintah
4. Kaidah
5. Kaidah
pengecualian atas larangan (norma) kewenangan kewenangan untuk mengatur perilaku (norma) sanksi reaksi yuridis atas pelanggaran (norma) kualifikasi syarat untuk melakukan sesuatu atau sebaliknya (norma) peralihan penyesuai berhubung ada aturan baru
paulus j.s. 17
Menurut sifatnya, kaidah (norma) hukum dapat digolongkan dalam : 1. umum - abstrak 2. umum - konkrit 3. individual - abstrak 4. individual - konkrit Kombinasi pemakaian masing-masing sifat kaidah (norma) itu, umumnya tergantung pada : a. tingkatan peraturan hukum yang bersangkutan dalam atau sesuai dengan hirarki perundang-undangan, atau b. substansi ketentuan/aturan hukum dalam mana kaidah (norma) hukum itu dimuat.
paulus j.s.
18
Umum Abstrak
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha, wajib memelihara kelestarian, kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang.
paulus j.s.
19
Umum - Konkrit
Semua kegiatan usaha yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan RKL dan RPL oleh instansi yang berwenang.
paulus j.s.
20
Individual - Abstrak
Rumah Sakit ABC wajib menaati baku mutu limbah cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang ditetapkan.
paulus j.s.
21
Individual - Konkrit
Rumah Sakit ABC hanya diizinkan membuag limbah cair sesuai baku mutu sebagai berikut : BOD 150 mg/L, COD 350 mg/L, Padatan Tersuspensi Total 150 mg/L, dan pH 6-9.
paulus j.s.
22
PENDELEGASIAN
Pendelegasian peraturan
suatu aturan kadangkala tidak mengatur suatu hal secara tuntas (normanya bersifat abstrak), dan menyerahkan pengaturannya lebih lanjut kepada peraturan lain yang setingkat atau yang lebih rendah
Contoh : Pasal 10 (3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
paulus j.s.
23
Pendelegasian wewenang
Pejabat yang berwenang melimpahkan wewenangnya baik sebagian atau seluruhnya kepada pejabat di bawahnya. Contoh : Pejabat-pejabat sebagaimana disebut dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewnangnya kepada pejabat lain di lingkungan kekuasaannya.
paulus j.s.
24
paulus j.s.
25
Catatan
Keempat unsur dasar kaidah (norma) hukum tersebut bersifat konstitutif yang satu dengan yang lain saling terkait dan secara bersamaan akan menentukan isi dan wilayah penerapan/jangkauan berlakunya. Dalam praktek, susunan keempat unsur kaidah (norma) tersebut tidak harus berurutan, setapi (se)harus(nya) ada dan dapat diidentifikasi dalam setiap rumusan pasal/klausul/aturan yang memuat kaidah (norma) hukum yang bersangkutan.
paulus j.s.
26
Contoh-contoh
1. Pasal 28 UU Praktik Kedokteran. Setiap dokter atau dokter gigi yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi. Subyek kaidah : setiap dokter atau dokter gigi Kondisi kaidah : yang berpraktik Operator kaidah : wajib (kewajiban) Obyek kaidah : mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.
paulus j.s. 27
: : : :
setiap dokter atau dokter gigi melaksanakan praktik kedokteran wajib (kewajiban) menyimpan rahasia kedokteran
paulus j.s.
28
Teknik penyusunan peraturan perundangundanganmutatis mutandisberlaku pula sebagai teknik perancangan hukum di luar perundang-undangan, baik berupa : a. peraturan lembaga; b. keputusan eksekutif lembaga; dan c. kontrak (perjanjian)
paulus j.s. 29
SIMPULAN
Belum semua hukum yang dikonstruksi, dipandang dari sudut Ilmu Pembentukan Hukum, dibuat secara taat pada hirarki peraturan perundang-undangan. Banyak peraturan hukum konkrit yang perancangannya kurang memperhatikan teknik perundang-undangan yang baik, sehingga banyak menimbulkan berbagai interpretasi. Lingkup perancangan hukum (legal drafting) meliputi : a. legislatif drafting; b. institutional regulation drafting; dan c. contract drafting.
paulus j.s. 30
TUGAS
Lakukanlah analisis atas seluruh ketentuan hukum pada BAB V dari Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menurut jenis kaidah (norma).
paulus j.s.
31
TERIMA KASIH
selamat bekerja
paulus j.s.
32