Anda di halaman 1dari 19

ALASAN HAPUSNYA

KEWENANGAN MENUNTUT DAN


MENJALANKAN PIDANA
BAGAN/SKEMA ALASAN HAPUSNYA
KEWENANGAN MENUNTUT DAN
MENJALANKAN PIDANA
Tidak adanya pengaduan (delik aduan)
ALASAN Ne Bis in Idem
HAPUSNYA
Matinya Tersangka/Terdakwa
KEWENANGAN
Daluwarsa
MENUNTUT
Afkoop

ALASAN Matinya terpidana


HAPUSNYA
MENJALANKAN
PIDANA Daluwarsa
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
1. Tidak ada pengaduan pada delik aduan;
2. Ne bis in idem/ asas double jeopardy;
3. Matinya terdakwa;
4. Daluwarsa;
5. Telah adanya pembayaran denda maksimum kepada pejabat
tertentu untuk pelanggaran yang hanya diancam denda saja
(afkoop);

Alasan-alasan di atas berasal dari KUHP. Selain alasan-alasan di


atas, terdapat alasan hapusnya kewenangan menuntut di luar
KUHP, yaitu pemberian abolisi atau amnesti.
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
1. Tidak adanya pengaduan pada aduan:
 Diatur dalam pasal 72 -75 KUHP
 Pihak yang berhak mengadu :

Pasal 72 Pasal 73
ybs belum 16 th/belum cukup Ybs meninggal dunia, yang
umur/di bawah pengampuan, yang berhak mengadukan:
berhak mengadukan: - Orang tuanya
- Oleh walinya yg sah dalam - Anaknya, atau
perkara perdata, atau oleh : - Suami/istrinya (kecuali yang
- Wali pengawas/pengampu bersangkutan tidak
- Istrinya menghendaki).
- Keluarga sedarah garis lurus
- Keluarga sedarah garis
menyimpang sampai derajat ke-3
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
1. Tidak adanya pengaduan pada aduan:
Tenggang waktu pengaduan :

Pasal 74 Pasal 75
Pengajuan: Penarikan kembali:
- Bertempat tinggal di - 3 bulan sejak diajukan
Indonesia  6 bulan sejak
mengetahui adanya kejahatan
- Bertempat tinggal di luar
Indonesia  9 bulan sejak
mengetahui adanya kejahatan
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
Ketentuan pengaduan yang sifatnya khusus:
Delik Perzinahan (Pasal 284 KUHP):
 Yang berhak mengadu hanya suami atau istri yang
tercemar
 Penarikan kembali aduan bisa dilakukan sewaktu-
waktu, selama persidangan belum dimulai
Delik Melarikan wanita (Pasal 332 KUHP):
Yang berhak mengadu :
 Jika belum cukup umur, oleh wanita ybs, atau orang
yang harus memberi izin bila wanita itu kawin
 Jika sudah cukup umur, oleh wanita ybs, atau
suaminya.
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
2. Ne Bis in Idem :
 Diatur dalam Pasal 76 KUHP
 Artinya : tidak atau jangan dua kali yang sama
 Dalam sistem common law, dikenal sebagai asas double
jeopardy

Dasar pikiran asas ini :


 Untuk menjaga martabat pengadilan
 Untuk rasa kepastian bagi terdakwa yang telah mendapat
keputusan
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
2. Ne Bis in Idem :
Syarat Ne Bis in Idem:
a. Ada putusan hakim yang berkekuatan tetap
 Sudah tidak ada upaya hukum (biasa) lagi
 Tidak berlaku untuk penetapan
 Terhadap putusan yang menyangkut perkara pidana
b. Orangnya (pelaku) sama
c. Perbuatannya sama
 Berkaitan dg concursus (jika suatu perbuatan dipandang
sbg conc. Idealis maka ada ne bis. Sebaliknya, jika
dipandang sbg conc. Realis, tidak ada ne bis.)
 Berkaitan dg alternativitas dalam tuduhan (perbuatan,
tempus, atau locus dari perbuatan)
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
3. Matinya tersangka/terdakwa :
Dasar hukum: Pasal 77 KUHP
KUHP berpendirian bahwa yang dapat menjadi subjek
hukum hanyalah orang dan pertanggungjawaban bersifat
pribadi
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
4. Daluwarsa Penuntutan:
Tidak bisa dituntut apabila perbuatan telah lewat tenggang
waktu
Pasal 78 ayat (1) KUHP :
 Untuk semua pelanggaran dan kejahatan percetakan :
sesudah 1 tahun
 Untuk kejahatan yang diancam denda, kurungan atau
penjara maksimum 3 th : sesudah 6 th.
 Untuk kejahatan yang diancam pidana penjara lebih dari 3
th : sesudah 12 th
 Untuk kejahatan yang diancam pidana mati atau seumur
hidup : sesudah 18 th
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
4. Daluwarsa Penuntutan:
Pasal 78 Ayat (2) – Ketentuan daluwarsa bagi “anak” :
 Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umurnya belum
18 tahun, masing-masing tenggang waktu daluwarsa dikurangi
menjadi sepertiga
 Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak paling lama
1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi
orang dewasa (Pasal 81 ayat (2) UU SPPA)

Pasal 79 :
 Tenggang daluwarsa mulai diberlakukan pada hari sesudah
perbuatan dilakukan, kecuali dalam hal-hal tertentu
sebagaimana ditentukan Pasal 79 (lihat Pasal 79 KUHP)
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DALAM KUHP:
5. Afkoop (pembayaran denda damai):
 Afkoop : apabila denda dibayarkan, maka perkara tidak
dilanjutkan ke penuntutan
 Pasal 82 ayat (1) KUHP : Kewenangan menuntut pelanggaran
yang diancam dengan pidana denda saja menjadi hapus,
kalau dengan suka rela dibayar maksimum denda dan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan kalau penuntutan telah
dimulai, atas kuasa pejabat yang ditunjuk untuk itu oleh aturan-
aturan umum, dan dalam waktu yang ditetapkan olehnya.
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DI LUAR KUHP:
Amnesti dan Abolisi
 UU No. 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi 
 Amnesti: menghapuskan semua akibat hukum pidana
seseorang
 Abolisi: menghapuskan penuntutan
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN MENJALANKAN
PIDANA :
Dalam KUHP Di Luar KUHP
- Matinya Terpidana (Pasal 83) - Amnesti (UU DRT No. 11
- Daluwarsa Pemidanaan Tahun 1954)
(Pasal 84, 85) - Grasi (UU No. 22 Tahun
2002 Jo. UU No. 5 Tahun
2010)
Daluwarsa Menjalankan Pidana :
Tenggang waktu daluwarsa (Pasal 84 ayat (2)) :
 Semua pelanggaran : 2 tahun
 Kejahatan percetakan : 5 tahun
 Kejahatan lainnya : daluwarsa penuntutan ditambah
sepertiga
 Pidana mati : tidak ada daluwarsa

Pasal 85 ayat (1) :


Tenggang waktu daluwarsa dihitung mulai pada keesokan
harinya sesudah putusan hakim dapat dijalankan
Penundaan terhadap daluwarsa hak untuk mengeksekusi
pidana, dapat terjadi dalam dua hal :

 Selama perjalanan pidana ditunda menurut peraturan


perundang-undangan yang berlaku (misal dalam hal ada
grasi)
 Selama terpidana dirampas kemerdekaannya (ada dalam
tahanan), walaupun perampasan kemerdekaan itu berhubung
dengan pemidanaan lain.
Pencegahan terhadap daluwarsa, dapat terjadi dalam
2 hal (Pasal 85 ayat 2) :

 Jika terpidana melarikan diri selama menjalani pidana:


Maka tenggang daluwarsa baru, dihitung pada keesokan
harinya setelah melarikan diri
 Jika pelepasan bersyarat dicabut: Maka tenggang
daluwarsa baru, dihitung pada keesokan harinya setelah
pencabutan.
Grasi :
Dasar hukum: UU No. 22 Tahun 2002 tentang Grasi diubah
dengan UU No. 5 Tahun 2010
 Grasi tidak menghilangkan putusan hakim yang
bersangkutan, hanya pelaksanaannya dihapuskan atau
dikurangi/diringankan.
 Grasi dari Presiden, dapat berupa :
- Tidak mengeksekusi seluruhnya
- Hanya mengeksekusi sebagian saja, atau
- Jenis pidananya diganti.

Anda mungkin juga menyukai