Anda di halaman 1dari 137

HENIYATUN

HUKUM PERIKATAN
Perikatan  Verbintenis  verbinden
HUKUM PERIKATAN
Perikatan = perutangan = verbintenis
|
Prof. Sudewi

Buku III KUH Perdata tidak memberikan rumusan tentang Perikatan.


Dalam Pasal 1233 hanya memberikan mengenai sumber Perikatan.
“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan,
baik karena Undang-Undang”

Pengertian perikatan diberikan oleh doktrin.

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau


lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan
(vermogensrecht), di mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan
pihak yang lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.
By HENIYATUN
Anatomi Perikatan

Kewajiban Hak

Debitur Prestasi Kreditur

one way traffic


UNSUR PERIKATAN
1. Hubungan Hukum
Hukum  melekatkan “hak” pada satu pihak dan
melekatkan “kewajiban” pada pihak lain. Apabila
satu pihak melanggar hubungan tadi maka hukum
memaksakan supaya hubungan tsb dipenuhi.
Misal A perjan menjual sepeda kpd B  hub.hukum
Akibat dari janji itu A wajib menyerahkan sepeda kpd
B. Dan A berhak menuntut harga. B wajib serah harga
& berhak menuntut penyerahan sepeda.
Bila satu pihak tidak memenuhi kewajiban, maka
Hukum “memaksakan” agar kewajiban dipenuhi.
2. Kekayaan
Dulu yg menjadi kriteria ialah hub.hukum itu
dpt dinilai dg uang/ tidak. Jika hub.hukum itu
dpt dinilai dg uang  Perikatan
Sekarang sekalipun hub.hukum tdk dpt dinilai
dg uang tapi jika masy/ rasa keadilan
menghendaki agar hub. hukum itu diberi
akibat hukum maka hukum akan melekatkan
akibat hk pd hub. tadi sbg suatu perikatan.

3. Hub.hukum itu
Pihak yg berhak
atas prestasi 
Pihak yg wajib
memenuhi prestasi
Pihak- harus terjadi antara Pihak aktif   Pihak pasif  Subyek Perikatan
2 orang/lebih. Kreditur (yg Debitur (yg
pihak. berpiutang) berutang)
4. Prestasi (Obyek Perikatan)  Pasal 1234:

a. memberikan sesuatu
b. berbuat sesuatu
c. tidak berbuat sesuatu
SUMBER PERIKATAN (1233)

UU Perjanjian Putusan Moral


1313

1352 1353
UU+orang UU+Orang
Halal+PMH

Obligatio Civilis Obligatio Naturalis


Schuld mit haftung Schuld ohne haftung
Sumber-Sumber Perikatan

Perikatan
1233

Perjanjian Undang-Undang
1313 1352

UU & perb.manusia UU melulu


1353 104 , 625

Perb.yg.menurut.hk. Perb.yg.melawan hk.


1354 , 1359 1365
Perikatan yang timbul dari UU melulu  terjadi bukan karena
kehendak ke2belah pi/ tidak ada perjan.  terletak di luar
buku III, yaitu:
Psl.104  kewajiban alimentasi antara ortu & anak.
Psl.625  hk. tetangga, yaitu hak & kewajiban pemilik2
pekarangan yang berdampingan.

Perikatan yg timbul dari UU & perb.mans.yg mrt.hk.(1353) 


negotiorum gestio ialah:
Psl.1354  mengurus kepentingan orang lain secara
sukarela (zaakwaarneming)
Psl.1359  pembayaran yg tak terutang 

Perikatan yang timbul dari UU & perb.mans.yang melawan


hukum (1365)  factum illicitum.
Obligatio Naturalis  perikatan wajar/ perikatan
alamiah artinya perikatan yg tdk ada akibat
hukumnya.
Perikatan alamiah mrp hutang tanpa tanggung jawab
 schuld ohne haftung  suatu hutang yg tdk ada
akibat hukumnya.
Misal: Ditraktir makan.

Obligatio Civilis perikatan perdata, artinya


perikatan yg ada akibat hukumnya.
Merupakan suatu hutang yg ada tanggung
jawabnya/ kewajibannya (schuld mit haftung) 
suatu hutang disertai dg kewajiban/ tanggung jawab.
Misal: Jual-beli.
A B
Debitur Kreditur

Schuld Haftung

Schuld adalah hutang debitur kepada kreditur (piutang).


Haftung adalah harta kekayaan debitur yang dipertanggung jawabkan
bagi pelunasan utang debitur (1131).
Perjanjian – 1313
Perjanjian  persetujuan  overeenkomst  kata
benda
Kata kerja  overeenkomen

Pada tahun 1992, overeenkomst (1313)  “persetujuan”


oleh Prof.Subekti, diganti menjadi “perjanjian“

Perjanjian (1313): “suatu perjanjian adalah suatu


perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

1313  banyak mendapat kritikan  mengandung


kelemahan.
Vollmar: “pasal ini disatu pihak sangat kurang lengkap, tapi
dilain pihak terlalu luas”

Kurang lengkap  krn.hanya menyebutkan  mengikatkan diri


 hanya satu orang saja  perjan. sepihak  hibah
Shg.1313  tidak menggambarkan perjan. timbal balik

Terlalu luas  “perbuatan”  semua perbuatan 


zaakwarneming & onrechtmatigedaad
“perbuatan”  “perbuatan hukum”  akibat hukum

Vollmar: “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan hukum


dengan mana satu orang atau lebih saling mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Free Powerpoint Templates Page 13


Menurut.Prof.Sudikno, 1313  tidak jelas dan tidak
lengkap
“perbuatan”  satu perbuatan saja  padahal ada
perb.hukum & bukan perb.hukum.
Oki utk melengkapi 1313  + “perbuatan hukum”
Tidak sempurna  hanya sekedar mengikatkan diri 
tidak jelas tujuan dari perjanjian itu.

Sudikno:”perjan.itu adalah merupakan hubungan


hukum antara dua orang yang bersepakat untuk
menimbulkan akibat hukum”

“Hubungan hukum”  akibat hukum  hak &


kewajiban
 Dilanggar  sanksi
Subekti: ”perjan.adalah suatu peristiwa di mana seorang
berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”

Van Dunne  yang diartikan dengan perjan. adalah “suatu


hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”

Kata “peristiwa”  sesuatu yang tidak disengaja.


Perjanjian  sesuatu yang disengaja.

Opinion community  “perjan.adalah perbuatan hukum


berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan satu abikat
hukum”

Van Dunne & Sudikno  lebih lengkap  hubungan hukum


Anatomi Perjanjian
Debitur Kewajban Prestasi Hak Kreditur

Kreditur Hak Kewajiban Debitur


Prestasi 2

Two way traffic


Membayar

Penjual X Pembeli

Two way traffic

Levering

Teori klasik: perbuatan itu merupakan satu perbuatan hukum yang


bersisi dua/ een tweelijdige rechtshandeling  Perb.hukum adalah
di satu sisi disebut penawaran (aanbod), di sisi lain disebut
penerimaan (acceptatie)  yang merupakan perbuatan
pendahuluan sebelum terjadi perjanjian.
Penjual X Pembeli

Penawaran Rechtsverhouding Penerimaan

Satu perb.hukum Hub.hukum satu perb.hukum

Dlm perkembangannya para pakar melihat bahwa sebenarnya penawaran &


penerimaan itu mrp.suatu perb.hukum yang berdiri sendiri  dua perb.hukum yg
masing-masing bersisi satu  twee eenzijdige rechtshandeling: penawaran dan
penerimaan.  krn.kata sepakat itu terjadi antara dua orang yang saling
berhubungan untk menimbulkan akibat hukum.

Van Dunne: krn.dlm.perjan.itu terdapat dua perb.hukum yang masing-masing bersisi


satu maka u/ perjan. Tidak lagi dapat dikatakan suatu “perbuatan hukum”
melainkan suatu “hubungan hukum” (rechtsverhouding)
PEMBEDAAN JENIS PERJANJIAN 
VOLLMAR
1. Perjanjian Timbal balik; timbal balik tidak tidak
sempurna dan sepihak.
* Perjan. Timbal balik  perjanjian  kedua belah
pihak timbul kewajiban pokok; misal:
 jual beli : penjual harus menyerahkan barang
yang dijual, pembeli membayar hrg barang
 sewa menyewa: yg menyewakan wajib
memberikan kenikmatan dari
brg yg disewa; penyewa bayar
harga sewanya.
Prestasi kedua pihak : seimbang
* Perjan. Timbal balik tidak sempurna ( Perjan.
dua pihak secara kebetulan)  satu pihak
timbul prestasi pokok, sedang pihak lain ada
kemungkinan untuk kewajiban sesuatu tanpa
dapat dikatakan dengan pasti bahwa kedua
prestasi itu  seimbang.jadi = tdk seimbang
Mis: pemberian kuasa  penerima kuasa
wajib memenuhi sesuatu; ttp pemberi kuasa
thd penerima kuasa tdk ada kewajiban apa-2,
kecuali kalau penerima kuasa telah
mengeluarkan biaya, atau telah diperjanjikan
upah. Juga thd Perjanjian penitipan barang.
* Perjan. Sepihak  hanya satu pihak saja yang
mempunyai kewajiban pokok; mis: perjan.
pinjam pakai
2. Perjan dengan Cuma-Cuma atau dengan alas
hak yang membebani.
Pasal 1314 KUHPdt  lebih mengenai perjan
timbal balik, drpd perjan dg alas hak yang
membebani.
* Perjan dengan alas hak yang membebani
 perjan dimana prestasi dari pihak yang satu
selalu ada kontra prestasi dari pihak lain;
kedua prestasi itu  saling berhubungan.
• Perjan dengan Cuma –Cuma  perjan dimana
menurut hukum salah satu pihak saja yang menerima
keuntungan; contoh: hibah, pinjam pakai.
Perjan timbal balik selalu  perjan dg alas hak yg
membebani tetapi tidak sebaliknya; mis: perjan.
pinjam mengganti dengan bunga (Ps.1754,
Ps.1765 KUHPdt)
3. Perjan bernama dan tidak bernama
4. Perjan obligatoir dan perjan kebendaan
Perjan kebendaan  perjan unt menyerahkan
hak milik (hak eigendom)
Perjan obligatoir  perjan yg menimbulkan
Perjan obligatoir  perjan yg menimbulkan perikatan
yg meletakkan kewajiban kpd kedua belah pihak.
Pd perjan obligatoir adl mengikat unt meyerahkan
suatu benda, sedangkan pd perjan kebendaan adl
penyerahan benda serta hak miliknya kpd pihak lain.
5. Perjan. Konsensuil dan Riil
• Perjan konsensuli  perjan yang berdasar
kesepakatan / persesuaian kehendak
• Perjan riil  suatu perjan. yang terjadi tidak hanya
berdasar persesuaian kehendak saja, tetapi ada
penyerahan nyata; mis: penitipan barang (Ps 1694),
pinjam pakai (Ps 1740), pinjam mengganti (1754);
pinjam mengganti blm berlaku selama penyerahan
barang yg akan dipinjamkan belum terlaksana.
Perjanjian Bernama,
Perjanjian Tidak Bernama dan
Perjanjian Campuran
Perjan.bernama atau tidak bernama, terutama
apakah ia diatur dalam undang-2 atau tidak.
Tidak sekedar mempunyai nama atau tidak. Sebab
ada yang mempunyai nama tetapi tidak diatur dalam
UU. Mis. perjan. Sewa beli.
Dalam lalu lintas hukum tidak mungkin bahwa setiap
perjan.diatur dalam UU; UU cukup memberikan
pengaturan secara umum saja.
Perjan.Campuran  perjan.yg memp.sifat-2 yg terdpt
dlm beberapa perjan.bernama. Mis: pemilik hotel
yang menyewakan kamarnya.- jual beli- melak jasa.
Perjan.Campuran  Contractus Sui Generis, 
perjanjian khusus diterapkan secara analogis
Atau dapat diterapkan teori absorptie, yaitu
diperlakukan peraturan perjanjian yang paling
penting.
Tahun 1947 HR menganut teori kombinasi, atau
tiap-2 bagian perjanjian diterapkan ketentuan
UU yang berlaku untuk itu.
Tetapi kalau dalam hal ini tidak mungkin
dilakukan, kembali pada teori absorptie
Perjanjian yang mempunyai sifat khusus
1. Perjan.Liberatoir (kebalikan perjan.obligatoir),
yaitu perjan unt membebasakan suatu kewajiban
yang sudah ada; mis: pembebasan hutang (Ps
1436) atau pembaharuan hutang (Ps 1413
KUHPdt)
2. Perjan.Pembuktian dan Perjan.Penetapan
Pihak-2 dpt menentukan sendiri apa yg berlaku sbg
pembuktian dlm perjan itu.
Perjan.Penetapan  perjan unt menetapkan apa
yg menurut hukum akan berlaku antara para pihak
tanpa ada maksud unt menimbulkan hak-hak dan
kewajiban-2 yang baru
Sifat perjan.ini tidak obligatoir, tetapi deklaratif
dan tidak menimbulkan hal-hal baru, tetapi
menetapkan apa yang dianggap hubungan
yang terjadi antara para pihak.
Rutten  perjan.penetapan ini unt mengakhiri
sesuatu yang tidak pasti dalam hubungan
hukumnya dan unt mencegah ketidak pastian
itu.
Misal: perat.ganti rugi dalam asuransi;
dlm KUHPdt Pasal 1851 mengenai
dading.
Free Powerpoint Templates Page 27
3. Perjan.Untung-untungan  perjan.yang
spekulatif, salah satu pihak ada kewajiban yang
tetap dengan harapan adanya kemungkinan akan
menerima keuntungan. Mis: Ps 1774.
4. Perjan.Hukum Publik (Publiekrechtelijk) 
perjan. yang seluruhnya atau sebagian dikuasai
oleh hukum publik.
Penguasa dalam suatu perjan.dpt.bertindak
sebagai pihak, tetapi penguasa kadang-2 dalam
perjan.dapat bertindak sebagai penguasa, di sini
penguasa mengadakan perjan.memberikan ijin
unt. Exploitasi kpd.suatu perusahaan.
Berlakunya Perjanjian: Pasal 1315 s.d.
Pasal 1318 dan Pasal 1340 KUHPdt

Perjanjian berlaku bagi


Perjanjian berlaku bagi
para ahli waris dan
para pihak yang
mereka yang
membuat perjanjian.
memperoleh hak.

Perjanjian berlaku bagi


pihak ketiga.
Pasal 1315, Pasal 1340 KUHPerdata :
1. Perjanjian • perjanjian tidak dapat
hanya berlaku membawa kerugian atau
untuk para pihak keuntungan bagi pihak ketiga,
yang membuat kecuali yang diatur dalam
perjanjian pasal 1317 KUHPerdata.

• “meskipun demikian adalah diperbolehkan


untuk menanggung atau menjamin
seorang pihak ketiga”  yg maksud
Pasal 1316 sebetulnya adalah: “untuk menyuruh
pihak ke 3 tersebut menguatkan sesuatu
jika pihak ini menolak memenuhi
perikatannya”.
Jadi mrp.garansi  apb.orang membuat perikatan
yg demikian, berarti mengikat dia sendiri & tidak
orang lain  perjanjian ini berdiri sendiri.
Penjelasan lebih lanjut Pasal 1316  pembedaan
perjanjian garansi dan bortocht.
Bortocht  perjanjian yg tidak berdiri sendiri
(accessoir).
Perjajian garansi  perjanjian yang berdiri sendiri.
Bortocht  mengikatkan diri untuk pemenuhan
suatu perikatan.
Perjanjian garansi (menguatkan pihak ketiga) 
hanya berkewajiban mengganti kerugian.
2. Perjanjian berlaku bagi
para ahli waris dan mereka
yang memperoleh hak.

• hak-hak yang timbul dari


Pasal perjanjian dapat beralih
kepada ahli waris & mereka
1318 yang memperoleh hak.
Peralihan hak kepada ahli waris  peralihan
hak dengan alas hak yang umum.
Peralihan hak kepada mereka yang
memperoleh hak  dengan alas hak yang
khusus.
Dengan alas hak yang umum  keseluruhan
hak & kewajiban beralih kepada ahli waris.
Contoh: perkawinan menimbulkan harta
benda bersama
Peralihan hak dengan alas hak yang khusus 
satu atau beberapa hak dialihkan secara khusus.
Mis: pembeli terhadap barang yang dibelinya,
cessionaris, legitimaris, dsb.
Peralihan hak secara khusus itu terdapat peralihan
hak kwalitatif, yaitu hak yang terikat pada suatu
kwalitas tertentu atau eigenaar.
Hak kwalitatif dapat timbul karena UU, yaitu:
• Pasal 1576 – jual beli barang yang disewakan.
• Pasal 1400 – Subrogasi
• Pasal 613 – Cessie
• Pasal 1106, Pasal 1202 KUHPdt; dsb.
Apakah boleh mengadakan perjanjian yang
menimbulkan hak kwalitatif ?
Contoh: A  eigenaar dari sebuah rumah.
B  eigenaar dari sebidang tanah yang
letaknya di samping rumah A.
A mengadakan perjanjian dengan B, bahwa B
tidak akan mendirikan pabrik atau bangunan lain
di atas tanahnya.
Pertanyaan: Apakah eigenaar- eigenaar dari rumah
A yang telah dijual itu dapat memperoleh hak
yang sama seperti A terhadap B ?
Kalau memang telah diperjanjikan bahwa eigenaar
selanjutnya dari rumah tersebut akan memperoleh
hak yang sama dengan A, maka janji- janji seperti
itu telah diperbolehkan, dan dianggap sebagai
pengganti hak secara khusus.(HR 1 Mei 1914).
Tentang beralihnya kewajiban kwalitatif, apakah
juga diperbolehkan dengan perjanjian ?
Dulu hal itu diperbolehkan, ttp dlm Arrest HR 1905
sudah tidak diperbolehkan lagi.
Dalam praktek kewajiban kwalitatif ini dilakukan
dengan janji berantai (ketting- beding).
Kalau tanah itu dijual, maka kewajiban itu beralih
kepada pembeli dari tanah itu. Namun hal ini
dapat dilaksanakan selama eigenaar yang baru
itu dalam keadaan mampu, juga kalau terjadi
eksekusi, maka eigenaar baru tidak terikat
dengan janji itu.
3. Perjanjian berlaku bagi pihak ketiga – janji guna
pihak ketiga.
Pasal 1340 ayat (2) : Perjanjian 2 tidak dapat
membawa rugi kepada pihak 2 ketiga,& tidak
dapat mendapat manfaat selain yang diatur dalam
Pasal 1317
Free Powerpoint Templates Page 37
Pasal 1317 terdapat dua peristiwa untuk
berlakunya janji guna pihak ketiga:
1. Apabila suatu penetapan janji yang dibuat oleh
seorang untuk dirinya sendiri.  kata
“penetapan janji” (bedingen) diartikan
memperoleh hak bagi dirinya sendiri. Ex : A
menjual rumahnya kpd B, dengan janji bahwa B
akan melakukan beberapa prestasi untuk C.
2. Suatu pemberian yang dilakukan kepada
seorang lain. Ex : A menghadiahkan rumahnya
kepada B, dengan membebankan kepada B,
kewajiban untuk melakukan sesuatu prestasi.
Putusan HR 1926 : hak 2 yang timbul karena perjan
untuk diri sendiri dapat dimintakan kepada pihak
lawan, untuk melakukan prestasinya kpd pi 3.
Kapan timbul suatu hak bagi bagi pihak ketiga?
Hak itu timbul pada waktu pihak ketiga menyatakan,
bahwa ia menerima baik janji yang diadakan
baginya, sebab janji guna pihak ketiga adalah
sebagai suatu penawaran kepada pihak ketiga
dan janji guna pihak ketiga ini berlaku sejak saat
pihak ketiga menerima tawaran itu.
Kesimpulan:
* Asas : perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang
membuatnya, kecuali (Pasal 1317 KUHPerdata)
Perkecualiannya:
1. Derden beding (Pasal 1516 KUHPerdata) perjan.berlaku
bagi kepentingan pihak ketiga. perjan.terdiri dua pihak, akan
tetapi salah satu pihak dapat menguntungkan pihak ketiga.
2. Intervensi/bortog/penanggungan (1820 KUHPdt)  ada
3 pihak  pada dasarnya ada dua pihak, kemudian pihak ketiga
masuk sebagai penengah.

0 0

0
3. Derden werking  perjan.berlaku bagi pihak 3. (di
Indonesia tidak dikenal)
Ex. A mengadakan perjan.pemborongan dengan B
A dan B bersepakat, bahwa B akan membeli
bahan bangunan dari C.  terjadi hubungan antara
B dengan C; namun apabila C wanprestasi maka A
dapat menuntut C.
A B

C
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
Pasal 1320 KUH Perdata:

Sepakat Kecakapan
mereka yang untuk
mengikatkan membuat
diri; perikatan;

Suatu
Suatu hal
sebab
tertentu; yang halal
Kesepakatan
Kehendak dari pihak 2 harus bersesuaian satu sama
lain.
Perjanjian terjadi oleh adanya penawaran &
penerimaan yang saling berhubungan. Penawaran
& penerimaan dapat dilakukan dengan tegas atau
dengan diam-diam
Pernyataan Kehendak dengan diam- diam  dapat
dilakukan dengan tingkah laku atau kata- kata,
juga apabila hal ini tidak langsung bertujuan
sebagai pernyataan kehendak (kepercayaan yang
ditimbulkan) meskipun penawaran kebanyakan
ditujukan kepada orang tertentu atau kelompok
tertentu, bisa juga ditujukan kepada umum dan ini
disebut Penawaran umum.
Penawaran agar dapat berlaku menurut hukum
harus memuat semua unsur- unsur essensiil dari
perjanjian, kalau tidak hanya sebagai “undangan
untuk melakukan penawaran”. (mis.menawarkan
barang untuk dijual tanpa menyebutkan harga)
Sampai seberapa jauh si penawar itu terikat ? 
penawaran itu tidak dapat dicabut untuk waktu tertentu
sebelum pelaksanaannya; tetapi penawaran itu dapat
dicabut sampai saat terjadinya perjanjian, kecuali kalau
ditentukan lain.
Penawaran bebas (vrijbijvend aanbod)  antara
undangan untuk melakukan penawaran dan penawaran
yang dapat dicabut.
Arti Penawaran Bebas :
1. Penawaran yang dapat dicabut biasa.
2. Undangan untuk penawaran
3. Penawaran dengan hak unt masih dapat mencabut
setelah diterima.
Kapan saat perjanjian itu ditutup atau kapan saat
kesepakatan terjadi  Moment Acceptatie.
Beberapa pendapat:
1.Teori Pernyataan/ Uitingstheorie.
2. Teori Pengiriman/ Verzendtheorie.
3. Teori Pengetahuan/ Vernemingstheorie.
4. Teori Penerimaan/ Ontvangstheorie.
5. Teori Pengetahuan yang objektif/
Geobjectiveerde verneningstheorie.
6. Teori Kepercayaan/ Vertrouwenstheorie

Free Powerpoint Templates Page 46


Teori Pernyataan/ Uitingstheorie  kesepakatan terjadi
pada saat yang menerima tawaran menulis surat
atau telegram, telex, yang menyatakan bahwa ia
menerima tawaran itu.
Teori Pengiriman/ Verzendtheorie  kesepakat terjadi
pada saat surat atu telegram dikirim kepada yang
menawarkan bahwa tawarannya diterima.
Teori Pengetahuan/ Vernemingstheorie  kesepakatan
terjadi pada saat yang menawark mengetahui bahwa
tawarannya diterima.
Teori Penerimaan/ Ontvangstheori  kespaktan terjadi
pada saat yang menawarkan betul-betul mengetahui
dengan menerima jawaban bahwa tawarannya
diterima.

Teori Pengetahuan yang Objektif/ Geobjectiveerde


Vernemingstheorie  yang menawarkan secara
objektif mengetahui, yaitu menurut akal yang sehat
dapat menganggap bahwa yang menerima tawaran itu
telah mengetahui atau telah membaca surat dari yang
menawarkan.
Teori Kepercayaan/ Vertrouwenstheorie  kesptn terjadi
pada saat yang menerima tawaran itu percaya bahwa
tawarannya itu betul yang dimaksud.

Teori Kehendak/ Wilstheorie  tidak mungkin terjadi


kesepakatan karena apa yang dikehendaki kedua belah
pihak tidak bersesuaian.
Contoh: Teori Kepercayaan – Jerman tahun 1856. Firma
Oppenheim di Koln  mengirim telegram kepada
komisionernya (Weiler) di Frankurt, yang isinya: belikan =
kaufen sie, 1000 surat berharga dari Austria, tetapi
pengiriman telegram keliru menulis shg disampaikan ke
Weiler  jualah = verkaufen sie. Akibatnya Oppenheim
menderita kerugian & menolak membayar, karena tidak
merasa terjadi perjanjian.
Pengadilan memutuskan  Oppenheim harus membayar,
karena risiko untuk pengiriman telegram harus ditanggung
oleh Oppenheim dan Weiler percaya bahwa memang betul
demikian yang dimaksud dalam telegram itu.
Syarat Syarat
subyektif objektif

kesepakatan hal tertentu

sebab yang
kecakapan
halal
Cacat kehendak (wilsgebrek)

wilsgebrek

Kekhilafan/ Undue
Paksaan Penipuan
kesesatan Influence
persesuaian kehendakmempunyai
gambaran yang keliru

Orang – error
in persona
Kekhilafan/
kesesatan
Barang – error
in subtantia
UU hanya mengatur kekhilafan
mengenai:
1. Hakekat suatu benda
2. Dapat diketahui oleh pihak lain
3. Dapat dimaafkan (verschoonbaarheid)
4. Pada waktu membuat perjanjian sudah
ada
Kecakapan
• Tidak mampu membuat sendiri
perjanjian-perjanjian dengan akibat
Tidak cakap hukum yang lengkap
(onbekwaam) • Belum dewasa; di bawah kuratil
• 1329; 1330

Tidak • Orang itu cakap tetapi tidak dapat


melakukan perbuatan hukum
berwenang tertentu
(onbevoegd) • 1467-1470; 1601i; 1678; 1681

Free Powerpoint Templates Page 55


• Objek perjajian/ isi dari perjanjian 
prestasi yang harus dilakukan debitur
• Prestasi  harus tertentu  dapat
Hal ditentukan
objektif
menurut ukuran yang

tertentu • Objek perjanjian dapat mengenai


kebendaan yang akan ada di kemudian
hari  mutlak/ relatif  1334
• Kecuali warisan yang belum terbuka
Suatu sebab yang halal
1335; 1337

Bertentangan
Bertentangan
Dilarang oleh dengan
dengan
UU ketertiban
kesusilaan
umum
Ada dua macam Simulasi:
1. Simulasi Mutlak  dengan perjanjian pura-pura itu
hubungan hukum antara mereka tidak ada perubahan apa-
apa  mis. Perjanjian jual beli, tetapi tidak akan terjadi
perubahan hak milik atas barang.
2. Simulasi Relatif  dengan perjanjian pura-pura itu ada
terjadi hal lain  mis. Perjanjian jual beli tetapi yang
dimaksud perjanjian hibah.
 Di sini terjadi persesuaian antara kehendak dan
pernyataannya.
 tetapi perjanjian itu  dapat batal demi hukum  berdasar
Pasal 1337 KUHPerdata  suatu sebab yang terlarang.
 Pihak ketiga yang dirugikan  dapat membatalkan.
Asas-asas Perjanjian
1. Asas Konsensualisme  perjan.timbul sejak
tercapainya kata sepakat/ konsensus anatara para
pihak yang mengikatkan dirinya. Perjan.sah  jika
tercapai kata sepakat mengenai hal-hal pokok dan
tidak membutuhkan formalitas. Asas ini dengan tegas
disebutkan dalam Pasal 1320 & Pasal 1338
KUHPerdata. Asas ini berkaitan erat dengan asas
kebebasan mengadakan perjanjian
2. Asas Kebebasan Berkontrak sepakat mereka yang
mengikatkan diri  asas esensial dari hk perjan.
(Pasal 1320; Ps. 1338 ayat (1)KUHPdt)
3. Asas Pacta Sunt Servanda  asas kepastian hukum.
 berhub.dengan akibat perjanjian.  hakim/ pihak
ke 3 harus menghormati substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak, & tidak boleh intervensi. 
Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt
4. Asas Iktikad Baik/ Goede Trouw  Ps.1338 ayat (3)
KUHPdt.  para pihak harus melaksanakan substansi
perjanjian.
5. Asas Kepribadian (Personalitas)  asas yang
menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan
dan/ atau membuat kontrak hanya unt kepent
perseorangan (Ps. 1315; Ps. 1340)
Asas Iktikad Baik & Kepatutan.
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata:”Perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik”.
Dimasukannya iktikad baik dalam pelaksanaan
perjan. perjan.berdasar keadilan & kepatutan.
Ps.1339 KUHPerdata  perjan.tidak hanya mengikat
untk hal2 yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya,
tetapi juga unt sgl sesu/ yang menurut sifat
perjan.diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau UU.
 Asas iktikad baik dan kepatutan dapat merubah atau
melengkapi perjanjian  perjan.tidak hanya ditentukan
oleh para pihak, tetapi juga ditentukan oleh iktikad baik
dan kepatutan.
 Asas iktikad baik dan kepatutan dapat juga
mengesampingkan perjanjian  hal ini terjadi apabila
terjadi perubahan keadaan sesudah dibuatnya perjan.
pihak dalam perjan.tidak mau dirugikan  berlindung di
bawah “janji gugur secara diam-diam” = “clausula rebus
sie stantibus”  perjan.dianggap tetap berlaku selama
keadaan tidak berubah, & kalau terjadi perubahan
keadaan maka perjanjian akan gugur .
 Kebiasaan dan janji yang biasanya tetap
diadakan.
 Pasal 1339 KUHPerdata: kebiasaan sebagai suatu
hal yang harus diperhatikan menurut sifat
perjanjian itu.

 Pasal 1347 KUHPerdata: hal-hal yang menurut


kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap diam-
diam dimasukan dalam perjanjian.
 Perbedaan antara keduanya, yaitu: 
 Bedanya, yaitu:
1. Kebiasaan  tingkah laku  setelah dibuatnya
perjanjian telah biasa untuk terus diikuti.
2. Janji yang biasanya diadakan  suatu janji bahwa
orang dalam membuat perjanjian telah biasa
diadakan.

Kebiasaan atau janji yang biasanya tetap diadakan dapat


menyisihkan/ menyampingkan UU.
Unsur-unsur
Perjanjian

Esensialia Naturalia Acedentalia


Perjanjian Perjanjian Perjanjian
 Unsur Essensialia  unsur yang selalu harus ada
(mutlak) dalam suatu perjanjian. Ex.”sebab yang halal”
 unsur essensialia unt adanya perjan. Misal: jual beli
 harga & barang yang dispakati kedua belah pihak
harus ada.

Unsur Naturalia  unsur yg tanpa diperjanjikan secara


khusus dalam perjan. secara diam-diam telah
melekat dlm perjan. dianggap ada dlm perjan.
merupakan pembawaan yang melekat dlm perjan.
Misal: jual beli  kewajiban pokok penjual 
menjamin gangguan dr pi 3 & tdk cacat.
 Unsur Accidentalia  unsur dalam perjanjian yang
ditambahkan oleh para pihak, karena dalam UU
sendiri tidak mengatur hal tersebut. Contoh: jual beli
mobil, ditambah perlengkapan seperti misalnya
ditambah AC, tape, dsb.

Actio Pauliana  kreditur dalam menyita harta


benda debitur apabila debitur tidak memenuhi
kewajiban dalam suatu perjanjian (Ps.1131)  kred.
Dapat membatalkan perbuatan deb.yang merugikan
kred.(Ps.1341 KUHPerdata).
Pembedaan Perjanjian
1. Perjanjian Timbal Balik
2. Perjanjian Cuma-Cuma (1314)
3. Perjanjian Atas Beban
4. Perjanjian Bernama (Benoemd)
5. Perjanjian Tidak Bernama (Onbenoemde Overeenkomst)
6. Perjanjian Obligatoir
7. Perjanjian Kebendaan (Zakelijk)
8. Perjanjian Konsensual
9. Perjanjian Riil
10. Perjanjian Liberatoir
11. Perjanjian Pembuktian (Bewijsovereenkomst)
12. Perjanjian Untung-untungan
13. Perjanjian Publik
14. Perjanjian Campuran (Contractus Sui Generis)
PERIKATAN YANG LAHIR DARI UU
Pasal 1352 KUHPerdata  perikatan yang lahir dari
UU saja dan dari UU dan perbuatan manusia.
Perikatan yg timbul dari UU melulu  terjadi bukan
krn kehendak ke2belah pi / tdk ada perjan. 
terletak di luar buku III, yakni:
Pasal 104  kewajiban alimentasi antara ortu &
anak.
Pasal 625  hukum tetangga, yaitu hak &
kewajiban pemilik2 pekarangan yang
berdampingan.
Perikatan yang timbul dari UU & perbuatan manusia
yang menurut hukum (1353)  negotiorum gestio
ialah:
Pasal 1354  mengurus kepentingan orang lain
secara sukarela (zaakwaarneming).
Pasal 1359  pembayaran yg tak terutang 

Perikatan yang lahir dari UU ini asas kebebasan mengadakan


perjanjian tidak berlaku. Suatu perbuatan menjadi
perikatan, karena kehendak UU.
Perikatan yang lahir dari perjanjian, pembentuk UU
memberikan aturan- aturan yang umum.
Perikatan yang lahir dari UU  pembentuk UU tidak
memberikan aturan- aturan yang umum.
Perikatan yang lahir dari UU karena perbuatan
manusia yang menurut hukum (halal) 
 Mengurus kepentingan orang lain/
zaakwaarneming (Pasal 1354 KUHPerdata) 
orang yang mewakili urusan orang lain, disebut
gestor.
 orang yang kepentingannya diurus, disebut
dominus negotii.
a. Kewajiban gestor menyelesaikan urusan dominus
negotii (Pasal 1355 KUHPerdata).
b. Mengurus sebagai bapak rumah tangga yang baik
(Pasal 1356 KUHPerdata)
c. Kewajiban dominus negotii (Pasal 1357 KUHPerdata)
 ia diwajibkan mengerjakan segala sesuatu yang
termasuk urusan tersebut. Ia diwajibkan memikul
segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia
dikuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang
dinyatakan secara tegas.

Jika seseorang berbuat dalam kedudukannya sebagai


wakil / kurator, perbuatannya itu tidak termasuk di
dalam mewakili urusan orang lain (zaakwaarneming),
tetapi berdasarkan kewajiban yang ditentukan oleh
UU
Figur zaakwaarneming mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan pemberian kuasa
 Perjan.pemberian kuasa   Mewakili urusan orang
si penerima kuasa  lain, diharuskan seseorang
untuk dan atas nama itu berbuat dengan
pemberi kuasa “sukarela tanpa mendapat
menyelenggarakan suatu perintah untuk itu.
urusan (Psl.1792) Sukarela  kesediaan
 Disyaratkan adanya suatu menolong, tidak
perintah (last) didasarkan perhitungan
 Dapat diperjanjikan upah
uang, melainkan kepatutan.
(honorarium)  Wakil tidak mendapat
upah.
Mengurus kepentingan orang lain  demi UU
memikul kewajiban :
a. Gestor wajib menyelesaikan urusan yang
diwakilinya itu, wajib memberikan laporan, dan
pertanggungjawabannya.
berbuat mewakili urusan orang lain 
UUmenciptakan suatu perikatan:
* bagi gestor  kewajiban untuk meneruskan
urusan orang lain.
* bagi dominus  kewajiban untuk memberikan
ganti rugi dan memenuhi perikatan yang telah
dibuat gestor.
b. Bertindak sebagai bapak rumah tangga yang baik
(Pasal 1356 KUHPerdata), meskipun dalam
pengurusannya itu tidak berhasil baik, ia berkewajiban
mengadakn pertanggung jawaban.

Pasal 1358 KUHPerdata  tidak ada upah bagi yang


mewakili: “ pihak yang telah mewakili urusan orang
lain dengan tidak ada mendapat perintah. Tidak
berhak atas suatu upah”.

Ketentuan tersebut tidak mempengaruhi Pasal 1357


KUHPerdata.
PERIKATAN WAJAR
NATURLIJKE VERBINTENIS
Pasal 1359 ayat (2) KUHPerdata: “terhadap
perikatan-perikatan bebas, yang secara sukarela
telah dipenuhi, tidak dapat dilakukan pemenuhan
kembali”
Perikatan wajar  perikatan dimana kreditur tidak
mempunyai hak untuk menuntut pelaks. prestasi, walaupun
dengan bantuan hakim. Sebaliknya debitur tidak
mempunyai kewajiban hukum untuk memenuhi prestasi.
Debitur hanya mempunyai kewajiban moral untuk
memenuhinya. EX. Pembayaran bunga yang tidak
diperjanjikan (1766).
 Perikatan wajar  menurut ilmu pengetahuan
hukum perdata  perikatan yang pemenuhan
hutangnya tidak dapat digugat.
 Bedanya dengan perikatan perdata/ civiele
verbintenis  adanya hak menuntut (actie) dari
kreditur.
 Perikatan wajar  “schuld” ohne “haftung”.
 Kalau dalam perikatan wajar dilakukan pemenuhan
prestasi secara sukarela, maka tak dapat diminta
kembali oleh debitur ( 1359 ayat (2) KUHPerdata)
 Mengapa ?
 Istilah “sukarela” menunjukkan bahwa pemenuhan
prestasi yang dilakukan debitur adalah karena
“kewajiban moral” dan bukan karena “kewajiban
hukum”.
 Pemenuhan prestasi yang dilakukan karena
kewajiban moral, kemudian UU memberikan suatu
akibat bahwa pemenuhan itu tidak dapat dituntut
kembali berdasarkan pembayaran yang tidak
diwajibkan. Pembayaran itu, mengubah sifat.
Kewajiban moral menjadi kewajiban hukum.
 Prestasi yang secara sukarela dipenuhi itu bukan
merupakan hadiah, tetapi benar-benar memenuhi
kewajiban sebagai seorang debitur yang baik dan
juga bukan merupakan pembayaran yang tidak
terutang.
 Perikatan wajar mengandung unsur hukum yang
bersifat laten yang menjadi aktif dengan adanya
perbuatan dari debitur. Sekali diberikan sifat
hukum, maka tidak dapat ditarik kembali ke dalam
bidang moral. Perikatan wajar itu telah berubah
menjadi perikatan perdata saat pemenuhan
prestasi dilakukan.
 Pitlo  perikatan wajar itu bersifat “hibrydis”,
artinya salah satu unsur perikatan itu berada dalam
bidang hukum, dan yang lain berada dalam bidang
moral. Debiturlah yang menentukan, apakah ia
menempatkan perikatan itu dalam bidang moral
atau hukum.
 Jika perikatan itu ditempatkan dalam bidang moral
 hukum tidak akan mencampurinya.
 Tetapi sekali diletakkan di bidang hukum  tidak
dapat ditarik kembali ke bidang moral. Ex. Utang
judi (Pasal 1788), utang lampau waktu/ verjaard.
 Pendapat sempit  perikatan wajar  ada jika
hanya ditentukan oleh UU :
 Pasal 1766 : pembayaran bunga yang tidak
diperjanjikan.
 Pasal 1788: utang dalam perjuadian.
 Pasal 1967: daluwarsa.
Pendapat luas  perikatan wajar yang timbul
berdasar kesusilaan dan kepatutan (moraal dan
fatsoen). Ex: orang kaya ditolong orang miskin, tanpa
pertolongan orang miskin ini, orang kaya tsb.akan tenggelam
di sungai. Orang kaya tsb wajib memberikan hadiah uang
kepada orang miskin  hadiah ini  perikatan wajar
berdasar kesusilaan dan kepatutan.
 Pitlo  apakah kewajiban kesusilaan dan kepatutan
itu mendesak atau tidak tergantung keadaan
objektif dan bukan subyektif.
 Sifat perikatan wajar  rangkap  sebagian
menginjak lapangan kesusilaan dan kepatutan,
sedang sebgian yang lain menginjak lapangan
hukum.
Pembayaran yang tidak terutang
onverschuldigde betaling
Pasal 1359 ayat (1): “tiap-tiap pembayaran
memperkirakan adanya suatu utang; apa yang
telah dibayarnya dengan tidak diwajibkan,
dapat dituntut kembali.
Pembayaran dalam Pasal 1359 ayat (1) tersebut
adalah setiap pemenuhan prestasi, baik berupa
pembayaran utang uang yang tidak diwajibkan,
maupun penyerahan benda yang tidak
diwajibkan.
Untuk dapat menuntut kembali pembayaran yang
tidak diwajibkan itu, di samping keten.yg bersifat
umum (1359 (1), harus pula dibaca Pasal 1362,
ketentuan ini mengharuskan adanya faktor
“kekhilafan” di dalam perbuatan itu. jika seorang
khilaf mengira ada hutang, dan membayar hutang
itu, maka ia berhak menuntut kembali apa yang ia
bayarkan itu.
Siapa yang membayar sesuatu tanpa adanya hutang, ia
mempunyai hak untuk menuntut kembali apa yang
telah dibayarkan itu.
Unsur – unsur Pembayaran yang tidak terutang:
a. Orang yang menerima pembayaran karena khilaf
(Pasal 1360 KUHPerdata)
b. Hak kreditur untuk menggugat (Pasal 1361)
c. Itikad buruk dari penerima pembayaran (Pasal
1362)
d. Menerima pembayaran dengan itikad baik (Pasal
1363)
e. Kewajiban membayar beaya dan hak retensi (Pasal
1364)
 Dalam pembayaran yang tidak terutang  pihak
yang menerima pembayaran  diperkaya.
 Pihak yang membayar tanpa adanya hutang 
dirugikan.
 Jadi disebut memperkaya diri tanpa alasan atau
memperkaya orang lain secara tidak benar
(ongegronde vermegens vermeedering /
ongerechtvaardigde verrijking).
 Jika terjadi memperkaya diri tanpa alasan dapat
digugat unt mengembalikan apa yang diterima.
Putusan HR 4 Desember 1959, gugatan berdasar
pembayaran yang tidak terutang dapat dijadikan
asas unt gugatan berdasar memperkaya orang lain
tanpa alasan.
Pitlo  kedua gugatan itu terdapat hubungan yang
erat, sehingga pembayaran yang tidak terutang
dapat dipandang sebagai speciesnya dari genus
gugatan berdasar memperkaya tanpa alasan.
Mr.Brunner  terjadi pembarengan gugatan antara
pembayaran yang tidak terutang, dan memperkaya
tanpa alasan (samenloop van rechtsvordering)
Pasal 1361  orang yang membayarkan hutangnya
debitur,  dianggap pembayaran yang tidak
terutang, apabila ia khilaf melakukan pembayaran
tersebut,  maka dapat menuntut kembali apa
yang ia bayarkan.
Tetapi hak ini lenyap, apabila akibat pembayaran itu si
kreditur telah memusnahkan surat pengakuan
hutangnya.
Yang khilaf tadi berhak unt menuntut kembali apa yang
dibayarkan itu kepada debitur yang sesungguhnya (Psl.
1361 jo Psl. 1382)
Orang yang menerima sesuatu dengan iktikad buruk,
suatu pembayaran yang tidak adanya hutang harus
mengembalikan bunga dan hasil- hasilnya terhitung
sejak pembayaran itu, juga pengganti kerugian
berupa beaya, rugi dan bunga kalau benda itu
mengalami pengurangan. (Pasal 1362)
 Perikatan yang timbul dari UU & perbuatan
manusia yang melawan hukum (1365) 
factum illicitum.
Perbuatan Melawan Hukum
Pasal 1365 KUHPerdata
Syarat- syarat yang harus ada untuk menentukan
perbuatan melawan hukum:
1. Harus ada perbuatan  perbuatan positif dan
perbuatan negatif  berbuat atau tidak berbuat
2. Perbuatan itu harus melawan hukum
3. Ada kerugian
4. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan
melawan hukum itu dengan kerugian
5. Ada kesalahan (schuld)
Pengertian Onrechtmatigedaad:
Sempit:1. melanggar hak subyektif seseorang:
a. melanggar hak atas nama baik
b. melanggar hak milik
c. melanggar kehormatan
d. melanggar hak kebebasan
2. bertentangan dengan kewajiban hkm
si pelaku:
a.penggelapan; b. pencurian
c. penipuan; d. pengrusakan
Free Powerpoint Templates Page 93
Sempit  ajaran legisme  melanggar hak
subyektif seseorang & bertentangan dengan
kewajiban hukum si pelaku itu yg diatur dlm UU.
Jadi onrechtmatige (melanggar hukum) =
onwetmatige (melanggar UU).
Pandangan sempit mendapat banyak tentangan
 Molengraaf  yang dimaksud “perbuatan”,
dalam Pasal 1365 KUHPerdata, itu tidak hanya
meliputi perbuatan yang bertentangan dengan
UU, tetapi juga meliputi perbuatan yang
bertentangan dengan yang di luar UU, yaitu
kebiasaan, kepatutan, dan kesusilaan.
Sebelum tahun 1919  HR  berpegang pada
penafsiran sempit  banyak yang dirugikan.
• Arrest HR 6 Jan.1905  Arrest Mesin Jahit
Singer.
• Arrest HR 10 Juni 1910  Arrest Zutphense
Wader leideng/ Juffrow.

Pada tahun 1919  pengadilan menganut ajaran


luas  Arrest 31 Januari 1919  perkara Cohen
dan Lindenboum.

Free Powerpoint Templates Page 95


Arrest Lindenboum – Cohen
• Lindenboum menggugat Cohen  membayar
ganti rugi.
• PN Linden  menang  PN  ajaran luas.
• PT  membatalkan putusan PN  PT masih
menganut ajaran sempit  meskipun si
karyawan telah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku, namun tidak demikian dengan si
Cohen, krn UU tidak melarang unt
menimbulkan akibat yang tidak dibolehkan oleh
UU
• PT  ajaran sempit  perbuatan yang tidak
diatur dalam UU, meskipun bertentangan
dengan kesusilaan & kepatutan bukan
merupakan PMH.
• Jadi hanya yang tertulis dalam UU saja.
• Kasasi Hoge Raad (HR)  membatalkan
put.PT  HR  ajaran luas  Linden 
menang  PMH  termasuk yang
bertentangan dengan kesusilaan &
kepatutan, termasuk dalam lingkup hukum.

Free Powerpoint Templates Page 97


PMH – onrechtmatigedaad  “suatu prbuatan
atau kealpaan, yang bertentangan dengan hak
orang lain, atau bertentangan dengan
kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan
dengan kesusilaan maupun keharusan yang
harus diindahkan dalam pergaulan hidup
terhadap orang lain atau benda”  barang
siapa karena salahnya sebagai akibat dari
perbuatannya itu telah mengakibatkan
kerugian pada orang lain, berkewajiban
membayar ganti kerugian.
 PMH  ternyata diperluas lagi  yaitu pihak
yang dirugikan itu cukup membuktikan bahwa
kerugian itu akibat dari PMH dari si pelaku
(tergugat), tidak disyaratkan bahwa perbuatan
tersebut merupakan PMH terhadap dirinya
(orang yang dirugikan).
 G.Vitringa  mengadakan pembatasan; bahwa
ketentuan itu harus dibatasi agar pengertian
PMH tidak terlalu luas;  teori Relativitas –
Schutznorm theori – norma perlindungan.

Free Powerpoint Templates Page 99


• Schutznorm theori  seseorang yang
melakukan PMH, dan karenanya melanggar
suatu norma hanya wajib membayar ganti rugi
atas kerugian yang ditimbulkan apabila norma
yang dilanggar bertujuan melindungi
kepentingan orang yang dilanggar.
• Yang berhak mendapat ganti rugi hanya
mereka yang kepentingannya dilindungi oleh
norma yang dilanggar.

Free Powerpoint Templates Page 10


Luas:
1. Melanggar hak subyektif seseorang
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku
3. Bertentangan dengan kesusilaan
4. Bertentangan dengan kepatutan dalam
pergaulan masyarakat

Free Powerpoint Templates Page 10


Sebelum tahun 1919  menganut pandangan
sempit  onrechtmatige = onwetmatige.
Pada tahun 1919  pandangan luas  hukum =
UU dan hukum yang tidak tertulis : kesusilaan,
kepatutan yang terdapat di dalam lalu lintas masy
PMH  tidak hanya diartikan perbuatan yang
bertentangan dengan UU saja, tetapi berbuat
atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain
atau bertentangan dengan kewajiban orang yang
berbuat atau tidak berbuat, bertentangan dengan
kesusilaan maupun sifat berhati- hati
sebagaimana patutnya dalam lalu lintas masy.
Unsur kesalahan yang dimaksud dalam Pasal 1365
KUHPerdata  bahwa si pembuat pada
umumnya harus ada pertanggungjawabannya,
yaitu ia menginsyafi akibat dari perbuatannya
(toerekeningsvabaar).
Seorang anak kecil pada umumnya tidak
menginsyafi akibat dari perbuatannya, tidaklah
dapat dipertanggungjawabkan atas akibat- akibat
perbuatannya.
Ganti rugi dalam PMH  secara analogi dalam
wanprestasi + pemulihan kembali dalam keadaan
semula.
• Kesalahan  pengert kesalahan  pendapat
umum  telah diobjektifkan sedemikian rupa
hingga dipergunakan ukuran umum, yaitu
apakah manusia normal dalam keadaan
demikian perbuatannya dianggap salah atau
dapat dipertanggung jawabkan ?
• Vollmar :
1. Kesalahan dalam arti subyektif/ abstrak, yaitu
apk orang ybs umumnya dapat dipertanggung
jawabkan atas perbuatannya itu?  anak di
bawah umur, orang yang jiwanya tergganggu 
tidak dapat menyadari perbuatannya & tdk dpt
dipertanggung jawabkan perbuatannya.
2. Kesalahan dalam arti objektif atau konkrit, yaitu
apk ada keadaan memaksa (overmacht, force
majeur) atau keadaan darurat (noodtoestand) 
dalam hal ini orang itu dapat dipertanggung
jawabkan perbuatannya namun karena ada
keadaan memaksa maka tidak ada kesalahan.
• Orang dikatakan melakukan kesalahan diukur
secara objektif.
• Arrest HR 20-12-1957  kesalahan dalam arti
objektif.
• Arrest HR 9-12-1966  kesalahan dalam arti
subyektif.
Alasan menghapus PMH
* Alasan pembenar (alasan yang meniadakan sifat
melawan hukum/ menghapus sifat melawan hukumnya
perbuatan  Rechtvaardigingsgronden.
* Suatu perbuatan yang menurut kriterianya adalah
PMH tetapi karena terdapat keadaan yang meniadakan
sifat melawan hukum, maka perbuatan itu menjadi
perbuatan yang menurut hukum, yaitu:
1. Keadaan memaksa (overmacht)
2. Pembelaan terpaksa
3. Melaksanakan UU
4. Perintah atasan
I. Overmacht  perbuatan seseorang (PMH), perbuatan
itu tidak menjadi PMH, kalau perbuatan itu dilakukan
karena terdesak oleh perbuatan memaksa
Pasal 1245 KUHPerdata (wanprestasi)  debitur tidak
wajib mengganti kerugian apabila karena overmacht
terhalang memenuhi prestasi.
Mis: seseorang yang menyelamatkan diri/ orang lain 
Arrest HR 3 Mei 1934  kotamadia menolak
menyerahkan daging kepada pemiliknya karena
membahayakan kesehatan  bukan merupakan PMH.
Meiyers, Rutten: sebaiknya para penderita diberi ganti rugi
 dasarnya  kemanusiaan/ keadilan, bukan 1365
KUHPerdata.
II. Pembelaan terpaksa – Noodwer  jika
seseorang melakukan PMH dalam
keadaan membela diri maupun orang lain
atau membela kehormatan barang
terhadap serangan yang tiba2 yang
sifatnya melawan hukum hal itu tidak
dipidana (Pasal 49 ayat (1) KUHP)
EX: A ditodong dengan pisau oleh B; untuk
membela diri A mengambil kayu,
memukul/ mematahkan tangan B, agar
tidak jadi membunuh A; Perbuatan A
tersebut bukan merupakan PMH.
Free Powerpoint Templates Page 10
III. Melaksanakan UU  suatu perbuatan
merupakan PMH  PMH dilaksanakan untuk
melakukan ketentuan UU  perbuatan itu
menjadi hilang sifat PMH  perbuatan itu
menjadi perbuatan menurut hukum.
Mis:
polisi menahan seseorang
panitera yang melakukan sitaan
hakim yang menghukum seseorang
IV. Melaksakan Perintah Atasan  orang
yang melakukan PMH untuk melakukan
perintah atasan itu bukan merupakan
PMH.
Perintah atasan itu hanya berlaku sebagai
alasan pembenar bagi orang yang
melaksanakan perintah tersebut.
Kalau perintah itu adalah merupakan PMH,
maka atasan itu dapat dipersalahkan/
digugat.

Free Powerpoint Templates Page 11


Beda alasan Pembenar – Alasan Meniadakan Kesalahan
Alasan/ Dasar Pembenar: Alasan Meniadakan Kesalahan:
Meniadakan/ menghilangkan sifat Merupakan sesuatu yang berakibat
melawan hukum dari perbuatan tidak ada kesalahan pada si
yang merupakan PMH pelaku PMH, akan tetapi
Jadi merupakan sesuatu yang perbuatannya sendiri tetap
menghilangkan sifat melawan bersifat melawan hukum.
hukum Perbuatan orang yang cacat psychis,
orang gila  tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
 PMH  pada umumnya dasar menggugatnya
adalah Pasal 1365 KUHPerdata.
 Ada PMH yang diatur secara khusus mengenai
penggantian kerugian dan mengenai dasar
menggugatnya, yaitu:
1. Pembunuhan/ kematian – Pasal 1370
KUHPerdata
2. Melukai/ cacat – Pasal 1371 KUHPerdata
3. Penghinaan – Pasal 1372 KUHPerdata

Free Powerpoint Templates Page 11


A. Pembunuhan  kematian  kematian
mencakup kematian oleh perbuatan orang lain,
baik karena kesengajaan/ kurang hati-hati.
Pasal 1370 KHUPerdata  hanya orang tertentu
saja yang dapat menuntut ganti kerugian, yaitu:
1. suami/ isteri si korban
2. Anak2 si korban
3. Ortu si korban
Sepanjang dalam hidupnya mendapat pembiayaan/
nafkah dari si korban.
Pasal 1370 KUHPerdata  menentukan
batasan yang dapat dituntut dalam ganti rugi,
harus dinilai menurut:
Kedudukan
Kekayaan
Keadaan kedua belah pihak
 yang berhak menerima ganti rugi & yang
bertanggungjawab harus dipertimbangkan
kedudukan & kekayaan kedua belah pihak 
baik si pelaku maupun si korban.
• Ganti rugi itu tidak boleh diberikan lebih yang biasanya
diterima oleh si korban.
• Ganti rugi juga tidak boleh diberikan lebih tinggi,
walaupun yang diberikan itu orang yang lebih miskin &
yang memberikan lebih kaya.

B. Melukai/ Cacat  kerugian materiil  penggantian


kerugian selain berupa beaya pengobatan, juga berupa
penggantian kerugian sebagai akibat karena cacat & luka,
yaitu dalam hal ketidak mampuan bekerja sebagai akibat
luka/ cacatnya.
Apabila tidak sembuh  maka diperlukan penggantian
kerugian karena cacat.
 Kerugian Idiil  Arrest HR 21 Mei 1943  di
dalam menilai kerugian, juga harus
diperhatikan kerugian immateriil, yaitu
berupa tiada mendapat kegembiraan dalam
hidupnya, juga kesediaan karena mendapat
luka/ cacat.
 Harus dinilai kedudukan/ kemampuan kedua
belah pihak: Pasal 1371 KUHPerdata 
perkosaan, penculikan
C. Penghinaan  tuntutan ganti rugi karena
penghinaan, tujuannya:
 Mendapatkan ganti rugi
 Pemulihan kehormatan
 Pemulihan nama baik
Batasan tentang jumlah yang dapat dituntut
harus dinilai:
Berat ringannya penghinaan
Pangkat/ kedudukan
Kemampuan & keadaan kedua belah pihak
 Kerugian dalam PMH  materiil & immateriil.
 Kerugian materiil  harta kekayaan  kerugian
yang diderita & keuntungan yang tidak diterima.
 Gugatan pengganti kerugian karena PMH; dapat
berupa:
1. Uang (dapat dengan uang pemaksa)
2. Memulihkan dalam keadaan semula (dapat
dengan uang pemaksa)
3. Larangan untuk tidak mengulangi perbuatannya
lagi (dengan uang pemaksa)
4. Minta putusan hakim bahwa perbuatannya
adalah bersifat melawan hukum.
Gugatan berdasar Pasal 1365 KUHPerdata, dapat
berupa:
1. Gangguan – hinder  menimbulkan kerugian
immateriil, yaitu mengurangi kenikmatan atas
sesuatu.
2. Pengrusakan barang/ benda – zaaksbeshadiging
(menimbulkan kerugian materiil)
3. Penyalahgunaan hak - misbruik van recht,
abusdudroit ( orang menggunakan barang
miliknya sendiri tanpa kepentingan yang patut,
tujuannya untuk merugikan orang lain)
4. Hukum tetangga – burenrecht
1. Hinder  jika menimbulkan kerugian
bersifat materiil  pengrusakan benda.
Kalau pelangg itu sifatnya immateriil 
hinder/ gangguan.
Unsur – unsur Hinder:
a. Adanya perbuatan yang melawan hukum.
b. Perbuatan itu bersifat mengurangi/
menghilangkan kenikmatan.
Tuntutan Hinder – Pasal 1365 KUHPerdata
1. Arrest HR. 30 Januari 1914 (Krul Arrest)
2. Arrent HR. 31 Desember 1937.
 Arrest HR.30 Januari 1914
Krul (pengusaha roti) digugat Joosten, krn menimbulk
suara keras & getaran yang hebat.  gugatan itu
dikabulkan oleh pengadilan, karena dianggap
menimbulkan gangguan gangguan terhadap
penggunaan hak milik/ eigendom.
• Arrest HR. 31 Desember 1937
William menggugat para mahasiswa  menimbulkan
suara gaduh  gugatan dikabulkan.

“tidak setiap gangguan memberi alasan untuk digugat”


Ex: rumah berhimpitan  gangguan itu tidak cukup
kuat unt menjadi alasan unt digugat.
II. Pengrusakan Barang/ Benda.
Pitlo  ada 4 gol.pengrusakan benda:
1. Perbuatan yang onrechtmatige terhadap
keadaan hak milik yang normal
2. Perb.yang onrechtmatige terhadap keadaan
hak milik yang tidak normal
3. Perb.yang rechtmatige terhadap keadaan hak
milik yang normal
4. Perb.yang rechtmatige terhadap keadaan hak
milik yang tidak normal
Ad.1 ber-main2  memecahkan kaca jendela
tetangga.
Memecahkan  onrechtmatige
Memasang kaca jendela pada tempatnya 
normal
Ad.2  meletakan vas bunga di pinggir jendela
Anak bermain di halaman memecahkan vas
bunga tsb
Anak tsb tidak harus mengganti kerugian, krn
pemilik vas, meletakan barang berharga
sedemikian rupa dengan menciptakan risiko
yang tidak normal, maka ia sendiri yang harus
menanggung risiko tersebut.
Ad.3  rumahnya kebakaran  unt bisa keluar
harus memecahkan kaca jendela tetangga
perb.itu rechtmatige, karena dalam keadaan
darurat
Kaca jendela  normal
Perb.itu harus mengganti kerugian
Jika menolak mengganti kerugian  dapat
digugat melak PMH & dapat digugat mengganti
ongkos perbaikan
Ad.4  meletakan barang berharga yang tidak
pada tempatnya.  tanah yang labil (lab)
Pengerasan tanah unt membangun gedung.
menimbulkan getaran yang keras
Pemilik barang menyelamatkan barang dengan
beaya sendiri, karena meletakan hak miliknya
secara tidak normal
Pemilik gedung telah melakukan perb yang
menurut hukum
III. Penyalahgunaan Hak/ Misbruik van Recht/
Abusdudroit  menggunakan haknya sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan kerugian terhadap
hak- hak orang lain.  timbul di Perancis, kota
Colmar,  mendirikan cerobong asap palsu 
tujuan mengganggu pemandangan tetangga 
menggugat ke PN  Putusan PN  perbuatan
“penyalahgunaan hak”.
Arrest HR 1936  membangun menara air yang
tidak sebagaimana mestinya – tidak diberi pipa. 
tujuannya unt mengganggu pemandangan tetangga.
Kriteria agar perbuatan dikategorikan sbg misbruik
van recht/ penyalahgunaan hak:
a. Pendapat umum:
 Perbuatan itu harus tidak masuk akal – tidak ada
kepentingan yang layak unt itu.
 Peruatan itu dilakukan dengan maksud merugikan
orang lain.
b. Pendapat Pitlo  sekalipun perbuatan itu masuk
akal dan tidak dimaksudkan untuk merugikan
orang lain, tetapi apabila manfaat yang diperoleh
orang yang berbuat tersebut tidak seimbang
dengan kerugian orang yang diderita  m v reht.
IV. Hukum Tetangga – Burenrecht.
Aturan hukum tetangga  membatasi seseorang
unt menggunakan hak miliknya:
 adanya kewajiban unt menerima aliran air dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
(Pasal 626 KUHPerdata)
 mewajibkan orang memberi jalan kepada orang/
pemilik pekarangan yang terjepit  memberi/
mengganti kerugian yang seimbang. (667 KUHPdt)
 Pasal 665 KUHPdt  menanam pohon/ pagar
hidup  dilarang kecuali 20 (4 m) jengkal dari
batas; atau 5 jengkal (1 m) jika pagar hidup.
 Pasal 666 KUHPdt  menuntut memusnahkan
pohon & pagar hidup yang ditanam dengan jarak
lebih dekat (lih. 665 KUHPdt)
 menuntut memotong dahan yang melewati pagar
tetangga.

Hukum Tetangga  perikatan yang timbul dari UU


melulu; karena adanya perikatan maka prestasi dari
perikatan tersebut berupa hak dan kewajiban 
tidak perlu diperjanjikan UU sudah menentukan.
PMH yang dilakukan oleh Badan Hukum
Apakah badan hukum dapat dipertanggung jawabkan
 perbuatan hukum & PMH
1. “Tidak dapat”  alasannya  karena badan
hukum tidak dapat melakukan perbuatan hukum
& PMH, karena sifatnya fiktif/ tidak berwujud,
sehingga tidak dapat mempunyai kesalahan,
sehingga tidak dapat dipertanggung jawabkan.
2. “Dapat” melakukan perbuatan hukum & PMH 
alasannya  badan hukum di dalam melakukan
perbuatan hukum/ PMH diwakili/ dengan
perantaraan  yaitu wakil.
 Wakil  badan hukum
 Wakil  bisa berupa organ/ alat perlengkapan
atau dapat berupa bawahan/ buruh.
 Organ/ bawahan/ alat perlengkapan dalam
melakukan perbuatan hukum/ PMH seperti
tindakan badan hukum sendiri, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan  sehingga dapat
mengikat badan hukum itu sendiri.
Apakah semua perbuatan hukum/ PMH yang
dilakukan oleh si wakil itu pasti/ selalu
menjadi tanggungjawab badan hukum ?
“Tidak pasti”  ada batasannya, tergantung
dari kedudukan si wakil itu.
 Jika wakil itu kedudukannya sebagai “organ”,
maka perbuatan wakil itu mengikat BH. 
apabila perbuatannya dilakukan di dalam batas
lingkungan formal dari kewenangannya  hal
ini dilihat dalam AD.
 Kalau wakil sebagai bawahan/ buruh  jika
perbuatan dilakukan dalam tugas/ ditugaskan/
dipekerjakan (dasar tugas tercantum dalam
perjanjian pemberian kuasa/ secara lesan.

Wakil yang bertindak sebagai organ ciri2nya:


 Jika wakil fungsinya lebih bersifat mandiri, yaitu
cara melakukan tugas dan cara bertindak
sebagian besar diserahkan kepada mereka
sendiri (dalam batasan UU,AD, peraturan)

 Wakil bertindak sebagai bawahan  jika wakil
kedudukannya lebih rendah dari organ dan
harus bertindak menurut petunjuk nasehat
dari atasan.
 Kadang-kadang kedudukannya berbareng 
mis: Direksi sekaligus juga sebagai buruh,
karena dia mendapatkan gaji dari PT tsb.
Umumnya Direksi  organ.
 PMH – BH dapat diwakili oleh organ bukan
buruh/ bawahan  pertanggungjawaban BH
berdasar pada Pasal 1365 KUHPerdata.
 Wakil dapat berkedudukan sebagai organ &
buruh  pertanggungjawabannya bisa
berdasar Pasal 1365 dan Pasal 1367 KUHPerd
 PMH diwakili oleh buruh/ bawahan 
pertanggungjawaban BH berdasar Pasal 1367
KUHPdt.
Perbuatan si wakil di luar lingkungan formal/ di luar
tugas yang dipekerjakan, yaitu:
1. Apabila perbuatan itu bermanfaat
2. BH menguatkan perbuatan si wakil, tetapi jika BH
itu masih mau bertanggungjawab. mis: sebuah
PT  mempekerjakan orang  menjual senjata
api (legal)  di luar jam kerja menjual senjata
tersebut  pada saat demo  senjata api
meletus & mengenai orang hingga luka. saat itu
senjata terjual banyak. Perbuatan tsb  PMH, tapi
membawa manfaat bagi PT.  kerugian akibat
tembakan tadi ditanggung oleh PT.
Terima kasih
&
Selamat Belajar

Anda mungkin juga menyukai