Anda di halaman 1dari 8

Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pajak

Terhadap Rokok Tembakau

Disusun Oleh :

Erico Wildan Kurniawan 15.0201.0080


Cahya Yoga Aditama 16.0201.0024

Rizky Dwi Satrio 16.0201.0046


Pengertian Ekstensifikasi dan Intensifikasi
Pajak
• Pajak adalah Pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum bukan untuk
kepentingan pribadi.
• Ekstensifikasi Pajak adalah Ditujukan bagi wajib pajak baik orang pribadi
maupun badan yang telah memenuhi syarat untuk memiliki NPWP.
• Intensifikasi Pajak adalah Kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak
terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam
administrasi DJP (Direktorat Jendral Pajak), dari hasil pelaksanaan
Ekstensifikasi wajib pajak.
Pajak Rokok

• Pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh instansi pemerintah yang
berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok.
Pajak rokok yang dipungut oleh instansi pemerintah nantinya akan disetor ke
rekening kas umum provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah
penduduk.
Subjek Pajak Rokok

• Dalam UU Nomer 28 Tahun 2009 Pasal 27 dijelaskan bahwa :


a) Konsumen rokok.
b) Produsen dan importer rokokyang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai.
Dasar Pengenaan Pajak

• UU PDRD Nomer 28 Tahun 2009 Pasal 28. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa
dasar pengenaan pajak rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap rokok.
• Yang dimaksud dengan cukai adalah pungutan yang dikenakan terhadap rokok berupa sigaret,
cerutu, dan rokok daun sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang cukai. Pungutan
tersebut dapat berupa persentase dari harga dasar (advolariun) atau jumlah dalam rupiah untuk
setiap batang (spesifik) atau penggabungan dari keduanya.
• Adapun besar tarif cukai rokok, antara lain :
1. Tarif advolarium : 40% dari harga jual eceran (HJE)
2. Tarif cukai spesifik : Rp 200,-/batang.
3. Jika menggunakan penggabungan maka tarifnya : Rp 200,-/batang + 40% HJE.
Fungsi dan Tujuan Pajak Rokok
• a. Tujuan utama penerapan pajak rokok adalah untuk melindungi masyarakat terhadap
bahaya rokok. Penerapan pajak rokok sebesar 10% dari nilai cukai juga dimaksudkan untuk
memberikan optimalisasi pelayanan pemerintah daerah dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Selain itu pemda juga harus melakukan pengawasan terhadap rokok di daerah masing-masing
termasuk rokok ilegal. Dengan pajak rokok maka kewajiban pemerintah untuk
mengoptimalkan kesehatan masyarakat bisa menjadi lebih baik
• b. Fungsi pengenaan Cukai yaitu : i) melaksanakan fungsi untuk membatasi beredarnya
barang barang yang dianggap immoral atau tidak sehat jika di konsumsi masyarakat serta
melindungi lingkungan hidup seperti hasil tembakau, dan minuman mengandung Alkohol, ii)
pengenaan cukai yang berfungsi untuk barang-barang nonesensial atau atas konsumsi barang
mewah, iii) cukai dipergunakan sebagai suatu sarana untuk menciptakan tenaga kerja seperti
rokok sigaret kretek tangan, iv) cukai merupakan salah satu sumber penerimaan negara dalam
pembiayaan pembagunan demi keadilan dan keseimbangan.
Pemanfaatan Dana Pajak Rokok untuk
Pembangunan
• Penerimaan Pajak Rokok tertuang dalam UU Nomer 28 Tahun 2009 Pasal 31 yang menyatakan
bahwa, Penerimaan Pajak Rokok baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota,
dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan
masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.
• Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain pembangunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok
(smocking area), kegiatan pengenalan atau sosialisasi tentang bahaya rokok kepada masyarakat,
dan memasang iklan-iklan yang berkaitan tentang bahaya rokok.
• Penegakan hukum sesuai dengan kewenangan Pemerintah Daerah yang dapat bekerjasama dengan
pihak/instansi lain. Pihak/instansi tersebut, antara lain : pemberantasan peredaran rokok ilegal dan
penegakan aturan mengenai larangan merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kesimpulan
• Pajak rokok merupakan pajak yang dipungut oleh instansi pemerintah setelah pemungutan cukai
rokok. Sebenarnya pajak rokok dikategorikan sebagai pajak pemerinah daerah provinsi dan
dipungut sendiri oleh pemerintah provinsi. Namun, karena UU Nomor 28 Tahun 2009
mengamanatkan pemungutan pajak ini ke Bea Cukai, maka Ditjen Bea Cukailah yang akan
melakukan pemungutan pajak rokok tersebut. Setelah itu pajak rokok akan dialokasikan menjadi
pendapatan asli daerah provinsi. Kemudian pendapatan tersebut akan dibagi degan pemerintah
daerah kabupaten/kota sebesar 70% untuk kabupaten/kota dan 30% untuk provinsi.
• Dalam pajak, tentunya ada subjek dan objek yang akan dipungut pajaknya. Subjek pajak rokok
adalah konsumen rokok dan WP rokok adalah produsen rokok. Sedangkan objeknya adalah
konsumsi rokok tersebut.

Anda mungkin juga menyukai