Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

PENELITIAN
Pengaruh Kebijakan Cukai hasil tembakau terhadap Konsumsi Rokok dan
Penerimaan di Indonesia
Diajukan oleh:
Fawwaz Muhammad Zakli Pohan
NPM 4122220024
Kelas 7-01 Penerimaan
Absen 9
Bab 1
Pendahuluan
a. Latar belakang permasalahan
Penerimaan cukai di Indonesia pada tahun 2022 sebesar Rp 226,9 triliun atau
mencapai 103,1%.dari target yang telah ditetapkan pemerintah. Ada peningkatan dari
tahun sebelumnya pada tahun 2021 sebesar 29 triliun rupiah. Realisasi tersebut telah
melampau target yang telah ditetapkan dimana tertuang dalam Peraturan Presiden
(Perpres) 98/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun
2021 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2022. Mayoritas dari penerimaan cukai tersebut bersumber dari pemasukan cukai
hasil tembakau dimana jika ditulis dalam persentase sekitar 96%. Hal tersebut dapat
dikatakan suatu kemajuan dan menguntungkan bagi penerimaan negara, dimana dari
penerimaan tersebut akan menjadi dana bagi hasil untuk daerah. Total dana bagi hasil
cukai tembakau atau DBHCT pada 2023 ditetapkan sebesar Rp5,47 triliun. Hal itu
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan yang akan disalurkan ke provinsi hingga
kabupaten/kota. Sehingga dari dana tersebut daerah bisa menggunakannya untuk
kebutuhan daerah masing masing akibat dampak eksternalitas dari rokok. Lalu
penerimaan tersebut tentunya dapat mendanai banyak komponen belanja negara,
mulai dari belanja Pemerintah hingga Transfer Kedaerah dan Dana Desa.
Namun dari sisi lain, dampak negatif dari rokok merupakan salah satu alasan
utama mengapa dimunculkannya cukai untuk rokok atau secara undang undang
dijabarkan sebagai cukai hasil tembakau. Seperti yang kita ketahui Bersama, sangat
banyak dampak negatif yang sebabkan oleh rokok. Mulai dari dampak negatif
terhadap kesehatan pribadi sang perokok yang dapat menyebabkan banyak penyakit
komplikasi sepeti hipertensi dan serangan jantung, hingga Kesehatan orang lain yang
berada disekitarnya. Umumnya kita tahu bahwa perokok sendiri dibagi menjadi dua,
perokok aktif dan perokok pasif, perokok aktif adalah orang orang yang secara
langsung memakai atau mengkonsumsi rokok, Lalu ada perokok pasif, yaitu orang
orang yang berada di sekeliling perokok aktif yang sebenarnya tidak mendapatkan
manfaat atau kebaikan dari para perokok aktif, justru kebalikan yang akan diterima
oleh para perokok aktif, seperti menghirup asap rokoknya yang lebih membahayakan.
Menurut data dari BPS, jumlah perokok aktif yang ada di Indonesia selama tahun
2020 – 2022 berkisar diangka 28%, angka tersebut diambil berdasarkan jumlah
perokok pada kisaran umur 15 tahun keatas dari seluruh provinsi di Indonesia. Dimana
dari angka 28% tersebut, bisa dikatakan umumnya ada orang lain yang berada
disekitarnya dan merasakan dampak dari rokok tersebut. Saat menghirup asap yang
dikeluarkan dari rokok, para perokok pasif akan mendapatkan dampat yang cukup
serius, bahkan merasakan dampak yang lebih parah dibandingkan dengan para
perokok aktif, dikarenakan jumlah asap yang dihasilkan oleh perokok aktif lebih
banyak yang diterima oleh perokok pasif dibanding dengan yang diterima oleh
perokok aktif. Sering menghirup asap rokok, dapat meningkatkan risiko terkena
kanker paru-paru sebanyak 20-30%.
Padahal salah satu fungsi dari cukai tersebut dalah untuk membatasi jumlah
barang barang yang memiliki dampak negatif pada masyarakat. Namun apakah cukai
tersebut sudah benar benar memberikan pembatasan atas hal tersbut. Dari seluruh
penjabaran yang ada diatas, kami mencoba melihat sejauh apa dampak dari
penerapan kenaikan cukai rokok atau Hasil Tembakau atas konsumsi rokok di
Indonesia serta dampaknya terhadap penerimaan negara.
b. Rumusan Masalah
Apakah kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan Harga Jual Eceran Terendah memiliki
dampak terhadap jumlah perokok di Indonesia
Bagaimana dampak kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan kenaikan harga jual
eceran terendah terhadap penerimaan negara di indonesia
c. Tujuan dan Manfaat
Mengetahui dampak kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan Harga Jual Eceran
Terendah hasil tembakau terhadap jumlah perokok di Indonesia
Mengetahui dampak kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan kenaikan harga jual
eceran terendah terhadap penerimaan negara di indonesia

Bab 2
Pembahasan
a. Tinjauan Pustaka
Eksternalitas
Eksternalitas adalah biaya yang harus dikeluarkan atau manfaat tidak langsung
yang diberikan dari satu pihak akibat aktivitas ekonomi atau perbuatan mereka,
Eksternalitas sering disinggung ketika muncul dampak negatif dari suatu aktivitas
ekonomi.
Karateristik Cukai
Karakteristik barang yang dikenakan cukai diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang
Undang Cukai yaitu:
1. konsumsinya perlu dikendalikan
2. peredarannya perlu diawasi
3. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup
4. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan
keseimbangan.
Dari keempat poin karateristik cukai tersebut, rokok dapat dikategorikasn sebagi
barang yang berkaitan dengan seluruh poin tersebut, mulai dari konsumsi dari rokok
terebut yang harus dikendalikan oleh pemerintah, lalu dalam penjualan dan
peredarannya perlu diawasi sehingga tidak tejadi penyelewengan, pemakaian atau
konsumsi rokok sendiri yang memberikan dampak negative terhadapat lingkungan
sekitarnya. Lalu dari seluruh poin di atas akibat dari dampak dampak negative yang
diberikan, namun tidak tergolong sebagai barang terlarang, maka perlunya
pembebanan pungutan negara untuk meberikan keadilan bagi non pengguna atau
pengkonsumsi barang tersebut.
merupakan pungutan yang berbeda dari PPN dan PPnBM. Cukai dikenakan
terhadap barang kena cukai yang telah ditentukan objeknya, sedangkan PPN
dikenakan terhadap semua barang dan jasa. Serta untuk PPnBM dikenakan terhadap
barang yang bersifat mewah. Hal ini merupakan perbedaan utama antara cukai dan
PPN dan PPnBM. Untuk melindungi masyarakat merokok, pemerintah melakukan
implementasi tentang rokok. Beberapa egulasi tersebut diantaranya dengan
meningkatkan cukai rokok yang bertujuan untuk menurunkan konsumsi rokok.
b. Penelitian Terdahulu
Dalam pembahasan atas dampai penerapan kenaikan tarif cukai hasil tembakau
rokok ats penerimaan negara perpajakan, kami melakukan literature review atas
penelitian terdahulu yang memiliki relevansi terhadap tema yang dibahas. Adapun
beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai berikut
Berdasarakan penelitian dari salsabila dkk(2020) tingkat konsumsi dan
ketergantungan merokok masyarakat Indonsia sudah sangat memprihatinkan. Perlu
dilakukan intervensi dan penanganan yang masif dan komprehensif terutama pada
kelompok masyarakat dengan karakter seperti laki-laki, remaja, masyarakat
pedesaan, kalangan pekerja, dan kalanagan masyarakat berpenghasilan rendah.
Selain itu hasil penelitian dariwandita (2019), penelitan yang dilakukan di Provinsi
lampung menyimpulkan yaitu kenaikan cukai rokok pada Tahun tahun belakangan
tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah konsumsi rokok. Meskipun ada kenaikan
namun persentase konsumsi untuk rokok masih disekitaran angka 5-6 persen tiap
tahunnya dengan angka yang berfluktuatif.

Penelitian lain dari Sarosa dan Purwanti (2019) yang dilakukan atau lokusnya di
kota Semarang, menunjukkan bahwa kenaikan tarif cukai rokok menyebabkan
kenaikan harga rokok. dan adanya kenaikan harga rokok mempengaruhi jumlah
konsumsi rokok di masyarakat semarang. lalu yang mempengaruhi variabel jumlah
konsumsi rokok secara signifikan adalah variabel umur, frekuensi merokok, lama
merokok. Lalu yang tidak mempengaruhi variabel jumlah konsumsi rokok adalah
harga rokok, pendapatan dan alasan merokok.

Tema penelitian terkait Dampak Kebijakan Cukai Rokok Terhadap Distribusi


Surplus Ekonomi Industri Rokok Di Indonesia oleh Suprihanti..dkk(2019).
Diterapkannya kenaikan tarif cukai hasil tembakau menambah penerimaan negara
namun berdampak negatif pada total surplus ekonomi (total surplus produsen dan
surplus konsumen). Kenaikan tarif cukai hasil tembakau berdampak pada
menurunnya surplus produsen rokok.

Dari manca negara terdapat Penelitian yang dilakukan di Vietnam oleh Nguyen et
al(2020). dalam Menerapkan kebijakan dengan pajak atas tembakau akan
mempengaruhi penurunan populasi merokok dan memiliki implikasi positif bagi
ekonomi di Vietnam, ditunjukkan dengan kenaikan pajak tembakau sebesar 20
persen yang akan meningkatkan output nasional/ Produk Domestik Bruto sebesar
0,09%.
c. Analisis dan Hasil Pembahasan
Penelitan ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif untuk melihat
hubungan antara penerapan kenaikan tarif cukai serta kenaikan harga eceran
terendah di dua tahun yaitu tahun 2020 dan 2021, terhadap penurunan jumlah
perokok dari tahun 2021 dan 2022 penerimaan cukai hasil tembakau tahun 2021.
Berdasarkan data dari 34 provinsi diindonesia, dengan melihat dari persentase
perokok berdasarkan provinsi dan persentase perokok berdasarkan lapisan
penghasilannya.
Tarif cukai sendiri untuk tahun 2020 hingga tahun 2022 mengalami pengkatan
yang cukup tinggi, untuk jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) saja, mengalami
setidaknya peningkatan cukai Rp100 perbatang rokoknya, untuk jenis lain seperti
Sigaret Putih Mesin(SPM) hingga Sigaret Putif Tangan Filter(SPTF) juga mengalami
kenaikan selama tahun 2021 -2022, hanya beberapa jenis yang tidak naik yaitu
Termbakau Iris(TIS) hingga Cerutu(CRT), dimana dari keempat jenis hasil tembakau
tersebut, jumlah konsumsinya tergolong sedikit jika dibandingkan dengan hasil
tembakau jenis Sigaret.
Tabel 2.1
Tarif Cukai Hasil tembakau dan HJE
jenis hasil Harga Jual Eceran Tarif Hasil Tembakau (Perbatang)
Tembakau Terendah(Perbatang)
2020 2021 2022 2020 2021 2022
SKM Rp1,700 Rp1,700 Rp1,905 Rp740 Rp865 Rp985
SPM Rp1,790 Rp1,790 Rp2,005 Rp790 Rp935 Rp1,065
SKT atau Rp1,461 Rp1,461 Rp1,636 Rp425 Rp425 Rp440
SPT
SKTF atau Rp1,700 Rp1,700 Rp1,905 Rp740 Rp865 Rp985
SPTF
TIS Rp276 Rp276 Rp276 Rp30 Rp30 Rp30
KLB Rp290 Rp290 Rp290 Rp30 Rp30 Rp30
KLM Rp200 Rp200 Rp200 Rp25 Rp25 Rp25
CRT Rp198,001 Rp198,001 Rp198,001 Rp110,000 Rp110,000 Rp110,000

Tabel 2.2
Persentase perokok per provinsi
Persentase Merokok Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun Menurut
Provinsi (Persen)
Provinsi 2019 2020 2021 2022
Aceh 28.7 28.06 28.30 27.58
Sumatera Utara 27.46 27.28 27.24 25.32
Sumatera Barat 30.75 30.08 30.50 30.27
Riau 29.04 28.06 28.34 26.86
Jambi 28.54 28.01 27.47 28.62
Sumatera Selatan 30.91 30.56 30.65 30.49
Bengkulu 33.14 32.31 33.17 32.16
Lampung 34.39 33.43 34.07 33.81
Kep. Bangka Belitung 29.18 28.23 28.16 26.84
Kep. Riau 27.59 26.16 26.17 23.08
Dki Jakarta 26.04 25.75 24.44 21.25
Jawa Barat 32.97 32.55 32.68 32.07
Jawa Tengah 27.4 27.70 28.24 28.72
Di Yogyakarta 22.87 22.64 24.54 23.97
Jawa Timur 27.93 27.78 28.53 28.51
Banten 31.69 31.58 31.76 31.21
Bali 20.96 20.50 19.58 17.91
Nusa Tenggara Barat 30.49 30.58 32.71 33.20
Nusa Tenggara Timur 27.33 26.14 27.22 26.76
Kalimantan Barat 28.5 27.49 27.93 26.64
Kalimantan Tengah 29.84 28.89 29.33 26.54
Kalimantan Selatan 23.95 23.83 24.51 21.89
Kalimantan Timur 24.52 24.42 23.37 22.21
Kalimantan Utara 27.63 25.66 27.46 24.23
Sulawesi Utara 28.41 27.95 27.87 25.29
Sulawesi Tengah 31.64 30.64 29.77 29.04
Sulawesi Selatan 25.59 24.89 24.91 23.76
Sulawesi Tenggara 26.8 25.77 25.85 23.35
Gorontalo 32.37 30.30 30.50 30.38
Sulawesi Barat 27.06 26.85 27.17 25.36
Maluku 27.09 26.18 27.90 26.80
Maluku Utara 31.18 29.83 29.84 28.82
Papua Barat 28.67 25.80 27.07 24.80
Papua 26.05 26.97 24.91 22.22
Indonesia 29.03 28.69 28.96 28.26

Dari tabel diatas dan melihat dari tren atas konsumsi rokok secara keseluruhan di
34 provinsi diindonesia selama tahun 2019 - 2022, terlihat tidak ada perubahan yang
signifikan untuk persentase perokok. Jumlah perokok aktif dengan persentase
tertinggi ada di provinsi lampung dengan 34.39 % ditahun 2019, dilihat perkembangan
selama 4 tahun, tidak adanya perubahan signifikan, hanya terjadi fluktuasi kecil
selama 4 tahun yang ditutup pada tahun 2022 sebesar 33.81%, begitu juga provinsi
dengan persentase jumlah perokok aktif yaitu kalimantar selatan, dengan persentase
23.95 % hingga tahun 2022 hanya mengalami sedikit penurunan menjadi 21.89 %.
Tabel 2.3
Persentase Perokok berdasarkan lapisan penghasilan
Kelompok Persentase Merokok Pada
Pengeluaran Penduduk Umur ≥ 15 Tahun
Menurut Kelompok Pengeluaran
(Persen)
2019 2022 2021 2020
Kuintil 1 27.27 27.27 27.25 27.09
Kuintil 2 30.2 29.29 29.98 29.84
Kuintil 3 30.67 29.98 30.44 30.3
Kuintil 4 30.67 29.58 30.55 30.27
Kuintil 5 26.44 25.34 26.68 26.08

Bergeser pada persentase perokok berdasarkan lapisan penhasilan, hal yang


sama seperti pembagian berdasrkan provinsi juga terjadi disini, dimana disemua
lapisan pengeluaran masyarakat Indonesia, tidak adanya perubahan yang berarti
selama kurun waktu 4 tahun dimana di lapisan pengeluaran masyarakat kuintil 1, pada
tahun 2019 sebesar 27,27 % hanya turun tipis menjadi 27,09% ditahun 2022, untuk
kuintil 5 juga didapati data yang sama, yaitu dimulai tahun 2019 dengan persentase
26,44 % dan diakhiri pada tahun 2022 dengan persentase 26,08%
Jika dihubungakan pada masa itu seperti yang kita ketahui Bersama, pada tahun
2020 – 2022 terjadi pandemi Covid 19 yang menyebabkan dunia dalam keadaan yang
cukup memprihatinkan, banyak sektor - sektor yang mengalami penurunan atau
masalah yang berat. Salah satu yang mengalami dampak yang cukup parah yaitu
sektor ekonomi, khususny terkait penghasilan atau upah bagi para karyawan akibat
beberapa kebijakan pada saat itu yang membatasi ruang gerak dan aktifitas sehari
hari. Para pekerja diarahkan untuk bekerja melalui rumah, perusahaan cukup sulit
mempertahankan kekuatan bisnis mereka selama pandemic, sehingga banyak dari
perusahaan perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam
skala kecil Maupun besar pada para pegawainya, sampai pada penutupan pabrik dan
pembubaran usaha.
Lalu bagi para pedagang atau Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah juga
mengalami hal yang sama, mereka kesulitan untuk mempertahakan pendapatan
mereka selama masa pandemi ini. Dari keseluruhan faktor faktor yang terjadi, dalam
hal ini permasalahannya adalah penghasilan yang diterima masyarakat Indonedia
secara menyeluruh tidak menentu atau bahkan mengecil hingga tidak sama sekali.
Namun dari hal tersebut, jumlah perokok dari tahun 2019 -2022 tidak mengalami
penurunan yang signifikan.
Penerapatan kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang harusnya menjadi salah
satu dari pigovian tax, yaitu pajak yang dibayarkan atas dampak eksternalitas, tidak
menjadikan para perokok merasa terbebani untuk mengkonsumsi rokok dimasa yang
akan datang, efek eksternalitas atas rokok yang coba ditangkal melalui kenaikan tarif
cukai hasil tembakau terlihat kurang berhasil.
Tabel 2.4
Realisasi Penerimaan Negara 2020 -2022
Sumber Penerimaan - Realisasi Pendapatan Negara (Milyar Rupiah)
Keuangan 2020 2021 2022
I. Penerimaan Rp1,628,951 Rp2,006,334 Rp2,435,867
Penerimaan Perpajakan Rp1,285,136 Rp1,547,841 Rp1,924,938
Pajak Dalam Negeri Rp1,248,415 Rp1,474,146 Rp1,832,328
Pajak Penghasilan Rp594,033 Rp696,677 Rp895,101
PPN dan PPnBM Rp450,328 Rp551,901 Rp680,741
Pajak Bumi dan Rp20,954 Rp18,925 Rp20,904
Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Rp0 Rp0 Rp0
Tanah dan Bangunan
Cukai Rp176,309 Rp195,518 Rp224,200
Pajak Lainnya Rp6,791 Rp11,126 Rp11,381
Pajak Perdagangan Rp36,721 Rp73,695 Rp92,610
Internasional
Bea Masuk Rp32,444 Rp39,123 Rp43,700
Pajak Ekspor Rp4,278 Rp34,573 Rp48,910
Penerimaan Bukan Pajak Rp343,814 Rp458,493 Rp510,930
Penerimaan Sumber Daya Rp97,225 Rp149,489 Rp218,493
Alam
Pendapatan dari Rp66,081 Rp30,497 Rp40,405
Kekayaan Negara yang
Dipisahkan
Penerimaan Bukan Pajak Rp111,200 Rp152,504 Rp149,013
Lainnya
Pendapatan Badan Rp69,308 Rp126,003 Rp103,018
Layanan Umum
II. Hibah Rp18,833 Rp5,013 Rp1,011
Jumlah Rp1,647,783 Rp2,011,347 Rp2,436,878

Dari tabel Penerimaan Negara, dapat kita lihat sejak tahun 2020 hingga tahun
2022, penerimaan perpajakan dari sektor cukai selalu meningkat cukup drastis, dan
penerimaan cukai sendiri didominasi oleh cukai hasil tembakau yang berada dikisar
angka 95%, hal ini jelas terjadi akibat tidak atau kurang berpengaruhnya penerapan
kenaikan tarif cukai hasil tembakau terhadap jumlah konsumsi rokok itu sendiri. Yang
implikasinya menjadikan penerimaan negara dari cukai terus meningkat.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pada masa tersebut, sedang terjadi
pandemic yang cukup parah yang berdampak pada ekonomi Indonesia. Dan melihat
dari tabel perokok berdasarkan lapisan pengeluaran rutin masyarakat Indonesia
sendiri, tidak ada pengurangan konsumsi rokok. namun kondisi tersebut tidak
mengurangi konsumsi rokok oleh masyarakat. Hal tersebut juga bisa menjadi konsern
pemerintah, apakah rokok sendiri sudah mencapai tingkat candu yang sangat parah
sehingga kondisi ekonomi yang sedang buruk sekalipun, masyarakat enggan untuk
meninggalkan rokok itu sendiri, meskipun kenaikan penerimaan cukai rokok sendiri
juga bermanfaat bagi negara.

Bab 3
Penutup
a. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ada dari tahun 2020 hingga 2022, jumlah perokok tidak
mengalami penurunan signifikan, hanya terjadi sedikit fluktuasi saja. Dapat
disimpulkan bahwa kenaikan berkala atas tarif cukai hasil tembakau dan kenaikan
harga jual eceran terendah tidak memberikan efek bagi para perokok, jika
dihubungkan dengan pembagian perokok berdasarkan lapisan penghasilan pun,
umumnya tidak banyak perubahan didalamnya. Dapat diartikan kenaikan tarif cukai
dan kenaika HJE terendah tidak berdampak pada konsumsi rokok di indonesia
Disisi lain, akibat dari jumlah perokok yang tidak mengalami perubahan, namun
tarif cukai yang terus meningkat setiap tahunnya, meningkatkan pendapatan negara
dari sektor cukai yang cukup tinggi selama 2 tahun yaitu tahun 2021 dan 2022, dimana
artinya kenaikan terif cukai berpengaruh signifikian terhadap kenaikan penerimaan
negara.
b. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya, bisa ditambahkan variabel kategori umur untuk
perokok untuk mengetahui lapisan para perokok di Indonesia, sehingga pemerintah
dapat mengetahui lapisan lapisan perokok berdasarkan rentang umur.
Saran untuk pengembangan aturan terkait konsumsi rokok, Dimana hal ini
harus menjadi konsern pemerintah untuk dapat menemukan alternatif kebijakan lain
selain menaikkan cukai rokok berkala untuk dapat menekan jumlah perokok di
Indonesia. Kerjasama antar kementerian menjadi salah satu pilihan yang baik,
sebagai contoh bekerja sama dengan kementerian Kesehatan dan kementerian
perdagangan dimana masing masing mengatur terkait regulasi yag akan berdampak
positif pada Kesehatan masyarakat juga berdampak positif bagi para pengusaha
rokok.

Daftar Pustaka
Nguyen, H. T. T., Giang, L. T., & Pham, T. N. (2020). Impacts of higher tobacco tax
on output and employment in Vietnam. Journal of Economics and
Development, 22(1), 167–182. https://doi.org/10.1108/jed-11-2019-0058
Sagitha, C., Evi, S., & Purwanti, Y. (2019). Pengaruh Kenaikan Harga Rokok,
Pendapatan Dan Karakteristik Perokok Terhadap Konsumsi Rokok Di Kota
Semarang. Diponegoro Journal Of Economics, 1, 22.
Https://Ejournal2.Undip.Ac.Id/Index.Php/Dje

Salsabila , Nisa Nisrina. Indraswari, Noormarina. Sujatmiko, Budi. 2019. Gambaran


Kebiasaan Merokok Di Indonesia Berdasarkan Indonesia Family Life Survey 5.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung
Setyawan, B., & Sabrie, G. M. (2022). Kajian Potensi Kendaraan Bermotor Menjadi
Barang Kena Cukai. Jurnal Perspektif Bea Dan Cukai, 6(2), 365-385.
Suprihanti, A., Harianto, N., Sinaga, B. M., & Kustiari, R. (2019). Dampak Kebijakan
Cukai Rokok terhadap Distribusi Surplus Ekonomi Industri Rokok di Indonesia.
Jurnal Agro Ekonomi, 37(1), 1. https://doi.org/10.21082/jae.v37n1.2019.1-23
Wandita, D. T. (2020). Pengaruh Cukai Rokok Terhadap Konsumsi Rokok Serta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Rokok. 14(1).
https://doi.org/10.19184/jpe.v14i1.16659
Buchanan, James (November 1962). "Externality". Economica. 29 (116): 371–384.
Republik Indonesia.(2006).UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Sekretariat
Negara. Jakarta .
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 152 /PMK.010/2019 TENTANGPerubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.010/2017 Tentang Tarif Cukai Hasil
tembakau. Jakarta: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 198/PMK.010/2020 Tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau. Jakarta: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2021. Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 192/PMK.010/2021 Tentang Tarif Cukai
Hasiltembakau Berupa Sigaret, Cerutu, Rokok Daun Atau Klobot, Dan
Tembakau Iris. Jakarta: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Bisnis.com.(2023).https://ekonomi.bisnis.com/read/20230124/257/1621059/wuih-
total-dana-bagi-hasil-cukai-tembakau-2023-tembus-rp5-triliun. Diakses pada 4
februari 2023

Anda mungkin juga menyukai