NIM : 125020100111076
Saat ini pemerintahan Jokowi berusaha keras untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok
yaitu dengan menerapkan kenaikan pajak pada cukai rokok dan penerapan pajak ganda.
Langkah ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari rokok yaitu berupa tingginya orang
yang sakit akibat rokok. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun
2010 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit terkait tembakau terjadi pada 190.260
orang atau 12,7 persen dari seluruh kematian di tahun yang sama. Keganasan rokok tidak
hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga menyulut persoalan ekonomi. Kerugian ekonomi
Kerugian ekonomi sebagai akibat dari hilangnya waktu produktif terkait penyakit akibat dari
kebiasaan merokok diperkirakan senilai Rp105,3 triliun. Biaya rawat inap akibat penyakit terkait
merokok tercatat sebesar Rp1,85 triliun dan biaya rawat jalan sebesar Rp0,26 triliun. Kerugian
ekonomi akibat konsumsi rokok sebesar Rp245,4 triliun sementara penerimaan cukai hasil
tembakau pada tahun 2010 sebesar Rp56 triliun. Artinya, kerugian ekonomi akibat konsumsi
rokok adalah empat kali lebih besar dari penerimaan cukai hasil tembakau.
Dari kebijakan ini dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Hal ini dikarenakan rokok
bukan merupakan komoditas barang mewah, jadi kurang bijak apabila diterapkan pajak
berganda pada cukai rokok. Selain itu pengenaan pajak berganda terutama untuk cukai rokok
kretek akan sangat memberatkan bagi perusahaan rokok yang berskala kecil atau home
industry, karena akan semakin memberatkan biaya produksi dan akan menaikkan harga jual
dan dampaknya akan kalah bersaing dengan industry rokok yang bersakala besar dan tentu
akan berdampak pada menurunnya pendapatan dari perusahaan tersebut. Selain industry kecil,
industri rokok besar juga terutama rokok kretek juga mengalami dampak yang kurang baik
apabila diterapkan kebijakan kenaikan cukai rokok dan pajak berganda, hal ini dikarenakan
cukai merupakan beban biaya produksi dari perusahaan, tentu apabila biaya produksi suatu
perusahaan naik tentu perusahaan akan berusaha untuk mengurangi variabel lain dalam
produksi guna menekan angka atau harga penjualan, jika harga penjualan naik dalam teori
permintaan tentu akan menurunkan permintaan dan penjualan rokok. Sehingga opsi terbaik
adalah mengurangi biaya produksi dengan mengurangi tenaga kerja, jika terjadi hal ini makan
akan menambah angka pengangguran di Indonesia dan menurunkan kesejahteraan
masyarakat terutama tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA
www.okezone.com
www.liputan6.com
www.kompas.com