Anda di halaman 1dari 6

Tembakau untuk Sebesar-Besar Kemakmuran Rakyat

Oleh:Amri Mushlih
Mahasiswa Ilmu Politik
Universitas Indonesia
085669294320
Tentang Tembakau
Tembakau disebut-sebut sebagai salah satu potensi besar dalam perekonomian di
Indonesia. Mengapa demikian? pasalnya konsumsi tembakau di Indonesia amat tinggi. Di sektor
rokok misalnya hingga tahun 2013 jumlah perokok di Indonesia mencapai angka 61.4 juta yang
menghabiskan hingga 302 miliar batang rokok per tahuni. Fakta tersebut menunjukkan bahwa
permintaan terhadap rokok amat tinggi yang berarti permintaan terhadap tembakau pun juga
sangat tinggi. Hal ini merupakan sebuah potensi besar yang dapat memberikan efek baik bagi
perekonomian.
Untuk memenuhi permintaan terhadap rokok yang tinggi tersebut, sekitar 6 juta orang ikut
terlibat di dalamnya. Angka tersebut mencakup semua pihak yakni mulai dari sector perkebunan
hingga distribusi rokok itu sendiri. Dalam sector perkebunan khususnya petani tembakau saja, di
Indonesia terdapat 2,1 juta orang. Petani-petani tersebut berkemampuan memproduksi sekitar
120 ribu ton tembakau per tahun dengan luas lahan garapan sekitar 160 ribu hektar. Sementara
itu, sisanya terlibat dalam kegiatan produksi(pengusaha dan buruh) dan distrbusi(transportasi
rokok, distributor, SPG, dll). Ini menunjukkan bahwa pihak yang terkait dalam jaringan bisnis
tembakau cukup banyak.
Namun terdapat suatu hal yang menarik ketika menelaah jaringan bisnis tembakau di
Indonesia ini. Hal tersebut adalah fakta bahwa produksi tembakau di Indonesia tidak mencukupi
kebutuhan terhadapnya. Ini ditunjukkan dengan data impor tembakau yang dari tahun ke tahun
sangat tinggi. Data GAPPRI memaparkan, pada 2011 jumlah impor tembakau Indonesia
mencapai 64,8 juta kilogram (kg) atau senilai US$ 376,3 juta. Jumlah tersebut terus meningkat
tajam pada 2012 yang sebanyak 104,4 juta kg atau senilai US$ 503,2 juta dan 2012 sebanyak
133,8 juta kg atau senilai US$ 665,5 juta. Penurunan impor baru terjadi pada 2013 yang menjadi

121,2 juta kg atau senilai US$ 627,3 juta. Namun jumlah itu pun masih terhitung besar. Artinya
lebih dari separuh kebutuhan tembakau kita dipenuhi dengan cara menguntungkan negara lain.
Negara tersebut adalah Amerika Serikat dan Tiongkokii.
Jika jaringan tersebut terus berjalan seperti ini, maka Indonesia lagi-lagi kehilangan potensinya
untuk maju. Sebab impor tembakau tersebut telah menutup kemungkinan pemanfaatan
komoditas ini untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana dituliskan dalam pasal 33
ayat 3 UUD 1945. Ketika impor ini terus dibiarkan, maka cita-cita untuk meningkatkan produksi
tembakau akan pupus. Jika demikian maka lagi-lagi negara lain yang akan menikmati besarnya
pangsa pasar tembakau di negara kita. Oleh karena itu aturan mengenai hal ini harus segera
dibuat oleh pemerintah. Jika ingin sektor tembakau memberikan dampak positif untuk rakyat,
maka aturan yang berpihak pada rakyat harus segera di buat.
Tantangan yang dihadapi
Meskipun memiliki potensi besar di dalam ekonomi, tembakau juga memiliki potensi
besar dalam hal kesehatan. Pemanfaatan tembakau dalam bentuk rokok ternyata memberikan sisi
buruk yang sama besarnya. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
tahun 2010 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit terkait tembakau terjadi pada 190.260
orang atau 12,7 persen dari seluruh kematian di tahun yang sama. Keganasan rokok tidak hanya
berdampak pada kesehatan tetapi juga menyulut persoalan ekonomi.

Kerugian ekonomi

Kerugian ekonomi sebagai akibat dari hilangnya waktu produktif terkait penyakit akibat dari
kebiasaan merokok diperkirakan senilai Rp105,3 triliun.

Biaya rawat inap akibat penyakit

terkait merokok tercatat sebesar Rp1,85 triliun dan biaya rawat jalan sebesar Rp0,26 triliun.
Kerugian ekonomi akibat konsumsi rokok sebesar Rp245,4 triliun sementara penerimaan cukai
hasil tembakau pada tahun 2010 sebesar Rp56 triliun iii. Artinya rokok juga berpotensi untuk
memberikan kerugian di bidang kesehatan.
Saran untuk Pemerintah
RUU Pertembakauan tampaknya menjadi salah satu isu yang sempat hangat akhir-akhir ini.
Kontradiksi antara manfaat ekonomi dan dampak kesehatan selalu menjadi perdebatan dimanamana. Lantas dengan kondisi yang seperti ini bagaimana pemerintah harus bersikap?. Untuk

menjawab hal ini, penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin dapat
dipertimbangkan.
1. STOP impor Tembakau!
RUU tembakau memang telah menyinggung mengenai impor tembakau. Pada
pasal 20 RUU ini tertulis pelaku usaha wajib menggunakan tembakau dalam negeri
paling sedikit 80%(delapan puluh persen) dan tembakau impor paling banyak 20% (dua
puluh persen) dari keseluruhan kapasitas tembakau yang dihasilkan. Ini menunjukkan
satu niat baik, namun jika ingin memberikan kesejahteraan pada rakyat maka seluruh
impor ini harus dihapuskan. Hal ini juga harus diimbangi dengan peningkatan produksi
tembakau dalam negeri. Artinya yang lebih tepat adalah penghapusan melalui
pengurangan impor secara bertahap yang sejalan dengan peningkatan produksi yang
bertahap pula. Pemerintah harus mampu menciptakan perenacanaan yang baik mengenai
hal ini agar tak terjadi over-produksi maupun kelangkaan di dalam penghapusan impor
ini. Selain itu pemerintah juga harus awas dan waspada terhadap impor gelap. Artinya
peran penegak hukum pun sangat penting dalam hal ini.
2. Hapuskan Sigaret Putih Mesin dan Kretek Mesin
Dari namanya saja dapat diketahui bahwa produksi rokok tersebut menggunakan
mesin. Hal ini menunjukkan rendahnya peran manusia di dalam produksi rokok tersebut.
Jika rokok seperti ini ternyata populer di masyarakat, maka ratusan ribu pekerja yang
terlibat di bidang produksi sigaret putih tangan dan kretek tangan serta kategori lainnya
terancam kehilangan pekerjaan. Sehingga jikalau demikian terjadi, bagaimana tembakau
mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat?.
3. Bangkitkan produksi rokok dari UKM
Produksi rokok selama ini telah mencetak deretan nama orang terkaya di negara
ini. Artinya potensi ekonomi rokok hanya dikuasai oleh segelintir orang. Lantas
bagaimana caranya agar hal tersebut dapat memberi manfaat yang lebih luas?. Produksi
rokok dari UKM harus bangkit kembali. Caranya adalah dengan memberikan insentif
kepada UKM yang memproduksi rokok. Salah satunya dapat berbentuk cukai rendah bagi
UKM produsen rokok. Selain itu UKM produsen rokok juga harus didorong untuk
meningkatkan kualitas produknya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
besar di pasaran. Lebih baik lagi jika UKM produsen rokok dijalankan dengan sistem

koperasi. Dengan demikian maka produksi tembakau dapat memakmurkan lebih banyak
orang.
4. Hapus Iklan Rokok dan Buat Standar Kemasan
Dalam RUU pertembakauan tersebut juga diatur mengenai pengiklanan dan
kemasan. Ini juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan karena : pertama, iklan
rokok memiliki strategi yang canggih sebab memiliki muatan semiotik yang mampu
mempengaruhi orang meskipun tanpa ajakan merokok dan tanpa ada gambar orang
merokok. Kedua, iklan rokok hanya dapat dibuat oleh perusahaan rokok besar. Inilah
yang membuat produsen kecil banyak yang mati. Sehingga jika kita ingin meningkatkan
UKM produsen rokok maka tak perlu ada iklan rokok sama sekali. Begitu pula untuk
masalah kemasan.
Pemerintah harus memberikan standar bagi kemasan rokok. Standar tersebut
harus benar-benar detail dan baku dan berlaku bagi semua produk rokok. Misalnya,
bungkus rokok hanya berbentuk kertas tanpa gambar apapun. Bungkus rokok hanya
memuat 2 logo di depan dan belakang sisi, peringatan bahaya rokok, serta kadar nikotin
dan tar. Dengan kemasan yang tidak jauh berbeda, maka persaingan antara rokok dari
perusahaan besar dan UKM dapat bersaing dengan dasar kualitas produk bukan iklan atau
kemasan semata. Jika demikian, maka tembakau dapat memberi kemakmuran bagi
masyarakat yang lebih luas.
Selain itu dengan hilangnya iklan rokok dan kemasan yang dibuat sederhana
diharapkan juga dapat mencegah tumbuhnya perokok baru . Hal tersebut juga berarti
adanya akomodasi pemerintah terhadap pihak yang fokus pada dampak kesehatan dari
rokok. Sehingga jika jumlah perokok memang berkurang, maka pemerintah harus mulai
memikirkan kebijakan yang baru.
Penutup
Pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa tembakau dapat menjadi jalan bagi kita
untuk mewujudkan kemakmuran rakyat yang lebih luas. Potensi yang dimiliki oleh tembakau
sangat tinggi sebab permintaan terhadapnya pun sangat tinggi. Di sisi lain tembakau memiliki
dampak buruk bagi kesehatan dan juga berpotensi memunculkan kerugian. Lantas mencermati
perdebatan tersebut, pemerintah seharus mengambil langkah yang benar. Sebab selama ini,
dengan dampak kerugian yang besar, kita telah membiarkan keuntungannya dinikmati sebagian
orang saja dan bahkan juga negara lain. Oleh karenanya pemerintah harus mempertimbangkan

perspektif sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tembakau mampu memberi jalan bagi kita untuk
mewujudkan hal itu.

i http://sp.beritasatu.com/home/setahun-orang-indonesia-habiskan-302-miliar-batangrokok/50565
ii http://bisnis.liputan6.com/read/2055332/separuh-kebutuhan-tembakau-di-industrirokok-ternyata-impor
iii http://finance.detik.com/read/2014/05/19/082151/2585373/1036/industri-rokok-risedang-krisis-21-juta-petani-tembakau-galau

Anda mungkin juga menyukai