Anda di halaman 1dari 3

Nama : Resti Rahmawati

NIM : F1D017023
Prodi : Ilmu Politik

CITRA POLITIK NEGERIKU

Ibu pertiwi bak kapal mati dibelenggu oleh sosok tak tahu diri, menyuap
sana sini tuk jadi tikus berdasi. Tak sadarkah politik negeri ini sudah (hampir)
mati ? Dikuasai mereka kaum kapital yang memperbudak para pemimpin
bangsa ini tuk memperkaya diri. Lalu apa yang bisa kita perbuat? Sampai kapan
ibu pertiwi akan terus seperti ini?
Sebab itulah aku membuat tulisan ini.
Alasanku memilih prodi ilmu politik karena aku ingin menggali dan menambah
pengetahuanku tentang dunia perpolitikan.
Dinamika politik Indonesia saat ini sedang kacau. Dimana kabar berita
kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh mereka para tikus berdasi
(baca;pejabat tinggi) terdengar seperti hal yang sudah biasa. Mereka seperti
tidak punya rasa malu untuk tetap menampakkan diri di hadapan publik. Para
perampas uang negara tersebut bahkan masih bisa senyam senyum di depan
kamera pada saat akan menjalani pemeriksaan perdana di KPK. Contoh saja
kasus korupsi yang dilakukan oleh eks Dirjen Dukcapil Irman dan mantan Direktur
Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen Dukcapil Sugiharto. Mereka
tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi E-KTP pada tahun 2016. Meskipun
tersangka kasus korupsi proyek E-KTP tersebut sudah teridentifikasi, KPK masih akan
terus melakukan pencarian terhadap pihak-pihak lain yang diduga terlibat dalam kasus
tersebut. Sampai saat ini, KPK telah berhasil menyelamatkan uang negara sebanyak 206,95
miliar, kemudian 1.132 SGD, dan dalam bentuk dolar Amerika 3.036.715,64 atau semua
setara dengan Rp 247 miliar.
Jika berkaca dari kasus korupsi di atas, dapat dipastikan bahwa negara mengalami
kerugian besar akibat ulah para penikmat dana haram tersebut. Bukan hanya negara yang
mengalami kerugian, namun juga masyarakat. Karena hal tersebut, pembuatan E-KTP jadi
memulur waktu yang sangat lama. Jelas ini sangat merugikan masyarakat yang hendak
membuat E-KTP. Mereka harus menunggu selama berbulan-bulan sedangkan tak jarang
ada keperluan yang diurus harus menggunakan KTP. Masyarakat yang belum bisa
mendapatkan E-KTP dengan alasan ‘blanko kosong” hanya mendapatkan KTP Sementara,
yang masa berlakunya pun sangat singkat yaitu hanya 6 bulan. Jadi mau tidak mau setelah
6 bulan masa berlaku KTP Sementara tersebut habis, sebagian masyarakat yang belum
punya E-KTP harus rela direpotkan untuk mengurus KTP Sementara kembali. Dan untuk
mendapatkannya tidak instant, mereka harus rela menunggu waktu selama 2 minggu jika
mengurus di kantor kecamatan. Tentu hal tersebut sangat memprihatinkan bukan?
Korupsi ini terjadi karena beberapa faktor yaitu yang pertama adanya kelemahan
sistem manajemen dana yang dikelola. Hal ini dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindak korupsi karena lemahnya manajemen dana yang dikelola berarti tidak ada ketelitian
dalam pengelolaan dana tersebut, seperti misalnya untuk apa dana tersebut dialokasikan
dan berapa jumlah besarnya dana tersebut.
Faktor yang kedua, adanya sifat tamak atau keserakahan pada diri koruptor yang ingin
memperkaya harta/kepemilikan pribadinya sehingga dia tak segan melakukan tindakan
nista tersebut.
Faktor yang ketiga, adanya perilaku konsumtif dalam diri koruptor. Penyebab perilaku
tindak korupsi bukan hanya karena keserakahan para koruptor, namun juga dapat
disebabkan oleh perilaku konsumtif atau gaya hidup yang bermewah-mewahan. Karena
mereka para koruptor mungkin ingin terlihat dan dipandang sebagai orang yang
berkedudukan tinggi dan memiliki peran penting di instansinya. Mereka juga tidak ingin
gaya hidup mereka dibilang “ecek-ecek”.
Faktor keempat, tindakan korupsi terjadi karena tidak adanya kesadaran para pelaku betapa
pentingnya keadilan atas dana yang tersedia untuk distribusi kesejahteraan terhadap
masyarakat luas.
Dari beberapa faktor penyebab korupsi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
korupsi tidak akan mungkin terjadi jika setiap individu memiliki kesadaran akan
pentingnya keadilan dan kesejahteraan bersama. Bukan hanya untuk menyejahterakan
hidup diri sendiri, namun juga sadar akan betapa pentingnya dana untuk distribusi atau
pemerataan kesejahteraan khalayak luas.
Di samping itu juga, sistem manajemen pengolahan dana instansi harus benar-benar teliti
penggunaan dan pengalokasiannya agar tidak terjadi kesenjangan ekonomi antara orang
berdasi dengan orang biasa.
Oke, kembali lagi pada prodiku Ilmu Politik. Walaupun prodi Ilmu Politik bukan
pilihan pertamaku waktu test SBMPTN, namun aku akan tetap berusaha sebaik mungkin
menempuh pendidikanku dengan prodi tersebut. Saya ingin membuktikan pada orang-
orang yang memandang sebelah mata tentang politik. Bahwa politik bukan hanya tentang
permainan tikus berdasi, yang bisanya melakukan tindak korupsi. Namun politik adalah
kita mempelajari bagaimana cara membuat dan membuat kebijakan publik yang dapat
meningkatkan serta memperbaiki kesejahteraan hajat hidup orang banyak.
Di samping aku harus menempuh pendidikan dengan baik, aku juga harus
mendapatkan IPK minimal 3,8. Aku ingin membuktikan pada teman-temanku bahwa tidak
ada yang tidak mungkin jika kita bersungguh-sungguh dalam berusaha. Setelah lulus S1
aku akan membidik beasiswa ke luar negeri untuk S2 ku nanti. Sebelum S2, aku harus
memiliki pekerjaan di Kantor Dinduk Capil. Aku ingin mengabdi pada bangsa ini dengan
cara memberi akses kemudahan dalam pembuatan E-KTP.
Setelah lulus S2 aku ingin menjadi Dirjen Dukcapil dan bagaimanapun caranya aku ingin
memberi kemudahan pada masyarakat dalam urusan pengurusan catatan sipil, E-KTP atau
apapun itu yang berhubungan dengan pencatatan sipil. Aku juga ingin menjadi pegawai
teladan nantinya dan bahwa tidak semua pejabat yang memiliki kedudukan tinggi itu
melakukan tindak korupsi.

Anda mungkin juga menyukai