Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : SAFII

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041112295

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA4414 / MANAJEMEN STRATEGIK

Kode/Nama UPBJJ : 18 / PALEMBANG

Masa Ujian : 2020/21.1(2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Soal

1. Setelah membaca file terlampir, Selanjutnya, tugas Anda adalah mengidentifikasi Strategi
Pertumbuhan dan Penyehatan yang dilakukan oleh Perusahaan Gudang Garam.

TUGAS 3 MEMAHAMI STRATEGI PENYEHATAN DAN PERTUMBUHAN BISNIS

Baca dan cermatilah artikel berikut ini : Industri Rokok: Gudang Garam Melesat, Sampoerna Stagnan

Oleh: Ringkang Gumiwang - 20 Mei 2019

Gudang Garam menjadi emiten dengan pertumbuhan penjualan paling positif sepanjang 2018
ketimbang emiten rokok lainnya.

“Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan tarif cukai untuk 2019 ini. Industri
rokok ini sedang decline. Kalau tarif cukai naik lagi, maka industri akan decline lebih cepat lagi.”

Begitulah kata sambutan dari salah satu manajemen saat PT Bentoel Internasional Investama Tbk.
memberikan informasi terbaru mengenai industri rokok nasional di Graha CIMB Niaga, Jakarta
Selatan pada Selasa sore (14/05/2019).

Dalam acara tersebut, Bentoel mengawalinya dengan memaparkan sejumlah kontribusi dari industri
rokok terhadap perekonomian negara. Mulai dari sumbangan cukai rokok terhadap penerimaan
negara hingga menciptakan lapangan kerja.

Kontribusi industri rokok memang tidak kecil. Dari sisi penerimaan negara, cukai rokok pada 2018
menyumbang sebesar Rp153 triliun. Sementara dari sisi ketenagakerjaan, industri rokok menyerap
lebih dari 7 juta tenaga kerja. Meski sumbangan industri rokok cukup berarti bagi negara, akan tetapi
kondisi industri rokok saat ini dinilai memprihatinkan. Menurut Bentoel, tarif cukai yang naik setiap
tahunnya memberatkan para pelaku usaha rokok atau tembakau.

Untuk itu, produsen rokok mengapresiasi keputusan pemerintah yang tidak menaikkan tarif cukai
rokok pada 2019. Untuk diketahui, rata-rata tarif cukai rokok selama kepemimpinan Presiden Jokowi
naik 10,5 persen/tahun.

Keputusan pemerintah yang tidak menaikkan tarif cukai rokok juga mendapatkan apresiasi dari
sejumlah asosiasi industri hasil tembakau di antaranya adalah Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok
Indonesia (GAPPRI).

“Selain tidak menaikkan tarif cukai, kami juga sangat mengapresiasi penindakan rokok ilegal yang
sempat pesat pada 2014. Selama ini, rokok ilegal turut mengisi pasar anggota GAPPRI,” jelas Ketua
GAPPRI Henry Najoan dikutip dari Kompas.

Kondisi industri rokok yang sedang lesu memang benar demikian. Dalam lima tahun terakhir ini, tren
penjualan rokok terus menurun. Dari 352 miliar batang pada 2014, lalu menjadi 332 miliar batang
pada 2018. Rata-rata turun 2 persen/tahun.

Di lain pihak, penjualan ritel rokok dan pasar rokok ilegal terus meningkat. Menurut kajian Ernst &
Young berjudul "Kajian Singkat Dampak Ekonomi Industri Rokok di Indonesia 2018" (hlm 20), rokok
ilegal pada 2013 mencapai 10,1 persen dari total industri. Pada 2017, pasar rokok ilegal naik menjadi
12,3 persen.

Dengan semua kondisi di atas, bagaimana dengan emiten rokok yang melantai di bursa saham,
seperti apa kinerjanya ?
Saat ini, ada empat emiten rokok yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Gudang
Garam Tbk., PT HM Sampoerna Tbk., PT Wismilak Inti Makmur Tbk., dan PT Bentoel Internasional
Investama Tbk. Sementara Djarum sampai saat ini belum mencatatkan sahamnya di BEI, sehingga
keterbukaan laporan keuangannya tidak bisa diketahui oleh publik. Bagi emiten rokok, industri rokok
yang melesu tidak sepenuhnya berdampak terhadap kinerja mereka. Ada emiten yang penjualan
masih tumbuh di atas pertumbuhan PDB. Namun, ada juga yang terpuruk sejalan dengan kondisi
industri rokok saat ini. PT Gudang Garam Tbk. adalah salah satu emiten rokok yang kinerjanya cukup
positif. Tahun lalu, pabrikan rokok yang berlokasi di Kediri dan Gempol, Jawa timur ini membukukan
nilai penjualan Rp95,7 triliun naik 15 persen dari tahun sebelumnya. “Meningkatnya pendapatan
dikarenakan adanya penyesuaian harga jual rata-rata per batang sebesar 5,6 persen dan kenaikan
volume penjualan sebesar 8,3 persen,” tutur direksi Gudang Garam dikutip dari laporan tahunan
Gudang Garam 2018. Dari capaian itu, Gudang Garam menjadi emiten dengan pertumbuhan
penjualan paling positif ketimbang emiten rokok lainnya. Sayang, pertumbuhan laba bersih perseroan
justru stagnan. Perseroan hanya meraup laba Rp7,79 triliun atau naik 0,5 persen. Kinerja positif
Gudang Garam berlanjut di kuartal I/2019. Pabrik rokok yang menguasai pangsa pasar rokok nasional
sebesar 23 persen ini membukukan penjualan Rp26,19 triliun atau naik 19 persen dari periode yang
sama tahun lalu. Pada saat bersamaan, laba bersih yang diraup perseroan melompat hingga 24
persen menjadi Rp2,35 triliun. Adapun, sigaret kretek mesin (SKM) menjadi penyumbang terbesar
penjualan perseroan, yakni 92 persen dari total penjualan.

Sampoerna Masih Memimpin Pasar

Emiten rokok selanjutnya adalah PT HM Sampoerna Tbk. Pabrikan rokok milik PT Phillip Morris
Indonesia ini masih menjadi pemimpin pasar dalam industri rokok. Mereka menguasai pangsa pasar
rokok nasional sekitar 33 persen.

“Total volume penjualan Sampoerna sepanjang 2018 mencapai 101,4 miliar unit, atau naik 0,1 persen
dibandingkan dengan 2017,” tutur Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. Mindaugas Trumpaitis
dikutip dari laporan tahunan Sampoerna 2018.

Meski begitu, pertumbuhan penjualan Sampoerna terbilang lebih lambat ketimbang Gudang Garam.
Tahun lalu, penjualan Sampoerna mencapai Rp106,74 triliun atau naik 6 persen dari tahun
sebelumnya.

Laba bersih yang diraup Sampoerna juga hanya naik 7 persen menjadi Rp13,53 triliun. Meski begitu,
nilai keuntungan Sampoerna masih lebih besar ketimbang laba bersih yang diraup Gudang Garam.

Pertumbuhan penjualan yang pelan berlanjut pada kuartal I/2019. Perseroan membukukan
pertumbuhan penjualan sebesar 3 persen menjadi Rp23,8 triliun dari kuartal I/2018. Adapun, laba
bersih naik 8 persen menjadi Rp3,2 triliun.

Berikutnya, PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Perusahaan yang memiliki pabrik di Bojonegoro ini
mencatatkan penjualan Rp1,4 triliun sepanjang 2018 atau turun 5 persen dari tahun sebelumnya.

Wismilak menjadi satu-satunya emiten yang mencatatkan penurunan penjualan pada 2018. Meski
begitu, laba bersih perseroan justru naik 24 persen menjadi Rp51 miliar. Ini juga salah satunya
dikarenakan ada relokasi pabrik.
“Relokasi [dari Surabaya ke Bojonegoro] pada 2017 berimplikasi terhadap keseimbangan dalam
menjaga volume produksi serta efisiensi produksi,” tutur Dirut PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Ronald
Walla dikutip dari laporan tahunan Wismilak 2018. Sayang, capaian laba bersih yang positif tidak
bertahan lama. Pada kuartal I/2019, laba bersih Wismilak anjlok 49 persen menjadi Rp5,28 miliar dari
kuartal I/2018. Kondisi ini juga tidak terlepas dari memburuknya penjualan yang turun 8 persen
menjadi Rp313 miliar.

Terakhir, PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Perseroan milik British American Tobacco ini
menjadi satu-satunya emiten rokok di Indonesia yang membukukan rugi selama 5 tahun terakhir ini,
secara berturut-turut.

Tahun lalu, Bentoel membukukan rugi bersih sebesar Rp608 miliar atau naik 25 persen dari rugi 2017
sebesar Rp480 miliar. Padahal, penjualan perseroan kala itu masih positif, naik 8 persen menjadi
Rp21,92 triliun. Rapor merah Bentoel berlanjut pada kuartal I/2019. Pabrikan rokok yang berlokasi di
Malang ini membukukan rugi bersih sebesar Rp83 miliar, meski penjualan naik 10 persen menjadi
Rp5,04 triliun dari penjualan kuartal I/2018 sebesar Rp4,58 miliar. Direktur Investa Saran Mandiri
Hans Kwee menilai industri rokok memang tergolong sebagai sunset industry atau pertumbuhannya
industri menurun. Namun, bagi produsen besar seperti Sampoerna atau Gudang Garam, kondisi itu
belum terlihat. “Saya pikir mereka masih bisa tumbuh sampai dengan 5 tahun ke depan. Orang masih
cukup loyal dengan mereka. Tapi memang secara long term kurang menjanjikan karena tantangan
makin banyak,” katanya kepada Tirto. Bukan tanpa alasan prospek industri rokok dalam jangka
panjang kurang menjanjikan. Hal itu dikarenakan masyarakat saat ini semakin memperhatikan
kesehatan. Belum lagi, ada tarif cukai dan kebijakan larangan merokok. Dalam laporan EY juga
disebutkan konsumsi rokok per kapita di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini juga terus menurun.
Dari 2.132 batang perkapita/tahun pada 2014, menjadi 1.980 batang perkapita/tahun pada 2017.
Bagi perusahaan skala besar, seperti Sampoerna dan Gudang Garam, industri rokok yang melesu
justru belum menjadi persoalan. Namun bagi perusahaan kecil ini menjadi persoalan, dan bahkan
terancam tergerus oleh perusahaan besar.

Sumber: https://tirto.id/industri-rokok-gudang-garam-melesat-sampoerna-stagnandJeP

Selanjutnya, tugas Anda adalah mengidentifikasi Strategi Pertumbuhan dan Penyehatan yang
dilakukan oleh Perusahaan Gudang Garam. Gunakan asumsi-asumsi, asalkan logis.
Jawaban :

1. Strategi Pertumbuhan dan Penyehatan yang dilakukan oleh Perusahaan Gudang Garam

Dengan Menggunakan Strategi Analisi SWOT = Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),


Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).

Analisis SWOT mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman utama Anda ke dalam daftar
yang terorganisir dan biasanya disajikan dalam bilah kisi-kisi yang sederhana.

Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) adalah berasal dari internal perusahaan Anda. hal-
hal yang dapat Anda kontrol dan dapat berubah. Contohnya termasuk siapa yang ada di tim Anda,
paten dan properti intelektual Anda, dan lokasi Anda.

Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) adalah hal eksternal yang mempengaruhi bisnis atau
hal-hal yang terjadi di luar perusahaan Anda pada pasar yang lebih besar. Anda dapat memanfaatkan
peluang dan melindungi dari ancaman, tetapi Anda tidak dapat mengubahnya. Contohnya termasuk
pesaing, harga bahan baku, dan tren belanja pelanggan.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada
dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune
500.

Ketika Anda melakukan analisis SWOT, Anda akan mempelajari strategi yang solid untuk
memprioritaskan pekerjaan yang perlu Anda lakukan untuk mengembangkan bisnis Anda.

Agar analisis SWOT efektif, pendiri dan pemimpin perusahaan perlu terlibat secara mendalam. Ini
bukan tugas yang bisa didelegasikan kepada orang lain.

Tetapi, peimimpin perusahaan juga tidak boleh melakukan pekerjaan sendiri. Untuk hasil terbaik,
kumpulkan sekelompok orang yang memiliki perspektif berbeda tentang perusahaan. Pilih orang yang
dapat mewakili berbagai aspek perusahaan, mulai dari penjualan dan layanan pelanggan hingga
pemasaran dan pengembangan produk. Setiap orang harus memiliki bagian dalam hal ini.

Perusahaan yang inovatif bahkan melihat di luar jajaran internal mereka sendiri ketika mereka
melakukan analisis SWOT dan mendapatkan masukan dari pelanggan untuk menambahkan suara unik
mereka ke dalam pertimbangan keputusan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai