Anda di halaman 1dari 23

Analisis Sosialisasi dan Pemahaman Perpajakan Terhadap Efektivitas Insentif Pajak di Masa

Pandemi Covid-19

RINGKASAN

Penelitian ini menguji apakah terdapat pengaruh antara sosialisasi perpajakan dan
pemahaman perpajakn terhadap Insentif Pajak terhadap pada UMKM di wilayah kota
Ungaran. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan
Insentif Pajak Yang diberikan pada masa pandemi covid-19. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah setelah ada perubahan
Peraturan Pemerintah tentang Insentif Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak dalam Pemanfaatan. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, teknik
pengumpulan data penulisan skripsi ini menggunakan metode kuesioner. Data yang
digunakan adalah data primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku UMKM
menerima Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2020. Hal ini dilihat dari responden
UMKM yang dominan menjawab setuju dengan indikator sosialisasi dan pemahaman
terhadap Efektivitas Insentif Pajak.
Kata Kunci : Sosialisasi Perpajakan, Pemahaman Perpajakan, Efektivitas Insentif
Pajak

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Hal ini sesuai dengan fungsi
pajak sebagai budgeter yaitu sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti dimasukkannya
pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan bahwa realisasi penerimaan perpajakan terus
mengalami peningkatan dengan mencapai angka 80% dari total realisasi
pendapatan (bps.go.id, 2020).
Pada awal tahun 2020 perpajakan bukan lagi menjadi sumber
pendapatan yang dapat mencukupi seluruh kebutuhan Negara secara utuh
karena munculnya pandemi Covid 19 yang menjadi ancaman global. Sampai
saat ini dari laman resmi pemerintah untuk penanganan Covid 19 telah
mencatat hingga mencapai 1.571.824 jiwa penduduk Indonesia yang
terkonfirmasi Covid 19, sembuh 1.419.796 jiwa dan meninggal 42.656 jiwa.
Sejak merebaknya wabah covid 19, yang telah menimbulkan peradaban baru,
dimana semua aktivitas kehidupan dibatasi untuk mencegah terjadinya
penularan, sehingga penggunaan teknlogi internet menjadi magnet tersendiri
dalam melaksanakan aktivitas kehidupan.
Dampak pandemi Covid 19 juga dirasakan oleh Usaha Mikro Kecil
dan Menengah. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berperan besar
dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) menunjukkan bahwa pada tahun 2020 tercatat
jumlah unit UMKM mencapai sebesar 99,9% dari total unit usaha di
Indonesia dan UMKM menyerap 97,22% dari total tenaga kerja negara.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah juga memiliki kontribusi besar terhadap
penerimaan pajak tercatat pada tahun 2015 mencapai sebesar Rp 3,4 triliun,
tahun 2016 sebesar Rp 4,4 triliun, tahun 2017 sebesar Rp 5,7 triliun dan di
tahun 2018 sebesar Rp 5,8 triliun (pajak.go.id, 2020).

2
Namun kondisi UMKM sekarang ini sangat memprihatinkan.
Sebanyak 47% pelaku UMKM harus gulung tikar karena terdampak
pandemic virus corona (Tempo, Jakarta). Pelaku UMKM terkendala dari sisi
supply karena terganggunya distribusi selama masa pandemi Covid-19. Selain
itu, pelemahan dari sisi permintaan semakin menekan keberlangsungan
UMKM dalam negeri. Salah satu langkah pemerintah untuk meringankan
beban ekonomi UMKM di bidang perpajakan pada masa pandemi covid-19
adalah dengan memberikan insentif pajak yaitu pajak penghasilan (PPh) final
ditanggung pemerintah (DTP). Insentif pajak tersebut diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.03/2020 Tahun 2020 tentang insentif
pajak untuk wajib pajak terdampak pandemi corona virus disease 2019.
Pemberian insentif ini berlangsung dari bulan April sampai dengan Desember
2020. Pemerintah berharap dengan pemberian insentif pajak dapat
menggerakkan roda perekonomian negara dan mestabilkan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini sesuai dengan fungsi pajak sebagai regulator untuk
membantu masyarakat dalam hal ekonomi dan sosial.
Pemanfaatan insentif pajak UMKM per 10 Juli 2020 sebanyak 211
pelaku. Jumlah ini masih sangat jauh dari total wajib pajak UMKM yang
melaporkan PPh pada 2019 sebanyak 1.738 wajib pajak UMKM. Peran serta
dari pemerintah perlu digencarkan melalui sosialisasi dan pendampingan
terkait peraturan pajak terbaru agar para pelaku UMKM bersedia untuk
memanfaatkan insentif pajak UMKM dan keberlangsungan UMKM tetap
terjaga.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani
mengatakan dampak Covid-19 berlaku hampir kepada seluruh sektor usaha.
Dia mengapresiasi berbagai insentif yang telah diberikan pemerintah. Namun,
skema insentif diusulkan untuk diubah sesuai kondisi pelaku usaha. “Kami
apresiasi stimulus fiskal yang ada saat ini, tetapi memang kebijakan itu perlu
diperluas misal insentif PPh Pasal 25 yang tidak hanya 30%. Kebijakan
pemerintah tidak boleh setengah-setengah dan harus dilakukan secara cepat
bagi yang terdampak lebih dahulu, seperti UMKM,” ujar Rosan (2020).
Adanya peraturan terbaru ini memberikan keuntungan bagi pelaku
UMKM. Beban pajak yang mereka harus tanggung tidak sebesar sebelumnya,
sehingga pelaku UMKM memiliki kemampuan ekonomi yang lebih besar
untuk mengembangkan bisnisnya. Bisa dikatakan Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 2020 merupakan solusi atas keluhan masyarakat akan
peraturan sebelumnya. Mengingat persepsi itu bersifat subyektif terhadap
suatu objek, dengan adanya peraturan baru tentunya akan menimbulkan
persepsi persepsi baru. Hal ini yang mendasari peneliti melakukan penelitian
untuk melihat persepsi Kepatuhan Wajib Pajak pelaku UMKM dalam
memanfaatkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2020.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka judul yang diambil
dalam penelitian ini “ Analisis Sosialisasi Dan Pemahaman Perpajakan
Terhadap Efektivitas Insentif Pajak Pada Masa Pandemi Covid-19 (Pada
Sektor Umkm Di Ungaran Tahun 2020-2021) ”.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah :

2
1. Apakah Sosialisasi Insentif berpengaruh terhadap efektivitas insentif
pajak?
2. Apakah Pemahaman Perpajakan berpengaruh terhadap efektivitas insentif
pajak?
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah
1. Mengetahui pengaruh Sosialisasi Insentif Pajak terhadap Efektivitas
Insentif Pajak di Kota Ungaran tahun 2020.
2. Mengetahui pengaruh Pemahaman Prosedur Perpajakan terhadap
Efektivitas Insentif Pajak di Kota Ungaran tahun 2020.
3. Mengetahui pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Pemahaman Prosedur
perpajakan terhadap efektivitas insentif pajak di kota Ungaran 2020
1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Urgensi dari penelitian ini adalah
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu dan referensi
dan sebagai sarana untuk membangkitkan minat, kreatifitas dan daya
pemikiran ilmiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di bangku kuliah khususnya yang berkaitan dengan perpajakan.
2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah diharapkan dapat
memberikan pertimbangan dan gambaran terhadap aspek-aspek yang
perlu diperhatikan guna untuk menunjang Efektivitas Insentif Pajak.
3. Bagi peneliti dan akademisi dapat digunakan sebagai bahan referensi
dalam sektor perpajakan dan memberi bukti empiris atau kajian untuk
evaluasi selanjutnya.
4. Bagi Universitas Wahid Hasyim Semarang dapat menambah
perbendaharaan referensi di perpustakaan UNWAHAS serta dapat
menambah pengetahuan dan informasi pembaca khususnya mahasiswa
Program Studi Akuntansi yang akan meneliti masalah yang sama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 State of the Art
State of the art pada penelitian ini diambil dari beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan insentif pajak pada masa pandemi Covid 19.
Penelitian diambil dari jurnal-jurnal diantara diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Padyanoor (2020); Kartiko(2020) dan Syukur (2020)
Jurnal karya Padyanoor (2020) meneliti tentang memetakan Kebijakan
Pajak dalam tiga Peraturan yang diterbitkan oleh Pemerintah berdasarkan
tujuan mengurangi dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19. Hasil
penelitian menyatakan bahwa Indonesia telah menerbitkan kebijakan untuk
membantu Wajib Pajak yang terena dampak COVID-19. Manfaat bagi Wajib
Pajak secara umum yaitu penurunan tarif sampai dengan pembebasan atas
pajak penghasilan, tujuannya agar ekonomi yang berhenti dapat bergerak naik
menjadi stabil.
Jurnal karya Kartiko (2020) menganalisis dari perspektif sektor
pariwisata dalam menghadapi dampak negatif akibat pandemi COVID-19,
manfaat insentif pajak pada sektor pariwisata, dan alternatif solusi kebijakan
insentif pajak bagaimana yang dapat untuk mengatasi masalah ekonomi pada

3
sektor pariwisata akibat pandemi COVID-19. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat dua kebutuhan sektor pariwisata yang belum
direspons dalam kebijakan insentif pajak oleh pemerintah, yaitu dukungan
untuk menaikkan permintaan dan konsumsi, serta kemudahan akses kredit
usaha. Penulis pada akhir penelitian merekomendasikan untuk diberikannya
insentif pajak pertambahan nilai untuk menaikkan permintaan dan konsumsi,
dan insentif pajak untuk platform dan pemberi pinjaman dalam fintech
lending untuk kemudahan akses kredit usaha.
Jurnal karya Syukur (2020) menganalisis dari perspektif undang-
undang perpajakan Republik Indonesia tentang peluang bagi wajib pajak
badan untuk mendapatkan insentif dalam pajak penghasilan karena mereka
memiliki berkontribusi pada kebutuhan untuk mengatasi pandemi Covid-19
dan menjelaskan hubungannya antara hak asasi manusia dan pajak dalam
kasus tersebut. Hasil penelitian tersebut menjelaskan paradigma penerimaan
pajak dianggap penting karena berdampak pada keamanan ekonomi dan
pembangunan nasional. Hak asasi manusia dan pajak terkait dengan realisasi
pajak hak atas keadilan sosial-ekonomi dan sosial dalam masyarakat karena
pajak Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada negara serta
wajib pajak.
Jurnal-jurnal tentang insentif pajak di atas masih sebatas penelitian
yang diukur dari eksternal wajib pajak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perlu dilakukan penelitian bagaimana insentif pajak itu efektif dari persepsi
wajib pajak sehingga perlu ditambahkan sosialisasi dan pemahaman
perpajakan dalam menilai efektifitas insentif pajak.
2.2 Penelitian yang Telah Dicapai
Penelitian yang telah dicapai diambil dari jurnal-jurnal diantara
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Padyanoor (2020) dengan judul
“Kebijakan Pajak Indonesia Menanggapi Krisis COVID-19: Manfaat bagi
Wajib Pajak”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Indonesia telah
menerbitkan kebijakan dalam rangka membantu Wajib Pajak yang terena
dampak COVID-19. Manfaat insentif pajakdinikmati oleh Wajib Pajak secara
umum yaitu penurunan tarif sampai dengan pembebasan atas pajak
penghasilan, tujuannya insentif tersebut adalah agar ekonomi yang berhenti
dapat bergerak naik menjadi stabil.
Capaian penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Kartiko (2020) dengan judul “Insentif Pajak Dalam Merespons Dampak
Pandemi Covid-19 Pada Sektor Pariwisata”. Hasil penelitian oleh Kartiko
(2020) menunjukkan bahwa terdapat dua kebutuhan sektor pariwisata yang
belum direspons dalam kebijakan insentif pajak oleh pemerintah, Antara lain
dukungan untuk menaikkan permintaan dan konsumsi dan kemudahan akses
kredit usaha.
Capaian peneltian yang dilakukan oleh Syukur (2020) menjelaskan
paradigma penerimaan pajak dianggap penting karena berdampak pada
keamanan ekonomi dan pembangunan nasional. Hak asasi manusia dan pajak
terkait dengan realisasi pajak hak atas keadilan sosial-ekonomi dan sosial
dalam masyarakat karena pajak Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang
melekat pada negara serta wajib pajak.

4
2.3 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilaksanakan
2.3.1 Sosialisasi Perpajakan
Setelah mengetahui makna sosialisasi pajak, kita dapat mengukur
Sosialisasi Perpajakan dengan indikator menurut Arya Yogatama (2014):
1) Tatacara Sosialisasi, yaitu sosialisasi perpajakan yang diadakan harus
sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
2) Frekuensi Sosialisasi, sosialisasi pajak harus dilakukan secara teratur
karena peraturan dan tatacara pembayaran pajak biasanya mengalami
perubahan.
3) Kejelasan Sosialisasi Pajak, sosialisasi perpajakan yang diadakan harus
dapat menyampaikan semua informasi kedalam wajib pajak.
2.3.2 Pemahaman Prosedur Perpajakan
Menurut Winkel dan Mukhtar dalam (Sudaryono, 2012:44)
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok
dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu
ke bentuk yang lain. Dapat diartikan bahwa data yang tersaji dipahami dan
di resapi kemudian di ubah kedalam bentuk data baru sesuai dengan proses
pemikiran sendiri tetapi tidak menyimpang dari data awal.
Sementara Benjamin S. Bloom dalam (Anas Sudijono, 2009: 50)
mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan di ingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Perlu pemahaman
lebih agar mampu menilai dari berbagai segi sehingga dapat mencapai suatu
pemahaman yang lebih terperinci dan memiliki makna yang tepat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widayati dan Nurlis (2010)
terdapat beberapa indikator wajib pajak mengetahui dan memahami
peraturan perpajakan, yaitu:
1) Pendaftaran Objek Pajak
Objek pajak didaftarkan dengancara mengisi SPOP (Surat
Pemberitahuan Objek Pajak) sesuai dengan keadaan dari objek pajak yang
didaftarkan.
2) Tatacara Pengisian SPOP
Wajib pajak melaporkan SPOP kepada Dirjen pajak selambat
lambatnya 30 hari setelah SPOP diterima.
3) Waktu Pembayaran Tepat
Nominal pembayaran tertera dalam SPPT yang dibuat berdasarkan
SPOP yang dilaporkan selambat lambatnya 6 bulan setelah SPPT diterima.
2.3.3 Peraturan Perpajakan dan UMKM
Sudut pandang terkait definisi UMKM sangat beragam. Definisi
UMKM dibutuhkan untuk memberikan batasan klasifikasi apakah suatu
usaha termasuk kedalam kategori UMKM atau tidak. Di Indonesia, definisi
UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 tentang UMKM Dalam Bab 1 Pasal (1), yang secara singkat dijelaskan
oleh table berikut ini.

5
Tabel 1 Kriteria UMKM
Kriteria
No Uraian Aset Omzet
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Usaha Kecil > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5Miliar – 50 Miliar
Sumber : Data diolah peneliti, 2021
Peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam perekonomian di
Indonesia sangat tinggi. UMKM merupakan penopang perekonomian
karena kontribusinnya yang sangat tinggi. Meskipun memiliki kontribusi
yang tinggi pada perekonomian di Indonesia, namun terdapat kesenjangan
dimana kontribusi UMKM pada penerimaan pajak sangat kecil. Dalam
upaya mendorong pemenuhan kewaajiban perpajakan secara sukarela,
pemerintah mengeluarkan regulasi yakni PP No 46 Tahun 2013. Dalam
perjalanannya PP 46 tahun 2013 banyak menuai pro-kontra. PP 46 tahun
2013 dinilai terlalu memberatkan dan sebagai bentuk penindasan
pemerintah dalam wujud pajak penghasilan pengusaha kecil. Peraturan
tersebut kemudian digantikan dengan PP No 23 Tahun 2018. PP No 23
Tahun 2018 merupakan peraturan yang baru saja dijalankan sejak 1 Juli
2018. Adapun tarif pajak penghasilan dalam peraturan terbaru sebesar 0,5%
dari omset.
Dalam peraturan ini juga terdapat kebijakan berbeda dengan
kebijakan sebelumnya. Dalam kebijakan baru ini ada jangka waktu
pengenaan pajak penghasilan final bagi wajib pajak. Jangka waktu ini
berbeda untuk setiap subyek pajak. Pertama, subyek pajak orang pribadi,
insentif tersebut berjangka waktu selama 7 tahun. Kedua, subyek pajak
badan usaga berbentuk Perseroan Terbatas, insentif berjangka waktu selama
3 tahun. Terakhir, subyek pajak badan usaha berbentuk CV, firma, dan
koperasi, insentif berjangka waktu selama 4 tahun. Insentif pajak 0,5%
memberikan keringanan bagi pelaku UMKM yang diharapkan menstimulasi
munculnya pelaku UMKM baru untuk berkembang dan memberikan ruang
finansial dengan berkurangnya beban yang harus ditanggung, sehingga bisa
digunakan untuk melakukan ekspansi usaha.

2.3.4 Insentif Pajak


Menurut Asson & Zolt dalam (Selvi 2020) dkk, mendefinisikan
insentif pajak sebuagai suatu pengecualian pengenaan pajak, pembebasan
pajak, pengurangan atau kredit pajak tertentu, tarif khusus atau kewajiban
pajak yang di tangguhkan. Menurut Black Law Dictionary dalam
(Hasibuan, 2016) Insentif Pajak merupakan sebuah penawaran pemerintah,
melalui manfaat pajak dalam suatu kegiatan tertentu, seperti kontribusi uang
atau harta untuk kegiatan yang bekualitas. Menurut PMK no. 86 tahun 2020
untuk melakukan penanganan dampak pandemi Corona Virus Disease 2019
saat ini, perlu dilakukan perluasan sektor yang akan diberikan insentif
perpajakan yang diperlukan selama masa pemulihan ekonomi nasional
dengan memberikan kemudahan pemanfaatan insentif yang lebih luas.
2.3.5 Persepsi atas Kebijakan Insentif Pajak

6
Dalam kondisi dunia usaha yang berada di tengah pandemi
sebagaimana yang terjadi sejak awal tahun 2020, pemerintah Republik
Indonesia mengamnil kebijakan untuk memberikan insentif bagi wajib
pajak. Prosedur peraturan pajak mengatur kepatuhan dan administrasi
pajak, termasuk kewajiban wajib pajak untuk mengajukan pengembalian
dengan benar dan tepat waktu. Jika undang-undang perpajakan jelas dan
tepat. Namun masing terjadi wajib pajak yang belum menerima insentif
pajak tersebut.
2.3.6 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka berikut ini merupakan dasar pemikiran dalam melakukan
analisis dalam penelitian ini.
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Sosialisasi
Perpajakan
Efektivitas
Insentif Pajak
Pemahaman
Sumber : Data diolah peneliti, 2021
Perpajakan

2.4 Hipotesis Penelitian


2.4.1 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Efektivitas Insentif Pajak
Sosialisasi perpajakan merupakan penyuluhan secara langsung atau
melalui media sosial. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai insentif pajak. Sosialisasi yang semakin gencar dan intensif akan
menjadikan wajib pajak mengerti akan kewajiban perpajakannya sehingga
bersedia untuk menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sa’diah, dkk (2019) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa sosialisasi pajak berpengaruh positif
terhadap insentif pajak. Hal ini didukung oleh penelitian Ayem dan
Nofitasari (2019) yang membuktikan bahwa sosialisasi PP Nomor 23 Tahun
2018 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis yang pertama
dalam penelitian ini yaitu:
H1: Sosialisasi perpajakan berpengaruh posistif terhadap Efektivitas
Insentif Pajak.
2.4.2 Pengaruh Pemahaman Perpajakan Terhadap Efektivitas Insentif Pajak
Insentif pajak diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86
Tahun 2020 tentunya bertujuan untuk meringankan beban ekonomi wajib
pajak UMKM dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Insentif PPh
final terutang diberikan kepada wajib pajak sesuai kriteria PP Nomor 23
Tahun 2018 yang terdampak pandemic corona virus disease 2019. Wajib
mengajukan permohonan surat keterangan PP 23/2018 kepada DJP terlebih
dahulu secara online setelah itu wajib pajak dapat memanfaatkan insentif
PPh DTP tersebut. Peraturan yang mudah dipahami dan diterapkan,
menjadikan wajib pajak bersedia untuk menjalankan kewajiban
perpajakannya. Penelitian yang dilakukan oleh Ilkham dan Haryanto (2017)
menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan

7
berpengaruh postif terhadap kemauan membayar pajak. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dirumuskan hipotesis yang kedua dalam penelitian ini yaitu:
H2: Pemahaman perpajakan berpengaruh posistif terhadap Efektivitas
Insentif Pajak.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang diketahuinya. Untuk menganalisis data yang dikumpulkan
melalui angket atau kuesioner dipergunakan skor penilaian. Kuesioner
disebarkan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah
Ungaran Barat Sebanyak 96 pelaku UMKM.

Kuesioner Penelitian
Profil Responden
Berilah tanda check list (√ ) untuk setiap jawaban yang menurut anda paling
sesuai dengan diri anda
1. Nama : ............................................................
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Usia : 18-25 Thn 26-35 Thn >35Thn
4. Pendidikan Terakhir : SMP SMA Lainnya :…….
5. Lama Usaha : 0 < 1Thn 1 – 2 Thn > 2 Thn
6. Jenis kepemilikan Usaha : Badan Perseorangan
7. Mempunyai NPWP : Ya Tidak
8. Merupakan PKP : Ya Tidak
9. Omset Per Tahun : <300jt 300jt-1M
1- 4,8 M >4,8 M

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Bapak/Ibu tinggal beri tanda check list ( √ ) pada salah satu kolom yang
sesuai dengan pilihan.
2. Jika ada kesalahan dalam memilih alternatif jawaban,beri tanda (X) pada
kolom yang salah kemudian beri tanda check list ( √ ) pada kolom yang
sesuai.
3. Semua pertanyaan yang ada, mohon di jawab tanpa ada satupun yang
terlewat.
B. Keterangan Jawaban
1. STS : Sangat Tidak Setuju
2. TS : Tidak Setuju
3. RR : Ragu-Ragu
4. S : Setuju
5. SS : Sangat Setuju
Kuesioner Insentif Pajak (Y)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS RR S SS
1. Saya sudah benar – benar memanfaatkan

8
PMK terbaru mengenai pemberlakuan Insentif
Pajak
2. Saya melaporkan pajak penghasilan dengan
mengisi surat pemberitahuan dengan
melampirkan laporan keuangan fiskal
3. Sebagai wajib pajak saya menggunakan dasar
pengenaan pajak 0,5% dari omset untuk
perhitungan pajak penghasilan
4. Sebagai wajib pajak saya sudah melakukan
pembukuan/pencatatan dengan benar
Sumber : Diolah 2021
Kuesioner Sosialisasi Perpajakan (X1)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS TS RR S SS
1. Sosialisasi mengenai insentifitas pajak pada
masa pandemic covid-19 sudah dilaksanakan
dengan baik oleh petugas KPP Ungaran

2. Sosialisasi mengenai pemberlakuan insentif


pajak pada masa pandemi covid-19 melalui
Daring
3. Sosialisasi mengenai Insentif pajak melalui
billboard lebih efektif dibandingkan melalui
website Ditjen Pajak
Sumber : Diolah 2021

Kuesioner Pemahaman Perpajakan (X2)


No. Pernyataan Pilihan Jawaban
STS T RR S SS
S
1. Petugas KPP sering memberikan informasi
mengenai pemberlakuan insentif Pajak pada
masa pandemik covid-19
2. Petugas KPP sering mengajak diskusi mengenai
pemberlakuan insentif pajak pada masa
pandemi covid-19
3. Petugas KPP selalu melakukan penyuluhan
mengenai insentif pajak pada masa pandemi
covid-19
Sumber : Diolah 2021
3.2 Desain Penelitian
Rancangan penelitian pada penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Analisis kuantitatif yaitu berbentuk angka - diangkakan dan
analisis kualitatif dengan cara menjelaskan yang berbentuk kata, dan kalimat.

9
Penelitian kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek
pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena social dijabarkan kedalam beberapa
komponen masalah, variabel dan indikator. Setiap variabel yang ditentukan di
ukur dengan memberikan symbol-symbol angka yang berbeda-beda sesuai
dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan
menggunakan symbol- symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara
kuantitatif matematik dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan suatu
kesimpulan yang berlaku umum di dalam suatu parameter.
Tujuan utama dari metodologi ini adalah menjelaskan suatu masalah
tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi adalah suatu kenyataan
kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang
diperkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat
dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang
umum3.2.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2002:108). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM di
Ungaran Barat yang berjumlah 130 pelaku UMKM. Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:109).
Ukuran sampel yang dapat dianggap resprentatif ditetapkan menggunakan
rumus Slovin dalam Umar (2007:78).
2
n=N /(1+ N . ( e ) )
¿ 127/¿ ¿)
¿ 127/(1+ 127. ( 0,0025 ) )
¿ 127/(1+ 0,3175)
¿ 127/1,3175
¿ 96,394 dibulatkan menjadi 96
Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 96 Pelaku UMKM.
3.2.2 Jenis dan Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan. Jenis data dapat dibagi menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari lokasi penelitian yaitu dari hasil wawancara dengan
beberapa komunitas UMKM di wilayah Ungaran Barat. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari buku-buku, penelitian sebelumnya, jurnal-
jurnal, media internet dalam hal ini situs-situs perpajakan, situs resmi
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, dan situs resmi Direktorat
Jenderal Pajak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Sumber data yang dihasilkan merupakan hasil pengisian kuesioner
oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah
Ungaran Barat Sebanyak 96 pelaku UMKM.
3.3 Analisis Data
3.3.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009: 18).
3.3.2 Uji Asumsi Klasik

10
Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis
memenuhi kriteria BLUE (Best, Linier, Unbiased Estimator). Uji asumsi
klasik terdiri dari uji normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinieritas.
3.3.3 Uji Hipotesis
a. Regresi Linier Berganda
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda dengan variabel dependen adalah Efektivitas Insentif Pajak dan
variabel independen adalah Sosialisasi dan Pemahaman Perpajakan. Analisis
linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara profitabilitas
(variabel dependen) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Model regresi
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = α + b1 X1 + b2 X2 + e
Dimana :
Y = Efektivitas Insentif Pajak
α = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi parsial
X1 = Variabel Sosialisasi Perpajakan
X2 = Variabel Pemahaman Perpajakan
e = Eror (nilai residual)

a. Uji Parsial (Uji t)


Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruhnya satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel (Ghozali, 2013: 98).
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho: β = 0, artinya variabel-variabel bebas (faktor sosialisasi perpajakan dan
pemahaman perpajakan) secara individual tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terkait (efektivitas insentif pajak).
Ha: β≠ 0, artinya variabel-variabel bebas (faktor sosialisasi perpajakan dan
pemahaman perpajakan) secara individual mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel terkait (efektivitas insentif pajak).
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel
dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. (Ghozali, 2013:97).

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

Karakteristik responden menjelaskan gambaran mengenai identitas


responden dalam penelitian ini, sebab dengan menjelaskan identitas responden
yang menjadi sampel dalam penelitian ini maka akan dapat diketahui sejauh
mana identitas responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu, karakteristik
responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, lama usaha, jenis kepemilikan, bentuk usaha, NPWP, kena pajak, dan
penghasilan. Penjelasan sebagai berikut :
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dengan penyebaran
kuesioner, maka diperoleh data tentang jenis kelamin responden yaitu jumlah
responden laki-laki dan perempuan yang berjumlah 96 orang terbagi menjadi

11
55 responden (57%) berjenis kelamin laki-laki dan 41 responden (43%)
berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dengan penyebaran
kuesioner, maka diperoleh data tentang usia responden adalah berusia 18 – 25
tahun sebanyak 36 atau (38%), responden yang berusia 26 – 30 tahun
sebanyak 25 orang atau (26%), responden yang berusia 31 – 40 tahun sebanyak
29 orang atau (30%), responden yang berusia > 40 tahun sebanyak 6 orang atau
(6%). Dari hasil berdasarkan usia yang paling banyak adalah yang berusia 18-
25 tahun.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dengan penyebaran
kuesioner, maka diperoleh data tentang tingkat pendidikan bahwa responden
dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 orang atau (5%), SMA berjumlah
51 orang atau (53%), responden dengan tingkat pendidikan D3 berjumlah 14
orang atau (15%),responden dengan tingkat pendidikan S1 berjumlah 22 orang
atau (23%). Dan responden dengan tingkat pendidikan S2 berjumlah 4 orang
atau (4%). Jumlah responden dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak di
bandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain.
Berdasarkan data penelitian di peroleh data tentang lama usaha
responden dengan keriteria lama Usaha memiliki pengalaman, kepercayaan diri
dan penguasaan pekerjaan yang lebih baik (Robbins, 2011:65). Berdasarkan
data yang diterima menunjukan bahwa responden penelitian dengan lama
Usaha < 1 tahun sebanyak 24 orang atau (25%), responden dengan lama Usaha
1-2 tahun sebanyak 23 orang atau (24%), dan responden dengan lama Usaha >
2 tahun sebanyak 49 orang atau (51%). Jumlah responden pada karakteristik
lama Usaha diatas 2 tahun lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
responden pada karakteristik lama Usaha yang lain yaitu sebesar 51%.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan dengan penyebaran
kuesioner, maka diperoleh data tentang jenis kepemilikan responden jenis
kepemilikan, jumlah Jenis kepemilikan perorangan 84 orang atau (88%) dan
jumlah kepemilikan Badan 12 orang atau (13%).
Berdasarkan penghasilan responden menunjukkan bahwa jumlah
responden yang memiliki penghasilan < 600jt sebanyak 80 atau (83%),
responden yang memiliki penghasilan 600jt sebanyak 9 orang atau (9%),
responden yang memiliki penghasilan 1M - 4,8M sebanyak 5 orang atau (5%),
responden yang memiliki penghasilan > 4,8M sebanyak 2 orang atau (2%).
Dari hasil berdasarkan Penghasilan < 600jt paling banyak.

4.1 Analisis Data


4.1.1 Uji Validitas dan Reabilitas Angket
Uji Validitas Angket

Uji validitas angket bertujuan untuk mengetahui apakah suatu alat


pengukur yang telah disusun memiliki validitas, dan hasilnya akan
menunjukkan sampai seberapa jauh alat pengukur benar-benar mengukur
terhadap butir pertanyaan.
Uji validitas dilaksanakan dengan rumus korelasi Product Moment,
dan menggunakan program SPSS 22. Item angket dikatakan valid jika rhitung
> rtabel pada taraf signifikansi 5% dan dikatakan tidak valid jika rhitung <

12
rtabel pada taraf signifikansi 5%. Ringkasan hasil uji validitas tiap item angket
disajikan pada table berikut :

Tabel 4.2 Validitas X1 (Sosialisasi Perpajakan)


Item rxy rtabel (5%, 96) Signifikansi Keterangan
1 0,538 0,195 0,00 Valid
2 0,752 0,195 0,00 Valid
3 0,647 0,195 0,00 Valid
4 0,774 0,195 0,00 Valid
5 0,710 0,195 0,00 Valid
6 0,751 0,195 0,00 Valid
Sumber: data primer diolah (2021)

Tabel 4.3 Validitas X2 (Pemahaman Perpajakan)


Item rxy rtabel (5%, 100) Signifikansi Keterangan
1 0,804 0,195 0,00 Valid
2 0,763 0,195 0,00 Valid
3 0,734 0,195 0,00 Valid
4 0,712 0,195 0,00 Valid
5 0,697 0,195 0,00 Valid
6 0,746 0,195 0,00 Valid
Sumber: data primer diolah (2021)

Tabel 4.4 Validitas Y (Efektifitas Intensif Pajak)


Item rxy rtabel (5%, 100) Signifikansi Keterangan
1 0,526 0,195 0,00 Valid
2 0,641 0,195 0,00 Valid
3 0,730 0,195 0,00 Valid
Sumber: Output SPSS 25, data primer diolah (2021)

Dari table validitas X1, X2 dan Y dapat disimpulkan bahwa semua


item angket memenuhi kriteria validitas sehingga dapat digunakan semua.
4.1.2 Uji Reliabilitas
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Tiap Variabel

Variabel rxy rtabel (5%,96) Kesimpulan

Sosialisasi Reliabel (dapat


0,818 0,195
Perpajakan (X1) digunakan)

Pemahaman Reliabel (dapat


0,862 0,195
Perpajakan (X2) digunakan)

13
Efektifitas Intensif Reliabel (dapat
0,834 0,195
Pajak (Y) digunakan)
Sumber: data primer diolah (2021)

Uji reliabilitas dilakukaan dengan bantuan SPSS for windows, yang


memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach
Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha 0,60. Kriteria reliabilitas suatu instrument yaitu :
Nilai Kriteria
α=1 Reliabilitas sempurna
0,90 ≤ α < 1 Sangat Reliabel
0,70 ≤ α < 0,90 Reliabel
0,40 ≤ α < 0,70 Cukup Reliabel
0,20 ≤ α < 0,40 Kurang Reliabel
TIdak Reliabel
α < 0,20
Sumber : data primer diolah (2021)

Dari hasil analisis, didapatkan nilai α = 0,926. Hal ini menunjukkan


bahwa angket yang dipakai sangat reliabel sehingga layak digunakan sebagai
alat pengumpul data.

4.6 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik adalah uji prasyarat sebelum melakukan uji regresi
berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah model regresi yang
diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator) atau data yang valid, maka dilakukan uji asumsi
klasik. Jika model regresi tidak lolos dari uji asumsi klasik, artinya terkena
salah satu masalah, baik itu multikolinearitas atau heteroskedastisitas, maka
model tersebut tidak layak digunakan untuk menggambarkan atau memprediksi
dan meramalkan suatu kejadian, karena hasil prediksi tersebut bias atau tidak
valid.

4.2.1 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya memiliki
nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan
pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya.
Berdasarkan uji normalitas menggunakan metode Kolmogorv –
Smirnov, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200. Hal ini berarti signifikansi
> 0,05 sehingga data berdistribusi normal.

14
4.2.2 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang
linear Antara satu variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linearitas
merupakan syarat sebelum dilakukan uji regresi linear berganda. Jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05, maka kesimpulannya adalah terdapat
hubungan linear secara signifikan antara variabel predictor (X) dengan variabel
kriterium (Y). Sebaliknya, Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka
kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan yang linear antara variabel
predictor (X) dengan variabel kriterium (Y).

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas


Variabel Signifikansi Kesimpulan

Sosialisasi Perpajakan
0,966 Linear
dengan Insentif Pajak

Pemahaman Perpajakan
0,928 Linear
dengan Insentif Pajak
Sumber: data primer diolah (2021)

Dari table di atas, dapat dilihat bahwa variabel Sosialisasi perpajakan


dan pemahaman perpajakan mempunyai hubungan yang linear terhadap
insentif pajak.
4.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi
antar variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya
tidak memiliki korelasi diantara varibel bebas. Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal adalah variabel bebas
yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Dasar pengambilan keputusan pada Uji Multikolonieritas dapat
dilakukan dengan dua cara yakni :
1. Melihat nilai Tolerance :
a. Jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya Tidak terjadi
Multikolinieritas terhadap data yang di uji.
b. Jika nilai Tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya Terjadi
Multikolinieritas terhadap data yang di uji.
2. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
a. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka artinya Tidak terjadi
Multikolinieritas terhadap data yang di uji.
b. Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00 maka artinya Terjadi
Multikolinieritas terhadap data yang di uji.

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas


Variabel Toleransi VIF Kesimpulan
Sosialisasi Tidak terjadi
Perpajakan 0,367 2,727 multikolinearitas
Pemahaman 0,367 2,727 Tidak terjadi

15
Perpajakan multikolinearitas
Sumber: data primer diolah (2021)

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas


Uji ini pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Dasar pengambilan keputusan pada Uji Heteroskedastisitas yaitu :
a. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, kesimpulannya adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika nilai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, kesimpulannya
adalah terjadi heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Rank Spearman.

Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokodesitas


Variabel Signifikansi Kesimpulan

Sosialisasi
0,646 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Perpajakan

Pemahaman
0,527 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Perpajakan
Sumber: data primer diolah (2021)

Gambar 2 Scatterplot

Sumber: data primer diolah (2021)

Berdasarkan grafik scatter plot tersebut, sebaran data lebih banyak terkumpul
pada satu titik sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
data.

16
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan
Antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dapat diketahui dengan cara analisis regresi berganda
dan diuji dengan Ftest.

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda


Variabel Koefisien Regresi Thitung Signifikansi
Konstanta
0,09 1,33 0,895
(B)
Sosialisasi
0,324 6,372 0,000
Perpajakan

Pemahaman
0,192 4,518 0,000
Perpajakan

Fhitung = 145,679
Signifikansi = 0,000
R2 = 0,758
Sumber: data primer diolah (2021)

Berdasarkan tabel, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai


berikut :
Y = 0,09 + 0,324X1 + 0,192X2
Y = Insentif Pajak
X1 = Sosialisasi Perpajakan X2 = Pemahaman Perpajakan
Interpretasi :
1. Nilai konstanta sebesar 0,09. Hal ini berarti bahwa jika Sosialisasi
Perpajakan dan Pemahaman Perpajakan tetap (tidak berubah) maka akan
terjadi kenaikan insentif pajak.
2. Nilai koefisien X1 sebesar 0,324. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
Sosialisasi Perpajakan maka insentif pajak akan naik sebesar 0,324
dengan asumsi bahwa Pemahaman Perpajakan adalah tetap.
3. Nilai koefisien X2 sebesar 0,192. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
kenaikan Pemahaman Perpajakan maka insentif pajak akan naik sebesar
0,192 dengan asumsi bahwa Sosialisasi Perpajakan tetap.
4.3.2 Uji Parsial (Uji T)
A. Hipotesis pertama yang diajukan yaitu Sosialisasi Perpajakan (X1)
berpengaruh terhadap Insentif Pajak (Y). berdasarkan analisis regresi linier
berganda, diketahui bahwa koefisien regresi dari Sosialisasi Perpajakan (X1)
sebesar 0,324 dan bernilai positif, sehingga dapat dikatakan Sosialisasi
Perpajakan dilakukan berpengaruh positif terhadap insentif pajak (Y).

17
pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap insentif pajak dilakukan melalui uji
t yaitu :
1. Hipotesis :
H0 : β = 0 (ada pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y)
Ha : β ≠ 0 (tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y)
2. Tingkat signifikansi α = 0,05
3. Kriteria pengujian :
a. Terima H0 jika thitung > ttabel atau sig < α
b. Tolak H0 jika thitung < ttabel atau Sig > α
4. Hasil pengujian :
ttabel = ttabel = t(α/2;n-k-1) = t(0,05/2;96-2-1) = 1,989
thitung = 6,372 signifikansi = 0,000 thitung
> ttabel, sig < α, sehingga H0 diterima.
5. Kesimpulan : variabel sosialisasi perpajakan berpengaruh positif secara
dan signifikan terhadap efektifitas insentif pajak sebesar 70,5%.

B. Hipotesis kedua yang diajukan yaitu Pemahaman Perpajakan (X 2) berpengaruh


terhadap insentif pajak (Y). berdasarkan analisis regresi linier berganda,
diketahui bahwa koefisien regresi dari variabel Pemahaman Perpajakan (X2)
sebesar 0,147 dan bernilai positif, sehingga dapat dikatakan produk yang
dijual berpengaruh positif terhadap insentif pajak (Y). pengaruh harga yang
dijual terhadap hasil penjualan dilakukan melalui uji t yaitu :
1. Hipotesis :
H0 : β = 0 (ada pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y)
Ha : β ≠ 0 (tidak ada pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y)
2. Tingkat signifikansi α = 0,05
3. Kriteria pengujian :
a. Terima H0 jika thitung > ttabel atau sig < α
b. Tolak H0 jika thitung < ttabel atau Sig > α
4. Hasil pengujian :
ttabel = t(α/2;n-k-1) = t(0,05/2;100-4-1) = 1,988
thitung = 4,518
signifikansi = 0,000 thitung > ttabel, sig
< α, sehingga H0 ditolak.
Kesimpulan : variabel Pemahaman Perpajakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap efektifitas insentif pajak sebesar 65,2%.
4.3.3 Uji Simultan (Uji F)
Pengujian regresi berganda dengan menggunakan signifikansi yaitu
dengan melihat nilai sig. Dibandingkan dengan besarnya  atau dapat
dilihat dari nilai F test. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model, secara
bersamasama mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel yang ingin
dijelaskan dengan menggunakan uji F test. Pengujian ini dilakukan untuk
menguji pengaruh X1 dan X2 terhadap Y secara bersama-sama.
1. Hipotesis :
H0 = 0 (X1 dan X2 tidak berpengaruh terhadap Y)
Ha ≠ 0 (X1 dan X2 berpengaruh terhadap Y)
2. Tingkat signifikansi α = 0,05

18
3. Kriteria pengujian :
a. Terima H0 jika Fhitung ≤ Ftabel atau sig > α
b. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel atau Sig < α
4. Hasil pengujian :
Ftabel = F(k;n-k) = F(2;94)
= 3,09 Fhitung = 145,679
signifikansi = 0,000
Fhitung > Ftabel, sig < α, sehingga H0 ditolak.
5. Kesimpulan : variabel sosialisasi perpajakan dan pemahaman perpajakan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap insentif pajak.
4.3.4 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara
semua variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Koefisien
determinasi menunjukkan seberapa besar persentasi variasi dalam dependen
variabel yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam independen variabel.
Berdasarkan analisis data melalui SPSS, diperoleh R 2 sebesar 0,758. Hal ini
memperlihatkan bahwa variabel sosialisasi perpajakan dan pemahaman
perpajakan, secara keseluruhan mempengaruhi insentif pajak sebesar 75,8%,
sedangkan 24,2 % dipengaruhi oleh factor lain.
4.4 Pembahasan
Dari hasil uji T yang dilakukan secara parsial atau sendiri, menyatakan
bahwa variabel Sosialisasi Perpajakan berpengaruh terhadap variabel
Efektivitas Insentif Pajak dan variabel Pemahaman Perpajakan berpengaruh
terhadap variabel Efektivitas Insentif Pajak. Sedangkan dari hasil uji F yang
dilakukan secara simultan atau bersama-sama, menyatakan bahwa variabel
kompetensi pegawai dan variabel pengembangan karir berpengaruh
terhadap variabel kinerja pegawai. Berikut penjelasan dari setiap variabel :
4.4.1 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Efektivitas Insentif Pajak
Berdasarkan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa
koefisien regresi dari Sosialisasi Perpajakan (X1) sebesar 0,324 dan bernilai
positif, sehingga dapat dikatakan Sosialisasi Perpajakan dilakukan
berpengaruh positif terhadap insentif pajak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yuni Mulya Ningrum et al (2016) dengan jurnal penelitian
“Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang
Penghasilan Yang Diperoleh Wajib Pajak Sektor Umkm (Studi Pada Kantor
Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Sidoarjo Selatan)”. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan, Faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari orang
lain atau lingkungan berpengaruh terhadap Wajib Pajak UMKM. Adanya
sikap kedisiplinan, perencanaan, dan upaya menjalankan strategi serta
kecukupan SDM dari pihak KPP berpengaruh terhadap wajib pajak UMKM.
4.4.2 Pengaruh Pemahaman Perpajakan Terhadap Efektivitas Insentif Pajak
Berdasarkan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa
koefisien regresi dari variabel Pemahaman Perpajakan (X2) sebesar 0,147
dan bernilai positif, sehingga dapat dikatakan pemahaman perpajakan
berpengaruh positif terhadap insentif pajak.
Hasil setuju mendukung pernyataan dari N.L. Supadmi (2010:13)
yang menyatakan Pemahaman wajib pajak merupakan tingkat pengetahuan

19
dan kemampuan wajib pajak baik secara konten maupun administrasinya.
Pengetahuan wajib pajak terkait PP No.23 Tahun 2018 akan memberikan
gambaran rasional bagi wajib pajak dalam rangka Pemanfaatan Insentif
Pajak.
4.4.3 Pengaruh Sosialisasi dan Pemahaman Perpajakan Terhadap
Efektivitas
Insentif Pajak
Pengujian regresi berganda dengan menggunakan signifikansi yaitu
dengan melihat nilai sig. Dibandingkan dengan besarnya  atau dapat
dilihat dari nilai F test. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model, secara
bersamasama mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel yang ingin
dijelaskan dengan menggunakan uji F test. Pengujian ini dilakukan untuk
menguji pengaruh X1 dan X2 terhadap Y secara bersama-sama.
Hasil menunjukkan bahwa f-tabel sebesar 3,09 dan f-hitung sebesar
145,679 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan nilai
signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
variabel sosialisasi perpajakan dan pemahaman perpajakan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap insentif pajak.
Hal ini didukung dengan penelitian Rohmawati dkk (2012:11) yang
menyatakan . sosialisasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib
Pajak, penelitian Widowati (2015: 11) yang menyatakan sosialisasi
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, dan
penelitian Purba (2016:29) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif antara sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.

BAB V RENCANA TAHAP SELANJUTNYA

Rencana tahab sealanjutnya adalah penyelesaian laporan


penelitian dan pembuatan draft jurnal
BAB VI PENUTUP
Demikian laporan kemajuan ini kami sampaikan, semoga laporan ini dapat
memberikan gambaran tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian sebagai tindak lanjut dari disetujuinya pengajua anggaran
DIPA 2021. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
kepada LPPM dan seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini. Kami sadar
bahwa dalam melaksanakan dan menyusun laporan akhir ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun agar dalam menyelesaikan kegitan yang akan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aulawi, A. 2020. Penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


undang Nomor 1 Tahun 2020 Sebagai Strategi Kebijakan Pajak

20
Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Keuangan Negara.
Jurnal Pendidikan, Akuntansi dan Keuangan Universitas Banten Jaya, 3
(2):110132, Agustus. 24
Antara, Pryanka, A., & Candra, S. A. (2020, June 11). Empat Sektor Ekonomi
yang Paling Tertekan Pandemi Covid-19. Republika.Co.Id, p.
https://republika.co.id/berita/q83llp409/empat-sek.
Arvita, R., & Sawarjuwono, T. (2020). Etika Profesional Konsultan Pajak
Dalam Melaksanakan Perannya Sebagai Mitra Wajib Pajak Dan
Pemerintah. EJurnal Akuntansi, 30(1), 88–100.
https://doi.org/https://doi.org/10.24843/EJA.2020.v30.i01.p07
CNN Indonesia. (2020, February 4). Mengenal 7 Virus Corona yang Jangkiti
Manusia. CNN Indonesia. Retrieved from
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200203155532-199471187/
mengenal-7virus-corona-yang-jangkiti-manusia
Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER -
08 /PJ /2020, Pub. L. No. PER-08 /PJ /2020 (2020). Indonesia.
Menteri Keuangan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 44/PMK.03/2020, Pub. L. No. PMK
44/PMK.01/2020 (2020). Indonesia.
Arya Yogatama. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi di Wilayah KPP Pratama Semarang
Candisari). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Bambang Sucipto. 2008. Perpajakan Kita. Jakarta :
Salemba Empat.
Herry Purwono. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak.
Jakarta : Erlangga.
M. Djafar Saidi. 2011. Kejahatan di Bidang Perpajakan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kustadi Arinta. 2003. Pokok-Pokok Perpajakan Nasional. Bandung : Alumni.
M. Djafar Saidi. 2011. Kejahatan di Bidang Perpajakan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta : Andi.
Mohammad Zain. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Penerbit/ Salemba
Empat
Nurmantu Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan.
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010. .Perpajakan Indonesia :
Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soeradjat. 2009. Perpajakan Nusantara. Jakarta : Salemba Empat.
Sudaryono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugeng Wahono. 2012.Teori dan Aplikasi: Mengurus Pajak itu
Mudah.Mojokerto: Gramedia Direct.
Suharsimi Arikunto. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

21
Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Sutrisno Hadi. 1991. Analisa Butir untuk Instrument edisi 1. Andi
Offset.Yogyakarta.
Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi research jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset
Thomas Soebroto dan Daradjat Harahap. 2003.
Tanya Jawab
Perpajakan.Semarang : Dahara Prize.
Wibowo.2013. Pajak Penghasilan Badan Pasal 25. (http://Wibowo Pajak/PPh
Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Badan.html diakses pada tanggal 1 April 2016).

22

Anda mungkin juga menyukai