Anda di halaman 1dari 3

KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM

DI MASA PANDEMI COVID-19

Dosen pengampu: Lalu Farhan Nugraha , SH., MH.,M.Si

Oleh

DINA AULIANA SOLEHAH


61119023

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Ilmu Hukum
Universitas Serang Raya
2021
Serang,Banten- Indonesia merupakan negara yang luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau, hal
tersebut juga berarti kalau Indonesia terdiri dari banyak masyarakat. Tidak hanya itu, masyarakat
Indonesia banyak yang membuka usaha mereka sendiri demi keberlangsungan hidup mereka.
Banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk mendirikan Usaha Mikro, Kecil, Menengah
atau sering dikenal dengan sebutan UMKM.Data saat ini menunjukkan bahwa terdapat 65 juta
UMKM di Indonesia yang sudah tercatat.
Menurut Keputusan Mentri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, menyatakan bahwa: “Kepatuhan
perpajakan adalah tindakan dari wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
dengan kententuan perundang- undangan”.
Pandemi Covid-19 telah melanda di seluruh dunia yang dapat menjadi tantangan ketahanan
ekonomi, tak terkecuali di Indonesia. Dampak adanya pandemi ini dapat mengganggu
jalannya roda pemerintahan. Adanya hal tersebut, pemerintah telah sigap mengeluarkan
berbagai kebijakan. Kebijakan dari pemerintah salah satunya terkait dengan perpajakan.
Penerimaan pajakyang menjadi tulang punggung perekonomian dan kontribusi yang besar
terhadap APBN tentu terkena dampak akibat adanya pandemi ini.
Penerimaan dari sektor pajak yang berpotensi untuk negara Indonesia berasal dari UMKM.
Semakin besar pertumbuhan UMKM di Indonesia, maka semakin besar pajak penghasilan
yang diterima dari sektor UMKM (Novianadkk,2020). Survey yang telah dilakukan oleh Asian
Development Bank(ADB) pada 525 UMKM di Indonesia pada tahun 2020, kondisi bisnis
UMKM pada dua bulan pertama saat pandemi mengalami kondisi yang kurang baik.
Usaha Mikro Kecil Menengah juga mengalami penurunan permintaan dan pemasaran
produk. Tingkat penjualan UMKM yang mengalami penurunan, dapat menyebabkan
UMKM menurunkan tingkat biaya yang menjadi beban perusahaan misalnya, beban pajak
(Pertiwi, 2021).
UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang
mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. Kegiatan
usahanya mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas
kepada masyarakat.UMKM sebagai salah satu pilar utama ekonomi nasional yang memberikan
kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi mendominasi lebih dari 95% struktur perekonomian
nasional. Ditengah tuntutan kemampuan bersaing di dalam negeri yang masih dilindungi proteksi
pemerintah, UMKM harus mampu menghadapi persaingan global yang berasal dari berbagai
bentuk usaha mendorong integrasi pasar antar negara dengan seminimal mungkin hambatan.
Pajak merupakan salah satu bentuk pendapatan negara yang menyumbang persentase terbesar
dibandingkan dengan sektor pendapatan lain seperti minyak dan gas (migas) serta non-migas.
Keberhasilan suatu negara dalam mengumpulkan pajak dari warga negaranya dipastikan akan
bermanfaat bagi stabilitas ekonomi negara yang bersangkutan (Farouq, 2018: 1). Sumber
pendapatan negara dari pajak telah menjadi unsur utama dalam menunjang kegiatan
perekonomian, menggerakkan roda pemerintahan dan penyediaan fasilitas umum bagi
masyarakat. Bahkan pada beberapa tahun belakangan ini, pajak memenuhi kurang lebih 70
persen penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini
menunjukkan peranan pajak dalam mewujudkan stabilitas roda kehidupan negeri ini harus
semakin ditingkatkan, mengingat semakin tingginya tuntutan kebutuhan dan semakin
kompleksnya tantangan zaman modern (Farouq, 2018: 127).

Kewajiban Pajak yang berlaku bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bermacam-
macam jenisnya. Salah satu pajak yang harus dibayarkan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) adalah Pajak Penghasilan Final.Tujuan pemerintah dalam memberlakukan
PPh final adalah untuk mengurangi beban Wajib Pajak dan menunaikan kewajiban perpajakan.
Pandemi Covid-19 membuat kondisi perekonomian di Indonesia termasuk pelaku UMKM sangat
terpuruk. Setiap pelaku usaha UMKM memiliki tanggung jawab serta kewajiban sebagai wajib
pajak yang menjalankan pembayaran pajak.
Tarif baru dari beban pajak bagi pelaku usaha UMKM telah ditentukan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018. Dimana tarif PPh Final atas UMKM yaitu sebesar 0,5%
dari penghasilannya. Tergantung pada jenis transaksi yang dilakukan dan jumlah omzet yang
diperoleh pelaku usaha UMKM, sekurang-kurangnya anda memiliki kewajiban pajak seperti:
1. PPh Pasal 4 Ayat 2 atau PPh Final yang berlaku jika terdapat biaya sewa gedung atau
kantor. Memiliki omzet penjualan yang memenuhi kriteria pengusaha kena pajak.
2. PPh Pasal 21 diberlakukan jika UMKM bersangkutan memiliki pegawai atau
memperkerjakan karyawan.
3. PPh Pasal 23 berlaku jika ada kegiatan transaksi atas pembelian jasa atau lainnya yang
dilakukan UMKM.

Anda mungkin juga menyukai