Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP BIDANG PERPAJAKAN DI

INDONESIA
oleh:
Reyhan Panja Devrizal; Nurul Izzah Arrasyi: Danisa Febiani; Ratu Andri Yuliani
reyhanpanjad@gmail.com; izzahn952@gmail.com; febianidanisa@gmail.com;
ratuandriyuliani202@gmail.com

ABSTRAK
Kajian ini dilatarbelakangi oleh Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) yang terjadi saat ini. Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak negatif yang dapat
dirasakan di setiap bidang terutama pada bidang ekonomi dan perpajakan. Maka dari
itu, untuk memutus tali penyebaran Covid-19 pemerintah melakukan upaya dengan
memberlakukan sistem lockdown, social distancing, dan Pembatasan Sosial Bersekala
Besar (PSBB). Namun, dengan diberlakukannya sistem tersebut berdampak terhadap
sektor perekonomian sehingga menyebabkan pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia menjadi meningkat dan membuat perekonomian masuk ke dalam masa resesi.
Hal ini juga menyebabkan penerimaan negara berupa pajak penghasilan (PPh) menjadi
berkurang daripada tahun sebelumnya. Masalah yang dibahas adalah dampak pandemi
Covid-19 terhadap bidang perpajakan di Indonesia. Tujuan dari kajian ini adalah untuk
mengetahui perkembangan perpajakan selama masa pandemi Covid-19 dan dampak
yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 terhadap perpajakan di Indonesia. Metode
penulisan yang digunakan dalam artikel ini adalah menggunakan metode penelitian
kepustakaan. Metode penelitian kepustakaan merupakan proses pengambilan data
dengan tidak terjun kedalam lapangan secara langsung tetapi mengambil berbagai
sumber referensi yang mendukung kajian ini. Berdasarkan hasil pembahasan ditemukan
bahwa perkembangan perpajakan selama masa pandemi Covid-19 menurun drastis, baik
di Indonesia maupun dunia. Maka saat ini kebijakan fiskal yang ekspansif jadi opsi yang
diambil oleh berbagai Negara. Walaupun penerimaan pajak menurun, tetapi dalam
penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai pertumbuhan yang positif dikarenakan
kinerja ekspor yang membaik.
Kata kunci: Pajak, Pandemi Covid-19, Perkembangan.
1. PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang berlangsung di Indonesia dari bulan Maret 2020 sampai
dengan sekarang belum juga usai. Kasus yang bertambah setiap harinya dan perkiraan
dari banyak sumber bahwa Indonesia masih jauh dari puncak gelombang covid, banyak
melemahkan sektor sektor yang ada. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization) telah menetapkan status gawat darurat global untuk wabah virus
ini bukan hanya waspada terhadap penyakit nya tetapi juga waspada terhadap dampak
yang mungkin terjadi terhadap perekonomian dunia. Sektor yang terdampak pandemi
paling besar menurut Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika
Wirjoatmodjo adalah energi, pariwisata, dan infrastruktur transportasi. Terlepas dari
sektor yang sudah disebutkan, semua sektor yang ada di Indonesia bahkan dunia sudah
dilemahkan oleh pandemi yang tak kunjung usai ini.
Pembuat kebijakan yaitu pemerintah melakukan segala upaya dalam merangsang
keadaan di semua sektor yang berdampak serta mengalami penurunan atau kelambatan
agar kembali naik dan stabil. Kebijakan yang akan diterbitkan harus mencapai tujuan
khusus yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, keperluan dan juga keuntungan
kepada masyarakat. Maka, kebijakan yang dikeluarkan harus dilandasi dengan tujuan
pencapaian yang sedang dihadapi.
Salah satu sektor ekonomi yang terkena dampak pandemi ini adalah bidang
perpajakan. Pendapat Bawono Kristiaji, Partner of Tax Researcher & Training Service
DDTC, mengatakan, belajar dari berbagai krisis sebelumnya, kebijakan fiskal yang
ekspansif kerap menjadi opsi yang diambil oleh berbagai begara untuk menyelamatkan
ekonomi. Pemerintah telah berusaha untuk mencari jalan mengenai beberapa intensif
fiskal untuk merespon pandemi ini. Maka dari itu, setiap kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah diprediksi akan membawa dampak lebih baik dalam
meningkatkan serta mempercepat pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah
pengoptimalan wajib pajak yang pemanfaatannya akan berguna pada masa pandemi ini.
Oleh karena itu, tujuan dari pembuatan makalah ini selain memenuhi mata kuliah
perpajakan, yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan perpajakan
selama pandemi juga bagaimana dampak pandemi ini terhadap perpajakan di Indonesia
secara terperinci.
1.1 Latar Belakang
Pandemi covid-19 yang tak kunjung usai ini sangat merugikan banyak sektor di
dunia maupun di Indonesia. Terlebih dalam bidang pertumbuhan ekonomi yang di
definisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa di produksi dalam masyarakat berambah. Jika mengulas lebih lanjut
mengenai perekonomia, Indonesia di masa pandemi terutama dalam sektor perpajakan
diwujudkan sebbagai penyelamat ekonomi karena adanya kebijakan fiskal yang
ekspansif yang selalu dijadikan opsi.

Pajak adalah salah satu penyelamat dampak pandemi ini. Contohnya belanja yang
besar serta relaksasi pemungutan pajak adalah jurus utama penyelamatnya. Pemerintah
akan mendorong perekonomian terlebih akan mendorong kegiatan konsumsi (C),
Investasi (I), dan perdagangan internasional (X-M) yang sangat terganggu dan
cenderung menurun oleh karena itu, fiskal sangat menentukan keseimbangan ekonomi
di masa pandemi seperti sekarang.

Peran pajak harus dimaknai ulang secara mendalam dengan mementingkan hal hal
kecil yang penting sehingga dapat dijadikan refreksi dan dijadikan pelajaran berharga.
Oleh karena itu, pembuatan latar belakang dari makalah ini adalah untuk membuat para
pembaca mengerti tentang perkembangan perpajakan selama pandemi dan dampak
pandemi pada pajak Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dampak dari Pandemi Covid-19 terhadap bidang
perpajakan di Indonesia penting dikaji karena pajak merupakan salah satu pendapatan
negara yang dapat menyelamatkan negara dari pandemi yang sedang berlangsung ini
sehingga dapat membantu pemulihan perekonomian negara yang berasal dari sector
perpajakan.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam artikel ini difokuskan pada dampak andemi Covid-19
terhadap bidang perpajakan di Indonesia karena diharapkannya dengan mengetahui
dampak yang ditimbulkan dapat mengetahui kebijakan yang dapat dilakukan untuk
memulihkan kembali perpajakan di Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji adalah
1. Bagaimana perkembangan perpajakan selama masa pandemi Covid-19?
2. Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap perpajakan di Indonesia?

1.4 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui perkembangan perpajakan
dan dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terhadap perpajakan di
Indonesia.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam artikel ini adalah menggunakan metode
kepustakaan. Metode kepustakaan merupakan proses pengambilan data dengan tidak
terjun kedalam lapangan secara langsung tetapi mengambil berbagai sumber referensi
yang mendukung kajian ini. Pustaka utama yang digunakan berjudul APBN Kinerja dan
Fakta ditulis oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pustaka pendukung yang
dijadikan acuan adalah tulisan Peran Pajak dalam Perekonomian Selama Covid-19 yang
secara umum membahas peran pajak selama masa pandemi yang dapat membantu
memulihkan perekonomian di Indonesia. Selain itu, literatur pendukung yang lain
adalah tulisan Dampak Virus Corona terhadap Ekonomi dan Sistem Pajak.

2. KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan membahas tentang pengertian dan teori.

2.1 Pengertian Perpajakan


Menurut Soemitro (2019: 4), dijelaskan bahwa “Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Terkait pendapat di atas, Andriani (2013:2), menjelaskan bahwa “Pajak adalah
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran
– pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintah.”
Sejalan dengan dua pendapat di atas, Djajadiningrat (2014:1), menegaskan “Pajak
sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan umum.”
Berdasarkan atas tiga pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Pajak
adalah iuran dari rakyat yang bersifat memaksa kepada negara dan tidak mendapat
imbalan langsung untuk membiayai keperluan-keperluan negara.

2.2 Teori Perkembangan Perpajakan


Pendapatan negara dari perpajakan menurut Mulyani (2020) “Pendapatan negara
yang berasal dari sektor perpajakan turun sangat signifikan, untuk Indonesia perkirakan
awalnya hanya turun 10 persen. Mungkin, sekarang kita akan mendekati penurunan
pendapatan 15 persen dari perpajakan dan tahun 2021 akan menjadi masa transisi
pemulihan ekonomi Indonesia yang tahun ini mengalami tekanan berat akibat
pandemi. Tidak hanya itu, bahkan pemerintah melakukan penurunan target
penerimaan perpajakan melalui Perpres 54/2020.”
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan Negara Indonesia
yang berasal dari sektor perpajakan mengalami penurunan dan di tahun 2021 Indonesia
akan mengalami transisi pemulihan perekonomian.

2.3 Teori Dampak Pandemi Covid-19


Menurut Vanistendael (2020) “Pandemi Covid-19 juga kiranya akan berpengaruh
terhadap pajak internasional.”
Berdasarkan pendapat Mulyani (2020) “Hampir seluruh jenis pajak mengalami
kontraksi. Hal ini karena kondisi ekonomi yang tertekan oleh pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19). Kebijakan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) telah menekan volume penjualan barang dan jasa di berbagai
sektor.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor perpajakan baik
pajak nasional maupun pajak internasional ikut terkena dampak dari pandemi Covid-19
sehingga sektor perpajakan mengalami kontraksi.

3. ANALISIS
Pada bagian ini akan membahas tentang analisis

3.1 Perkembangan Perpajakan Selama Masa Pandemi Covid 19


Berdasarkan data Ditjen Pajak, penerimaan pajak pada Triwulan I 2020 hanya
sebesar Rp241,61 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun
2019, penerimaan pajak mengalami perlambatan dengan kontraksi sebesar 2,47 persen.
Tekanan pada kinerja penerimaan ini disebabkan oleh penerimaan pajak jenis pajak PPh
Non-Migas yang mengalami kontraksi sebesar 3,04 persen. Penerimaan pajak yang
berasal dari pajak jenis PPN dan PPnBM terus mengalami peningkatan yaitu sebesar
tumbuh 2,47 persen.

Penerimaan pajak pada triwulan berikutnya mengalami kontraksi karena pandemi


yang terus berlanjut dan sektor-sektor penopang penerimaan pajak mengalami
kelumpuhan. Pada April 2020, realisasi penerimaan pajak mengalami kontraksi sebesar
3,09 persen. Kontraksi ini disebabkan oleh tekanan pada penerimaan PPh yang
terkontraksi sebesar 5,69 persen. Di sisi lain, kinerja positif PPN dan PPnBM menjadi
penopang kinerja penerimaan pajak, dengan pertumbuhan 1,88 persen.

Bulan Mei, menjadi titik terendah penerimaan pajak Ditjen Pajak karena pada bulan
ini penerimaan pajak mengalami kontraksi sebesar 10,82 persen. Kontraksi ini terjadi
pada hampir semua jenis-jenis pajak PPh, PPN dan PPnBM, maupun PBB dan Pajak
Lainnya. Tekanan penerimaan pada bulan Mei cukup signifikan disebabkan oleh
perlambatan kegiatan ekonomi sebagai efek samping pembatasan sosial yang diterapkan
untuk menanggulangi pandemi Covid-19, serta pemanfaatan fasilitas insentif perpajakan
yang digulirkan untuk dunia usaha dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian.
Realisasi penerimaan pajak mengalami peningkatan sebsar 8,45 persen dari capaian
pada akhir November 2020 yang mencapai Rp 925,34 triliun atau mencapai 77,2 persen
dari target sesuai dengan Perpres 72/2020.

Pada akhir tahun 2020, disimpulkan bahwa penerimaan pajak saat itu lebih rendah
daripada target APBN yaitu diperkirakan sebesar 15 persen. Data dari Kementerian
Keuangan mencatat bahwa penerimaan perpajakan per 23 Desember 2020 mencapai Rp
1.019,56 triliun atau 85,65 persen dari target APBN. Angka ini lebih rendah
dibandingkan realisasi penerimaan pajak per 30 November 2019 yang Rp 1.312,4
triliun.

3.2 Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Perpajakan di Indonesia


Kinerja perpajakan 2020 mengalami pelemahan yang dipengaruhi oleh penyebaran
pandemi Covid-19 ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Respon kebijakan pembatasan
interaksi manusia yang dilakukan oleh Indonesia untuk menghambat penyebaran virus
mengakibatkan pelemahan aktivitas masyarakat. Pelemahan aktivitas ini berpengaruh
terhadap moblilitas, mengganggu rantai pasokan produksi, dan penurunan permintaan.
Pelemahan aktivitas ini juga berpengaruh terhadap penerimaan pajak karena kurangnya
aktivitas di publik membuat penerimaan pajak menjadi menurun sehingga akan
berakibat kepada sektor lainnya.

Respon kebijakan eskpansi fiskal dan pelonggaran moneter yang dilakukan di


beberapa negara diharapkan mampu menahan kontraksi ekonomi. Hingga akhir 2020,
perkembangan kasus Covid-19 belum berhenti, namun pengembangan vaksin
memberikan harapan positif terhadap kondisi kedepan. Hal ini meningkatkan sentimen
positif terhadap percepatan pemulihan aktivitas ekonomi global kedepan.

Perkembangan kondisi global yang positif mendorong pergerakan capital flow ke


emerging market, termasuk Indonesia. Stabilitas ekonomi nasional tetap terus terjaga
dan perbaikan sisi permintaan hingga akhir tahun diyakini akan memberikan pondasi
bagi pemulihan ekonomi nasional kedepan. Aktivitas sektor manufaktur nasional juga
mengalami perbaikan. Upaya pemerintah dalam pemulihan ekonomi, terutama melalui
optimalisasi penyerapan belanja APBN 2020 dan belanja daerah mampu mendukung
penanganan pandemi Covid-19, menjaga daya beli masyarakat, perlindungan sosial,
serta menahan keterpurukan aktivitas dunia usaha. Selain itu, komitmen Pemerintah
menyiapkan vaksin gratis bagi seluruh warga memberikan harapan perbaikan ekonomi.

4. PENUTUP
4.1 Simpulan

a. Perkembangan perpajakan selama masa pandemi Covid-19 menurun drastis,


baik di Indonesia maupun dunia. Maka saat ini kebijakan fiskal yang
ekspansif jadi opsi yang diambil oleh berbagai Negara. Adanya belanja yang
besar dan relaksasi pemungutan pajak yang bertujuan untuk menyelamatkan
ekonomi di Indonesia agar tidak semakin menurun.

b. Dampak pandemi Covid-19 terhadap perpajakan di Indonesia yaitu adanya


penurunan penerimaan perpajakan. Pada akhir tahun 2020, disimpulkan
bahwa penerimaan pajak saat itu lebih rendah daripada target APBN yang
diperkirakan sebesar 15 persen. Data dari Kementerian Keuangan mencatat
bahwa penerimaan perpajakan per 23 Desember 2020 mencapai Rp 1.019,56
triliun atau 85,65 persen dari target APBN. Angka ini lebih rendah
dibandingkan realisasi penerimaan pajak per 30 November 2019 yang Rp
1.312,4 triliun (kompas.com, 2020).

c. Dengan adanya pengembangan vaksin diharapkan dapat memberikan


kekebalan dalam tubuh agar masyarakat tidak terpapar Covid-19 dan dapat
melakukan aktivitas seperti biasa. Jika aktivitas sudah berjalan seperti biasa
maka ekonomi akan mengalami peningkatan dan penerimaan pajak akan
meningkat.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam sektor perpajakan di Indonesia yaitu
pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap penerimaan pajak agar bisa
membantu perekonomian di indonesia. Selain itu, untuk perusahaan pemerintah dapat
menurunkan tarif pajak atau membebaskan jenis pajak tertentu untuk pelaku usaha dan
memperpanjang penangguhan pajak untuk mendukung keuangan perusahaan. Karena di
masa pandemi ini banyak perusahaan yang kesulitan dalam masalah keuangan
dikarenakan adanya penurunan produksi yang diakibatkan Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2019). Perpajakan. (2019 ed). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Antara. (2020, 10 Oktober). Sri Mulyani Prediksi Penerimaan Perpajakan Tahun Ini
Turun 15 Persen. Tempo, halaman 1. Tersedia:
https://bisnis.tempo.co/read/1394600/sri-mulyani-prediksi-penerimaanperpajakan-
tahun-ini-turun-15-persen/full&view=ok.

Candra Asmarani, Nora G. (2020, 09 April). Begini Dampak Virus Corona terhadap
Ekonomi dan Sistem Pajak. DDTC News, halaman 1. Tersedia:
https://news.ddtc.co.id/begini-dampak-virus-corona-terhadap-ekonomi-dan-
sistem-pajak-20162.

Diah Setiawan, Sakina R. (2020, 18 Mei). Pandemi Covid-19, Bagaimana Sektor


Perpajakan?. Kompas.com, halaman 1. Tersedia:
https://money.kompas.com/read/2020/05/18/223948426/pandemi-covid-19-
bagaimana-sektor-perpajakan?page=all.

Muslimah, Septina. (2020). Peran Pajak dalam Perekonomian selama Covid-19.


Didapat dari: https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/peran-pajak-dalam-
perekonomian-selama-covid-19/.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2020). APBN Kinerja dan Fakta 2020.
Jakarta, Indonesia: Kemenkeu.

NN. (2020, 16 Juni). Terdampak Pandemi Covid-19, Penerimaan Pajak Mei Kontraksi
10,8%. MUC Global, halaman 1. Tersedia:
https://mucglobal.com/id/news/2153/terdampak-pandemi-covid-19-penerimaan-
pajak-mei-kontraksi-108

Anda mungkin juga menyukai