Anda di halaman 1dari 6

PERPAJAKAN DI ERA PANDEMI COVID-19

MAKALAH
Disusun Sebagai Tugas Makalah Hukum Bisnis Pertemuan ke 11

OLEH
NAMA : META OLVIYANI
KELAS : A.2.3
NPM : 2111135

DOSEN PENGAMPU
DR. Nur Rois, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BATURAJA
2022
Bab I Pendahuluan

Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di tengah masyarakat, kebijakan-kebijakan


dibidang perpajakan akan selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi termasuk dalam
masa pandemi Covid 19 sekarang ini. Peranan pajak yang sangat penting karena merupakan
sumber utama pendapatan di Indonesia. Pemerintah menggunakan dana pajak tersebut dalam
rangka melakukan pembangunan infrastruktur pelayanan publik, pembiayaan pendidikan, subsidi
bahan bakar minyak (BBM), terutama dibidang kesehatan yang menjadi fokus utama 2 tahun
terakhir karena membutuhkan banyak alokasi dana akibat situasi pandemi Covid 19 dan juga
aspek lain-lainnya. Berbagai dampak yang terjadi akibat Covid-19 memberikan efek domino
pada aspek sosial, ekonomi dan keuangan. Hal tersebut mengharuskan Pemerintah harus
mengeluarkan strategi kebijakan baru di bidang ekonomi/moneter/fiskal. Salah satunya dibidang
perpajakan, yang ditunjukkan oleh menurunnya penerimaan pajak, dukungan insentif pajak dan
penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga
mengalami penurunan dampak jatuhnya harga komoditas.
Kementerian Keuangan mencatatkan penerimaan negara sebesar Rp 1.082,02 triliun hingga
Agustus 2020. Angka tersebut merosot 13.5% jika dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu yakni sebesar Rp 1.189,28 triliun. Dimana realisasi penerimaan negara tersebut terdiri
atas penerimaan perpajakan sebesar Rp 795,95 triliun dan Penerimaan Negera Bukan Pajak
(PNBP) sebesar Rp 232,07 triliun. Berdasarkan realisasi tersebut, yang paling banyak
penerimaan pendapatan negara adalah perpajakan. Pajak merupakan pemasukan Negara terbesar
dibandingkan sektor lainnya. Namun, ditengah situasi yang sulit ini 2 masyarakat tidak mampu
untuk memenuhi kewajibannya dalam perpajakan karena mengalami penurunan pendapatan yang
sangat tajam diberbagai sektor akibat pandemi Covid-19 ini.

BAB II RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.Apa pengertian pajak dan pandemi?
2.Apa yang di maksud dengan jenis pajak penghasilan?
3.Bagaimana cara membedakan setoran pajak saat pandemi dari -19% sampai positif?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui pengertian pajak dan pandemi

2.Untuk mengetahui salah satu jenis pajak yaitu pajak penghasilan

3.Dapat membedakan setoran pajak saat pandemi dari -19% sampai positif
BAB III PEMBAHASAN

Pengertian Pajak

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh seorang wajib pajak atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat. Pembayaran
pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk
secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan
Negara dan pembangunan nasional.

Beberapa ahli memberikan definisi pajak sebagi berikut :


P.J.A Adriani memberikan definisi pajak “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Rochmat Soemitro “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Waluyo “pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintah”.

PENGERTIAN PANDEMI

Pandemi berasal dari bahasa Yunani pan dan demos yang berarti semua + rakyat. Pandemi
berarti epidemi global yang menular dan menjangkiti orang banyak secara luas, bahkan antar
benua.

WHO atau World Organization Health mengatakan bahwa untuk terjadinya pandemi, ada
beberapa syarat, yakni timbulnya penyakit tersebut adalah hal baru dalam suatu populasi.Subjek
penyebab penyakit menginfeksi manusia dan membuat manusia tersebut sakit serius dan subjek
penyebab penyakit menyebar dengan gampang dan berkelanjutan pada manusia. Sebuah
penyakit bisa dikatakan jadi pandemi jika menular dan menyebabkan banyak kematian.
Meskipun kanker jadi salah satu penyakit yang paling mematikan, tapi tidak bisa disebut
pandemi karena tidak menular.

Pandemi adalah wabah penyakit yang menyebar luas secara global. Berdasakan ketetapan
WHO, pandemi tidak berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau
infeksi, namun pada penyebaran geografisnya. Pandemi biasanya menyebar luas hingga ke
daerah yang jauh dari wilayah pertama wabah tersebut ditemukan. Pandemi adalah sebuah
epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak
orang.

Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara atau benua, dan
umumnya menjangkiti banyak orang. Sementara, epidemi merupakan istilah yang digunakan
untuk peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi di area
tertentu.Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan suatu penyakit,
melainkan hanya tingkat penyebarannya saja. Dalam kasus saat ini, COVID-19 menjadi pandemi
pertama yang disebabkan oleh virus corona. Sebelum adanya pandemi tersebut, telah terjadi
berbagai pandemi influenza di dunia. Di mana salah satunya adalah flu babi yang merebak pada
tahun 2009. Penyakit ini terjadi ketika strain influenza baru (H1N1) menyebar ke seluruh dunia.
Sementara itu, kasus pandemi influenza terparah di dunia terjadi saat pandemi flu Spanyol pada
tahun 1918, yang menyebabkan 50 juta kematian di seluruh dunia.

PAJAK PENGHASILAN

Definisi Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu penghasilan
yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983 tentang Pajak
Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No.7/1983 tentang Pajak
Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No.7/1983 tentang Pajak
Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU No.7/1983 tentang
Pajak Penghasilan.
Selain itu, pengaturan terbaru tentang pajak penghasilan juga dalam UU Cipta Kerja No. 11
Tahun 2020 dan melalui UU HPP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.

SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:


A. 1. orang pribadi
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
B. Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
C. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:
 tempat kedudukan manajemen
 cabang perusahaan
 kantor perwakilan

MEMBEDAKAN SETORAN PAJAK SAAT PANDEMI

Pandemi Covid-19 membuat pemerintah harus bekerja keras agar ekonomi tetap berjalan di
tengah mobilitas yang harus dibatasi. Aktivitas ekonomi yang tidak sepenuhnya berjalan,
membuat penerimaan pajak di masa pandemi ikut terperosok.Sebelum adanya pandemi saja,
Indonesia masih belum mampu mencapai maksimum target penerimaan pajak, padahal berbagai
kebijakan dan fasilitas pemerintah diklaim sudah ditingkatkan. Di tengah pandemi Covid-19
sekarang ini yang belum dapat dipastikan kapan akan berakhir tentu mempengaruhi realisasi
penerimaan pajak. Terbukti terjadi di sepanjang tahun lalu tatkala pandemi Covid-19 mulai
masuk ke Indonesia.
Penerimaan pajak pada 2020 anjlok cukup dalam. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-
2019/Covid-19) yang membuat ekonomi mati suri membuat setoran pajak ambles.
Total penerimaan pajak 2020 tercatat Rp 1.070 triliun. Angka ini adalah 89,3% dari target yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 72/2020 sebesar Rp 1.198,8 triliun.
Dibandingkan dengan realisasi 2019, ada penurunan 19,7%.Jika dibedah, lebih rinci lagi,
penerimaan negara setiap bulan di tahun 2020 silam selalu menurun. Misalnya penerimaan
negara pada Januari-Maret 2020, penerimaan pajak hanya mencapai Rp 241,61 triliun atau hanya
14,71% dari target APBN 2020 yang sebesar Rp 1.642,57 triliun. Penurunannya mulai lebih
kecil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 5%.Kemudian penerimaan pajak hingga
akhir April 2020, tercatat turun 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasinya
senilai Rp 376,7 triliun atau 30% dari target APBN 2020 yang sudah diubah menjadi Rp 1.254,1
triliun.
Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Mei 2020 masih tercatat turun 10,8% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Penurunan tersebut tercatat makin dalam dibandingkan dengan
akhir bulan sebelumnya 3,1%.Realisasi penerimaan pajak hingga akhir Mei 2020 senilai Rp
444,6 triliun atau 35,4% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai Perpres No. 54
/2020 senilai Rp1.254,1 triliun.Adapun realisasi penerimaan pajak hingga akhir Juni 2020 senilai
Rp 531,7 triliun atau 44,4% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai Perpres No.
72/2020 senilai Rp1.198,8 triliun.Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
sepanjang semester I-2020 penerimaan pajak mencapai Rp 531,8 triliun, terkoreksi 12% year on
year (yoy) di mana pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 604,3 triliun.Bila dibedah, setiap
bulannya pada Januari-Juni 2020, penerimaan pajak tidak pernah tumbuh. Pada Juni lalu
misalnya, pendapatan pajak hanya terealisasi Rp 87,2 triliun. Angka tersebut kontraksi 0,17%
yoy atau lebih rendah dari pada Juni tahun lalu sebesar Rp 105,8 triliun.
Saat itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar)
DPR, Kamis (9/7/2021) mengungkapkan ada empat penyebab penerimaan pajak di Semester I-
2020 mengalami kontraksi.Pertama, tekanan aktivitas usaha akibat pembatasan sosial pada
kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada kontraksi penerimaan pajak.Kedua, Dampak
perlambatan ekonomi dan pemanfaatan insentif pajak terlihat pada pertumbuhan negatif pada
hampir seluruh jenis penerimaan pajak.Ketiga, kontraksi juga terlihat pada setoran pajak dari
sektor utama perekonomian sebagai dampak perlambatan ekonomi dan turunnya harga
komoditas.Keempat, insentif fiskal Covid-19 dalam rangka program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) yang mulai dimanfaatkan dan juga adanya restitusi pajak yang dipercepat turut
mempengaruhi rendahnya penerimaan pajak pada semester I-2020," ujar Sri Mulyani kala itu.
Dari data realisasi APBN tahun 2020, realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar Rp1.072,1
triliun atau terkontraksi 19,6% dibandingkan realisasi tahun 2019.Realisasi penerimaan pajak
2020 tersebut 89,4% dari target APBN dari Perpres 72 atau terdapat shortfall berkisar Rp 126,7
triliun. Faktor shortfall tersebut, memiliki andil terhadap membengkaknya realisasi pembiayaan
anggaran sebesar Rp945,8 triliun atau naiknya defisit anggaran menjadi 6,1% dari Produk
Domestik Bruto (PDB).

BAB IV PENUTUP

A.KESIMPULAN

Makalah yang berjudul perpajakan di era pandemi covid-19 terhadap penerimaan pajak di
Indonesia tahun 2020 dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak merupakan elemen terpenting dalam
sumber pendanaan dan membiayai pengeluaran umum suatu Negara. Tanpa adanya pajak Negara
tidak dapat melakukan pembayaran maupun melayani masyarakat. Pada masa pandemi COVID-
19 indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam hal penerimaan pajak.
Dikarenakan banyak usaha yang tutup sehingga banyak yang menunggak iuran pajak.

B.SARAN
Sebagai warga Negara yang baik hendaklah taat membayar pajak, karena pajak merupakan
suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh warga Negara. Hasil dari pajak itu digunakan untuk
kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai