Anda di halaman 1dari 4

Soal Tugas Tutorial 1 Hukum Pajak dan Acara Perpajakan

Nama : Fathur Husain Otta Dhaulagiri


NIM : 044723188

Fungsi Pajak Saat Pandemi


Peran pajak dalam roda pembangunan nasional dan pemerintahan tidak dapat terbantahkan. Di
masa pandemi Covid-19, bagaimana peran itu dijalankan?
Tidak dapat disangkal bahwa pajak sangat menentukan keberlangsungan pembangunan
nasional dan roda pemerintahan kita, mengingat sumber penerimaan negara pada APBN kita
mayoritas ditopang oleh pajak. Dan memang itulah tujuan pajak, yakni untuk digunakan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana tujuan pembangunan nasional. Lantas
bagaimana peran pajak di masa pandemi Covid-19?
Gempuran dampak pandemi Covid-19 telah menyerang berbagai sendi kehidupan dan lapisan
masyarakat. Tidak hanya bidang kesehatan, pendidikan, sosial, efek pandemi juga merambah
ke bidang ekonomi hingga pariwisata. Tidak hanya menghantam keras perekonomian luar
negeri, imbas pandemi juga menghantam Indonesia.
Bencana nasional ini telah memengaruhi stabilitas ekonomi dan produktivitas masyarakat.
Menurunnya produktivitas menekan penawaran (supply) barang di masyarakat yang di saat
bersamaan menjalani pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan physical distancing. Pun
di sisi permintaan (demand), mengingat ruang gerak masyarakat dibatasi yang menyebabkan
aktivitas ekonomi menjadi lesu. Lantas bagaimana dengan penerimaan pajak?
Sumber: https://majalahpajak.net/fungsi-pajak-saat-pandemi/
1. Bagaimana peran dan fungsi pajak berdasarkan artikel di atas! Jelaskan fungsi pajak dan
mengapa pemerintah harus memungut pajak? (skor 10)
2. Pendekatan fungsi pajak apa yang lebih diutamakan berdasarkan artikel di atas? (skor 20)
3. Menanggapi artikel di atas, bagaimana kebijakan pemerintah yang mendukung
tercapainya sasaran fungsi penerimaan pajak? (skor 20)

Penghindaran Pajak oleh Perusahaan-perusahaan di Indonesia


Sektor pajak merupakan sumber pendapatan negara yang terbesar. Menurut Mustikasari,
(2007), saat ini sekitar 80% dana APBN berasal dari penerimaan pajak. Hal ini menjadi suatu
bukti bahwa penerimaan pajak telah menjadi tulang punggung penerimaan negara yang dapat
diandalkan.
Karena peran pajak sangat besar bagi negara, pemerintah berupaya untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor pajak. Upaya untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini mengalami
kendala, salah satunya adanya aktivitas penghindaran pajak atau disebut tax avoidance
(Swingly, C. dan Sukartha, 2015) yang dilakukan para Wajib Pajak pribadi maupun badan,
Masih sering kita dikejutkan dengan adanya pemberitaan tentang penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Padahal perusahaan merupakan salah satu Wajib Pajak yang
memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak negara. Bagi perusahaan, pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu menginginkan
pembayaran pajak seminimal mungkin (Astuti & Aryani, 2017).
Adanya beban pajak yang memberatkan perusahaan dan pemiliknya maka ada upaya untuk
penghindaran pajak (Chen, 2010). Upaya pengurangan pajak secara legal disebut penghindaran
pajak (tax avoidance) sedangkan upaya pengurangan pajak secara ilegal disebut penggelapan
pajak (tax evasion).
Sumber: https://www.pajakku.com/read/5dae89a34c6a88754c088058/Penghindaran-Pajak-
oleh-Perusahaan-perusahaan-di-Indonesia
4. Berdasarkan artikel di atas, bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia? (skor 20)
5. Apa yang dimaksud dengan tax avoidance dan tax evasion? Hal apa yang
melatarbelakangi terjadinya tax avoidance dan tax evasion? (skor 30)
Jawaban

1. Berdasarkan artikel tersebut pajak berperan dalam menjalankan fungsi anggaran


(Budgetair), pajak berfungsi untuk membiayai segala jenis pengeluaran negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, termasuk membiayai berbagai jenis pengeluaran
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam bentuk penaganan kesehatan,
perlindungan masyarakat, dan penguatan pemulihan ekonomi dan fungsi pengaturan
(Regulerend), disini pajak dapat mengatur pertumbuhan ekonomi dan memacu daya beli
masyarakat disaat pandemi, contohnya dengan insentif PPh pasal 21 selama 6 bulan.
Program PEN merupakan program yang dilakukan pemerintah sebagai bentuk penanganan
Covid-19.
Fungsi Pajak dan mengapa pemerintah harus memungut pajak :
- Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan negara, Pajak harus memungut pajak untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
- Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak,
pemerintah memungut pajak untuk digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
- Fungsi Stabilitas
pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan.
- Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.

2. Ada dua pendekatan fungsi pajak yang paling diutamakan adalah Fungsi Anggaran
(Budgetair) dan Fungsi Mengatur (Regulerend) karena untuk menjalankan sebuah
pemerintahan dibutuhkan pendapatan untuk membiayai berbagai jenis pengeluaran dimana
pajak merupakan Kontributor terbesar dalam pendapatan sebuah negara. Khusus nya dalam
era pandemik Covid-19, Negara membutuhkan pajak untuk membiayai berbagai bentuk
program penganan Covid-19 misalnya penanganan Kesehatan berupa penyediaan sarana
dan prasarana Lab Covid-19, pengetesan dan penelusuran, physical distancing, program
vaksinasi, insentif perpajakan kesehatan, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar di
beberapa wilayah di Indonesia. Serta untuk membiayai berbagai bentuk perlindungan sosial
yang dilakukan berupa program Keluarga Harapan, pemberian logistik/pangan/Sembako,
Bantuan sosial Jabodetabek dan non jabodetabek, perluasan kartu Pra Kerja, diskon listrik
rumah tangga 450 VA dan 900 VA, serta BLT Dana Desa. Selain itu pajak juga dibutuhkan
untuk memberikan insentif kepada dunia usaha agar kesinambungan dunia usaha tetap
bergerak. Selain itu, dengan Fungsi Mengatur (Regulerend) pemerintah dapat memacu
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat dengan berbagai insentif.
Pemberian insentif perpajakan dengan total Rp123 triliun ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib
Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 dan 86/PMK.03/2020. Dalam
peraturan tersebut insentif yang diberikan berupa insentif angsuran PPh pasal 25, insentif
PPh pasal 21, insentif pph final yang dipungut berdasarkan PP 23, insentif PPh pasal 22 impor,
dan insentif PPN. Dengan insentif tersebut diharapkan ekonomi masyarakat tetap berjalan
dan meningkatkan daya beli masyarakat.

3. Kebijakan pemerintah dalam rangka penaganan Covid-19 dalam bentuk berbagai program
PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) akan berdampak terhadap perekonomian negara.
Dengan adanya program tersebut, diharapkan dampak dari Covid-19 dapat diminimalisir,
sehingga masyarakat dapat beraktivitas kembali, dunia usaha yang terdampak dapat
berjalan lagi dan perekonomian negara dalam berbagai sektor dapat bangkit kembali.
Sejalan dengan bangkitnya perekonomian diharapkan target penerimaan pajak dapat
bertambah atau tercapai.

4. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan :


- Sistem Withholding Tax, yaitu system pemungutan pajak dimana kewenangan
berada pada pihak ketiga, selain fikus dan WP, untuk menentukan besarnya pajak
terutang
- Sistem Official Assesment, yaitu system pemungutan pajak dimana kewenangan
untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. Utang pajak timbul
setelah ada surat ketetapan pajak
- Sistem Self Assessment, yaitu system pemungutan pajak dimana kewenangan pada
WP untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
Sebagian besar pajak di Indonesia menggunakan sistem Self assessment dimana WP aktif
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang. Fiskus tidak ikut
campur hanya mengawasi. Sehingga timbul konsekuensi dari sistem self assessment
tersebut, yaitu berupa tanggung jawab pemungutan pajak sepenuhnya pada WP,
kemungkinan terjadinya Tax Avoidance atau Tax Evasion, sehingga dibutuhkan peran
penting Direktorat Jenderal Pajak untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan penegakan
hukum atas terjadinya segala bentuk penyimpangan pemenuhan kewajiban perpajakan
baik berupa pelanggaran administratif maupun tindak pidana dibidang perpajakan.
5. Tax Avoidance adalah suatu skema transaksi yang meminimalkan beban pajak dengan
memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam ketentuan perpajakan suatu negara wajib
pajak tidak secara jelas melanggar Undang-Undang.

Tax Evasion adalah suatu skema memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar
ketentuan perpajakan secara illegal. Adapun berbagai bentuk tax evasion antara lain:
- Menahan Diri: WP tidak melakukan sesuatu yang dapat dikenai pajak.
- Pindah Lokasi: Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif
pajaknya tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.
- Yuridis: memanfaatkan kekosongan atau ketidak jelasan UU yang memberikan
dasar potensial penghindaran pajak secara yuridis.
Latar belakang terjadinya Tax Avoidance dan Tax Evasion adalah Pajak dipandang sebagai
sesuatu yang membebani sehingga perlu dihindari sehingga muncul perlawanan, baik
berupa perlawanan pasif maupun aktif.
- Perlawanan Pasif yaitu Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari Wajib Pajak itu
sendiri tetapi terjadi karena keadaan yang ada di sekitar Wajib Pajak itu, Hambatan-
hambatan tersebut berasal dari struktur ekonomi, perkembangan moral, intelektual
penduduk, dan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
- Perlawanan Aktif yaitu Perlawanan aktif adalah perlawanan yang inisiatifnya
berasal dari Wajib Pajak itu sendiri. Merupakan usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak atau
mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya dibayar

Anda mungkin juga menyukai