Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Pandemi COVID-19 terhadap penerimaan pajak di

Indonesia tahun 2020

BAB. I: PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

COVID-19 yang melanda dunia memberikan dampak pada perekonomian di Indonesia.


Penerimaan pajak juga terdampak atas pandemi COVID-19 yang disebabkan tersendatnya
perdagangan internasional dan perdagangan barang dan jasa dalam negeri. Penyakit COVID-
19 pertama kali terkonfirmasi dari Wuhan, Cina di akhir tahun 2019 dan dinyatakan sebagai
pandemi oleh WHO. Penyakit tersebut telah menjangkiti lebih dari 134.957.021 manusia
dan menyebabkan banyak kematian dengan jumlah 2.918.752 korban jiwa (World Health
Organization, 2020). Selain mengakibatkan krisis kesehatan, pandemi ini telah menimbulkan
krisis di bidang perekonomian di dunia. Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD)1, memprediksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 4,2% pada 2020.
Kontraksi ini tak lepas dari pandemi COVID-19 yang menghantam perekonomian global
(CNBC Indonesia TV, 2020). Adapun di Indonesia, Badan Pusat Statistik menyatakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 adalah sebesar -2.07% sebagai dampak dari
pelemahan di berbagai sektor ekonomi karena pandemi COVID-19.2

Selain menimbulkan dampak kematian yang tinggi dan terganggunya sektor pariwisata,
pandemi COVID-19 juga menyebabkan ekspor impor barang terganggu sehingga transaksi
perdagangan antar negara menjadi tersendat. Dampak selanjutnya adalah tingkat
pertumbuhan perekonomian nasional yang menurun dan cenderung negatif. Dampak
sistematik lainnya akan menyebabkan kenaikan pengangguran dan penurunan penerimaan
negara dari pajak.

B. Tujuan

Tujuan penulisan paper ini adalah diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademik sebagai
referensi untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh penerimaan pajak yang
terjadi selama pandemic covid yang terjadi ditahun 2020.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul paper di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan ini
adalah: Mengetahui sejarah singkat tentang Covid-19 yang ada di Indonesia serta
dampaknya terhadap ruang lingkup perpajakan.

1
CNBC Indonesia TV. (2020). OECD prediksipertumbuhan ekonomi global -4,2% pada 2020. CNBC Indonesia.
2
Jurnal 227https://ejurnal.pajak.go.id
BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Pandemi

WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi
mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020.
Artinya, virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Istilah pandemi terkesan
menakutkan tapi sebenarnya itu tidak ada kaitannya dengan keganasan penyakit tapi lebih
pada penyebarannya yang meluas. Ingat, pada umumnya virus corona menyebabkan gejala
yang ringan atau sedang, seperti demam dan batuk, dan kebanyakan bisa sembuh dalam
beberapa minggu. Tapi bagi sebagian orang yang berisiko tinggi (kelompok lanjut usia dan
orang dengan masalah kesehatan menahun, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
atau diabetes), virus corona dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Kebanyakan korban berasal dari kelompok berisiko itu. Karena itulah penting bagi kita
semua untuk memahami cara mengurangi risiko, mengikuti perkembangan informasi dan
tahu apa yang dilakukan bila mengalami gejala. Dengan demikian kita bisa melindungi diri
dan orang lain.3

B. Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran
rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran
serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-
undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan
hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.4

C. Dampak Pandemi Covid-19 Dalam Sektor Perpajakan

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan pajak hingga


akhir November 2020 mencapai Rp925,34 triliun. Jumlah tersebut turun 18,5 persen
dibandingkan pencapaian tahun 2019 yang mencapai Rp1.136,13 triliun karena terbatasnya
aktivitas ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19.5

Dalam proses menanggulangi dampak dari covid-19, pemerintah meluncurkan dana sebesar
Rp 22,95 triliun dengan relaksasi pajak untuk dunia usaha dan karyawan, meskipun dari sisi
target penerimaan pajak tahun ini cukup memberikan beban kepada otoritas pajak.
Stimulus yang di luncurkan antara lain perelaksasian dalam PPh Pasal 21 untuk karyawan
yang berada pada sektor pengolahan atau manufaktur. Nantinya 100% dari kewajiban pajak
karyawan sektor tersebut akan di tanggung oleh pemerintah. Estimasi dari pemerintah,

3
https://covid19.go.id/tanya-jawab?search=Apa%20yang%20dimaksud%20dengan%20pandemi
4
https://www.pajak.go.id/id/pajak
5
https://www.pajakonline.com/dampak-pandemi-penerimaan-pajak-turun-185-persen/
insentif yang diluncurkan tersebut akan mencapai angka Rp.8,6 triliun. Secara umum
Direktorat Jenderal Pajak tetap melakukan langkah langkah strategis untuk menjaga
penerimaan pajak pada tahun 2020, Langkah pemerintah memberikan insentif yang
diberikan kepada masyarakat ini dapat memberikan tambahan penghasilan
bagi para pekerja yang berada pada sektor industri pengolahan untuk
mempertahankan kekuatan dari daya beli masyarakat. 6

BAB III: PENUTUP

Kesimpulan

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak negatif berupa penurunan penerimaan pajak
di Indonesia. Pemerintah dalam hal ini telah banyak melakukan upaya dalam
mempertahankan kondisi ekonomi dan terus memperbaiki segala kebijakan – kebijakan
sehingga akan berdampak positif terhadap berbagai sektor yang terkena dampak dari covid-
19. Manfaat kebijakan bagi Wajib Pajak yaitu penurunan tarif sampai dengan pembebasan
atas pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan didapat oleh Wajib Pajak.
Gunanya untuk menjadi tambahan penghasilan bagi Wajib Pajak Pribadi (WPOP), karena
ditanggungnya pajak atas penghasilan mereka.Namun ada beberapa kebijakan fiskal yang
diambil dalam menanggulangi dampak COVID-19 perlu dikaji lebih mendalam agar dapat
dirasakan masyarakat. Contohnya seperti pemberian insentif fiskal berupa PPh pasal 21 perlu
diperluas kriterianya karena dampaknya yang berpengaruh langsung terhadap perputaran
perekonomian.

Pemulihan ekonomi nasional hendaknya dilakukan dengan tetap melihat implikasinya


terhadap penerimaan pajak. Hasil dari penelitian menunjukkan insentif fiscal memang
mengakibatkan penurunan penerimaan pajak, namun bagi wajib pajak tertentu terutama
karyawan akan menambah kemampuan ekonomis yang tentunya merupakan sebuah kabar
baik bagi mereka.

BAB IV: DAFTAR PUSTAKA

[1] CNBC Indonesia TV. (2020). OECD prediksi pertumbuhan ekonomi global -4,2% pada
2020. CNBC Indonesia.
[2] Jurnal 227https://ejurnal.pajak.go.id
[3] https://covid19.go.id/tanya jawab?search=Apa%20yang%20dimaksud%20dengan
%20pandemi
[4] https://www.pajak.go.id/id/pajak
[5] https://www.pajakonline.com/dampak-pandemi-penerimaan-pajak-turun-185-persen/
[6] https://www.pajakku.com/read/5e6f3549387af773a9e0193c/Pemerintah-Berikan-
Relaksasi-Pajak

6
https://www.pajakku.com/read/5e6f3549387af773a9e0193c/Pemerintah-Berikan-Relaksasi-Pajak

Anda mungkin juga menyukai