Anda di halaman 1dari 37

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengangguran

Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi pengangguran. Nanga
(2005: 249) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang
tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang
mencari pekerjaan. Dalam sensus penduduk 2001 mendefinisikan pengangguran sebagai orang
yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan (BPS, 2001: 8).

Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian
yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya International
Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu:

v Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang
selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari
pekerjaan.

v Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan
pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang
dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan
lain/tambahan (BPS, 2001: 4).

Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyatakan bahwa:

v Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.

v Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (BPS, 2000: 14).

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena
jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja
yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, dikenal istilah pengangguran terselubung di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

2.2 Macam-Macam Pengangguran

2.2.1 Berdasarkan Jam Kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:

a) Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak


bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

b) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur
ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

c) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh


tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

2.2.2 Berdasarkan Penyebab Terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:

a) Pengangguran friksional (frictional unemployment)

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan
meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya. Contohnya : Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, untuk
sementaramenganggur. Berhenti dari pekerjaan yang lama, mencari pekerjaan yang baru yang
lebih baik

b) Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)


Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi. Contohnya: Di suatu perusahaan
ketika sedang maju butuh tenaga kerja baru untuk perluasan usaha. Sebaliknya ketika usahanya
merugi terus maka akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau pemecatan.

c) Pengangguran struktural (structural unemployment)

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur


ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Contohnya: Suatu daerah yang tadinya
agraris (pertanian) menjadi daerah industri, maka tenaga bidang pertanian akan menganggur.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:

v Akibat permintaan berkurang

v Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi

v Akibat kebijakan pemerintah

d) Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya: pada musim panen,
para petani bekerja dengan giat, sementara sebelumnya banyak menganggur.

e) Pengangguran teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin. Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang
yang berprofesi sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi maka
mereka tidak bekerja lagi.

f) Pengangguran Politis

Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara langsungatau tidak,
mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank-bank bermasalahsehingga
menimbulkan PHK.

g) Pengangguran Deflatoir

Pengangguran deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan pekerjaandalam


perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja melebihikesempatan kerja,
maka timbullah pengangguran.

2.3 Penyebab Pengangguran


Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran


dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya


yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.

2.4 Tingkat Pengangguran Di Indonesia

Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus menaik, dari 4,18 juta
menjadi 11,35 juta. Didominasi oleh penganggur usia muda. Selain usia muda, pengangguran
juga banyak mencakup berpendidikan rendah, tinggal di pulau Jawa dan berlokasi di daerah
perkotaan. Intensitas permasalahan juga lebih banyak terjadi pada penganggur wanita dan
pengaggur terdidik.

Pengangguran dan setengah pengangguran merupakan permasalahan di muara yang tidak bisa
diselesaikan pada titik itu saja, tapi juga harus ditangani dari hulu.Sektor di hulu yang banyak
berdampak pada pengangguran dan setengah pengangguran adalah sektor kependudukan,
pendidikan dan ekonomi.

Ada tiga asumsi yang menjadi harapan untuk menurunkan pengangguran dan setengah
pengangguran. Pertama, pertumbuhan tenaga kerja rata-rata pertahun dapat ditekan dari 2,0
persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada periode 2005-2009. Demikian juga
pertumbuhan angkatan kerja, dapat ditekan menjadi 1,9 persen pada periode 2005-2009 dari
periode sebelumnya yang mencapai 2,4 persen. Kedua, dapat ditingkatkannya pertumbuhan
ekonomi menjadi 6,0 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang hanya
mencapai 4,1 persen. Ketiga, transformasi sektor informal ke sektor formal dapat dipercepat baik
di daerah perkotaan maupun pedesaan terutama di sektor pertanian, perdagangan, jasa dan
industri.

2.5 Cara-cara Mengatasi Pengangguran

Untuk itu perlu diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai berikut:

a) Meningkatkan mutu pendidikan,


b) Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai
tuntutanindustri modern,.

c) Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan,

d) Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal,

e) Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya,

f) Membuka kesempatan kerja ke luar negeri

2.6 Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat

Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian akan mengakibatkan kelesuan


ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai akibat penurunan pendapatan
masyarakat. Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini:

1. Pendapatan Per Kapita

Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan membebani
orang lain yang bekerja. Dampaknya adalah terjadinya penurunan pendapatan per-kapita.
Dengan kata lain, bila tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun
dan sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah pendapatan per kapita akan meningkat, dengan
catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.

1. Pendapatan Negara

Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut sebelum
sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan
salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka
pendapatan negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.

1. Beban Psikologis

Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang ditanggungnya.
Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat.
Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri
(minder) karena statusnya yang tidak jelas.

1. Munculnya Biaya Sosial

Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya sosial


seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat
kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas.
2.7 Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP)

Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran


(GNPP) dengan mengerahkan semua unsur-unsur dan potensi di tingkat nasional dan daerah
untuk menyusun kebijakan dan strategi serta melaksanakan program penanggulangan
pengangguran. Salah satu tolok ukur kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan
dalam perluasan kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran.

Gerakan tersebut dicanangkan dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di Jakarta 29 Juni
2004. Lima orang tokoh dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perwakilan
pengusaha, perwakilan perguruan tinggi, menandatangani deklarasi tersebut, merekaadalah
Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal; Walikota Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung H. Zulkarnaen Karim; Palgunadi; T. Setyawan,ABAC; pengusaha; DR. J.P. Sitanggang,
UPN Veteran Jakarta; Bambang Ismawan, Bina Swadaya, LSM; mereka adalah sebagian kecil
dari para tokoh yang memandang masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus segera
ditanggulangi oleh segenap komponen bangsa.

Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk membangun kepekaan
dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya untuk
berupaya mengatasi pengangguran.
Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera dibentuk Badan Koordinasi Perluasan
Kesempatan Kerja.

Kesadaran dan dukungan sebagaimana diwujudkan dalam kesepakatan GNPP tersebut,


menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa terhadap masalah ketenagakerjaan,
utamanya upaya penanggulangan pengangguran. Menyadari bahwa upaya penciptaan
kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat
maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan
kebijakan dan program masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan
dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.

2.8 Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran

kondisi Indonesia masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya. Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai
dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan
dapat ditempuh, untuk itu diperlukan kebijakan yaitu :

a) Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa


kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan
manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta pemberian
fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya. Mendorong
terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong
terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai
teknologi dan informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD,
BUMS dan pihak lainnya.

b) Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan,


khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai
jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.

c) Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara teknis
dan rinci.

d) Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak


jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman
Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang
pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.

e) Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah


yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk
menarik para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak
menyerap tenaga kerja daerah setempat.

f) Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha
atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan
proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa
dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL
Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.

g) Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada


usia dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau
melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang
penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.

h) Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi
secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri.Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga
terampil.Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

i) Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).


Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi
kompetensi.Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang
tidak siap menghadapi dunia kerja.
j) Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai
letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia perlu
dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu
karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.Juga
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya
informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan
yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD
1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan
pengangguran menjadi komitmen nasional.

Ketidakmerataan pendapatan karyawan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik juga sangat
berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di Indonesia. Semua permasalahan hal diatas tampaknya
sudah dipahami oleh pembuat kebijakan (Decision Maker). Namun hal yang tampaknya kurang
dipahami adalah bahwa masalah ketenagakerjaan atau pengangguran bersifat multidimensi,
sehingga juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula.

3.2 Saran

Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka harus ada peran pemerintah. Pemerintah harus
bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan pekerjaan, serta menjalankan
kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguh-sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal.
Pemerintah memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada masyarakat untuk
bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-
masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas
dan kesejahteraan. Selain dari pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya
pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia.

https://zenaoke.wordpress.com/2012/04/17/makalah-pengangguran/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997, membuat
kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia
juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal masalah pengangguran erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbukan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga
ada. Setiap pertumbukan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu
orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap
1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga,
setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan
jumlah pengangguran di Indonesia bertambah. Bayangkan, pada 1997, jumlah pengangguran
terbuka mencapai 4,18 juta.
Selanjutnya, pada 1999 (6.03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13
juta), 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, 2001 ; usia
kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja (91,647 juta),
pengangguran terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah
penganggur sukarela tidak di ketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah banyak
pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007 pasti jumlah pengangguran semakin
bertambah dan mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia. Hal itulah
yang membuat saya merasa tertarik untuk memngangkat sebuah tema mengenai masalah
pengangguran terhadap ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Setelah melihat pemaparan dari latar belakang di atas, saya merumuskan beberapa hal
yang di jadikan rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :

a. Apakah yang di maksud dengan pengangguran ?


b. Ada berapa macam-macam pengangguran ?
c. Apakah penyebab terjadinya pengangguran ?
d. Bagaimanakah dampak pengangguran terahadap kehidupan perekonomian, dan kehidupan social
masyarakat ?
e. Bagaimanakah cara mengatasi pengangguran ?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memperoleh informasi dan data yang
cukup sehingga permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah dapat
digambarkan dengan jelas melalui informasi yang diperoleh. Adapun tujuan penulisan makalah
ini ialah :

a. Untuk mengetahui pengertian pengangguran.


b. Untuk menambah wawasan mengenai macam-macam pengangguran.
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pengangguran
d. Untuk mengetahui dampak dari pengangguran terahadap kehidupan perekonomian, dan
kehidupan social masyarakat.
e. Untuk memberikan solusi dalam mengatasi masalah pengangguran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengangguran


Pengangguran adalah sebutan untuk suatu keadaan dimana masyarakat tidak bekerja
sama sekali, sedamg mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau
seseorang yang sedang mencari pekerjaan yang layak.
Keadaan yang ideal, diharapkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia sama
dengan besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan kerja akan mendapatkan pekerjaan.
Namun pda kenyataannya keadaan tersebut sulit untuk dicapai. Umumnya kesempatan kerja
lebih sedikit dari pada angkatan kerja, sehingga tidak semua angkatan kerja mendapatkan
pekerjaan maka timbullah pengangguran.

Definisi pengannguran menurut Sadono Sukirno, pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan namun belum
dapat memperolehnya.
Definisi pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak, pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

2.2 Macam-macam Pengangguran


Ada beberapa macam pengangguran yang di golongkan menjadi dua yaitu
berdasarkan lama waktu dan penyebab terjadinya, antara lain :

1. Macam Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja


a. Pengangguran terbuka ( open unemployment ), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak
memiliki pekerjaan (tidak bekerja sama sekali). Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya
lapangan pekerjaan atau karena ketidaksesuaian lapangan kerja dengan latar belakang pendidikan
dan keahlian tenaga kerja.
b. Setengah menganggur ( under unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila di
ukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal. Biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
c. Pengangguran terselubung ( disguised unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja tetapi
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang insinyur
teknik, bekerja sebagai pelayan restoran.

2. Macam Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya


a. Pengangguran structural, yakni pengangguran yang di sebabkan oleh terjadinya perubahan
struktur perekonomian. Misalnya, perubahan struktur dari agraris ke industri, perubahan ini
menuntut tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu (misalnya keterampilan mengoprasikan
mesin teknologi modern) untuk bisa bekerja di sektor industri.
b. Pengangguran konjungtural, yakni pengangguran yang di sebabkan oleh pergerakan naik
turunnya kegiatan perekonomian suatu Negara. Ada masa pertumbuhan (naik), masa resesi
(turun), dan masa depresi (turun). Pada masa resesi dan depresi, masyarakat mengalami
penurunan daya beli sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun. Penurunan ini
mengharuskan produsen mengurangi produksi barang dan jasa, diantaranya dengan cara
mengurangi jumlah pekerja sehingga terjadilah pengangguran. PHK yang terjadi karena krisis
ekonomi tahun 1997 di Indonesia adalah contoh pengangguran siklikal.
c. Pengangguran friksional, yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergeseran (friksi) pekerja
yang ingin bergeser (berpindah) dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam rangka mencari
pekejaan yang lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan baru, tenaga kerja pun
menganggur untuk sementara waktu, sambil mencari pekerjaan yang yang di inginkan. Oleh
karena itu, pengangguran friksional disebut juga pengangguran sukarela, karena terjadi atas
keinginan sendiri.
d. Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau
perubahan permintaan tenaga kerja secara berkala. Misalnya pada masa pembangunan gedung,
tukang bangunan bisa bekerja. Tetapi bila gedung telah selesai dibangun, tukang bangunan
menjadi pengangguran musiman sambil menunggu pembangunan berikutnya.

2.3 Penyebab Pengangguran


Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding
dengan jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menimbulkan kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketaidaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat krmakmuran dan kesejahteraan. Akibat jangka panjang dari
tingkat pengangguran yang terlalu tinggi adalah menurunnya GNP dan pendapatan perkapita
suatu negara
2.4 Dampak Pengangguran
Pengangguran sangat berdampak pada kehidupan perekonomian dan kehidupan sosial
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan bahkan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang menurun adalah salah satu dampak pengangguran. Berikut beberapa dampak pengangguran
terhadap perekonomian dan kehidupan sosial :

1. Menurunkan Aktivitas Perekonomian


Pengangguran menyebabkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang menurun
menyebabkan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa. Hal ini menyebabkan para
pengusaha dan investor tidak bersemangat melakukan perluasan dan mendirikan industri baru
sehingga aktivitas perekonomian menjadi turun.

2. Menurunkan pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita


Orang yang tidak bekerja (memnganggur) tidak akan menghasilkan barang dan jasa. Itu berarti
semakin banyak orang yang mengaggur maka PDB (Produk Domestik Bruto) yang di hasilkan
akan menurun. PDB yang menurun akan menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomin
sekaligus turunnya pendapadan per-kapita. Jika pendapan per-kapita turun maka tingkat
kesejahteraan masyarakat juga ikut turun.

3. Biaya Sosial Meningkat


Pengangguran juga mengakibatkan meningkatnya biaya sosial. Karena, pengangguran
mengharuskan masyarakat memikul biaya-biaya, seperti biaya perawatan pasien yang stress
(depresi) karena menganggur, biaya keamanan dan biaya pengobatan akibat meningkatnya
tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh penganggur, serta pemulihan dan renovasi beberapa
tempat akibat domenstrasi dan kerusakan yang di picu oleh ketidak puasan dan kecemburuan
sosial para pengaggur.

4. Menurunkan Tingkat Keterampilan


Dengan menganggur, tingkatketerampilan seseorang akan menurun. Semakin lama menganggur,
semakin menurun pula tingkat keterampilan seseorang.

5. Penerimaan Negara Menurun


Orang yang menganggur tidak memiliki penghasilan (pendapatan). Itu artinya semakin banyak
orang yang menganggur, maka akan smakin turun pula penerimaan Negara yang di peroleh dari
pajak penghasilan.
6. Bertambahnya Tindakan Kriminal
Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan
agar tetap bisa bertahan hidup. Seorang yang tidak memiliki pekerjaan yaitu pengangguran bisa
saja melakukan tindak kriminal seperti mencuri, mencopet, menjambret atau bahkan sampai
membunuh demi mendapatkan sesuap nasi.

7. Meningkatnya Pengamen dan Pengemis


Tak berbekal pendidikan dan keterampilan seorang pengangguran tidak jarang memilih untuk
mengandalkan belas kasihan orang lain dengan cara mengemis.
2.5 Cara Mengatasi Pengangguran
Pengangguran terdapat beberapa macam, yaitu pengangguran strukturural,
pengangguran konjungtural (siklikal), pengangguran friksional, dan pengangguran musiman.
Berikut ini akan diuraikan cara-cara mengatasi berbagai macam pengangguran :

1. Cara Mengatasi Pengangguran Stuktural


Pengangguran structural terjadi karena perubahan struktur ekonomi, misalnya dari agraris ke
industri. Untuk mengatasi pengangguran strukrural bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ;
a) Memindahkan para pengangguran ke tempat yang lebih membutuhkan.
b) Membuka pendidikan dan pelatihan bagi para pengangguran agar dapat mengisi lowongan
pekerjaan yang sedang membutuhkan.
c) Mendirikan industry dan proyek padat karya untuk menampung para penganggur.

2. Cara Mengatasi Pengangguran Konjungtural (Siklikal)


Pengangguran konjungtural terjadi karena naik turunnya kegiatan perekonomian yang suatu saat
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat yang di ikuti oleh turunnya permintaan terhadap
barang dan jasa. Untuk mengatasi pengangguran konjungtural, bisa dilakukam cara-cara berikut ;
a) Mengarahkan masyarakat agar menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa
sehingga permintaan terhadap barang dan jasa meningkat.
b) Menciptakan teknik-teknik pemasaran dan promosi yang menarik agar masyarakat tertarik
membeli barang dan jasa.

3. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional


Pengangguran friksional terjadi karena adanya pekerjaan yang ingin pindah mencari pekerjaan
yang lebih baik dan cocok di perusahaan lain. Untuk mengatasi pengangguran ini bisa dilakukan
dengan cara menyediakan sarana informasi lowongan kerja yang cepat, mudah dan murah
kepada pencari kerja. Misalnya, dengan menempelkan iklan lowongan kerja di tempat-tempat
umum.

4. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.


Pengangguran musiman terjadi karena perubahan musim atau perubahan permintaan tenaga kerja
secara berkala. Cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran musiman, antara lain ;
a) Memberikan latihan keterampilan yang lain seperti menjahit, mengelas, menyablon, dan
membordir. Dengan demikian, mereka dapat bekerja sambil menunggu datangnya musim
tertentu.
b) Segera memberi informasi bila ada lowongan kerja di sektor lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
makro ekonomi yang paling utama.
Pengangguran disebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak seimbang, kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, penyediaan dan
pemanfaatan tenaga kerja tidak seimbang.

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas maka saya dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :
Peningkatan pada mobilitas modal dan tenaga kerja dan segera memindahkan kelebihan
tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan kerja (lowongan)
kerja yang kosong dan mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.

http://tiktikaia.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengangguran.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan pokok perekonomian Indonesia adalah masalah pengangguran.
Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan,
kriminalitas dan masalah - masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah
angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi
yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar
dan kompleks.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan
pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup / mengurangi bidang usahanya
akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat
inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain - lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?
2. Apa saja macam-macam dari pengangguran ?
3. Apa penyebab terjadinya pengangguran ?
4. Bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia ?
5. Apa dampak yang diakibatkan dari pengangguran ?
6. Bagaimana cara mengatasi pengangguran ?
7. Apa pengaruh inflasi terhadap pengangguran ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui arti dari pengangguran.
b. Untuk mengetahui macam - macam dari pengangguran.
c. Untuk mengetahui penyebab dari pengangguran.
d. Untuk mengetahui tingkat pengangguran di Indonesia.
e. Untuk mengetahui dampak yang diakibatkan pengangguran
f. Untuk mengetahui cara mengatasi pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengangguran
Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi pengangguran.
Nanga ( 2005 : 249 ) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang
yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak
sedang mencari pekerjaan. Dalam sensus penduduk 2001 mendefinisikan pengangguran sebagai
orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan ( BPS, 2001 : 8 ).
Menurut Sudono Sukirno pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian
yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya International
Labor Organization ( ILO ) memberikan definisi pengangguran yaitu :
Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang
selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari
pekerjaan.
Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan
pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang
dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan
lain / tambahan ( BPS, 2001: 4 ).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional ( SAKERNAS ) menyatakan bahwa
:
Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang
masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu namun
tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain ( BPS, 2000: 14 ).
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah - masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, dikenal istilah pengangguran terselubung di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengangguran adalah
penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau menyiapkan suatu usaha baru.
B. Macam-Macam Pengangguran
Ada beberapa macam pengangguran yang digolongkan berdasarkan lama waktu dan
penyebab terjadinya, antara lain:
1. Macam Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja
a. Pengangguran terbuka ( open unemployment ), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak
memiliki pekerjaan (sama sekali tidak bekerja). Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya
lapangan pekerjaan atau karena ketidak sesuaian lapangan kerja dengan latar belakang
pendidikan dan keahlian tenaga kerja.
b. Setengah menganggur ( under unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila di
ukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal.
c. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) yakni tenaga kerja yang bekerja tapi tidak
sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang lulusan S1
pertanian bekerja sebagai tenaga pembukuan, atau seorang insinyur teknik, bekerja sebagai
pelayan restoran.

2. Macam Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya


a. Pengangguran structural, yakni pengangguran yang disebabkan oleh terjadinya perubahan
struktur perekonomian. Misalnya, perubahan struktur dari agraris ke industri, perubahan ini
menuntut tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu (misal keterampilan mengoperasikan
mesin teknologi modern) untuk bisa bekerja disektor industri. Tenaga kerja yang tidak memiliki
keterampilan tersebut akan ditolak oleh sector industri, sehingga terjadilah pengangguran.
b. Pengangguran konjungtural, yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergerakan naik
turunnya kegiatan perekonomian suatu Negara. Ada masa pertumbuhan (naik), masa resesi
(turun), dan masa depresi (turun). Pada masa resesi dan depresi, masyarakat mengalami
penurunan daya beli sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun. Penurunan ini
mengharuskan produsen mengurangi produksi barang dan jasa, diantaranya dengan cara
mengurangi jumlah pekerja sehingga terjadilah pengangguran. PHK yang terjadi karena krisis
ekonomi tahun 1997 di Indonesia adalah contoh pengangguran siklikal.
c. Pengangguran friksional yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergeseran (friksi) pekerja
yang ingin bergeser (berpindah) dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam rangka mencari
pekerjaan yang lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan baru, pekerja menganggur
untuk sementara waktu, sambil mencari pekerjaan yang di inginkan. Oleh karena itu,
pengangguran friksional disebut juga pengangguran sukarela, karena terjadi karena keinginan
pekerja sendiri.
d. Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau
perubahan permintaan tenaga kerja secara berkala. Pada umumnya, setelah panen, petani akan
menganggur sambil menunggu masa tanam. Contoh lain misalnya pada masa pembangunan
gedung, tukang bangunan bisa bekerja. Tetapi bila gedung telah selesai dibangun, tukang
bangunan menjadi pengangguran musiman sambil menunggu pembangunan berikutnya.
e. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin - mesin. Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang
yang berprofesi sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi maka
mereka tidak bekerja lagi.
f. Pengangguran Politis pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara
langsung atau tidak, mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank-bank bermasalah
sehingga menimbulkan PHK.
g. Pengangguran Deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan pekerjaandalam
perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja melebihikesempatan kerja,
maka timbullah pengangguran.

C. Penyebab Terjadinya Pengangguran


Pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab diantara nya:

1. Perubahan struktural

Seperti disebutkan Reynold, masters dan Moser jenis pengangguran ini terjadi karena tidak
sepadan/ketidak cocokan antara kulifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan
persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi.
Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi konstribusi sektoral terhadap produksi nasional
(regional). Bila sektor industri memberikan konstribusi paling besar terhadap PDB dibanding
dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut adalah industri, atau sebaliknya
(Sadono Sukirno) katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi pergeseran struktur ekonomi
dari pertanian ke sektor industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya kualifikasi
pekerjaan yang cocok disektor industri. Ketika persyaratan ini tidak terpenuhi, maka tenaga kerja
yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.

2. Pengaruh Musim

Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja. Tetapi sektor terjadi juga pada
sektor lain. Pada liburan dan tahun baru, misalnya suasana sektor jasa tansportasi dan pariwisata
menjadi sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu pula hari menjelang, sedang dan
bulan suci Ramadhan, nampak permintaan antara barang dan jasa meningkat dan selanjutnya
akan membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja disektor yang bersangkutan.

3. Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja

Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan tempat).
Sering terjadi pencari kerja tidak mendapat informasi yang lengkap tentang lowongan kerja.
Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan pekerjaan tersebut.
Pilihannya adalah tidak bekerja. Karena kondisi sudah tidak kondusif lagi.

4. Rendahnya Aliran Investasi

Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap
perluasan tenaga kerja. Perubahan investasi membawa dampak output (pendapatan). Secara
otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi (modal,
tenaga kerja, dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat
dengan adanya peningkatan dan pengeluaran otonom tadi.

5. Rendahnya Tingkat Keahlian

Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki keahlian akan memiliki
produktifitas tinggi karena ia mampu memanfaatkan dirinya pada aktivitas ekonomi produktif.
Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan dengan cara diantaranya adalah melalui
pendidikan, atihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat
pembinaan motifasi kerja.

6. Diskriminasi

Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada tingkat pendidikan, ekonomi,
hukum, agama dan lainnya. Misalnya bila pendidikan dan pengembangan SDM tidak diberikan
seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya sumber SDM. Dan dalam
jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.

7. Laju Pertumbuhan Penduduk


Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan penduduk diantaranya adalah apabila pertumbuhan
penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik berikut:

a) Tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,

b) Rendahnya anggaran pendidikan,

c) Rendahnya tingkat kesehatan,

d) Tidak seimbang dengan laju pertumbuhan tenaga kerja,

e) Rendahnya pembentukan modal,

f) Rendahnya kualitas tenaga pendidikan,

g) Rendahnya balas jasa disektor pendidikan,

h) Rendahnya daya beli masyarakat,

i) Minimnya sumber daya ekonomi yang bisa di eksploitasi,

Bila kendala-kendala diatas bisa dieleminir atau bahkan dapat ditemukan pemecahannya, maka
persoalan pertumbuhan penduduk tidak akan terlalu jadi masalah. Bahkan boleh jadi bisa
menjadi pendorong pembangunan.

D. Tingkat Pengangguran di Indonesia


Data BPS (Badan Pusat Statistik) Analisis Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik),
pada tahun 2004, jumlah angka pengangguran terbuka di Indonesia, tercatat sebanyak 9,90% dari
sekitar 100 juta angkatan kerja yang ada. Untuk tahun 2005 mengalami kenaikan yang sangat signifikan
sebesar 1,34%. Banyak faktor yang mengakibatkan munculnya masalah pengangguran ini. Salah satu
faktor yang paling menentukan adalah ketidak mampuan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk
menyerap tenaga kerja secara signifikan.
Akibat dari banyak penduduk yang menganggur berimplikasi langsung pada munculnya
masalah yang lebih kompleks, yaitu kemiskinan, yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk
yang hidup di bawah garis kemiskinandan penduduk yang rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan
E. Dampak Yang Diakibatkan Dari Pengangguran
Adapun dampak dari pengangguran antara lain:
1. Dampak Pengangguran Bagi Pembangunan Nasional
Dampak pengangguran bagi pembangunan dapat dilihat melalui hubungan antara pengangguran
dan indikator-indikator berikut:
a. Pendapatan Nasional Dan Pendapatan Per Kapita
Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka komponen upah akan semakin kecil.
Dengan demikian, nilai pendapatan Nasional pun akan semakin kecil.
b. Penerimaan Negara
Salah satu penerimaan Negara adalah pajak, diantaranya pajak penghasilan. Pajak
penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang bekerja. Apabila tingkat pengangguran
meningkat maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya
penerimaan Negara pun berkurang.
c. Beban Psikologis
Semakin lama menganggur, semakin besar beban psikologis yang ditanggung. Secara
psikologis, orang yang menganggur menpunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh dalam
berbagai prilakunya dalam kegiatan sehari-hari.
d. Biaya sosial
Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin besar pula biaya sosial yang
harus dikeluarkan. Biaya sosial itu menyangkut atas tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan
biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya proses kejahatan.

2. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian suatu Negara


Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu Negara adalah meningkatkan kemakmuran
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalamkeadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran disuaru Negara felatif tinggi, hal ini akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengangguran
berdampak negatif terhadap perekonomian seperti yang dijelaskan dibawah ini:
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran
yang dicapai. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dari pada pendapatan potensial (pendapatan
yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai masyarakat pun akan lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian
menurun sehingga pendapatn masyarakat pun akan menurun. Denagn demikian, pajak yang akan
dibayar masyarakat pun akan menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat berkurang sehingga permintaan akan barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak akan merangsang investor untuk melakukan
peluasan atau pendiarian industri baru. Dengan demikian, tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.

F. Cara Mengatasi Pengangguran


Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih
bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan lapangan
pekerjaan.
Menurut Paul A. Samuelson dan Wiliam D. Nurdhaous dalam bukunya Ekonomi
mengemukakan cara-cara mengatasi pengangguran yaitu sebagai berikut:
a. Memperbaiki pasar tenaga kerja
b. Menyediakan program pelatihan
c. Menciptakan program padat karya
Selain hal tersebut di atas, sesuai dengan GBHN 1999, pemerintah Indonesia hendaknya:
a) Mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada peningkatan
kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan,
perlindungan kerja dan kebebasab berserikat, dan
b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan
memerhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang di kelola secara
terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.

G. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran

Inflasi yang tinggi akan mendorong produsen melakukan efesiensi terhadap industrinya, seperti
merasionalkan tenaga kerja atau melakukan perampinagan organisasi perusahaannya yang
berakibat semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Penawaran tenaga kerja semakin
bertambah sedangkan permintaan terhadap tenaga kerja kian berkurang. Tenaga kerja yang
menganggur terpaksa harus mau menerima uapah yang rendah tiadak jarang pula lebih rendah
nilainya dari pada harga barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari mereka.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya.
2. Pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat
tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.
3. Pengangguran di sebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan
kerja, struktur lapangan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan
penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja
wanita salam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia, penyediaan dan pemanfaatan tenaga
kerja antar daerah tidak seimbang.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka saya dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat
dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang
kosong.
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

http://astosetio.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pengangguran.html

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan teknologi yang kini merambah keseluruh lapisan masyarakat memang sangat
membantu dalam segala bidang. Banyaknya mesin-mesin impor yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia dapat menghasilkan barang yang berkualitas yang tak kalah
dengan pembuatan manual oleh manusia.

Tetapi hal ini tidak saja membuat pemerintah dan masyarakat lega, namun juga menimbulkan
masalah baru yang hingga kini belum dapat terselesaikan. Masalah yang tiap tahun bertambah
rumit, dan makin banyak saja masyarakat yang menjalani profesi ini, yaitu pengangguran.
Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kemiskinan,
kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah
angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi
yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar
dan kompleks.
Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar
kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. yang terjadi tidak saja menimpa para
pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan
pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu
banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan
maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan
memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengangguran
1.2.2 Apa saja jenis-jenis pengangguran
1.2.3 Apa saja penyebab terjadinya pengangguran
1.2.4 Bagaimana keadaan pengangguran di Indonesia
1.2.5 Apa saja dampak pengangguran di Indonesia
1.2.6 Bagaimana cara mengatasi pemgangguran

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu, sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengangguran
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pengangguran
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya pengangguran
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana keadaan pengangguran di Indonesia
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja dampak pengangguran di Indonesia
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi pemgangguran

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat yang diperoleh dari adanya pembahasan lebih lanjut mengenai topik yang terkait
(pengangguran) yaitu :
1.4.1 Bagi Penulis
Mampu meningkatkan kemampuan menulis serta bisa berkontribusi terhadap pemecahan
masalah pengangguran yang ada di negeri ini.
1.4.2 Bagi Pemerintah
Mendapat beberapa pencerahan dalam menyelesaikan permasalahan pengangguran yang ada
di negeri ini.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Mendapat pemahaman tentang pengangguran serta dampak dan cara mencegahnya, sehingga
jumlah pengangguran dapat berkurang.
1.5 METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan paper ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi aktual
yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah tersebut
dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yang
pertama browsing di Internet, kedua dengan membaca media cetak dan dengan pengetahuan
yang penulis miliki.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Paper Masalah Pengangguran di Indonesia ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
1.6.1 Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
1.6.2 Bab II Pembahasan
Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari definisi pengangguran, jenis
pengangguran, penyebab pengangguran, keadaan pengangguran di indonesia, apa dampak
adanya pengangguran, dan cara mengatasinya.
1.6.3 Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran mengenai masalah pengangguran di
Indonesia.
1.6.4 Daftar Pustaka
Pada bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang penulis gunakan untuk
pembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGANGGURAN


Sebelum membahas tentang pengangguran, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu apa yang
disebut dengan tenaga kerja, angkatan kerja dan usia pekerja yang ditetapkan di Indonesia.
Tenaga kerja yaitu penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah,
dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun
yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab (petani yang menunggu panen,karyawan
yang sedang sakit,dsb).
Sedangkan yang dimaksud dengan usia pekerja adalah tingkat umur seseorang yang
diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan. Di Indonesia kisaran usia kerja adalah
antara 15-64 tahun.
Kemudian yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Orang yang tidak
sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, mahasiswa
perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan
pekerjaan.
Selain definisi di atas masih ada beberapa definisi pengangguran lainnya dari para ahli
misalnya menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
2.2 JENIS PENGANGGURAN
Secara garis besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut lama
waktu kerja dan menurut penyebabnya.
2.2.1 Jenis pengangguran menurut waktu kerja
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak
bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu :
1) Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu kantor mempekerjakan 10 orang
karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan
8 orang karyawan saja,sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam
ini yang disebut dengan pengangguran terselubung.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Contoh : seorang
buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara
menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
2.2.2 Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1) Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
2) Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja yang dibutuhkan dan
keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam
jangka panjang merupakan latar belakang ketidakcocokan itu.
3) Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat
adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja (pergantian pekerjaan atau
pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul dari kemauan tenaga kerja yang
bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang
lebih baik, menantang dan menunjang karirnya. Pengangguran ini sering disebut pengangguran
sukarela.
4) Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya
pergantian musim tanam ke musim panen.
5) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
6) Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat perekonomian suatu negara
mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat lain, mengalami resesi (menurun) atau bahkan
depresi.Pada saat krisis ekonomi, daya beli masyarakat menurun sehingga tingkat permintaan
terhadap barang dan jasa juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa memaksa produsen untuk menurunkan kegiatan produksi.Produsen melakukan ini antara
lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk tenaga kerja.

2.3 PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN


Pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab diantara nya:
Pengaruh Musim

Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja. Tetapi sektor terjadi juga pada
sektor lain. Pada liburan dan tahun baru, misalnya suasana sektor jasa tansportasi dan pariwisata
menjadi sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu pula hari menjelang, sedang dan bulan
suci Ramadhan, nampak permintaan antara barang dan jasa meningkat dan selanjutnya akan membawa
dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja disektor yang bersangkutan.

2.3.2 Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja

Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan tempat).
Sering terjadi pencari kerja tidak mendapat informasi yang lengkap tentang lowongan kerja. Sehingga
mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan pekerjaan tersebut. Pilihannya adalah tidak
bekerja. Karena kondisi sudah tidak kondusif lagi.

2.3.3 Rendahnya Aliran Investasi

Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap
perluasan tenaga kerja. Perubahan investasi membawa dampak output (pendapatan). Secara otomatis
meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi (modal, tenaga kerja, dan
input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat dengan adanya peningkatan
dan pengeluaran otonom tadi.

2.3.4 Rendahnya Tingkat Keahlian

Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki keahlian akan memiliki produktifitas
tinggi karena ia mampu memanfaatkan dirinya pada aktivitas ekonomi produktif. Untuk meningkatkan
keahlian dapat dilakukan dengan cara diantaranya adalah melalui pendidikan, atihan, magang,
pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motifasi kerja.

2.3.5 Diskriminasi

Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada tingkat pendidikan, ekonomi, hukum,
agama dan lainnya. Misalnya bila pendidikan dan pengembangan SDM tidak diberikan seluas-luasnya
kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya sumber SDM. Dan dalam jangka panjang
kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.

2.3.6 Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang
tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi

2.3.7 Budaya pilih-pilih pekerjaan

Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi ditambah
dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan pengangguran
terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan
tinggi).

2.3.8 Pemalas

Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah budaya
malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah dengan menyogok
untuk mendapatkan pekerjaan.

2.3.9 Tidak mau ambil resiko

Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di kantor bapak. Dengan
demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan hasil kerja saya selama 3 bulan tersebut,
bapak bisa pecat saya. Adakah yang berani mengambil resiko seperti itu? Kami yakin sedikit sekali.
Padahal kalau dipikir-pikir itu justru menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan tersebut ia bisa
menimba pengalaman sebanyak-banyaknya. Meskipun akhirnya dipecat juga, toh dia sudah mendapat
pengalaman kerja 3 bulan.

2.4 PERKEMBANGAN MASALAH PENGANGGURAN DI INDONESIA


Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka
pengangguran bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di
Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar
10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22
persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen.
Dikutip CNNIndonesia, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali
Ritonga mengatakan jumlah angkatan tenaga kerja meningkat sedangkan daya serap tenaga kerja
dari beberapa industri melemah.
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta,
dibandingkan Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa. "Ada PHK dan daya serap yang
agak menurun, sehingga pengangguarn meningkat," kata Rizali di kantor pusat BPS, Jakarta,
Kamis (5/11).
Razali mengatakan sebagian industri yang melakukan PHK adalah industri yang memiliki
ketergantungan terhadap bahan baku impor. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
turut menambah beban biaya produksi sektor industri tersebut.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ditambah terseoknya nilai rupiah terhadap dolar
memicu terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah karyawan yang dirumahkan 26.506 orang
sepanjang September 2015.
Pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang diharapkan bisa menarik
investasi dan membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah memberi banyak insentif bagi
penanaman modal, salah satunya kemudahan berinvestasi di kawasan industri.
Dari data BPS, selama setahun terakhir (Agustus 2014-Agustus 2015) kenaikan penyerapan
tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen),
Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240
ribu orang (7,92 persen).
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja
berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 50,8 juta orang (44,27 persen) dan SMP 20,7 juta
(18,03 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,6 juta orang,
mencakup 3,1 juta diploma dan 9,5 juta sarjana.

2.5 DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA


Dampak yang ditimbulkan dari adanya pengangguran di Indonesia adalah sebagai berikut:
2.5.1 Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa memperoleh
penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seseorang
dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500 perharinya (berdasarkan
standar Indonesia) sementar berdasarkan standar kemiskinan PBB yaitu pendapatan perharinya
di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).
2.5.2 Pengangguran Dapat Menghilangkan Keterampilan, Karena Tidak Digunakan Apabila Tidak
Bekerja / Produktivitas. Tenaga kerja akan menurun produktivitasnya jika tidak dimanfaatkan.
Peningkatan rasa frustasi, patah semangat, dan perasaan tidak berdaya, yang terjadi pada
pengangguran, dalam jangka panjang akan menimbulkan sikap masa bodoh. Para penganggur
tidak mampu mengelola dirinya dan tidak mampu menangkap peluang secepatnya . mereka
tidak siap bekerja, jadi pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh sebelumnya , apalagi
dengan biaya yang besaar pula menjadi sia-sia. Jadi keterampilan yang diperoleh hilang, karena
tidak digunakan apabila tidak bekerja.
2.5.3 Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan
pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun seorang
pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal seperti mencuri,
mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.
2.5.4 Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan sebagainya.
Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau pengemis
yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-segan mengancam
para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.
2.5.5 Pengangguran akan Menimbulkan Ketidakstabilan Sosial dan Politik. Hal ini terjadi karena
adanya ketidaksinambungan antara pemerintah itu sendiri dengan masyarakatnya, sehingga
kontak social dan politik yang ada, tidak berlangsung dengan baik. Dalam arti pemerintah
mengabaikan aspirasi masyarakat atau tidak menanggulangi pengangguran yang ada dalam
masyarakat, sehingga masyarakat menginginkan turun tangan dari pemerintah. Tetapi
pemerintah itu sendiri tidak memikirkan beban yang ditanggung masyarakat. Sehingga terjadi
perbedaan antara pemeritah dengan masyarakat. Masalah seperti bisa memunculkan kekacauan
sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
2.5.6 Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah ekonomi,
terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi
masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
2.5.7 Penurunan Pendapatan Perkapita / Penerimaan Negara. Semakin besar jumlah pengangguran
maka, semakin menurun pendapatan perkapita Negara dari pajak penghasilan. Begitu pendapatan
menurun , semakin menurun pula kemampuan pemerintah melayani kebutuhan warganya.
Pengangguran yang semakin tinggi membuat pendapatan dan pengeluaran mereka tidak
seimbang, pastilah pengeluaran akan semakin tinggi sedangkan pendapatan rendah bahkan
mungkin tidak ada pendapatan.sehingga,Penurunan Pendapatan Pemerintah yang berasal dari
sektor pajak.
2.5.8 Meningkatnya Biaya Sosial Yang Harus Dikeluarkan Oleh Pemerintah. Pengangguran
mengakibatkan masyarakat harus menanggung sejumlah biaya social , antara lain ada kaitan erat
antara peningkatan pengangguran dan kejahatan. Selain itu, masyarakat harus menanggung biaya
social biaya pengangguran melalui peningkatan tugas-tugas medis yang berkaitan dengan
perawatan psikologis, peningkatan kualitas pengamanan wilayah, dan peningkatan volume
peradilan karena meningkatnya tindak kejahatan.

2.6 SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN


Pengangguran dapat dihambat pertumbuhannya dengan melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
Memperluas dan membuka lapangan pekerjaan. Salah satunya bisa diwujudkan dengan
memberdayakan sektor informal padat karya, home industry.

Menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Diharapkan dengan demikian para lulusan sekolah ataupun
perguruan tinggi tidak hanya memiliki tujuan sebagai pegawai saja, namun lebih baik apabila mereka
membuat usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga kerja sehingga dengan demikian membantu
pemerintah dalam mengatasi jumlah pengangguran yang kian banyak. Dan bisa kita lihat akhir-akhir ini,
sudah banyak sekali lulusan muda berbakat yang sukses melakukan kegiatan usaha.

Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah keterampilan, dan
meningkatkan pendidikan.

Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat atau
sector ekonomi yang kekurangan
2.6.5 Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan
kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen
memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas
khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya.Mendorong
terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong
terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai
teknologi dan informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD,
BUMS dan pihak lainnya.
2.6.6 Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai
jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
2.6.7 Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara teknis
dan rinci.
2.6.8 Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman
Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang
pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
2.6.9 Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah yang
belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk menarik
para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan
dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga
kerja daerah setempat.
2.6.10 Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha atau
hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses
produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan
secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonsia
untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
2.6.11 Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada usia dini)
yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau melancarkan
sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk
dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
2.6.12 Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi secara
ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil. Hal
itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
2.6.13 Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem
pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi kompetensi.
Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap
menghadapi dunia kerja.
2.6.14 Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak
geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia perlu
dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
3.1.1 Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya.
3.1.2 Secara umum pengangguran dapat dibedakan menjadi 2 golongan, menurut lama waktu kerja
(pengangguran terselubung, setengah menganggur, terbuka) dan menurut penyebabnya
(pengangguran konjungtural, structural, friksional, musiman, teknologi, dan siklus)
3.1.3 Pengangguran disebabkan oleh beberapa hal seperti laju pertumbuhan penduduk yang besar,
minimnyaa lapangan pekerjaan, malasmencari pekerjaan, dll.
3.1.4 Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka pengangguran
bertambah. BPS melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak
7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
7,24 juta jiwa
3.1.5 Pengangguran menyebabkan munculnya kemiskinan, gangguan psikologi, tindak kejahatan dan
kriminal, dan menyebabkan tingkat pendapatan nasional menurun.
3.1.6 Pengangguran dapat dikurangi dengan beberapa cara seperti memperluas lapangan pekerjaan,
mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah keterampilan,
meningkatkan pendidikan , dll.

3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan penulis adalah sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan
tertentu yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan memberikan penyuluhan, pembinaan
serta pelatihan kerja kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari pemerintah,
masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan jumlah pengangguran yang
terjadi di Indonesia.

http://ngurahobelixs.blogspot.co.id/2016/06/makalah-pengangguran-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai