Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami kelompok tujuh dapat menyelesaikan makalah Makroekonomi tepat pada
waktunya.

Kami menyadari bahwa banyak keterbatasan dalam penulisan makalah ini, meskipun
makalah kami jauh dari sempurna tetapi kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga akan ada manfaatnya untuk pembelajaran ke depannya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Yusrizal Soran selaku Dosen
Makroekonomi yang telah memberikan kesempatan kepada kami sekaligus memberikan materi
presentasi kepada kelompok 7 ini dan kami paham atas materi yang diberikan dan tidak lupa
terimakasih atas kerjasamanya untuk reka-rekan kelompok 7.

Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin masih belum sempurna dan banyak salah
serta kekurangan – kekurangan nya. Oleh karna itu kami berharap adanya saran, masukan dan
kritik untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.

Jakarta, 7 Maret 2014


Penulis,

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................ 2
A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow..................................... 3
a. Efisiensi Tenaga Kerja............................................................... 3
b. Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi........................... 4

c. Dampak Kemajuan Teknologi................................................... 5

B. Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris............................... 6


a. Pertumbuhan yang Seimbang..................................................... 6
b. Convergence.............................................................................. 7

c. Akumulasi Faktor Efisiensi Produksi........................................ 8

C. Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan.................................... 9


a. Mengevaluasi Tingkat Tabungan................................................ 9
b. Mengubah Tingkat Tabungan..................................................... 11

c. Mengakolokasikan Investasi Perekonomian............................... 11


d. Mengubah Institusi yang Tepat................................................... 13
e. Mendorong Kemajuan Teknologi................................................ 13

D. Di luar Model Solow ( Teori Pertumbuhan Endogen )..................... 14


a. Model Dasar............................................................................. 14

b. Model Dua – Sektor................................................................. 15


c. Makroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan................. 16
Penutup................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka...................................................................................................... 18

2
A. Kemajuan Teknologi dalam Model Solow

Sejauh ini presentasi kita mengenai model solow mengasumsikan hubungan yang
tidak berubah antara input modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa . Tetapi
model ini bisa dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan
variabel eksogen, yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi
sepanjang waktu.

A.1 Efisiensi Tenaga Kerja

Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi produksi yang
mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi, fungsi
produksi itu adalah :

Y=F(K,L).

Kini kita tulis fungsi produksi sebagai :

Y=F(K,L x E).

Di mana E adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja.
Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode
produksi: ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat.
Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini-perakitan
mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad kedua puluh, dan meningkat lagi
ketika komputerisasi diperkenalkan di akhir abad kedua puluh. Efisiensi tenaga kerja juga
meningkat ketika ada pengembangan dalam kesehatan, pendidikan, atau keahlian
angkatan kerja.

L x E mengukur jumlah para pekerja efektif. Perkalian ini memperhitungkan jumlah


pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E. Fungsi produksi yang baru ini
menyatakan bahwa output total Y bergantung pada jumlah unit modal K dan jumlah
pekerja efektif, LxE. Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini adalah
bahwa peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan penigkatan angkatan kerja L.

Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
tekonologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g. Sebagai

3
contoh, jika g = 0,02 maka setiap unit tenaga kerja menjadi 2 persen lebih efisien setiap
tahun: output meningkat jika angkatan kerja meningkat sampai 2 persen tambahan itu.
Bentuk kemajuan teknologi itu disebut pengoptimalan tenaga kerja dan g disebut tingkat
kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting
technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n dan efisiensi
dari setiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g maka jumlah pekerja efektif LxE
tumbuh pada tingkat n+g.

A.2 Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi

Karena kemajuan teknologi yang dimodelkan disini menambah efisiensi tenaga


kerja, maka hal itu memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Meskipun kemajuan
teknologi tidak menyebabkan jumlah pekerja aktual meningkat. Namun sebenarnya,
setiap pekerja menghasilkan unit yang lebih banyak sepanjang waktu. Jadi kemajuan
teknologi menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat.

Untuk melakukan hal ini, kita perlu mempertimbangkan kembali notasi kita.
Sebelumnya, kita menganalisis perekonomian dalam kuantitas per pekerja, sekarang kita
menganalisis perekonomian dalam hal kuantitas per pekerja efektif. Kita nyatakan k =
K/(LxE) menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = Y/(LxE) menunjukkan output
per pekerja efektif. Dengan definisi ini kita bisa menulis kembali y=f(k).

Analisis kita tentang perekonomian membuahkan hasil ketika kita mengkaji


pertumbuhan populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu
sekarang berubah menjadi :

Seperti sebelumnya, perubahan persediaan modal sama dengan investasi sf(k)


dikurangi investasi pulang – pokok Namun demikian, karena k =
K/(LxE), maka investasi pulang-pokok meliputi tiga kaidah: untuk menjaga k tetap
konstan, dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi, nk dibutuhkan untuk
memberi modal bagi para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk memberi modal bagi
“para pekerja efektif” baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi.

Dampak Kemajuan Teknologi


4
Sebagaimana kita lihat, modal per pekerja efektif k adalah konstan dalam kondisi
mapan. Karena, y=f(k), maka output per pekerja efektif juga konstan. Variable inilah
yang menunjukkan kuantitas per kuantitas per pekerja efektif yang stabil pada kondisi
mapan. Dengan adanya kemajuan teknologi, model kita akhirnya bisa menjelaskan
kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang kita amati. Yaitu, kita telah
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang
bekelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi
mengarah ke tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja hanya
jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian berada dalam kondisi mapan, tingkat
pertumbuhan output per pekerja, hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidah Emas. Tingkat modal
kaidah emas kini didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi
per pekerja efektif.

Dengan mengikuti argumen yang sama yang kita gunakan sebelumnya, kita bisa
menunjukkan bahwa konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah :

c* = f(k*) – ( + n + g)*.

Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika :

MPK = + n + g,

5
Atau

MPK + = n + g.

Yaitu, pada tingkat modal kaidah emas, produk marjinal modal neto, MPK – , sama
dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g. Karena perekonomian actual mengalami
pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka kita harus menggunakan kriteria
ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil
dari kondisi mapan Kaidah Emas.

B. Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris Pertumbuhan

Sejauh ini dalam bab ini kita telah diperkenalkan dengan kemajuan teknologi eksogen
dalam model solow untuk menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dari standar
kehidupan. Kita kemudian menggunakkan kerangka kerja teoritis sebagai lensa untuk
melihat isu-isu penting yang dihadapi oleh pembuat kebijakan. Sekarang mari kita
diskusikan apa yang terjadi saat teori dihadapkan dengan fakta.

Pertumbuhan yang Seimbang

Menurut model Solow, kemajuan teknologi yang menyebabkan nilai berbagai variable
meningkat secara bersamaan pada kondisi mapan. Hal ini, yang disebut pertumbuhan
yang seimbang (balanced growth), bekerja dengan baik dalam mendeskripsikan data
jangka panjang bagi perekonomian AS.

Pertama, pertimbangkanlah output per pekerja Y/L dan persediaan modal per pekerja
K/L. Menurut Solow, dalam kondisi mapan, kedua variabel ini tumbuh sebesar g pada
tingkat kemajuan teknologi. Data AS selama pertengahan abad ini menunjukkan bahwa
output per pekerja dan persediaan modal per pekerja telah tumbuh dalam tingkat yang
hampir sama- sekitar 2% per tahun. Dengan kata lain, rasio modal-output telah bertahan
konstan sepanjang waktu.

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi harga faktor. Soal 3(d) pada akhir bab ini
meminta anda untuk menunjukkan bahwa, dalam kondisi mapan, upah riil tumbuh
sebesar tingkat kemajuan teknologi. Namun harga sewa riil modal tetap konstan
sepanjang waktu. Sekali lagi, prediksi ini tepat untuk Amerika Serikat. Selama 50 tahun

6
terakhir, upah riil telah meningkat 2% pertahun: upah ini telah naik dengan jumlah yang
hampir sama dengan GDP riil per pekerja. Namun harga riil modal (diukur sebagai
pendapatan modal riil dibagi dengan persediaan modal) mempunyai nilai yang hampir
sama.

Prediksi model Solow tentang harga factor-dan ketepatan prediksi ini-terutama patut
diperhatikan ketika dibandingkan dengan teori perkembangan perekonomian kapitalis
Karl Marx. Marx memprediksikan bahwa pengembalian modal akan menurun sepanjang
waktu dan hal ini akan mengarah pada krisis politik serta ekonomi. Sejarah
perekonomian belum mendukung prediksi Marx, yang sebagian menjelaskan mengapa
saat ini kita mempelajari teori ekonomi Solow dan bukan Marx.

Convergence

Model Solow meramalkan kapan convergence terjadi. Menurut model tersebut kapan
pertemuan (convergence) perekonomian bergantung pada perbedaan saat mereka
memulai. Di satu sisi, jika dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama seperti
yang ditentukan oleh tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan efisiensi
tenaga kerja, karena kesalahan sejarah mulai dengan persediaan modal yang berbeda.
Pada kasus ini, maka kita dapat mengharapkan mereka untuk bertemu, perekonomian
dengan persediaan modal yang lebih kecil secara alami akan tumbuh lebih cepat. Di sisi
lain, jika kedua perekonomian yang mempuyai kondisi mapan yang berbeda, mungkin
karena perekonomian mempunyai tingkat tabungan yang berbeda, maka kita tidak perlu
mengharapkan convergence. Disini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi
convergence. Di sini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi mapannya sendiri.

Pengalaman ini konsisten dengan analisis ini. Dalam contoh perekonomian dengan
budaya dan kebijakan yang sama, studi yang dilakukan membuktikan bahwa
perekonomian akan saling berkonvergensi pada tingkat sekitar 2 persen per tahun.

Yaitu, kesenjangan antara perekonomian yang kaya dan miskin menyempit sekitar 2
persen per tahun. Salah satu contohnya adalah perekonomian rumah tangga di AS.
Karena alasan sejarah, seperti perang sipil tahun 1860-an tingkat pendapatan antarnegara
bagian mempunyai variasi yang besar seabad yang lalu. Tetapi perbedaan ini akan
menghilang dengan berlalunya waktu.

7
Pada data internasional, gambarannya menjadi lebih rumit. Ketika para peneliti hanya
memeriksa data tentang pendapatan per kapita, mereka kurang mendapatkan bukti
mengenai adanya convergence: Negara-negara yang miski rata-rata tidak berkembang
lebih cepat daripada Negara-negara kaya. Penemuan ini mengindikasikan bahwa negara
yang berbeda mempunyai kondisi mapan yang berbeda pula. Jika teknik statistik
digunakan untuk mengendalikan beberapa determinan kondisi mapan tersebut, seperti
tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan tingkat pendidikan, maka sekali lagi
data menunjukkan convergence pada tingkat sekitar 2% per tahun.

Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi

Ada beberapa cara untuk menginterprestasikan korelasi positif ini. Salah satu
hipotesisnya adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong akumulasi
modal. Sebagai contoh, seseorang dalam perekonomian yang berfungsi dengan baik
mungkin mempunyai sumber daya dan insentif untuk tetap bersekolah serta
mengakumulasikan modal manusia yang lebih besar. Hipotesis lainnya adalah bahwa
akumulasi modal dapat mendorong efisiensi produksi yang lebih baik. Jika ada
eksternalitas yang positif terhadap modal fisik dan modal manusia, maka negara yang
menabung dan menginvestasikan lebih banyak tampaknya akan mempunyai fungi
produksi yang lebih baik (kecuali jika penelitian tersebut memperhitungkan
eksternalitasnya, suatu hal yang sulit dilakukan). Jadi, efisiensi produk yang lebih besar
dapat menyebabkan akumulasi factor yang lebih besar, atau sebaliknya.

Hipotesis terakhir adalah bahwa faktor akumulasi dan efisiensi produksi digerakkan
oleh variable ketiga. Variabel ketiga ini dapat berupa kualitas institusi negara, termasuk
proses pembuatan kebijakan pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh seorang ekonom,
jika pemerintah membuat kesalahan, maka mereka membuat kesalah yang besar.
Kebijakan yang jelek, seperti inflasi yang tinggi, defisit anggaran yang berlebihan,
campur tangan pasar yang terlalu besar, dan korupsi yang merajalela sering berjalan
beriringan. Kita seharusnya tidak terkejut bahwa perekonomian seperti itu
mengakumulasi modal yang lebih sedikit dan gagal menggunakkan modal tersebut
dengan efisien.

C. Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan

8
Setelah menggunakkan metode Solow untuk menyingkap hubungan di antara sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, dan kita telah mendiskusikan beberapa
bukti empiris yang menjelaskan pengalaman pertumbuhan aktual. Kita bisa gunakan teori
itu untuk membantu menuntun pemikiran kita tentang kebijakan ekonomi.

Mengevaluasi Tingkat Tabungan

Sebagaimana yang kita ketahui, tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output
pada kondisi mapan (steady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi
mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus
kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolok ukur yang bisa kita bandingkan
dengan perekonomian AS. Untuk memutuskan apakah perekonomian AS berada pada,
di atas, atau di bawah Kaidah Emas, kita perlu membandingkan produk marjinal modal
setelah depresiasi (MPK- ) dengan tingkat pertumbuhan output total (n + g). Kita tahu
bahwa pada kondisi mapan Kaidah Emas, MPK- =n+g. Jika perekonomian beroperasi
dengan modal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK – > n + g. Dalam hal ini,
kenaikan tingkat tabungan secara bertahap akan meningkatkan akumulasi modal yang
mengarah ke kondisi mapan dengan kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi
(meskipun konsumsi akan lebih rendah untuk sebagian transisi menuju kondisi mapan
yang baru). Di sisi lain, jika perekonomian beroperasi dengan terlalu banyak modal,
maka MPK – < n + g. Pada kasus ini, akumulasi modal akan berlebih: menurunkan
tingkat tabungan akan meningkatkan tingkat konsumsi untuk saat ini dan yang akan
datang.

Untuk membuat perbandingan ini perekonomian riil, seperti perekonomian AS, kita
membutuhkan estimasi tingkat pertumbuhan ( n + g ) dan estimasi produk marjinal modal
neto (MPK – ). GDP riil di Amerika Serikat tumbuh rata-rata 3 persen per tahun,
sehingga n + g = 0,03. Kita bisa mengestimasi produk marjinal modal neto dari tiga fakta
berikut ini:

1. Persediaan modal kira-kira 2,5 kali GDP satu tahun.


2. Depresiasi modal kira-kira 10 persen dari GDP.
3. Pendapatan modal kira-kira 30 persen dari GDP.

9
Dengan menggunakkan notasi model (dan hasil dari Bab 3 bahwa para pemilik modal
menikmati pendapatan dari MPK untuk setiap unit modal), kita bisa menulis fakta ini
sebagai:

1. к = 2,5 γ.
2. к = 0,1 γ.
3. MPK x к = 0,3 .

Kita mencari tingkat depresiasi dengan membagi persamaan 2 dengan persamaan 1:

к/ к = (0,1 γ) /(0,25 γ)
= 0,04.

Dan kita cari produk marjinal modal MPK dengan membagi persamaan 3 dengan
persamaan1:

(MPK x к) /к = (0,3 γ) / (2,5 γ)

MPK = 0,12.

Jadi, kira-kira 4 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap tahun, dan produk
marjinal modal kira-kira 12 persen per tahun. Produk marjinal modal neto, MPK –
kira-kira 8 persen per tahun.

Sekarang kita bisa melihat bahwa pengembalian modal (MPK – persen per
tahun) melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata perekonomian ( n + g = 3 persen per
tahun). Fakta ini, bersama-sama dengan analisis sebelumnya, mengindikasikan bahwa
persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah tingkat Kaidah Emas.
Dengan kata lain, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan bagian yang
lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh lebih cepat dan
akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi.

Mengubah Tingkat Tabungan

Cara yang paling tepat yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi nilai tabungan
nasional adalah mealalui tabungan masyarakat-penerimaan antara jumlah penerima pajak

10
pemerintah dan pengeluarannya. Bila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya,
maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang menunjukkan tabungan
masyarakat negatif.

Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan


swasta-tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya, berapa
banyak orang yang menabung bergantung dari insentif yang mereka terima, dan insentif
ini dibedakan oleh berbagai kebijakan public. Banyak ekonom berpendapat bahwa tarif
pajak atas modal yang tinggi-termasuk pajak pendapatan perusahaan, pajak pendapatan
federal, dan berbagai jenis pajak pendapatan negara bagian- menghambat tabungan
swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh para penabung. Di
sisi lain, pos penghapusan pajak, seperti IRA, dirancang untuk mendukung tabungan
swasta dengan memberikan perlakuan khusus atas pendapatan yang ditabung dalam pos
ini. Beberapa ekonom mengusulkan peningkatan insentif untuk menabung dengan
mengganti sistem pajak pendapatan saat ini dengan system pajak konsumsi.

Mengalokasikan Investasi Perekonomian

Model Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia,
tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi
dalam jenis-jenis modal tradisonal, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-jenis
modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam berbagai
bentuk modal masyarakat yang disebut infastruktur, seperti jalan raya, jembatan dan
system pembuangan air.

Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus


menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian.
Dengan kata lain, jenis-jenis modal apakah yang menghasilkan produk marjinal teringgi?
Untuk itu, para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan
tabungan ke jenis-jenis investasi alternatif. Industri-industri dengan produk marjinal
modal tertinggi secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk
mendanai investasi baru. Banyak ekonom menyarankan bahwa pemerintah semata-mata
hanya menciptakan “tingkat yang menghasilkan” untuk berbagai jenis modal misalnya,
dengan menyakinkan bahwa sistem pajak memperlakukan seluruh jenis modal secara

11
adil. Pemerintah kemudian bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan modal
secara efisien.

Para ekonom lain menyarankan agar pemerintah secara aktif mendorong bentuk-bentuk
modal tertentu. Anggaplah, misalnya, pengembangan teknologi terjadi sebagai produk-
sampingan dari aktivitas ekonomi tertentu. Ini akan terjadi jika proses produksi baru dan
perbaikannya dijalankan selama proses pengumpulan modal (fenomena yang disebut
belajar melalui tindakan) dan jika gagasan ini menjadi bagian dari telaga pengetahuan
masyarakat. Produk-sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau imbasan ilmu
pengetahuan). Dengan adanya eksternalitas itu, pengembalian modal sosial melebihi
pengembalian perseorangan, dan manfaat dari peningkatan akumulasi modal bagi
masyarakat lebih besar ketimbang yang dinyatakan model Solow. Selain itu beberapa
jenis akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar ketimbang
akumulasi modal lainnya.

Sebagian besar ekonom bersikap skeptik terhadap kebijakan indusri, karena dua alasan.
Pertama, mengukur ekternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit seperti
mengantang asap. Jika kebijakan didasarkan pada pengukuran yang buruk, maka
pengaruhnya akan mendekati acak, dan dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak
ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis adalah jauh dari sempurna. Sekali
pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industri-industri tertentu dengan
subsidi dan penghapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis
sebagai besaran eksternalitas.

Membangun Institusi yang Tepat

Tradisi hukum suatu negara adalah sebuah contoh dari institusi tersebut. Beberapa
negara seperti A.S, Australia, India dan Singapura, merupakan daerah bekas koloni
Inggris dan karenanya memiliki sistem hukum dengan gaya-Inggris. Negara-negara
lainnya seperti Italia, Spanyol dan banyak negara di Amerika Latin memiliki tradisi
hukum yang berasal dari Kode Napoleonik Prancis. Penelitian menemukan bahwa
perlindungan hukum bagi pemegang saham dan kreditor lebih kuat dengan gaya-Inggris
daripada sistem gaya-Prancis. Hasilnya, negara-negara dengan hukum gaya-Inggris

12
memiliki pasar modal yang lebih berkembang. Selanjutnya, negara dengan pasar modal
yang berkembang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat, karena lebih mudah
perusahaan kecil atau pun perusahaan baru untuk membiayai proyek investasi, sehingga
terjadi alokasi yang lebih efisien pada modal negara tersebut.

Perbedaan institusi penting lainnya terjadi antarnegara adalah kualitas dari


pemerintahan negara itu sendiri. Suatu pemerintah yang ideal harus berperilaku sebagai
“tangan yang menolong” (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik,
pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetisi, penindakan pelaku
kejahatan dan lain sebagainya. Namun terkadang, pemerintah menyimpang dari bentuk
ideal ini dan berperilaku lebih sebagai “tangan yang menyerobot” dengan menggunakkan
wewenang yang dimiliki negara untuk memperkaya sekelompok kecil individu
sementara masyarakat luas menderita. Studi empiris membuktikan bahwa tingkat korupsi
yang cukup tinggi di suatu negara merupakan faktor penentu yang cukup penting bagi
pertumbuhan ekonomi.

Mendorong Kemajuan Teknologi

Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan publik dirancang untuk
mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor
swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Sebagai contoh, sistem
paten memberikan monopoli sementara kepada investor produk-produk baru; prinsip
perpajakan menawarkan menghapus pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam penelitian dan pengembangan; serta kantor-kantor pemerintah seperti National
Science Foundation secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain
itu, sebagaimana yang telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa
pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan
industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.

D. Di Luar Model Solow: Teori Pertumbuhan Endogen

Untuk memahami sepenuhnya proses pertumbuhan ekonomi, kita perlu keluar dari
model Solow dan mengembangkan model-model yang menjelaskankemajuan teknologi
yang berasal dari luar. Model-model ini disebut teori pertumbuhan endogen
(endogenous growth theory). Karena menolak asumsi model Solow tentang perubahan

13
teknologi yang berasal dari luar (eksogen). Meskipun bidang teori pertumbuhan endogen
sangat luas dan kadang-kadang kompleks, mari kita bahas sepintas riset modern ini.

Model Dasar

Untuk menggambarkan gagasan di belakang teori pertumbuhan endogen, kita mulai


dengan produksi sederhana:

Y= AK,

Di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta yang
mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal.

Sekarang mari kita lihat bagaimana fungsi produksi ini berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi. Seperti biasa, kita asumsikan sebagian pendapatan ditabung dan
diinvestasikan. Karena itu, kita jelaskan akuntansi modal dengan persamaan yang telah
kita gunakan sebelumnya:

= –δ .

Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal ( ) sama dengan


investasi (s ) dikurangi depresiasi (δK). Menggabungkan persamaan ini dengan fungsi
produksi :

=A ,

kita dapatkan

/ = / =s δ.

Persamaan ini menujukkan apa yang menentukkan tingkat pertumbuhan output / .


Lihatlah, selama s δ, pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, meskipun tanpa
asumsi kemajuan teknologi eksogen.

Jadi perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis
prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan mendorong
pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada

14
akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di mana pertumbuhan
hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya, dalam model
pertumbuhan endogen, abungan dan investasi bisa mendorong pertumbuhan
berkesinambungan.

Model Dua-Sektor

Meskipun model Y= AK contoh pertumbuhan endogen yang paling sederhana, teori itu
berjalan dengan baik. Sebuah lini penelitian telah berupaya mengembangkan model
dengan lebih dari satu sector produksi untuk memberikan penjelasan yang lebih baik
tentang kekuatan-kekuatan yang mengelola kemajuan teknologi.

Perkonomian memiliki dua sector, yang bisa kita sebut perusahaan manufaktur dan
universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk
konsumsi serta investasi dalam modal fisik, Universitas memproduksi faktor-faktor
produksi yang disebut “ilmu pengetahuan”. yang kemudian digunakan secara bebas oleh
kedua sektor. Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan, fungsi
produksi untuk universitas, dan persamaan akumulasi-modal.

= [ , (1 u) ] ( fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)

g (fungsi produksi dalam universitas riset)

(akumulasi modal)

Di mana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas(dan 1 u adalah bagian dalam
perusahaan manufaktur), adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada gilirannya
menentukan efisiensi tenaga kerja), g adalah fungsi yang menunjukkan bagaimana
pertumbuhan ilmu pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja yang berada di
universitas. Jika kita melipatgandakan kedua jumlah modal fisik n dan jumlah
pekerja efektif dalam perusahaan manufaktur [(1 , maka kita melipatgandakan
output barang dan jasa ( ).

Namun demikian, pada saat yang sama model ini juga merupakan sepupu dari model
pertumbuhan Solow. Jika u, bagian dari angkatan kerja yang berada di

15
universitasdinyatakan konstan, maka efisiensi tenaga kerja tumbuh pada tingkat
konstan g(u). Hasil pertumbuhan Konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g ini
adalah sama dengan asumsi yang dibuat dalam model Solow dengan kemajuan teknologi.

Ada dua variable keputusan dalam model ini ini. Seperti dalam model Solow, bagian
output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, , menentukan persediaan modal
fisik pada kondisi mapan. Selain itu, bagian tenaga kerja yang berada di universitas, u,
menentukan pertumbuhan persediaan ilmu pengetahuan. Baik maupun u
mempengaruhi tingkat pendapatan, meskipun hanya u yang mempengaruhi tingkat
pertumbuhan pendapatan pada kondisi mapan. Jadi, model pertumbuhan endogen ini
mengambil langkah kecil dengan tujuan menunjukkan keputusan-keputusan
kemasyarakatan mana yang menentukan tingkat perubahan teknologi.

Mikroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan

Model pertumbuhan endogen dua-sektor yang baru saja dibahas membuat kita lebih
memahami kemajuan teknologi. Tetapi pembahasan itu hanya sebuah awal dari kisah
kreasi ilmu pengetahuan. Jika orang berpikir tentang proses penelitian dan
pengembangan sejenak, maka tiga fakta akan muncul. Pertama, meskipun ilmu
pengetahuan merupakan barang publik (yaitu, barang yang secara bebas tersedia untuk
setiap orang), namun banyak penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan yang
dijalankan dengan morif mencari laba. Kedua, penelitian menjadi menguntungkan karena
inovasi memberikan perusahaan kekuatan monopoli temporer, selain karena sistem
patennya, karena ada keunggulan untuk menjadi perusahaan pertama di pasar dengan
produk baru. Ketiga, ketika sebuah perusahaan berinovasi, perusahaan lain juga
mengembangkan perusahaan itu untuk menghasilkan inovasi generasi berikutnya. Fakta
ini (terutama mikroekonomi) tidak mudah dikaitkan dengan model-model pertumbuhan
(terutama makroekonomi) yang telah kita bahas.

Sebagian model pertumbuhan endogen berusaha memasukkan fakta-fakta tentang


penelitian dan pengembangan ini. Untuk melakukan hal ini diperlukan pemodelan
keputusan yang dihadapi perusahaan ketika terlibat dalam penelitian dan pemodelan
interaksi di antara perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli atas inovasi mereka.
Pembahasan yang lebih mendalam atas model-model ini berada di luar cakupan buku ini.

16
Tetapi perlu dijelaskan bahwa model pertumbuhan endogen memberikan penjelasan
yang lebih lengkap tentang proses inovasi teknologi.

Meskipun teori itu sendiri bersifat mendua terhadap pengoptimalan upaya penelitian,
hasil empiris dibidang ini biasanya lebih sedikit. Banyak studi eksternalitas “berdiri
diatas bahu” adalah penting, dan akibatnya, imbalan, atau pengembalian sosial terhadap
penelitian cukup besar sering lebih 40 persen per tahun. Angka ini adalah tingkat
pengembalian yang mengesankan, terutama apabila dibandingkan dengan pengembalian
modal fisik, yang sebelumnya diperkirakan sebesar 8 persen per tahun. Dalam penelitian
sebagian ekonom, penemuan ini, membenarkan subsidi pemerintah terhadap penelitian.

PENUTUP

Terimakasih atas semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah

Makroekonomi ini, terutama Dosen kami Bapak Yusrizal Saron. Apabila ada kesalahan mohon

di maafkan. Semoga makalah ini mempunyai ilmu yang bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Makroekonomi Edisi Keenam karangan N. Gregory Mankiw

2. Ebook Makroekonomi Jilid 6

( http://books.google.co.id/books/about/MAKROEKONOMI_edisi_6html)

18

Anda mungkin juga menyukai