Oleh :
Kelompok 8
Nama Kelompok :
Gabriel Chandra Aji D. ( 11 / 1907511029 )
I Putu Aditya Suryadana ( 16 / 1907511037 )
I Gusti Ngurah Yuda I. P. ( 27 / 1907511250 )
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
3.1 Kesimpulan................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Aspek Pengembangan Jejaring Ekonomi Orange
Pengertian jejaring
Jejaring atau Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul
(yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi
spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. Penelitian dalam berbagai bidang akademik
telah menunjukkan bahwa jaringan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari
keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan
masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai
tujuannya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan jejaring sosial adalah peta semua
ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk
menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan
sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.
Jejaring sosial sendiri lebih mengacu pada situs atau website yang digunakan sebagai
tempat berkumpulnya banyak orang tanpa pembatasan dan memiliki jalur ikatan seperti keluarga,
teman, rekan bisnis dan lain sebagainya. ContohContoh dari jejaring sosial antara lain Facebook,
Twitter, Path, Tumblr, Pinterest, Instagram dan lain sejenisnya.
Perkembangan jejaring
Jejaring Sosial muncul atas dasar ide untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh
belahan dunia. Kehadiran jejaring sosial diawali dengan munculnya Sixdegrees.com pada tahun
1997 sebagai situs jejaring sosial pertama di dunia.Tahun 1999 dan 2000 muncul situs jejaring
sosial bernama lunarstorm, live journal, dan cyword dengan sistem informasi searah.
Tahun 2003 bermunculan situs jejaring social lain dengan beragam kategori seperti Flikr(berbagi
foto),Youtube(berbagi video),dan Myspace(banyak digunakan untuk jejaring social
musik).Selain Friendster,Myspace juga jejaring sosial yang popular pada saat itu.
Pada tahun 2006 kehadiran Facebook menggeser posisi jejaring sosial pada saat
itu.Facebook yang telah diluncurkan pada tahun 2004 sampai saat ini telah memiliki 750 juta
pengguna.
Pada tahun 2010 munculah Friendster, situs jejaring sosial yang sangat populer selama
beberapa tahun hingga akhirnya terlindas oleh kemunculan Facebook. Friendster sendiri awalnya
ditujukan sebagai tempat untuk mencari jodoh secara online. Akan tetapi pengguna jejaring
sosial yang sekarang dimiliki oleh perusahaan asal Malaysia itu lebih meminatinya sebagai situs
untuk lebih berkenalan dengan pengguna lain.
Perkembangan jejaring sosial dalam ekonomi Indonesia menurut data Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) 2015 dan Potensi Desa (Podes) 2014 yang mencakup lebih dari
70.000 desa dan 500 kabupaten dan kota di Indonesia. dapat disimpulkan bahwa daerah yang
2
memiliki kualitas infrastruktur yang baik dan tingkat penetrasi Internet dan media sosial yang
tinggi, berasosiasi dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi.
Potensi ini dapat terakumulasi lebih besar bila media sosial dapat dioptimalkan sebagai
media untuk meningkatkan kehadiran online dari perusahaan-perusahaan di Indonesia,
khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebab survei Deloitte menunjukkan 36%
UMKM di Indonesia tidak memiliki akses broadband, komputer, smartphone dan situs jejaring.
Riset ini menunjukkan penggunaan sosial media berasosiasi secara positif dalam
peningkatan ekonomi di daerah. Peningkatan 10% dari penggunaan media sosial juga
berhubungan secara positif dengan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0,11%.
3
Seorang wirausahawan kadang tidak mengetahui apa yang paling penting buat
pelanggan atau konsumennya. Walaupun, harga yang ditawarkan murah dan barangnya
berkualitas, kadang seorang wirausaha tidak melaksanakan pelayanan yang baik cepat
dan memuaskan. Selain hal tersebut kadang para wirausahawan tidak memperhatikan
tempat atau lokasi di dalam hal penawaran produknya padahal hal ini sangatlah penting
sebagai pendukung tingginya tingkat penghasilan para wirausahawan.
4
Setiap upaya yang sistematik dan terstruktur dalam pengembangan ekonomi (industri)
kreatif mestilah berangkat dari strategi yang perlu dilakukan agar pengembangan industri
kreatif yang ada terarah dan produktif. Terkait dengan strategi tersebut, maka hendaknya
strategi pengembangan ekonomi (industri) kreatif memfokuskan diri pada penguatan industri,
peningkatan akses permodalan usaha, perluasan akses pasar, peningkatan apresiasi terhadap
pelaku dan produk, peningkatan kapasitas dan mutu SDM Industri, serta penguatan
kelembagaannya.
A. Penguatan Industri Kreatif
1. Mengembangkan sarana, prasarana industri kreatif;
2. Menguatkan koordinasi industri hulu-hilir;
3. Pembuatan kebijakan investasi yang mendukung tumbuhnya industri kreatif ;
4. Mengembangkan konten kreatif lokal;
5. Menguatkan ketersediaan data dan informasi.
F. Penguatan Kelembagaan
1. Mendorong terbentukanya komunitas-komunitas kreatif
2. Mengharmonisasikan kebijakan pembangunan daerah dengan pengembangan ekonomi
kreatif
3. Meningkatkan kualitas tata kelola industri kreatif
5
Selain itu untuk mengembangkan ekonomi kreatif, pemerintah juga harus membuat
beberapa langkah terobosan, diantaranya seperti :
• Menyiapkan insentif untuk memacu pertumbuhan industri kreatif berbasis budaya, dengan
harapan mampu menyumbangkan devisa bagi negara. Insentif itu mencakup perlindungan
produk budaya, pajak, kemudahan memperoleh dana pengembangan, fasilitas pemasaran
dan promosi, hingga pertumbuhan pasar domestik dan internasional.
• Membuat roadmap industri kreatif yang melibatkan berbagai departemen dan kalangan.
• Membuat program komprehensif untuk menggerakkan industri kreatif melalui
pendidikan, pengembangan SDM, desain, mutu dan pengembangan pasar.
• Memberikan perlindungan hukum dan insentif bagi karya industri kreatif. Beberapa
contoh produk industri kreatif yang dilindungi HKI-nya, di antaranya buku, tulisan, drama,
tari, koreografi, karya seni rupa, lagu atau musik, dan arsitektur. Produk lainnya adalah
paten terhadap suatu penemuan, merek produk atau jasa, desain industri, desain tata letak
sirkuit terpadu dan rahasia dagang.
BAB III
PENUTUP
6
3.1 Kesimpulan
1) Pengembangan produk merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berhasil
tidaknya suatu produk di pasaran. Pengembangan produk yang berhasil, mengharuskan
perusahaan untuk menetapkan suatu organisasi yang efektif dalam mengelola proses
pengembangan produk.
2) Pengertian pengembangan produk merupakan upaya teknis yang mengubah suatu konsep
menjadi produk nyata. Dengan kata lain juga dapat disimpulkan bahwa suatu perubahan yang
dilakukan terhadap produk dapat menjadikan produk tersebut dianggap sebagai produk baru.
3) Strategi pengembangan produk juga perlu dilakukan dengan memfokuskan diri pada
penguatan industri, peningkatan akses permodalan usaha, perluasan akses pasar, peningkatan
apresiasi terhadap pelaku dan produk, peningkatan kapasitas dan mutu SDM Industri, serta
penguatan kelembagaannya.
4) Pengembangan produk sangat erat kaitannya dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam
usaha meningkatkan penjualannya. Dengan melakukan pengembangan produk maka peluang
perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
“KAJIAN IDENTIFIKASI & STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK EKONOMI KREATIF BERBASIS
MASYARAKAT LOKAL DI KOTA METRO”.
https://fe.ummetro.ac.id/ejournal/index.php/JM/article/download/270/174 Diakses tanggal 19
Oktober 2020