Anda di halaman 1dari 8

ETIKA BISNIS EKU221E (C1)

“KASUS ETIKA UTILITARIANISME”


Dosen Pengampu : Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Oleh :
Kelompok 9
1. I Nyoman Krisna Wardana (2007511156) (18)
2. Ni Komang Larashati (2007511160) (19)
3. Ni Putu Putri Yastini (2007511169) (20)

S1 EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS

A. KASUS I PHILIP MORRIS


Setiap hari rokok menyebabkan kematian sekitar 1000 orang Amerika, rata-rata lima
setengah menit masa hidup kurang untuk setiap batang rokok yang dihisap. Meskipun merokok
di kalangan pria dewasa telah mengalami penurunan, namun jumlah perempuan dewasa dan anak
yang merokok semakin bertambah; saat ini kanker paru-paru menyebabkan kematian lebih besar
dan kanker payudara sejak tahun 1950-an, industri tembakau telah banyak mendapat kritik dan
berbagai penelitian yang dikaitkan dengan merokok penyakit kanker paru-paru dan penyakit para
paru kronis lain, penyakit jantung dan cacat lahir. Pemerintah lokal menetapkan peraturan
dilarang merokok di tempat-tempat umum dan di tempat kerja, dan perusahaan penerbangan
menerapkan larangan merokok di semua penerbangan komersial di Amerika. Philip Morris
merupakan perusahaan tembakau, bir dan makanan terhesar di Amerika Sarkat. Dalam kasus
Philip Morris didapat kendala diantaranya alkohol terkait banyaknya kasus gangguan kesehatan
akibat konsumsi rokok dan penjualan oleh pabriknya. Selain itu banyak penelitian yang
menemukan bahwa dalam rokok terkandung zat adiktif yatu nikotin yang menyebabkan
penggunanya mengalami kecanduan dan susah untuk berhenti. Disamping masalah tersebut,
Philip Morris juga dituduh melakukan pencucian uang dengan membeli beberapa perusahaan
makanan dengan menggunakan uang hasil dari penjualan rokok yang telah diproduksi.

B. Kasus II Penerapan Etika Utilitarianisme oleh PT. Unilever

Sejak didirikan pada 5 Desember 1933 PT.Unilever Indonesia telah banyak menerapkan etika
utilitarianisme dalam kegiatannya dan tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk
produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Penerapan etika
utilitarianisme dari PT. Unilever tercemin dari tujuan perusahaan, seperti :
1. PT Unilever bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
2. PT. Unilever membuat pelanggan merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih
menikmati kehidupan melalui brand dan jasa yang memberikan manfaat untuk mereka
maupun orang lain.
3. PT. Unilever menginspirasi masyarakat untuk melakukan tindakan kecil setiap harinya
yang bila digabungkan akan membuat perubahan besar bagi dunia.
4. PT.Unilever senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan
PT Unilever untuk tumbuh sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS

A. KASUS I PHILIP MORRIS


1. Identifikasikan semua masalah moral yang muncul dari kegiatan Phillip Morris dalam industri
tembakau, bir, dan makanan. Diskusikan masalah-masalah tersebut dalam kaitannya dengan
pandangan utilitarian, hak, keadilan, dan perhatian.
Jawab :
- Masalah utilitarian :Berdasarkan konsep etika utilitarianisme perusahaan Phillip Morris sangat
bertentangan dengan penerapan etika utilitarianisme, dimana pada prinsip etika utilitarianisme
semua tindakan dinilai baik secara moral apabila menghasilkan manfaat terbesar bagi banyak
orang, sedangkan dalam kasus ini perusahaan Phillip Morris hanya menghasilkan manfaat untuk
perusahaannya saja. Perusahaan ini diduga memodifikasi dan meningkatkan tingkat nikotin yang
jelas-jelas menyalahgunakan pengetahuan tentang sifat adiktif nikotin hanya untuk mendapatkan
keuntungan lebih, yang mana hal ini sangat berbahaya bagi masyarakat.
- Masalah hak : Gugatan diajukan karena gagal untuk memperingatkan konsumen dari resiko
kesehatan. Philip morris berpendapat bahwa bahkan jika produk mereka mempunyai resiko
kesehatan, itu adalah hak individu untuk rela memikul resiko. Mereka mengklaim bahwa
perokok dapat berhenti kapan saja mereka ingin dan bahwa individu harus dibiarkan bebas untuk
menggunakan hak pribadi mereka untuk merokok kapan, di mana, dan sebanyak yang mereka
pilih. Sehubungan dengan bisnis makanan mereka, philip morris memiliki hak untuk terlibat dan
berkembang didaerah ini karena telah sah membeli perusahaan makanan. Lawan berpendapat
bahwa mereka 'mencuci' dan 'mencemari' uang rokok untuk mencapai status mereka dalam
industry makanan.
- Masalah keadilan : Dalam keadilan untuk kerusakan yang disebabkan oleh produk mereka,
philip morris menghadapi tuntutan untuk membayar ganti rugi sebagai kompensasi kesehatan
untuk individu yang menderita sakit akibat konsumsi tembakau dan alkohol.
- Masalah kepedulian : Philip morris tampaknya tidak benar-benar peduli pada konsumen
mereka. Wajar untuk mengasumsikan bahwa untuk perusahaan yang besar lebih peduli tentang
keuntungan dan ekspansi ketimbang memprioritaskan dalam menunjukkan perawatan asli dan
kepedulian terhadap kesehatan individu dan kesejahteraan.
2. Industri bir dan tembakau dikarateristikkan sebagai “industri dosa”. Berikan komentar dalam
kaitannya dengan apa yang bisa diberikan oleh teori kebaikan atas aktivitas perusahaan dalam
industri-industri tersebut.
Jawab: Mengapa dikatakan industri dosa karena penggunaan tembakau tidak jauh dari yang
namanya rokok. Jika ditinjau dari segi konsep etika utilitarianisme perusahaan ini sangat
bertentangan dengan penerapan etika utilitarianisme karena banyak dampak negatif yang
ditimbulkan akibat mengkonsumsi rokok misalnya saja terkena kanker baik dampak dari yang
perokok pasif maupun aktif serta merugikan banyak orang. Sementara untuk bir sendiri industri
dosa, menurut kami bir merupakan minuman beralkohol dan tidak baik untuk kesehatan jika
terlalu sering di konsumsi. Mungikin sebab itulah kenapa Industri bir dan tembakau
dikarakteristikkan sebagai industri dosa . Dilihat dati sisinya atau hal positif yang dapat diperoleh
dari adanya industri- industri tersebut memurut kami hanya ada pada bidang ekonominya yatiu
memberikan pendapatan bagi negara dan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja. karena
bila bidang pada bidang lainnya seperti bidang kesehatan, sosal. dan moral, industri ini
memberikan dampak negatif, dan dinilai merugikan mayarakat
3. Menurut anda, apakah tepat bila lembaga pemerintah mengambil tindakan dalam kasus ini?
Jawab: Menurut kami jika ditinjau dari konsep moral etika utilitarianisme keputusan pemerintah
dalam mengambil tindakan dalam kasus tersebut sangatlah tepat, karena tindakan yang diambil
pemerintah tersebut digunakan untuk kepentingan dan manfaat semua orang. Tindakan yang
telah dilakukan pemerintah dengan membuat perjanjian terhadap perusahaan-pernusahaan rokok
termasak Philip Morris, dimana perjanjian menuntut para perusahaan tersebut untuk membayar
ganti rugi atas biaya pengobatan penyakit yang disebabkan dari merokok. Meskipun perjanjian
ini melarang tuntutan hukum oleh yang diajukan pihak-pihak lain pada perusahaan dalam upaya
mengantisipasi perjanjian tersebut mereka menaikan harga jual rokok sebesar 50% semenjak
Januari 1998. Dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah maka secara tidak langsung
menyadarkan pihak Philip Morris bahwa industri yang dijalankan selainnya memperoleh
keuntungan yang besar untuk perusahaan tetapi juga menimbulkan masalah yang luas terhadap
banyak orang.
B. Kasus II Penerapan Etika Utilitarianisme oleh PT. Unilever
Sebagai perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial, Unilever Indonesia
menerapkan etika utilitarianisme dengan melakukan program Corporate Social Responsibility
(CSR) yang luas. Keempat pilar program PT. Unilever adalah Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan
Pertanian Berkelanjutan. Program CSR termasuk antara lain kampanye Cuci Tangan dengan
Sabun (Lifeboy), program Edukasi kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent), program Pelestarian
Makanan Tradisional (Bango) serta program Memerangi Kelaparan untuk membantu anak
Indonesia yang kekurangan gizi (Blue Band). Hal tersebut adalah contoh penerapan etika
utilitarianisme dari PT. Unilever, dimana prinsip dari etika utilitarianisme adalah memberikan
manfaat sebanyak mungkin baik bagi masyarakat maupun perusahaan.
Jika dilihat dari contoh kasus perusahaan yang telah menerapkan etika ultilitarianisme
atau CSR (Corporate Social Responsibility), PT. Unilever Indonesia telah menerapkan CSR
pada:
a. Cuci Tangan dengan Sabun (Lifebuoy),
b. program Edukasi kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent),
c. program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango)
d. serta program Memerangi Kelaparan untuk membantu anak Indonesia yang kekurangan gizi
(Blue Band).
Program-program yang dibuat oleh PT. Unilever Indonesia sangat bermanfaat untuk
masyarakat luas, seperti adanya program “cuci tangan dengan sabun (lifeboy)” dengan
menerapkan program ini pada keseharian maka masyarakat telah dengan sendirinya menjaga
kesehatan nya. Dengan mencuci tangan maka kuman-kuman penyakit akan hilang. Berarti
perusahaan ini tidak hanya mengambil keuntungan untuk perusahaannya saja, tetapi juga
perusahaan melakukan kepedulian terhadap sosial dan konsumen atau masyarakat umum.
Dalam menjalankan bisnis PT. Unilever tidak hanya mementingkan kepentingan
perusahaannya saja seperti memperoleh laba yang banyak tanpa memikirkan sekitar, tetapi
perusahaan harus menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility). Seperti yang diterapkan
dalam perusahaan PT. Unilever Indonesia dengan memiliki visi “Kami menjadi sumber inspirasi
orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi
dunia”. Hal ini berarti perushaan telah menerapkan konsep etika utilitarianisme dengan
melakukan kepedulian terhadap sosial dan konsumen atau masyarakat umum. PT. Unilever
Indonesia bisa dijadikan salah satu contoh perusahaan yang telah menggunakan etika
utilitarianisme melalui program CSR yang telah dijalankannya.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/about-Unilever/

Unilever.co.id. (2017, Desember 3). Unilever Indonesia Apresiasi Pelaku Bank Sampah Lewat Jakarta
Green & Clean 2017. Retrieved from https://www.unilever.co.id/news/press-
releases/2017/jakarta-green-clean-2017.html

Velasquez, Manuel G, 2005, EtikaBisnis; Konsep dan Kasus, Edisi ke 5, Yogyakarta: Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai