Anda di halaman 1dari 7

Garuda Indonesia dan Permasalahan Etika

Bisnis
• Sejarah dan prestasi Garuda Indonesia
• PT. Garuda Indonesia Tbk merupakan maskapai penerbangan
nasional pertama dan terbesar di Indonesia yang memiliki berbagai
dinamika yang terjadi didalamnya sejak berdirinya pada tahun 1949.
Garuda Indonesia pada awalnya diberi nama “Garuda Indonesian
Airways” atas keputusan Presiden Soekarno terus berkembang
hingga saat ini dikenal sebagai Garuda Indonesia. Sepanjang tahun
1980-an, Garuda Indonesia telah melakukan revitalisasi dan
restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal
tersebut mengakibatkan perusahaan untuk merancang dan
mengembangakan program pelatihan bagi karyawannya dengan
mendirikan ”Garuda Indonesia Training Center”
• Pada tanggal 11 Februari 2011, PT. Garuda Indonesia resmi menjadi
perusahaan publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000
lembar saham perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut tercatat
pada Bursa Efek Indonesia dengan kode GIAA. Sejak saat itu, Garuda
Indonesia semakin mengepakkan sayapnya dalam dunia penerbangan
hingga melayani 83 destinasi di seluruh dunia dan Indonesia. Selain itu,
melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” Garuda Indonesia
memberikan pelayanan terbaik yang mengedepankan keramahtamahan dan
kekayaan budaya Indonesia. Dengan segala inovasi dan transformasi secara
berkelanjutan membuat Garuda Indonesia menjadi maskapai bintang lima
yang mendapat pengakuan dan apresiasi dalam skala internasional seperti
‘The World’s Best Cabin Crew” dari tahun 2014 hingga 2017; "The World's
Most Loved Airline 2016" dan “The World’s Best Economy Class 2013” dari
Skytrax, lembaga pemeringkat penerbangan independen berbasis di London.
• Penerapan Etika Bisnis dan permasalahan yang muncul
• Segudang prestasi yang didapatkan Garuda Indonesia tentunya adalah buah hasil
kerja keras manajemen mereka dalam menyediakan pelayananan yang terbaik bagi
konsumen mereka. Dalam melakukan pelayanan tersebut Garuda Indonesia selalu
berusaha menjunjung tinggi prinsip etika bisnis yang dirumuskan dalam bentuk
serangkaian prinsip etika dan tata nilai perusahaan yang dijadikan acuan dalam
mengelola dan melaksanakan kegiatan bisnisnya yang berlaku untuk seluruh
stakeholder, yang terdiri atas penjabaran prinsip seperti transparansi informasi ke
setiap stakeholder, akuntabilitas mengenai jaminan fungsi, pelaksanaan serta
pertanggungjawaban, kemandirian pengelolaan dan profesionalitas serta prinsip
kewajaran yang meliputi keadilan serta kesetaraan. Selain itu PT. Garuda Indonesia
juga menanamkan nilai SINCERITY pada perusahaan yang terdiri atas nilai synergi,
integrity, customer focus dan juga agility. Penerapan nilai dan prinsip PT. Garuda
Indonesia ini tercermin dari baiknya layanan PT. Garuda Indonesia yang telah terbukti
menciptakan segudang prestasi bagi penerbangan Indonesia sehingga kualitas
penerbangan Indonesia pun diakui oleh dunia Internasional.
• Masih dalam upaya penerapan etika bisnis dalam praktik bisnis mereka, PT. Garuda
Indonesia juga telah menciptakan peraturan mengenai sanksi dan sistem pelaporan
yang terarah dan jelas salah satunya melalui sebuah sistem berbasis web yang
disebut dengan istilah Whistle Blowing System atau WBS. Dalam WBS ini para saksi
dapat melapor jika ada pelanggaran yang terjadi terkait penyimpangan etika bisnis
dan etika kerja perusahaan melalui email garuda.wbs@rsm.id dan web www.ga-
whistleblower.com seta media lainnya. Para pelapor akan mendapatkan perlindungan
hukum serta kasusnya akan segera diselidiki jika memiliki bukti konkret yang jelas.
Selain itu, mereka juga menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR)
mereka yang dinamakan Garuda Indonesia Peduli. PT. Garuda Indonesia menjalankan
program-program yang dirancang untuk mendukung perkembangan masyarakat dan
pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. PT. Garuda Indonesia
juga bersinergi dengan pemerintah dan stakeholder terkait melalui program-program
mereka yang menyentuh 3 (tiga) aspek CSR yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan
secara konsisten dan berkesinambungan.
• Namun pada faktanya penerapan etika bisnis yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia
diatas masih mengalami beberapa permasalahan menyangkut penerapan etika bisnis para
pekerjanya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kasus-kasus yang menjegal PT. Garuda
Indonesia dalam praktik bisnis mereka. Salah satu kasusnya adalah kasus persekongkolan antara
para pelaku usaha (meeting of minds) untuk meniadakan diskon atau membuat keseragaman
diskon, dan kesepakatan meniadakan produk yang ditawarkan dengan harga murah di pasar.
Dalam kasus ini Garuda Indonesia dinyatakan bersalah karena melanggar Pasal 5 UU Nomor 5
Tahun 1999 yang mana pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga. Selanjutnya pada tahun 2019 lalu publik juga sempat
dihebohkan oleh kasus penyelewengan jabatan oleh Ari Aksara yang dimana selain melakukan
praktik rangkap jabatan, Ari juga melakukan penyelundupan Harley Davidson dan sepeda
Brompton, kasus ini berakibat pada pencopotan jabatan Ari Aksara oleh Menteri BUMN Erick
Thohir. Lalu yang terakhir, PT. Garuda Indonesia juga mengalami kasus terkait laporan keuangan.
Dalam kasus ini komisaris maskapai menolak laporan keuangan Garuda yang menunjukkan
bahwa perusahaan memperoleh laba bersih sebesar US$809.850 pada tahun 2018, angka ini
lebih besar dibandingkan tahun 2017 lalu. Atas kasus tersebut, pihak akuntan publik dan kantor
akuntan publik auditor laporan keuangan garuda dijatuhi sanksi oleh kemenkeu karena terbukti
bersalah.
• Ketiga kasus diatas merupakan beberapa contoh kasus dimana 5
prinsip serta nilai sincerity yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda
Indonesia telah dilanggar oleh beberapa pihak internal perusahaan,
yang dimana itu merupakan sebuah bentuk penyimpangan dari etika
bisnis yang ditetapkan perusahaan sebagai pelaksanaan prinsip Good
Corporate Governance (GCG).
• Dengan banyaknya kasus yang menimpa Garuda Indonesia ini
tentunya sangat tidak baik untuk iklim bisnis Garuda Indonesia
kedepannya, harga saham akan berpengaruh dan juga citra baik yang
sudah mereka bangun bertahun-tahun lamanya akan menjadi sia-sia.
Untuk itu perlu diterapkan perbaikan internal manajemen Garuda
Indonesia khususnya terkait pengimplementasian etika bisnis dalam
praktik bisnis mereka.

Anda mungkin juga menyukai