Oleh :
sejak sebelum Indonesia merdeka. Pada jaman kolonial pungutan pajak semata
pada jaman tanam paksa, pajak dipungut dalam bentuk penyerahan tanah desa
persen dari tanah desa. Kepala desa bertanggung jawab untuk mengerahkan petani
Undang Dasar tahun 1945 yang merupakan perwujudan kewajiban serta partisipasi
mencapai keadilan sosial dan kemakmuran yang merata, baik materil maupun
besumber dari sektor minyak bumi dan gas alam.2 Namun, mengingat sifat dari
sumber daya alam tersebut yang tidak dapat diperbarui, dan minyak bumi dan gas
alam yang tidak menentu, maka sebaiknya pemerintah mengubah strategi dengan
1
Abdul Jabar Yousoef, Kunci Surveyor Membidik Perkembangan Industri Domestik
Meningkatkan Penerimaan Pajak dan Royalti Cetakan Pertama, (Bandung : Elex Kompas
Gremedia, 2013), h 3
2
B. Boediono, Perpajakan Indonesia Cetakan I, (Jakarta : Diadit Media, 2006), h. 6
Dalam pembiayaan negara, pajak memegang peranan yang sangat penting.
Sebagian besar penerimaan negara berasal dari penerimaan pajak dalam negeri,
yang bersumber dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan
Bangunan, Pajak Ekspor dan pajak lainnya. Sampai tahun 1967, sistem yang
tersebut ternyata tidak sesuai lagi dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat
pembangunan nasional.
meningkatkan peran aktif wajib pajak, maka pada tahun 1983 pemerintah
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1985
3
Mardiasmo, Pepajakan, Edisi Revisi 2011, Cetakan Keenam, h. 13-14.
kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan dan
pembangunan nasional.
masyarakat wajib pajak sendiri, pemerintah dalam hal ini parat pajak sesuai
perpajakan,
(self assessment).
dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami
oleh anggota masyarakat wajib pajak. Pajak penghasilan 21 merupakan salah satu
pajak langsung yang dipungut pemerintah pusat atau merupakan pajak negara
yang berasal dari pendapatan rakyat. Dari berbagai jenis pajak penghasilan yang
ada, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan salah satu pajak yang
mengatur
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang
pribadi.
Peran sistem administrasi pajak sangat penting karena hasil dari analisis
digunakan oleh berbagai pihak baik intern maupun ekstern perusahaan dalam
sebenarnya, khususnya dalam hal ini Pajak Penghasilan Pasal 21. Namun dalam
dipahami dan belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat. Masih banyak
wajib pajak yang kebingungan dalam pembayaran terhadap pajak yang terutang
serta pengisian terhadap sarana pembayaran pajak. Wajib pajak sering datang ke
terutang pajak penghasilan terjadi perselisihan antara wajib pajak dengan pihak
(dua persen) perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
MONAGRO KIMIA adanya indikasi kekurangan bayar PPh 21 pada tahun 2006.
2. Isu Hukum
3. Pembahasan
suku kata out dan sourcing. Sourcing berarti mengalihkan kerja, tanggung
Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, outsourcing atau alih daya
pekerja/buruh.
Dasar hukum outsourcing adalah Undang-Undang No.13 Tahun
a. Pemborongan pekerjaan
yang bisa diukur volumenya, dan fee yang dikenakan oleh vendor
katering, dsb.
1) Upah minimum
termasuk tagihan atas upah dan perjanjian dari sistem keuangan yang
persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Lebih lanjut dalam Surat
kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
sebagaimana dimaksud.
4
M.Nur Rianto Al Arif, dkk, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonimi Islam dan
Ekonomi Konvensional, Cetakan Pertama, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 26.
kontrak yang diterbitkan oleh perusahaan penyedia jasa tenaga kerja
PPh Pasal 23 yang harus dipotong 2% dari manajemen fee: (Rp 1.000,-
x 2%)
= Rp 20 jadi jumlah yang dibayarkan setelah dipotong PPh Pasal 23: (Rp
2009 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak
Penghasilan Pasal 21 Tahun Pajak 2006 Nomor: 00042/201/06/052/08
(Delapan Ratus Delapan Belas Juta Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu
Empat Ratus Tiga Puluh Rupiah), menurut penulis adalah sudah tepat dan
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 1.774.878.360 terbilang (Satu Miliar Tujuh Ratus
Juta Tujuh Puluh Empat Juta Delapan Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu dan
Tiga Ratus Enam Puluh Rupiah) tidak dapat dibenarkan, serta hakim
2009 oleh pihak yang terkait yaitu PT. MONAGRO KIMIA untuk dapat
Keberatan tanpa adanya diskusi terlebih dahulu, hasil ini dinggap telah
salah dan keliru serta tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
KIMIA) dalam persidangan dari sebagian bukti sebesar a quo6 telah diyakini
dengan ini merupakan hasil dari kesalahan hitung atau SPT Tahunan,
mungkin terdapat kekeliriuan atau kesalahan dalam pengisian dari pihak PT.
MONAGRO KIMIA dalam perihal pajak PPh 21, sistem penerapan dari
sistem self assesment dari PT. MONAGRO KIMIA kurang tepat dalam
5
Dalam kamus hukum berarti Hakim yang menentukan suatu perkara layak diperiksa atau
tidak
6
Dalam kamus hukum berarti “tersebut”. Perkara a quo berarti perkara tersebut, perkara
yang sedang diperselisihkan.
Bahwasanya apabila berdasarkan pembetulan SPT, ternyata terdapat
sanksi bunga berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (2a) Undang-Undang
mengelak dari pembayaran pajak. Oleh karena itu, dalam sistem self
assessment ini keberadaan basis data perpajakan yang lengkap dan akurat
penyetoran dan pelaporan pajak yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak
sudah benar. Apabila diketahui masih salah, maka data tersebut akan
atau pengadilan pajak tidak bisa menunjukan surat kontrak kerja / perjanjian
2006 tersebut. Dengan kata lain PT. MONAGRO KIMIA tidak ingin
pembayaran pajak berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (2a) dan pasal 18
Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan “Surat Tagihan
pasal 19 ayat (1) dan (2) “ apabila surat ketetapan pajak kurang bayar atau
bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar atas
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau
tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung
2% (dua persen) perbulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan
hukum yang dilakukan oleh hakim sebagai akhir dari penyelesaian sengketa
keyakinan hakim.
4. Daftar Pustaka
Buku
Peraturan Perundang-Undangan
Burgerlick Wetboek