Anda di halaman 1dari 7

ETIKA PROFESI & TATA KELOLA KORPORAT

Tugas Kelompok

Corporate Governance dari PT Garuda Indonesia, Tbk

Kelompok 12:

Angga Verlindo Efendy 22/506543/EE/07679

Intan Putri Dahlia 22/506847/EE/07702

Salma Ramadhani Putri 22/506951/EE/07713

Faishal Prahatma Ganinda 22/507069/EE/07723

Dosen Pengampu:
Aprilia Beta Suandi, Dr., S.E., M.Ec.

Pendidikan Profesi Akuntan


Universitas Gadjah Mada
2023
Bacalah mengenai kasus yang terkait dengan Garuda Indonesia dari berbagai sumber.
Pertanyaan:
1. Kasus apa saja yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir?
2. Permasalahan apa dalam tata kelola yang menjadi penyebab dari kasus tersebut?
3. Apa yang dilakukan perusahaan setelah kasus tersebut?
4. Apa tanggapan Anda terkait kasus ini?
Penjelasan Kasus

Garuda Indonesia melakukan tindakan Revenue Shenanigans pada laporan keuangan 2018
yaitu pelanggaran atas kecurangan dari Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8,
PSAK 23 dan PSAK 30. Pengakuan pendapatan terlalu dini mengakibatkan peningkatan laba
terlalu tinggi sehinga perusahaan menimbulkan polemik besar karena maskapai milik negara.
Alasan pendapatan dari pihak PT Mahata Aero Teknologi dicatat terlalu awal karena
perusahaan menerapkan akuntansi berbasis akrual, artinya pendapatan dicatat meskipun kas
belum diterima sehingga pihak manajemen mengasumsikan bahwa pendapatan untuk 15
tahun ke depan boleh diakui langsung pada tahun 2018 sebagai pendapatan lain-lain – bersih.
Dengan pengakuan pendapatan lebih dini, Garuda telah dianggap melakukan tindakan
shenanigans ke – 1 dari 3 jenis revenue shenanigans yang ada. Adapun sanksi diberikan
kepada seluruh direksi, beberapa dewan komisaris yang terlibat dan manajemen menengah.
KAP BDO juga dikenakan sanksi karena sebagai penanggung jawab atas opini yang
diberikan selaku auditor eksternal yang ditunjuk pada saat itu.

Selanjutnya, kasus yang terjadi pada Garuda Indonesai yaitu pemecatan empat Dirut
Garuda Indonesia yang dilakukan oleh Menteri BUMN Erick Tohir kepada I Gusti Ngurah
Askhara (Direktur Utama Garuda), Iwan Joeniarto (Direktur Teknik dan Layanan Garuda),
Mohammad Iqbal (Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha) dan Heri Akhyar (Direktur
Capital Human). Hal tersebut disebabkan penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda
Brompton menggunakan pesawat baru milik Garuda Indonesia tanpa mengantongi izin dinas
dari kementerian BUMN. Penyelundupan tersebut terjadi pada saat penerbangan Airbus
terbaru Garuda Indonesia dari Toulouse, Prancis ke Jakarta, Indonesia pada 17 November.
Hal ini menjadi titik terendah kepemimpinan Dirut BUMN. Namun, titik terendah dari sisi
tata kelola keuangan terjadi pada saat tahun 2018 dimana adanya dugaan rekayasa laporan
keuangan Garuda Indonesia. Dari dua kasus tersebut muncullah kesepakatan yang dibuat oleh
Menteri BUMN, yaitu Bapak Erick Tohir untuk mencopot jabatan Ari Askhara. Selain kasus
tersebut, kepemimpinan Ari Askhara ternyata juga melakukan empat kali pelanggaran
kelebihan jam kerja atas pramugari/a sepanjang Agustus 2019 pada rute Denpasar-
Kualanamu-London dan sebaliknya. Beliau tidak memperhatikan kondisi awak kabin yang
melakukan perjalanan darat di ketinggian 41.000 feet atau setara lebih dari 18 jam per hari
yang berdampak pada kesehatan pramugari/a akibat kelelahan sehingga dapat menyebabkan
human error. Ari juga mengurangi budget sebagai service untuk minuman para penumpang.
Kasus ke-3 yang menimpa Garuda Indonesia Airlines adalah kemerosotan kinerja
keuangan perusahaan maskapai kebanggaan Indonesia ini merupakan hal yang sangat disorot
oleh berbagai pihak. Pasalnya, Garuda Indonesia mencatatkan kemerosotan kinerja keuangan
pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang
melanda Indonesia dan seluruh dunia pada awal tahun yakni Januari 2020. Akibat kejadian
tersebut membuat okupansi penumpang menjadi menurun drastis. Selain itu, utang Garuda
Indonesia juga kian menumpuk hingga mencapai Rp 70 Triliun dan diperkirakan akan terus
bertambah Rp 1 Triliun pada tiap tahunnya. Adapun permasalahan baru yang terkait yaitu
perubahan pengakuan kewajiban harus disampaikan dalam laporan keuangan sesuai dengan
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di mana kewajiban harus dicatat sebagai
utang, dari ketentuan sebelumnya sebagai biaya operasi atau operational expenditure (opex).

Pembahasan Kasus

Dikutip dari jurnal dan artikel bahwa corporate governance atau tata kelola perusahaan
merupakan istilah yang berhubungan dengan perilaku manajer operasional dan shareholder
dalam suatu korporasi, terkait dengan hak dan kewajiban yang mereka miliki. Tata kelola
perusahaan juga sering dianggap sebagai struktur dan hubungan yang menentukan arah dan
performa korporasi (McRitchie 1999). Berbeda dengan McRitchie, Mathiesen (2002)
menjelaskan bahwa corporate governance merupakan suatu bidang dalam ekonomi yang
menginvestigasi bagaimana menjamin efisiensi manajemen korporasi dengan menggunakan
mekanisme insentif, seperti kontrak, desain organisasional dan legislasi (McRitchie 1999).
Singkatnya, corporate governance merupakan suatu sistem dimana korporasi diatur dan
dikontrol. Di dalam tata kelola terdapat dua jenis pengawasan yang dianut oleh negara-negara
di dunia pada umumnya, yaitu one-tier board (sistem satu kamar atau unitary) dan two-tier
board (sistem dua kamar atau dualisme). Sistem two-tier board banyak digunakan negara-
negara Eropa daratan, seperti Jerman dan Belanda. Sedangkan sistem one-tier board dianut
oleh negara-negara seperti Inggris dan AS. Namun, walaupun menganut satu sistem yang
sama, jika diterapkan di dua negara yang berbeda, maka hasil yang diperoleh dapat berbeda.

Indonesia menganut two-tier board di mana terdapat pemisahan tugas antara


komisaris dan manajemen perusahaan. Sistem ini merupakan tata kelola dari perusahaan.
Peran tata kelola bisnis, yaitu terletak pada kepemimpinan yang menjadi kunci utama dari
keberhasilan suatu perusahaan yang dapat dinilai baik atau buruk. Budaya organisasi dari
perusahaan dapat sehat dan bersih dengan memiliki gaya kepemimpinan yang berintegritas.
Namun, pada kasus ini ditemukan disorientasi dari penggunaan kewenangan dengan
bertindak melakukan penyeludupan barang milik pribadi tanpa se-izin kementerian BUMN,
artinya maskapai milik nasional ini disfungsional. Hal tersebut terlaksana atas keinginan atau
kepentingan pribadi dan menguntungkan diri sendiri. Dampak kerjadian tersebut
menyebabkan negara mengalami kerugian sebesar Rp1.5 miliar, karena terdiri dari belasan
paket suku cadang motor Harley Davidson dan dua sepeda lipat Brompton. Kementerian
Perhubungan menetapkan bahwa seluruh barang penumpang wajib tercata sesuai peraturan
standar izin penerbangan (flight approval/FA) dan keluar-masuk barang dari dan ke Indonesia
harus diketahui pula oleh Bea dan Cukai atau Kementerian Keuangan. Selain itu, akibat dari
kepemimpinan buruk juga berdampak pada revisi atas kegagalan laporan tahunan 2018 dan
adanya keluhan pelanggan yang sangat tinggi karena maskapai melakukan efisiensi biaya
operasional secara brutal, sedangkan jumlah tersebut dinikmati oleh seseorang yang tidak
bertanggung jawab.

Selanjutnya, penyebab utang Garuda Indonesia menumpuk adalah pengelolaan atas


manajemen keuangan yang buruk. Garuda Indonesia memiliki terlalu banyak lessor pesawat.
Banyak pesawat milik Garuda Indonesia yang digunakan merupakan pesawat sewa milik
beberapa pihak luar. Setidaknya ada sekitar 32 lessor, padahal normalnya maskapai
penerbangan hanya memiliki 4 hingga 5 lessor saja. Selain itu, banyaknya jenis pesawat yang
digunakan oleh Garuda Indonesia, seperti mengoperasikan 13 jenis pesawat mulai dari jenis
pesawat Boeing 777, 737, Airbus A320, A330, CRJ 1000, ATR 45 dan ATR 75. Banyaknya
jenis pesawat yang digunakan membuat pengelolaan menjadi sangat kompleks karena biaya
maintenance yang besar untuk perawatan masing-masing jenis pesawat tersebut.
Permasalahan selanjutnya yaitu terkait dengan pemilihan rute yang kurang menguntungkan.
Akibatnya, perusahaan harus mengurangi rute dari 437 rute menjadi 140 rute. Permasalahan
berikutnya yaitu biaya administrasi atau layanan para awak kabin dan seluruh staf Garuda
Indonesia yang diakomodasi kesejahteraannya dan penggunaan layanan maskapai ini
menimbulkan biaya yang sangat tinggi serta adanya dampak pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan lockdown diseluruh belahan dunia juga terdapat korupsi yang dilakukan oleh
pihak manajemen perusahaan yang tidak bertanggung jawab.
Penyelesaian Kasus

Akibat dari kepemimpinan dan tata kelola yang buruk, Menteri BUMN, Bapak Erick Tohir
menyatakan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau disebut Ari Askhara bisa terjerat pasal
pidana penyelundupan. Namun, dari pihak Kementerian Perhubungan hanya menjatuhkan
denda kepada Garuda Indonesia karena telah membawa kargo ke pesawat tanpa dicatat dalam
penerbangan pengiriman pesawat Airbus A330-900 Neo. Menteri BUMN memutuskan untuk
mencopot jabatan beliau dan melakukan pemberhentian direktur utama berstatus sementara.
Kasus yang menerpa maskapai nasional sebagai kebanggaan bangsa Indonesia terjadi secara
berulang kali. Kepemimpinan dari kegagalan menciptakan budaya organisasi yang buruk.
Pemberhentian direksi di perusahaan Tbk ada dua cara, yaitu sementara oleh Dewan
Komisaris dan permanen dalam RUPSLB. Sebagai perusahaan terbuka, diperlukan waktu 45
hari untuk mengadakan RUPSLB setelah Dewan Komisaris menyampaikan surat
permohonan pelaksanaan RUPSLB ke Otoritas Jasa Keuangan. Dalam RUPSLB, Dewan
Komisaris beserta pemegang saham, termasuk Kementerian BUMN sebagai pemegang saham
terbesar akan menetapkan pemberhentian permanen terhadap direksi yang terlibat dalam
kasus penyelundupan, dan kembali menunjuk pejabat permanen yang akan menggantikannya.
I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra sudah ditetapkan untuk diberhentikan dari jabatan Dirut
Garuda pada 07 Desember 2019. Saat itu, Dewan Komisaris langsung menunjuk pejabat
definitif atau pelaksana tugas (Plt) untuk mengisi kekosongan jabatan. Jabatan Plt Dirut
Garuda Indonesia diisi oleh Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, yaitu Fuad Rizal.

Ada tujuh strategi pengelolaan perusahaan yang baik untuk dilakukan oleh Garuda Indonesia;

 Melakukan restrukturisasi organisasi seperti merampingkan struktur organisasi, biaya,


dan melakukan review atas asset yang ada,
 Mengoptimalkan resources yang tersedia seperti Sumber Daya Manusia dan aircraft
operation serta menetapkan new role model of organization,
 Melakukan analisis value chain dan semua kegiatan internal perusahaan dengan tujuan
mengurangi biaya yang tidak perlu,
 Meningkatkan strategi marketing dan promosi,
 Melakukan analisis brand positioning yang disertai dengan proses review terhadap rute
penerbangan dan penetapan harga tiket,
 Analisis market outlook dan mengambil langkah-langkah strategis dan inovatif,
 Meningkatkan product quality, meningkatkan services, meningkatkan safety.
Overview Kasus

Kami berpendapat pada kasus ini bahwa tata kelola perusahaan yang baik menjadi kunci
utama dalam membangun budaya organisasi yang bersih dan sehat. Salah satunya dengan
memilih jajaran Dewan komisaris dan direksi yang baik, berintegritas tinggi dan berkompeten
sehingga dengan keberlangsungan bisnis suatu perusahaan manapun bisa mencapai tujuan
dengan menciptakan, menjalankan dan mengelola perusahaan sesuai aturan/standar (SOP)
yang berlaku yang akan menjadikan lingkungan kerja yang bersih dan nyaman. Terutama
dalam hal menjaga hubungan yang baik dari sisi internal dan eksternal perusahaan, seperti
dengan mengutamakan kesejahteraan karyawan, hubungan erat dengan vendor dan layanan
kepada konsumen untuk menjaga loyalitas dan nama baik perusahaan serta tidak menyalah
gunakan jabatan untuk mengutamakan keuntungan dan kepentingan pribadi.

Anda mungkin juga menyukai