Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PERBANDINGAN MANAJEMEN RISIKO GARUDA INDONESIA DAN ASURANSI JIWA

BERSAMA BUMIPUTERA 1912

Manajemen Risiko
Dosen Pengampu: Igo Febrianto, SE.MSC

Disusun Oleh:

Cindy Adelia (2211011119)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2024
1. Kontroversi Garuda Indonesia

Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah Perusahaan penerbangan komersial pertama di


indonesia yang dimiliki pemerintah Indonesia atau BUMN. PT. Garuda Indonesia telah
berkembang cukup pesat dengan memiliki 196 pesawat di januari 2017 dengan lebih 600
penerbangan setiap harinya. adalah Maskapai penerbangan nasional Indonesia yang berkantor
pusat di Bandar udara Internasional Soekarno–Hatta. Maskapai ini adalah suksesor dari KLM
Interinsulair Bedrijf. Garuda Indonesia merupakan anggota SkyTeam satu satunya di Indonesia
dan Maskapai Terbesar kedua di Indonesia setelah Lion Air. Garuda Indonesia mengoperasikan
penerbangan berjadwal ke sejumlah destinasi meliputi Benua Asia, Eropa, dan Australia dari
Jakarta, serta kota fokus, maupun kota lain untuk penerbangan Haji. Maskapai ini adalah satu-
satunya maskapai dari Indonesia yang terbang ke wilayah Eropa dan Oseania. Maskapai ini juga
pernah terbang ke wilayah Amerika hingga akhir 1990an.

Maskapai ini juga mengoperasikan anak perusahaan berbiaya rendah, Citilink, yang
menyediakan penerbangan murah ke beberapa tujuan Indonesia dan berdiri sendiri pada tahun
2012. Pada November 2018, maskapai mengambil alih operasi serta pengelolaan
keuangan Sriwijaya Air melalui perjanjian Kerjasama operasional (KSO) Kerjasama ini berakhir
pada Desember tahun 2019.

Namun dibalik itu, ternyata PT Garuda Indonesia memiliki sisi gelapnya sendiri. Pada tanggal
28 juni 2019, PT. Garuda Indonesia resmi dinyatakan bersalah dan dikenakan sanksi oleh
beberapa Lembaga seperti kementrian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa Efek
Indonesia (BEI) atas kecurangan pengakuan pendapatan pada laporan keuangan di tahun 2018.
Kasus kontroversial itu bermula dari laporan keuangan emiten dengan kode saham GIAA yang
telah diaudit berbalik untung US$809,846 pada 2018. Posisi tersebut kebalikannya dari kerugian
US$216,58 juta pada 2017.

Kontroversial dari Ari Askhara lainnya adalah penyelundupan Moge Harley Davidson dan
Sepeda Brompton. Kasus dugaan penyelundupan moge Haley Davidson dan sepeda lipat
Brompton melalui pesawat baru yang diterbangkan dari Delivery Center Airbus di Toulouse,
Prancis, menuju Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Tanggerang, Banten.

Kontroversi lainnya adalah kasus korupsi PT. Garuda Indonesia yang rugikan negara hingga RP
8,8 Triliun. Kerugian tersebut akibat pengadaan pesawat CRJ-1000 dan pengambilalihan pesawat
ATR 72-600 yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan BUMN. Adapun kerugian juga
terjadi akibat para tersangka tidak menerapkan prinsip business judgment rule, sehingga
mengakibatkan performance pesawat selalu mengalami kerugian saat dioperaikan.

PT Garuda Indonesia juga terancam bangkrut karna lilitan utang yang mencekik keuangan
Perusahaan. Namun akhirnya dapat lolos dari ancaman kebangkrutan setelah mendapat restu
dari para kreditur, melalui pengesahan proposal perdamaian dalam proses penundaan
pembayaran kewajiban utang (PKPU) perseorangan. Total utang garuda indonesia yang tercatat
dan diakui tim pengurus PKPU mencapai Rp 142 Triliun.

Ancaman pailit tak hanya terjadi sekali dalam perjalanan Garuda. Maskapai tersebut juga
pernah lolos dari resiko kepailitan, setelah Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 21
Oktober 2021 menolak gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan
oleh PT. My Indo Airlines.
Belum lagi persoalan klasik berupa pengoprasian rute-rute yang tidak menguntungkan,
bahkan cenderung memberikan kerugian. Rute-rute tersebut Sebagian besar merupakan rute-
rute internasional yang sebenarnya merupakan salah satu strategi Garuda untuk memperluas
pasar.

2. Kontroversi pada Asuransi Bumi Putera


Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 awalnya bernama Onderlinge Lavenzekering
Maatschappij Persatoean Goeroe-Goeroe Hindia Belanda (OL. Mij. PGHB) pada saat didirikan di
Magelang pada 12 Februari 1912 dalam Kongres Persatoean Goeroe-Goeroe Hindia Belanda
(PGHB). Pendirian AJB Bumiputera berdiri diprakarsai oleh 3 orang guru yaitu Mas Ngabehi
Dwidjosewojo, Mas Karto Hadi Karto Soebroto dan Mas Adimidjojo.

Dengan mengusung prinsip kebersamaan serta keterbatasan modal ekonomi yang dimiliki
oleh Persatoean Goeroe-Goeroe Hindia Belanda (PGHB), maka dipilih bentuk badan hukum
usaha bersama (mutual). Dalam pendirian perusahaan asuransi berbentuk usaha bersama,
modal dasar adalah premi asuransi yang dibayarkan oleh masing-masing anggota sesuai dengan
produk asuransi yang dibelinya. Dengan demikian, dapat dikatakan Bumiputera didirikan dengan
modal “nol rupiah”.

Pada 1921, kantor AJB Bumiputera pindah ke Yogyakarta dan tahun 1958 kantor AJB
Bumiputera kembali pindah ke Jakarta. Tahun 1966 nama perusahaan berubah menjadi AJB
Bumiputera.

PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputea 1912 sejak 2010 didera permasalahan menunggak
pembayaran klaim para nasabah. Hingga kini banyak yang menyimpulkan asuransi Bumiputera
bangkrut. Sempat akan membayar klaim pada tahun 2020 lalu, namun Kembali tertunda dan
tidak diketahui alasan yang jelas. Selama bertahun tahun Bumiputera gagal membayar klaim
nasabah. Meskipun sempat mengalami kesulitan membayar klaim nasabah, Perusahaan terus
berupaya untuk menyelamatkan keberlangsungan dirinya.

Pada tahun 2010, Bumiputera didera kasus penggelapan uang. Masalah muncul dari dalam
badan Perusahaan. AJB Bumiputera sempat membayarkan klaim nasabah asuransi jiwa pada
tahun 2010 sebesar Rp 100 juta. Namun, yang dilaporkan pada kas perushaan adalah Rp 200
juta. sisa uang diambil oknum dan dipakai untuk menyelenggarakan perayaan. Penggelapan
uang juga terjadi di kantor cabang, belum lagi kasus jual beli asset Perusahaan yang
keuntungannya masuk ke kantung oknum.

Pada tahun 2007 dan 2008 juga terdapat skandal kontrak pengelolaan dana dan investasi
lewat PT Optimal Kharya Capital Management (Optima) yang dilakukan sebanyak tujuh kali.
Namun, pemilihan Optima itu berdasarkan hasil suap. Total uang Bumiputera yang dikelola
Optima mencapai Rp307 miliar.

Tahun 2009, tidak dapat mengembalikan dana investor, termasuk Bumiputera. Mereka hanya
dapat mengembalikan Rp 10 miliar uang Bumiputera saat jatuh tempo. Selain optima, ada lima
manajer investasi bermasalah yang turut mengelola dana Perusahaan asuransi tersebut.
Imbasnya, audit keuangan Bumiputera mendapat nota tidak wajar sepanjang 2009-2011. Pada
tahun 2012, utang Perusahaan mencapai Rp 22,77 triliun, sedangkan asset perusahaan hanya
sebesar Rp 12,1 triliun.

Penyelesaian kasus

• bumiputera berencana melakukan penjualan asset dengan nilai mencapai Rp 2 triliun untuk
melakukan pembayaran klaim asuransi kepada nasabahnya
• bumiputera mengoptimalisasikan asset yang dimiliki. Optimalisasi asset tersebut melalui
penjualan asset properti sekaligus kerja sama operasional (KSO)

3. Perbandingan Antara Kasus PT Garuda Indonesai dan Asuransi Bumiputera dalam sudut
pandang Manajemen resiko

PERSAMAAN
1. Keduanya merupakan BUMN yang bergerak dibidang jasa, yaitu penerbangan dan
asuransi.
2. Kedua penurusahaan mengalami kris keuangan akibat deficit, utang dan klaim yang
menumpuk
3. Kedua Perusahaan terlibat dalam kasus korupsi yang menyebabkan kerugian negara
4. Kedua Perusahaan harus melakukan rekrontusksi untuk menyelamatkan Perusahaan
mereka dengan bantuan dari pemerintah, OJK, dan Kreditur

PERBEDAAN
Perbedaanya adalah jika PT garuda hanya merugikan negara dan Perusahaan itu sendiri
sedangkan untuk asuransi bumiputera merugikan banyak nasabah yang hingga kini masih
ada yang belum mendapatkan kliam asuransi jiwa mereka.

Anda mungkin juga menyukai