Anda di halaman 1dari 5

Jawaban :

1. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
2. Tujuan Pendirian BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
Memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan serta perkembangan ekonomi nasional
Bertanggung jawab atas penyediaan jasa dan barang yang berkualitas untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak
Memperoleh keuntungan dari semua sector BUMN yang ada
Berpartisipasi secara aktif untuk membimbing dan membantu pengusaha ekonomi
lemah dalam wujud koperasi dan masyarakat
Menjadi pionir berbagai kegiatan usaha yang belum dilakukan oleh koperasi dan
pihak swasta

Kasus PT Garuda Indonesia

1. Faktor Krisis : tidak adanya penghematan biaya operasuonal yang dilakukan oleh PT
grauda Indonesia ketika melakukan perawatan maupun melakukan operasional antara
lain dalam hal perawatan. Kemudian tidak adanya informasi mengenai cara dan narasi
negosiasi dengan lessor. Tidak adanya evaluasi / perubahan penerbangan / route yang
merugi. Cash flow manajemen yang tidak dapat dimengerti. Keputusan yang diambil
kementerian BUMN secara sepihak tanpa koordinasi dan tanpa melibatkan Dewan
Komisaris. Dari inilah menyebabakan krisis pada maskapai garuda Indonesia selama
pandemi ini dan terjadinya krisis pada maskapai karena adanya banyak sekali
pengeluaran serta maintance pada pesawata yang tidak terkontorl serta audit dan
pengelolaan keuangan yang buruk sehingga akhirnya membuat krisis pada maskapai
dan keadaan penumpang yang sepi membuat krisis pada maskapai makin parah
2. Dampak krisis keuangan yang terjadi dan menimpa maskapai garuda Indonesia saat
ini tentunya akan memberikan dampak yang sangat membahayakn bagi maskapai
tersebut karena tentunya akan berdampak pada pengurangan karyawan serta
pengurangan gaji serta pemangkasan banyak anggaran kemudian bagi negara sendiri
tentunya pendapatan yang didapatkan juga makin berkurang serta membuat maskapai
tersebut juga akan mengalami kesulitan operasional yang akhirnya mmalah
membebani negara.
3. Strategi yang dilakukan oleh PT garuda Indonesia terkait dnegan krisis yang saat ini
menimpa PT Garuda Indonesia dan menyelamatkan maskapai Garuda Indonesia dari
Krisis Keuangan tentunya dalam hal ini maskapai garuda Indonesia akan memberikan
suatu soluis berupa dengan membuat program pennyyesuaian dnegan pandemi ,
melakukan evaluasi pengeluaran serta tetunya pemerintah memberikan suntikan dana
pada Maskapai Garuda Indonesia untuk memulihakn kemabli operasional dan
memudahkan dalam nantinya membagun maskapai tersebut. Kemudian untuk
suntikan dana yang diberikan juga dikola dengan baik dan sesuai dengan rancangan
pemulihan dalam krisis yang dilanda. Selain itu opsi merumahkan sementara juga
dilakukan untuk melakukan pemangkasan pengeluaran gaji dalam hal karyawan.

Jawaban :

Penadahuluan

Pandemi Covid-19 telah memukul bisnis penerbangan. Garuda Indonesia sebagai


sosok flag carrier bagi maskapai penerbangan nasional turut terimbas pandemi. Sebagai
perusahaan transportasi udara yang dibentuk oleh pemerintah, PT Garuda Indonesia dituntut
untuk bisa bertahan dalam kondisi apapun. Pandemi Covid-19 telah memukul bisnis
penerbangan. Garuda Indonesia sebagai sosok flag carrier bagi maskapai penerbangan
nasional Indonesia terkena imbas pandemi. Sebagai sebuah perusahaan transportasi udara
yang dibentuk oleh pemerintah, PT Garuda Indonesia. Pada 2021, kerugian perusahaan secara
konsolidasi sebesar 100 juta dollar AS dan khusus Garuda Indonesia sebesar 62 juta dollar
AS. Garuda Indonesia mengalami kerugian lantaran harus menanggung biaya sewa 142
pesawat sebesar 60 juta dollar AS per bulan dengan biaya operasional sekitar 20 juta dollar
AS per bulan.

Latar Belakang

Kerugian Garuda ini karena faktor unutilized asset. Aset pesawat yang tidak
dioperasikan itu tetap dibayar, tetapi pesawat itu tidak menghasilkan pemasukan yang
signifikan akibat pandemi Covid-19. Di tengah pandemi Covid-19, Garuda mengalami rugi
bersih sebesar 712,72 juta dollar AS atau Rp10,34 triliun. Untuk memperbaiki kinerja,
Garuda melakukan efisiensi dan berupaya mendongkrak kembali jumlah penumpang. Garuda
memiliki kewajiban melunasi pinjaman Rp8,5 triliun berbentuk obligasi wajib konversi
(MCB) dari pemerintah dalam tiga tahun dan harus memenuhi pembayaran Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset yang jatuh tempo pada 27 Juli 2020. IATA melihat kondisi
perkembangan Covid-19 terkini, pemulihan baru mulai tampak pada 2023. IATA juga
merekomendasikan ada skema bantuan dan dukungan pemerintah tiap negara untuk
mencegah maskapai bangkrut. Untuk menyelamatkan Garuda Indonesia, utang yang
mencapai 4,5 miliar dollar AS haru diturunkan menjadi 1 miliar dollar AS hingga 1,5 miliar
dollar AS. Garuda merugi sebesar 62 juta dollar AS karena harus menanggung biaya sewa
142 pesawat sebesar 60 juta dollar AS per bulan dan biaya operasional sekitar 20 juta dollar
AS per pesawat.

Di sisi lain, Kementerian BUMN tengah mengkaji empat opsi penyelamatan Garuda
Indonesia. Opsi tersebut didapat dari hasil tolak ukur (benchmarking) dengan yang dilakukan
oleh pemerintah di negara-negara lainnya. Adapun opsi pertama penyelamatan Garuda
Indonesia yakni pemerintah terus mendukung dengan memberikan pinjaman atau suntikan
ekuitas. Hal ini berkaca dari kasus pada Singapore Airlines asal Singapura, Cathay Pacific
asal Hong Kong, dan Air China Airlines asal China. Namun catatan dalam opsi adalah
berpotensi meninggalkan Garuda Indonesia dengan utang warisan yang besar yang akan
membuat situasi menantang bagi perusahaan di masa depan. Kedua, menggunakan hukum
perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi Garuda Indonesia. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban mencakup
utang, sewa, dan kontrak kerja. Pilihan yurisdiksi yang akan digunakan dalam opsi ini yakni
U.S. Chapter 11 yang merupakan Undang-Undang Kepailitan Amerika Serikat, maupun
yurisdiksi kepailitan negara lain. Selain itu, mempertimbangkan opsi pengajuan Penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU). Opsi ini merujuk pada contoh kasus Thai Airways
International dan Malaysia Airlines. Namun catatannya yakni masih belum jelas apakah
undang-undang kepalilitan Indonesia mengizinkan restrukturisasi. Lalu opsi ini juga berisiko
restrukturisasi berhasil memperbaiki sebagian masalah (debt, lease), tetapi tidak memperbaiki
masalah yang mendasarinya (culture, legacy). Kemudian ketiga, merestrukturisasi Garuda
Indonesia dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru. Opsi ini mencontoh dari kasus
yang terjadi pada Sabena Airlines asal Belgia dan Swissair asal Swiss. Nantinya Garuda
Indonesia akan dibiarkan melalui restrukturisasi, namun di saat bersamaan mulai didirikan
perusahaan maskapai penerbangan domestik baru. Maskapai baru ini akan mengambil alih
sebagian besar rute domestik Garuda Indonesia dan menjadi national carrier di pasar
domestik. Opsi ini dimaksudkan untuk tetap menjaga Indonesia memiliki national flag
carrier, tetapi tentu perlu eksplorasi lebih lanjut. Adapun estimasi modal yang dibutuhkan
untuk pembuatan maskapai baru ini mencapai 1,2 miliar dollar AS. Keempat, Garuda
Indonesia dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan mengisi kekosongan. Lewat opsi
melikuidasi Garuda Indonesia, maka pemerintah akan mendorong sektor swasta untuk
meningkarkan layanan udara, misalnya dengan pajak bandara atau subsidi rute yang lebih
rendah. Opsi ini mencontoh dari kasus yang terjadi pada Varig Airlines asal Brasil dan Malev
Hungarian Airlines asal Hongaria. Namun catatan pada opsi ini adalah artinya Indonesia
tidak lagi memiliki national flag carrier.

Permasalahan dan Solusi

Emiten BUMN penerbangan, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menjadi


salah satu perusahaan yang terdampak parah dari penyebaran wabah virus corona (Covid-19),
yang sudah menginfeksi lebih dari 23,3 juta orang di seluruh dunia per Minggu 23 Agustus
2020. Salah satu dampak negatif dari wabah asal Wuhan, China itu pada perusahaan adalah
penurunan kapasitas produksi baik itu untuk rute domestik maupun internasional sebagai
imbas dari turunnya market demand. untuk rute internasional lainnya, perseroan melakukan
penyesuaian frekuensi dengan memperhatikan permintaan dan perkembangan kondisi di
negara atau pun daerah tersebut. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan
di kondisi buruk seperti ini, perusahaan telah melakukan berbagai upaya, baik dari sisi
keuangan dan operasional. Salah satunya yaitu melakukan upaya optimalisasi operasional
guna menyelaraskan supply dengan market demand melalui beberapa langkah inisiatif.

Langkah-langkah itu termasuk melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan


pembayaran sewa pesawat (lease holiday), memperpanjang masa sewa pesawat untuk
mengurangi biaya sewa per bulan, mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar
ataupun pinjaman lainnya, dan menegosiasikan kewajiban perseroan yang akan jatuh tempo
dengan pihak ketiga. Selain itu, perusahaan juga melakukan program efisiensi biaya dengan
tetap memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai serta layanan,
dan mengadakan diskusi intensif dengan Pemerintah selaku Pemegang Saham Perseroan guna
memperoleh dukungan yang diperlukan. Dari aspek operasional, perusahaan yang lebih dari
80% pendapatannya bergantung pada pendapatan dari penumpang itu telah melakukan upaya
untuk mengoptimalkan frekuensi dan kapasitas penerbangan baik penerbangan domestik
maupun internasional.

Selain itu, mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya


pemerintah khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19 melalui pengangkutan
bantuan kemanusiaan, APD, obat-obatan, alat kesehatan. Perusahaan juga telah berupaya
mengoptimalkan layanan charter pesawat untuk evakuasi WNI yang berada di luar negeri
serta membantu proses pemulangan WNA untuk kembali ke negara masing-masing dan
layanan charter untuk pengangkutan kargo, serta menunda kedatangan pesawat di tahun
2020. guna mendorong percepatan recovery, Garuda saat ini mengupayakan untuk dapat
mendorong trust dan minat masyarakat untuk dapat kembali menggunakan transportasi udara
melalui konsistensi penerapan protokol kesehatan penerbangan," tulis manajemen. Strategi
itu dilakukan dengan, antara lain melalui physical distancing dalam penerbangan,
pelaksanaan pre medical check bagi awak kabin, penggunaan alat pelindung bagi kru yang
bertugas, disinfeksi armada, peniadaan reading material guna meminimalisir cross
contamination serta penggunaan material mono-use dalam penyajian makanan dalam
pesawat. kemudian di samping itu, Garuda juga bekerjasama dengan kementerian Pariwisata
untuk mengkolaborasikan program dan inisiatif yang dapat mendorong geliat pariwisata,
khususnya wisata domestic.

Anda mungkin juga menyukai