PELAYANAN ( E-KTP )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
e-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat
sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi
informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk
hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk
Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan
berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan
dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan
dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk).
Manfaat e-KTP diharapkan dapat dirasakan sebagai berikut:
1. Identitas jati diri tunggal
2. Tidak dapat dipalsukan
3. Tidak dapat digandakan
4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam pemilu atau pilkada
Namun berdasarkan laporan yang diterima, dikatakan terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh tim supervisi di daerah pada kegiatan di tahun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang Timbul dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP
Dalam proses implementasi pelayanan e-KTP yang sampai saat ini berjalan
masih dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi:
1) terdapat kesalahan data penduduk. Pada proses perekaman data e-KTP, operator
akan mengkonfirmasi kepada penduduk bersangkutan apakah datanya sudah benar
atau belum dan selanjutnya proses perekaman dilanjutkan. Namun karena
banyaknya jumlah penduduk yang dihadapi dengan kapasitas operator yang
terbatas dan proses perekaman hingga larut malam, kelelahan operator terkadang
2)
petugas pelayanan hampir tidak peduli dengan poster-poster yang isinya himbauan
untuk tidak melakukan praktik pungli. Saya sering sindir mereka (petugas
pelayanan), tetapi mereka tidak peduli. Padahal sebagian warga, mungkin untuk
makan sehari-hari saja sudah sulit. Tetapi ketika mau ambil e-KTP, dimintai duit,
kata salah seorang petugas Hansip Kelurahan Grogol kepada Business News
beberapa waktu yang lalu.
Sementara di kelurahan Kebon Kosong, petugas di loket pelayanan, serupa tapi
tak sama. Petugas cenderung bersikap arogan, tidak peduli dengan keinginan dan
tuntutan hak atas berbagai dokumen, termasuk e-KTP. Petugasnya, ibaratnya
bersikap EGP (emang gue pikirin) terhadap warga yang sudah bolak-balik
datang ke kantor kelurahan. Tetapi petugas se-enaknya saja, mengatakan belum
selesai. Tetapi ketika warga sudah sms untuk konfirmasi, petugas tidak pernah
balas sms warga, salah seorang warga Kelurahan tersebut yang tidak mau
menyebutkan namanya, mengatakan kepada Business News beberapa waktu yang
lalu.
Munculnya aksi penolakan ketika berurusan di sejumlah bank terhadap
masyarakat pengguna kartu kartu tanda penduduk (KTP) Elektronik atau e-KTP
sungguh memprihatinkan. Pembuatan e-KTP yang dilaksanakan berbulan-bulan
dengan harapan masyarakat Indonesia punya satu identitas terintegrasi secara
nasional menjadi sangat "mengecewakan". Pihak bank beralasan menolak
penggunaan e-KTP antara lain karena disebutkan fotokopi KTP lama yang ada
pada bank tidak sama dengan e-KTP. Padahal sebenarnya data e-KTP dan KTP
lama sama. Nomor induk kependudukan, tempat tinggal, status itu sama semua.
Jadi tidak ada bedanya, namun yang berbeda hanya bentuk fisiknya saja. Mungkin
hal itulah yang jadi persoalan selain soal pengadaan Smart Card Reader, sehingga
pihak perbankan menolak bila nasabah menyodorkan e-KTP bukan KTP lama
sebagai datanya.
2.2 Pemecahan Masalah dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP.
Ada tiga unsur yang memegang peranan penting dalam pencapaian target
perekaman e-KTP, seperti konsorsium, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
Agar ketiga unsur ini dapat mengimplementasikan tugas dan fungsinya, maka
sebagian besar merupakan fungsi dari tim supervisi sebagai representasi dan
pemegang peran kunci dalam mensukseskan program nasional e-KTP.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Marzan A Iskandar menyampaikan bahwa dari sisi teknologi,
BPPT sudah memberikan dukungan penuh pada pengembangan Grand Design eKTP. Demikian pula pada implementasi e-KTP di tahun 2011 dan 2012, BPPT
menyediakan lima tenaga ahli pada tim teknis, 22 staff tim pokja (ahli dan teknis),
serta memperbantukan 81 staff BPPT untuk menjadi tim Supervisi Teknis e-KTP,
jelasnya.
Diperlukan mekanisme dan Standard Operating Procedure (SOP) untuk
eskalasi permasalahan teknis. Menanggapi kondisi demikian, Marzan mengatakan
diperlukan cara penanganan yang dikelola dengan baik oleh Helpdesk Center,
dukungan teknis dari konsorsium pelaksana dan petugas perekaman di daerah. Ini
semua memerlukan harmonisasi kegiatan, kolaborasi dan kerjasama yang kuat
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Fungsi pelayanan public menjadi salah satu fokus perhatian dalam peningkatan
kinerja aparatur pemerintah untuk lebih mendekatkan fasilitas pelayanan publik
pada masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Untuk dapat
menyelenggarakan pemerintahan yang baik dituntut aparatur pemerintah yang
profesional,
hal
ini
merupakan
prasyarat
dalam
meningkatkan
mutu
e-KTP memang
benar-benar
mampu
untuk
mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
http://rumahpengaduan.com/tag/keluhan-e-ktp/
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/pelayanan-publik-masih-perluperbaikan.php
http://birokrasi.kompasiana.com/2013/03/30/evaluasi-implementasi-e-ktp547101.html