Anda di halaman 1dari 3

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PELAYANAN E-KTP DI KECAMATAN


MEDAN AMPLAS

Disusun oleh:

Avni Rahmi Putri 160903008


Chika Anita Vera 160903019
Radita Paradila 160903038
Anggi Pratiwi 160903040
Shania Fahira Rusdi 160903042
Fadilla Salwa 160903043
Nur Sailah Daud Lubis 160903048
Annisa Fatin Syazwani 160903055
Annisa Isnadini 160903057
Anggi Fathaturrahmah Saufi 160903075
Dinda Ainayah 160903092

Dosen pembimbing mata kuliah


Metode Penelitian Kualitatif:
Dr. ASHIMA YANTY SIAHAAN, PhD

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
1. LATAR BELAKANG

Pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan merupakan salah satu tugas


pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka melayani masyarakat
umum, yang meliputi tugas dan fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga,
serta berbagai Akta Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk.
Di daerah tugas pelayanan administrasi publik menjadi tugas sekaligus merupakan
kewenangan dari pemerintah daerah, yang diwakili oleh Dinas Pencatatan Sipil, Administrasi
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 32
tahun 2004, tentang Pemerintahan daerah,Kewenangan daerah mencakup kewenangan
dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter, dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.
Pemerintah sebagai abdi masyarakat pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan prima
yang berkualitas kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur sebagai
Pelayanan publik itu sendiri. Namun kondisi yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa
pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administrasi kependudukan khususnya dalam hal
pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (selanjutya disebut e-KTP) belum sepenuhnya
berjalan dengan baik dan masih ditemuinya hambatan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memperlihatkan bermunculannya
berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti dalam dunia pemerintahan
(e-government), yang didalamnya memiliki program seperti dalam bidang pemerintah (E-
KTP), pendidikan (e-education, e-learning), kesehatan, (e-medicine, elaboratory), dan
lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronik. Pemerintah menerapkan E-Government
yang bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis, transparan, bersih, adil,
akuntabel, bertanggungjawab, responsive, efektif dan efisien. Berdasarkan pemaparan
tersebut, salah satu penerapan implementasi e-Government dalam pelayanan publik dengan
penggunaan teknologi dan informasi yang saat ini sedang dilaksanakan dalam bidang
pemerintahan adalah E-KTP (elektronik kartu tanda penduduk). Indonesia dengan jumlah
penduduknya yang besar memerlukan data kependudukan yang akurat, untuk itu pemerintah
membuat program yang disebut dengan E-KTP.
E-KTP merupakan cara baru jitu yang akan ditempuh oleh pemerintah dengan
membangun database kependudukan secara nasional untuk memberikan identitas kepada
masyarakat dengan menggunakan system biometric yang ada di dalamnya, maka setiap
pemilik E-KTP dapat terhubung kedalam satu database nasional, sehingga setiap penduduk
hanya memerlukan 1 KTP saja.
Menurut UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Definisi dari
EKTP atau kartu tanda penduduk elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat
system keamananan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi
dengan berbasis pada pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya di perbolehkan
memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan
identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP
nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, surat Izin mengemudi (SIM), Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan
dokumen identitas lainnya. (19 mei 2017.www.wikipedia.com)
Dengan adanya e-KTP ini tentunya masyarakat dapat mendukung peningkatan keamanan
negara melalui tertutupnya peluang adanya KTP ganda atau KTP palsu di mana selama ini
para pelaku kriminal termasuk teroris, TKI illegal dan perdagangan manusia sering
menggunakan KTP ganda atau KTP palsu tersebut untuk memalsukan identitas diri agar tidak
teridentifikasi oleh pihak berwajib. Jumlah KTP palsu yang sangat besar tersebut dapat
dipastikan bahwa dengan menggunakan KTP manual pemerintah sering mengalami
kecolongan dalam mengawasi penggunaan KTP manual, karena KTP manual dapat di buat
dengan mudah dimana saja, apalagi jika memiliki orang dalam disebuah instansi kecamatan.
Dengan demikian masyarakat yang tidak bertanggungjawab dapat dengan leluasa melakukan
kecurangan dan penyimpangan dengan menggunakan KTP manual.
Sebagaimana saat ini berubah Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2013 tentang Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa :
"penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk
Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur
hidup untuk warga negara Indonesia dan untuk warga asing disesuaikan dengan dengan masa
berlaku izin tinggal tetap". Maka pembuatan e KTP sudah dapat dijalankan namun dalam
prosesnya masih sering ditemukan hambatan. Sehubungan dengan hal tersebut maka kami
mengangkat permasalahan implementasi kebijakan pelayanan e-KTP di kecamatan Medan
Amplas sebagai pengamatan dari penjelasan diatas.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimana implementasi kebijakan pelayanan di kecamatan medan amplas?
2. Bagaimana hambatan yang dialami oleh penduduk dalam pembuatan E-KTP?

Anda mungkin juga menyukai