Anda di halaman 1dari 51

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI


KECAMATAN SIOMPU KABUPATEN BUTON SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Seminar Proposal Penelitian
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Dayanu Ikhsanuddin

OLEH :
HASFILA LA NABA
19 120 004

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI
KECAMATAN SIOMPU KABUPATEN BUTON SELATAN

Disusun dan diajukan oleh:

HASFILA LA NABA
NPM : 19 120 004

Telah disetujui oleh Komisi Pembimbing


Untuk dipertahankan dalam Sidang Ujian
Seminar Proposal Usulan Penelitian
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Dayanu Ikhsanuddin.

Baubau, Februari 2023

Komisi Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Andi Tenri., M.Si Hartini Amin, S.Sos., M.Si


NPP. 19651231 1991031019 NIDN. 09200048302

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sosiologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Dayanu Ikhsanuddin

HARTINI AMIN, S.Sos., M.Si


NPP. 178 31 201

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 5
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ......................................................................... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.5. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 7
1.5.1. Kegunaan Teoritis ......................................................................... 7
1.5.2. Kegunaan Praktis .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 8


2.1.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat .............................................. 8
2.1.2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ............................................... 11
2.1.3. Proses Pemberdayaan Masyarakat ................................................ 11
2.1.4. Pemberdayaan Keluarga ............................................................... 15
2.1.5. Ketahanan Keluarga ...................................................................... 17
2.1.6. Program Keluarga Harapan (PKH) ............................................... 18

ii
2.1.7. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) .................................. 19
2.1.8. Hak dan Kewajiban Peserta PKH ................................................. 20
2.1.9. Besaran Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) ................... 24
2.2. Kerangka Pikir ........................................................................................ 25
2.3. Pola Deskripsi ........................................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31

3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 31


3.2. Lokasi Penelitian .................................................................................... 32
3.3. Fokus Penelitian ..................................................................................... 32
3.4. Sumber Data dan Cara Menentukan Informan ....................................... 32
3.4.1 Sumber Data ................................................................................. 32
3.4.2 Cara Menentukan Informan .......................................................... 33
3.5. Subjek dan Obyek Penelitian ................................................................. 34
3.6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 35
3.7. Teknik Analisis Data .............................................................................. 37
3.8. Jadwal Penelitian .................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1. Besaran Bantuan Komponen PKH ................................................ 24

Tabel 1.2. Jadwal Penelitian .......................................................................... 39

iv
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan I. Kerangka Pikir ................................................................................. 27

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara .................................................................. 43

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah sosial yang sedang dialami Pemerintah Indonesia adalah masalah

kemiskinan. Bertahun-tahun Indonesia telah berjuang untuk bebas dari

kemiskinan, kenyataannya sampai saat ini masih belum bisa terlepas dari masalah

kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan merupakan salah satu faktor yang

menghambat pembangunan negara. Kemiskinan dapat memberikan efek sinergis

pada tatanan sosial secara umum dan menjadi pintu gerbang masalah sosial

lainnya. Suatu kelompok masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan

dasarnya seperti sandang, pangan, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan akan

jatuh dibawah garis kemiskinan.

Berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa fakir

miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Pada Pasal 27 ayat (2)

menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dilihat dari pasal-pasal yang

tercantum di atas, pemerintah diwajibkan membantu masyarakatnya dan

memikirkan kesejahteraan masyarakatnya guna mencegah dan menanggulangi

kemiskinan.

Kesejahteraan masyarakat adalah cita-cita luhur dari setiap bangsa.

Kemerdekaan bukan saja bermakna kebebasan dari penjajah, lebih dari itu adalah

1
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Terbebas dari belenggu

kemiskinan. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tertuang amanat

konstitusi bahwa upaya penanggulangan kemiskinan merupakan perlindungan

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih dalam proses pembangunan

khususnya di bidang ekonomi. Namun, krisis yang disebabkan oleh Covid-19

tahun 2019-2021 telah memurukkan Indonesia ke dalam kemiskinan yang serius

dan berakibat pada penurunan kualitas kehidupan masyarakat seperti rendahnya

tingkat kesehatan, penurunan gizi, dan rendahnya pendidikan.

Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kebutuhan

untuk membangun Program Jaringan Pengaman Sosial untuk menutupi penurunan

daya beli mayoritas penduduk masyarakat yang tergolong miskin dan membantu

secara langsung masyarakat yang membutuhkan. Seperti program pendidikan

perlindungan sosial untuk memelihara jasa pelayanan kepada keluarga miskin

dengan pembebasan terhadap pembayaran uang sekolah. Dalam sektor kesehatan,

program jaringan pengaman sosial mencakup empat aktifitas utama, yaitu:

memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin, memberikan

bantuan pelayanan kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan anak. Juga memberikan

makanan tambahan bagi bayi serta bagi anak sekolah dari keluarga miskin.

2
Usaha pemerintah menanggulangi kemiskinan dengan menggulirkan

kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) melalui UU No. 40 Tahun 2004

tentang Jaminan Sosial yang ditindaklanjuti dengan Perpres No. 15 Tahun 2010

tentang percepatan penanggulangan kemiskinan. Program ini merupakan

pengembangan sistem perlindungan sosial yang dapat meringankan dan

membantu Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dalam hal mendapatkan akses

pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar dengan harapan program ini dapat

mengurangi kemiskinan. Program ini di latarbelakangi oleh adanya permasalahan

utama pembangunan yaitu masih besarnya jumlah penduduk miskin serta

rendahnya kualitas sumber daya manusia. Karena adanya bantuan Program

Keluarga Harapan (PKH) ini anak-anak dari latar belakang keluarga miskin di

Kecamatan Siompu dapat bersekolah dengan bantuan pendidikan gratis dan ibu-

ibu hamil maupun yang memiliki balita mendapatkan fasilitas yang layak

dibidang kesehatan.

Sebagai upaya dalam penanggulangan kemiskinan, Kebijakan Program

Keluarga Harapan (PKH) di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah awal

mulanya pada tahun 2007. Program Keluarga Harapan (PKH) bertujuan untuk

mendukung pelaksanaan penyaluran program perlindungan sosial yang terencana,

terarah dan berkelanjutan dalam bentuk Program Keluarga Haparan (PKH)

sebagai bantuan sosial bersyarat yang bertujuan untuk mengurangi beban

pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan.

Penyaluran bantuan PKH sebagai salah satu pengentasan kemiskinan dan

kesenjangan dengan mendukung perbaikan aksesibilitas terhadap layanan

3
kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial guna meningkatkan kualitas hidup

keluarga miskin dan rentan.

Program Keluarga Harapan (PKH) telah tersebar diberbagai daerah di

Indonesia, termasuk Provinsi Sulawesi Tenggara baik kota maupun kabupaten.

Salah satu daerah yang menerima bantuan PKH adalah Kabupaten Buton Selatan.

Kabupaten Buton Selatan sudah mendapatkan bantuan dari Program Keluarga

Harapan salah satunya adalah Kecamatan Siompu yang sudah menerima bantuan

Program Keluarga Harapan sejak tahun 2014 hingga sekarang.

Kecamatan Siompu terdiri dari 10 desa yaitu : Desa Biwinapada, Desa

NggulaNggula, Desa Wakinamboro, Desa Batuawu, Desa Tongali, Desa Lapara,

Desa Karae, Desa Lontoi, Desa Waindawula, dan Desa Kaimbulawa. Semua desa

yang ada di Kecamatan Siompu sudah menerima bantuan Program Keluarga

Harapan sejak tahun 2014.

Program Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan di Kecamatan

Siompu ini tersebar di 10 desa dengan jumlah keluarga penerima yang tidak sama

masing-masing desa. Program ini sudah berlangsung selama 8 (delapan) tahun.

Selama kurun waktu tersebut, program ini terus berkembang dan dinamis.

Artinya, tidak hanya bantuan sosial berupa uang tunai saja, tetapi ada beberapa

bantuan sosial lainnya yang dapat diterima oleh keluarga penerima PKH. Dari

segi pengawasan, pemerintah melakukan pendampingan melalui pendamping

sosial PKH di tingkat kecamatan.

4
Kemudian peneliti tertarik untuk meneliti proses dalam Program Keluarga

Harapan di Kecamatan Siompu dengan pertimbangan memperhatikan situasi

sosial masyarakat yang dari segi kuantitas banyak jumlah penduduknya namun

dilihat dari kualitas belum memenuhi kriteria masyarakat mandiri dan sejahtera

yang masih memerlukan bantuan dari pemerintaha.

Maka dari itu berdasarkan uraian masalah diatas peneliti mengangkat

sebuah judul penelitian ini “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka permasalahan dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kebutuhan pendidikan untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu

sering tersendat akibat biaya pendidikan,

2. Kesehatan yang tidak stabil dikarenakan biaya kesehatan yang mahal,

3. Keluarga kurang sadar dalam pengembangan keterampilan usaha

sehingga mereka menjadi pasif dan banyak pengangguran.

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian

Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian ini, maka Penulis

membatasi permasalahan ini pada “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

Keluarga Harapan di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan”.

5
Dari pembatasan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu

adanya penyusunan perumusan dalam penelitian ini, rumusan masalah itu adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui Program

Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton

Selatan?

2. Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui Program

Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton

Selatan?

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan

Pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari dilakukannya penelitian ini, antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat

melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu

Kabupaten Buton Selatan.

6
2. Menganalisis hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui Program

Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton

Selatan.

1.5. Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu dan

pengetahuan baru yang berkaitan dengan bidang sosial yang khususnya dalam

bidang pemberdayaan masyarakat.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk penelitian lebih lanjut

dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau masyarakat umum

bagaimana Proses dan Hasil pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga

Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),

berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama

pemberdayaan bersentuahan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan

seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain

melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat kita. Ilmu

sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan

kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang

tidak berubah atau tidak dapat dirubah (Suharto, 2005: 57).

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

renta dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)

memenuhi kebutuhan dasar sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari

kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-

sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam memperoleh pembangunan dan keputusan-

keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2005: 58).

8
Menurut Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan masyarakat adalah upaya

untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimikilinya berupaya untuk

mengembangkannya, selanjutnya upaya tersebut diikuti untuk memperkuat

potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam upaya

memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu (Soemodiningrat,

2002): pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya,

karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki

masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan potensi atau daya yang

lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini

meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan

(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang

akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi

penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.

Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,

dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.

9
Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan

pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di

dalamnya. Dalam hal ini, yang terpenting adalah peningkatan partisipasi rakyat

dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.

Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan

pemantapan, pembudayaan, pengalaman dekomkrasi. Ketiga, memberdayakan

mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah

yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam

menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada

yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.

Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan

yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan

masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai

program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati

harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan

pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,

memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah

kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai proses pembangunan

sekelompok orang atau masyarakat dengan cara mengembangkan kemampuan

masyarakat, memprakarsai, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian

masyarakat, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, serta

10
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang ada dilingkungan sekitar

mereka.

2.1.2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan sosial.

Payne (1997:268) menyatakan keadilan sosial dengan memberikan ketentraman

kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik dan sosial melalui

upaya saling membantu dan belajar melalui pengembangan langkah-langkah kecil

guna tercapainya tujuan yang lebih besar.

Menurut Adisasmita (2013) mengatakan tujuan pemberdayaan masyarakat

ialah membantu pengembangan masyarakat yang otentik dan integrasi dari

masyarakat yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil serta memberdayakan

suatu kelompok masyarakat secara sosial ekonomis dari kebutuhan dasar hidup

dan sanggup berperan dalam mengembangkan masyarakat.

2.1.3. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Dalam upaya agar masyarakat berdaya maka memerlukan intervensi. Ada

beberapa tahapan intervensi yang direncanakan agar tercapai keberhasilan

pemberdayaan tersebut. Tahapan yang dilakukan lebih dekat sebagai upaya

pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat yang dilakukan

diharapkan berujung pada terealisasinya proses pemberdayaan masyarakat

(Zubaedi, 2007). Menurut Adi (2013) tahapan dalam proses pengembangan

masyarakat, yaitu :

11
1) Tahap persiapan (engagement)

Tahap persiapan dalam kegiatan pengembangan masyarakat terdiri dua

hal, yaitu persiapan petugas dan persiapan lapangan. Persiapan petugas

diperlukan untuk menyamakan persepsi antar anggota tim sebagai pelaku

perubahan mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan

pengembangan masyarakat. Sementara, persiapan lapangan dilakukan

melalui studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik

dilakukan secara formal maupun informal. Jika sudah ditemukan daerah

yang ingin dikembangkan, petugas harus mencoba menerobos jalur formal

untuk mendapat perizinan dari pihak terkait. Di samping itu, petugas juga

harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh informal agar hubungan

dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.

2) Tahap pengkajian (assessment)

Proses pengkajian yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau

kebutuhan yang diekspresikan dan sumber daya yang dimiliki komunitas

sasaran. Masyarakat dilibatkan secara aktif agar permasalahan yang keluar

adalah dari pandangan mereka sendiri, dan petugas memfasilitasi warga

untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang mereka sampaikan.

Hasil pengkajian ini akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu

tahap perencanaan.

3) Tahap perencaan alternatif kegiatan (planning)

12
Pada tahap ini petugas secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk

berpikir tentang masalah yang mereka hadapi, bagaimana cara

mengatasinya serta memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan

yang dapat dilakukan.

4) Tahap formulasi rencana aksi (action plan formulation)

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk

merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan

mereka lakukan guna mengadaptasi permasalahan yang ada.

Pada tahap ini diharapkan petugas dan masyarakat sudah dapat

membayangkan dan menulis tujuan jangka pendek tentang apa yang akan

dicapai dan bagaimana mencapai tujuan tesebut.

5) Tahap implementasi kegiatan (implementation)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap paling penting dalam

proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah

direncanakan dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan

bila tidak ada kerjasama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat,

maupun kerjasama antar warga.

6) Tahap evaluasi (evaluation)

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap

program yang sedang berjalan. Pada tahap ini sebaiknya melibatkan wagra

untuk melakukan pengawasan secara internal agar dalam jangka panjang

13
diharapkan membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri

dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi dimaksudkan

untuk memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan.

7) Tahap terminasi (termination)

Tahap ini merupakan tahap ‘perpisahan’ hubungan secara formal dengan

komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena

masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi karena proyek sudah harus

dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan

sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang

dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut.

Ketujuh tahapan intervensi di atas merupakan proses siklikal yang dapat

berputar guna mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah dilakukan

evaluasi proses (monitoring) terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada. Siklus juga

dapat berbalik di beberapa tahapan yang lainnya, misalnya ketika akan

memformulasikan rencana aksi, ternyata petugas dan masyarakat merasakan ada

keanehan atau perkembangan baru di masyarakat sehingga mereka memutuskan

untuk melakukan pengkajian kembali (reassessment) terhadap apa yang sudah

dilakukan sebelumnya.

Dengan demikian menurut Suharto (2005: 59-60) bahwasanya

pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan

adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami

14
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada

keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial: yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

ekonomi, maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan

sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan

sebagai suatu proses.

Dengan kata lain, pemberdayaan menurut (Owin, 2005: 108) adalah untuk

mencapai tujuan akhir yang disebut dengan masyarakat sejahtera dan mandiri

yang mempunyai kekuatan hidup di atas potensinya sendiri.

2.1.4. Pemberdayaan Keluarga

Menurut Suharto (2005: 169) Keluarga memiliki sentral dalam sebuah

realitas sosial. Hampir semua disiplin ilmu memandang keluarga sebagai entitas

terkecil yang sangat fokal. Dalam ilmu ekonomi terkenal domestik economy dan

subsistence economy yang kajiannya terpusat pada keluarga. Antropologi telah

lama mencermati livelihood strategies dan household mechanisms sebagai sistem

penanganan masalah yang berbasis keluarga. Pekerjaan sosial juga telah banyak

berjasa dalam mengembangkan berbagai pelayanan sosial untuk keluarga.

Banyaknya pihak yang memperhatikan keluarga sebagai tema

pemberdayaan, sebenarnya merupakan hal positif jika dibarengi dengan adanya

15
koordinasi lintas professional dan sektoral. Sebaliknya, tanpa sinegritas dan

kerjasama antar lintas kalangan, situasi ini dapat mengarah pada pemborosan

sumberdaya, keberhasilan dan tumpang-tindih program (redundancy dan

overlapping), kejenuhan sasaran, dan bahkan ‘sistem abuse’ yang pada gilirannya

dapat menjauhkan pencapaian tujuan pemberdayaan. Dalam konteks ini, aliansi

antar lintas kalangan merupakan sebuah keniscyaan. Aliansi dikedepankan

sebagai isu strategi pemberdayaan.

Aliansi (alliance) atau persekutuan dapat diartikan sebagai kumpulan

perseorangan, kelompok atau organisasi yang memiliki sumberdaya (sarana,

prasarana, dana, keahlian, akses, pengaruh dan informasi) yang bersedia dan

kemudian terlibat aktif mengambil peran atau menjalankan fungsi dan tugas

tertentu dalam suatu rangkaian kegiatan yang terpadu.

Dengan kata lain, aliansi adalah sebuah jaringan kerja (networking) antar

lintas yang memiliki keahlian dan sumberdaya berbeda namun memiliki

komitmen dan agenda yang sejalan.

Sebuah aliansi dalam suatu gerakan pemberdayaan keluarga bisa saja

merupakan suatu pelangi warna-warni dari berbagai pihak. Aliansi dapat terdiri

dari lembaga pemerintah, non-pemerintah, partai politik, anggota profesi, dan

para pakar akademisi. Bahkan asosiasi mahasiswa, media massa dan perusahaan

swasta dapat pula menjadi anggota aliansi. Bentuk dan sifat hubungan antar

anggota sekutu semacam ini sangat beragam dan tentunya memerlukan

manajemen dan koordinasi yang tidak sederhana.

16
2.1.5. Ketahanan Keluarga

Menurut Walsh dalam (Saefullah, dkk, Jurnal SPH.2, 2018: 120) Ketahanan

keluarga atau resiliensi keluarga merupakan kemampuan setiap keluarga dalam

bertahan menghadapi kesulitan kemudian beradaptasi dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dan mampu bangkit kembali. Bahkan menjadi kuat setelah

mengalami krisis. Ada tiga proses kunci dalam resiliensi keluarga yaitu:

o Pertama, sistem keyakinan keluarga (family belief system) yaitu

kemampuan keluarga memaknai suatu kesulitan, dan memandang positif

kesulitan tersebut sebagai suatu peluang, serta optimis terhadap masa depan

dengan bersandar terhadap keyakinan kepada Tuhan (transenden &

spritualitas).

o Kedua, pola organisasi (organization pattern) yaitu kemampuan keluarga

dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam keluarganya

(fleksibel) dan adanya hubungan yang baik dalam keluarga. Serta mampu

mengolah sumberdaya sosial ekonomi yang dimiliki keluarga untuk menjadi

lebih resilien.

o Ketiga, proses komunikasi (communication processes) yaitu adanya

kemampuan keluarga memberikan kejelasan terhadap permasalahan yang

dihadapi dan keluarga mampu berbagi perasaan, emosi yang positif dan

berempati terhadap satu sama lain, serta mampu memecahkan masalah

tersebut secara kolaboratif.

17
2.1.6. Program Keluarga Harapan (PKH)

Programa Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial

yang memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin (RTM) dan bagi

anggota keluarga RTM diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang

telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban

RTM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai

kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari

perangkap kemiskinan.

Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program

pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin

dan rentan, yang terdaftar dalam data terdapu program penanganan fakir miskin,

diolah oleh pusat data dan informasi kesejahteraan sosial dan ditetapkan sebagai

keluarga penerima manfaat PKH.

Sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan bantuan tunai

bersyarat (BTB) atau dikenal dengan program keluarga harapan (PKH). Di awal

pelaksanaan program ini didesain hanya untuk kelompok paling miskin agar

mendapatkan akses kesehatan bagi ibu dan anak sejak dalam kandungan dan

pendidikan sehingga dapat memutus rantai kemiskinan. PKH bukan merupakan

lanjutan program subsidi langsung tunai yang subah berlangsung selama ini dalam

rangka membantu RTM mempertahankan daya beli pada saat pemerintah

melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan sebagai upaya

membangun sistem perlindungan sosial penduduk miskin sekaligus sebagai upaya

18
memutus rantai kemiskinan yang terjadi selama ini. PKH merupakan bantuan dan

perlindungan sosial yang termasuk dalam klaster 1 strategi penanggulangan

kemiskinan di Indonesia yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan

pemenuhan dasar bagi lansia dan penyandang disabilitas berat.

Pelaksanaan PKH juga mendukung pencapai tujuan pembangunan

millennium. Ada lima komponen MGDs (Millennium Development Goals) yang

secara tidak langsung akan terbantu oleh PKH, yaitu mencakup: pengurangan

penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender,

pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan pengurangan kematian ibu

melahirkan. Secara khusus, tujuan PKH adalah meningkatkan akses dan

pelayanan pendidikan dan kesehatan, meningkatkan taraf pendidikan peserta

PKH, meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil/nifas dan balita dibawah

lima tahun, anak pra sekolah RTM atau peserta PKH.

Jadi Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan

bersyarat kepada Rumah Tangga Miskin (RTM) yang ditetapkan sebagai

penerima manfaat PKH dengan tujuan jangka panjang untuk memutus rantai

kemiskinan dengan meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan.

2.1.7. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan umum Program Keluarga Harapan (PKH) adalah untuk mengurangi

angka kemiskinan dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, serta mengubah perilaku RTM yang relatif kurang mendukung

peningkatan kesejahteraan, terutama pada kelompok RTM.

19
Tujuan PKH meliputi 5 hal yaitu:

1. Untuk meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses

layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga

miskin dan rentan.

3. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga penerima

manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta

kesejahteraan sosial.

4. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.

5. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga

Penerima Manfaat (KPM).

2.1.8. Hak dan Kewajiban Peserta PKH

Hak-hak peserta Program Keluarga Harapan adalah sebagai berikut:

1) Mendapatkan bantuan uang tunai yang besarnya disesuaikan dengan

ketentuan program.

2) Mendapatkan layanan dan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi seluruh

anggota keluarga.

3) Terdaftar dan mendapatkan program-program komplementaritas

sinergritas penanggulangan kemiskinan lainnya.

4) Bagi lansia diatas 70 tahun dan penyandang disabilitas berat mendapatkan

pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

20
Agar mendapat bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi

persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan

anak dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak. Kewajiban yang harus

dipenuhi oleh peserta PKH adalah sebagai berikut:

a) Kesehatan

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah

ditetapkan dalam protokol pelayanan kesehatan seperti di bawah ini:

Anak Usia 0-6 Tahun :

(1) Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya

sebanyak 3 kali

(2) Anak usia 0-11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio,

Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin

setiap bulan.

(3) Anak usia 6-11 bula harus mendapatkan vitamin A minimal

sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan

Agustus. Anak usia 12-59 bulan perlu mendapatkan imunisasi

tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

(4) Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap

bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti

program pendidikan anak usia dini (PAUD) apabila

dilokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PAUD.

Ibu Hamil dan Ibu Nifas :

21
(1) Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan

kehamilan di fasilitasi kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu

sekali pada usia kehamilan 0-3 bulan, sekali pada usia 4-6 bulan, dua

kali pada kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

(2) Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas

kesehatan.

(3) Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan

mendapat pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali

pada minggu I, IV dan VI.

b) Pendidikan

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan dengan

pendidikan yakni kehadiran di satuan pendidikan minimal 85% dari hari

sekolah dalam sebulan selama satu tahun ajaran berlangsung, dengan

beberapa catatan seperti di bawah ini:

(1) Apabila dalam keluarga terdapat anak yang berusia 5-6 tahun yang

sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangsutan

dikenakan persyaratan pendidikan.

(2) Jika memiliki anak berusia 7-15 tahun, anak peserta PKH tersebut

harus didaftarkan/terdaftar pada satuan pendidikan

(SD/MI/SDLB/Paket A atau SMP/MTS/SMLB atau SMP/MTS

Terbuka).

(3) Jika memiliki anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan

pendidikan dasar, maka peserta PKH diwajibkan mendaftarkan anak

22
tersebut kesatuan pendidikan yang menyelenggarakan program wajib

belajar 9 tahun atau pendidikan kesetaraan.

(4) Apabila anak tersebut di atas masih buta aksara, maka diwajibkan

untuk mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat Kegiatan

Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat.

(5) Apabila anak tersebut bekerja, atau disebut pekerja anaka (PA) atau

telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka

data anak tersebut akan didaftarkan dan disampaikan kedapa Dinas

Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota

untuk mendapatkan Program Pengurangan Pekerja Anak.

(6) Apabila anak tersebut terpaksa di jalanan, atau disebut anak jalanan

dan telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama,

maka data anak tersebut akan didaftarkan dan disampaikan kepada

Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota untuk

mendapatkan Program Kesejahteraan Sosial Anak.

c) Lansia 70 Tahun Keatas

(1) Pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang dapat dilakukan

oleh tenaga atau mengunjungi puskemas santun lanjut usia (jika

tersedia).

(2) Mengikuti kegiatan sosial (day care)

d) Penyandang Disabilitas Berat

(1) Pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan

23
(2) Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

melalui kunjungan rumah (home care).

2.1.9. Besaran Bantuan PKH

Bantuan sosial PKH pada tahun 2019 terbagi menjadi dua jenis yaitu

Bantuan Tetap dan Bantuan Komponen yang diberikan kepada RTM. Besaran

batuan PKH pada setiap komponen berbeda. Besaran bantuan untuk setiap RTM

peserta PKH mengikuti skenario bantuan yang disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1
Besaran Bantuan Komponen PKH
No Indeks Bantuan
Komponen Bantuan
. (Rp)
1. Bantuan ibu hamil/menyusui Rp 2.400.000,-
2. Bantuan anak usia dibawah 6 tahun Rp 2.400.000,-
Bantuan peserta pendidikan setara
3. Rp 900.000,-
SD/Sederajat
Bantuan peserta pendidikan setara
4. Rp 1.500.000,-
SMP/Sederajat
Bantuan peserta pendidikan setara
5. Rp 2.000.000,-
SMA/Sederajat
6. Bantuan penyandang disabilitas berat Rp 2.400.000,-
7. Bantuan lanjut usia 70 tahun keatas Rp 2.400.000,-
Sumber: Keputusan Dinas Sosial RI

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa besaran bantuan setiap komponen

berbeda-beda. Apabila besaran bantuan yang diterima RTM melebihi batas

maksimum atau dalam satu anggota keluarga memiliki lebih dari 4 komponen

yang menerima bantuan, maka bantuan yang diberikan adalah hanya 4 komponen

yang menerima bantuan. Selain itu ada bantuan tetap untuk setiap keluarga,

bantuan ini hanya diberikan pada tahap pertama setiap tahun. Dana bantuan

tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

24
1. Reguler : Rp 550.000,-/keluarga/tahun

2. PKH Akses : Rp 1.000.000,-/keluarga/tahun.

Pembayaran bantuan dilakukan empat kali dalam satu tahun yang

dijadwalkan untuk dilakukan pada tahap pertama pada bulan Januari, tahap kedua

April, tahap ketiga Juli, dan tahap keempat Oktober. Hal ini merupakan ketentuan

dari pemerintah pusat. Jadwal pembayaran pada masing-masing kecamatan yang

dipusatkan oleh Unit Pengelola Program Keluarga Harapan (UPKH)

Kabupaten/Kota setelah berkoordinasi dengan lembaga pembayaran.

Dana bantuan ini dibayarkan langsung kepada peserta PKH dengan

pendamping PKH pada lembaga pembayar yang diakses dengan kartu debit yaitu

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Pencairan dana bantuan tersebut dilakukan

secara bertahap dikarenakan jumlah peserta PKH di Kecamatan Siompu cukup

banyak. Pada saat pencairan pendamping PKH wajib memastikan kesesuaian

antara Kartu Peserta PKH dengan Kartu Identitas (KTP).

2.2. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir adalah sebuah gambaran yang isinya berupa konsep yang

menjelaskan mengenai suatu hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya.

Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah sebuah penelitian dengan membuat

konsep dengan arah tujuan penelitian yang jelas.

Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan bantuan tunai kepada

Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang

terkait dengan upaya peningkatan kualitas hidup dalam bidang pendidikan,

25
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Misi dari Program Keluarga Harapan

adalah mengupayakan perubahan perilaku dan pola pikir keluarga penerima

manfaat terhadap kesehatan anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-

anak rumah tangga sangat miskin yang pada gilirannya dapat memutus mata rantai

kemiskinan.

Bagan I

26
Kerangka Pikir

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga Harapan (PKH) Di

Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan

Pemberdayaan masyarakat
Hasil pemberdayaan Program
Program Keluarga
Keluarga Harapan
Harapan

Tahap-tahapan
pemberdayaan masyarakat: Hasil Pemberdayaan
menunjukkan pada
1. Tahap persiapan kemampuan untuk:
2. Tahap pengkajian
3. Tahap perencanaan 1. Mampu memenuhi
4. Tahap formulasi kebutuhan hidupnya
rencana aksi 2. Menjangkau sumber-
5. Tahap pelaksanaan sumber produktif
program 3. Berpartisipasi dalam
6. Tahap evaluasi pembangunan
7. Tahap terminasi

Dari hasil pemberdayaan


maka akan membentuk
Ketahanan Keluarga

1. Sistem keyakinan keluarga


2. Pola organisasi
3. Proses komunikasi

2.3. Pola Deskripsi

27
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) merupakan upaya

membantu masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga

bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara

mandiri. Presos pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kewenangan

(power), aksebilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.

Dalam upaya agar masyarakat berdaya maka memerlukan intervensi. Ada

beberapa tahapan intervensi yang direncanakan agar tercapai keberhasilan

pemberdayaan tersebut. Tahapan yang dilakukan lebih dekat sebagai upaya

pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat yang dilakukan

diharapkan berujung pada terealisasinya proses pemberdayaan masyarakat

(Zubaedi, 2007). Menurut Adi (2013) tahapan dalam proses pengembangan

masyarakat, yaitu:

1. Tahap persiapan (engangement)

2. Tahap pengkajian (assessment)

3. Tahap perencanaan alternatif kegiatan (planning)

4. Tahap formulasi rencana aksi (action plan formulation)

5. Tahap pelaksanaan program

6. Tahap evaluasi (evaluation)

7. Tahap terminasi (termination)

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

renta dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a)

28
memenuhi kebutuhan dasar sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari

kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-

sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam memperoleh pembangunan dan keputusan-

keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2005: 58).

Menurut Walsh dalam (Saefullah, dkk, Jurnal SPH.2, 2018: 120) Ketahanan

keluarga atau resiliensi keluarga merupakan kemampuan setiap keluarga dalam

bertahan menghadapi kesulitan kemudian beradaptasi dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dan mampu bangkit kembali. Bahkan menjadi kuat setelah

mengalami krisis. Ada tiga proses kunci dalam resiliensi keluarga yaitu:

o Pertama, sistem keyakinan keluarga (family belief system) yaitu

kemampuan keluarga memaknai suatu kesulitan, dan memandang positif

kesulitan tersebut sebagai suatu peluang, serta optimis terhadap masa depan

dengan bersandar terhadap keyakinan kepada Tuhan (transenden &

spritualitas).

o Kedua, pola organisasi (organization pattern) yaitu kemampuan keluarga

dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam keluarganya

(fleksibel) dan adanya keterhubungan yang baik dalam keluarga. Serta

mampu mengolah sumberdaya sosial ekonomi yang dimiliki keluarga untuk

menjadi lebih resilien.

29
o Ketiga, proses komunikasi (communication processes) yaitu adanya

kemampuan keluarga memberikan kejelasan terhadap permasalahan yang

dihadapi dan keluarga mampu berbagi perasaan, emosi yang positif dan

berempati terhadap satu sama lain, serta mampu memecahkan masalah

tersebut secara kolaboratif.

BAB III
METODE PENELITIAN

30
3.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian Program Keluarga Harapan di Desa Biwinapada

Kecamatan Siompu, Peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Penelitian

dengan pendekatan Kualitatif sangat membantu Peneliti dalam pengumpulan data

di lapangan.

Menurut Kirk dan Miller dalam (Zuriah, 2007 :19) penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasan dan peristiwanya.

Penelitian kualitatif berfokus pada analisis proses dari suatu proses berpikir

yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi dan data yang didapatkan

dilapangan. Penelitian kualitatif bertujuan juga untuk mengungkapkan suatu

masalah dalam kehidupan bermasyarakat seperti dalam organisasi pemerintahan,

swasta dan lainnya.

Menurut Sugiyono dalam (Gunawan, 2013: 81) penelitian kualitatif bersifat

tidak tetap dan dinamis karena ketika terjun ke lapangan teori akan berkembang

berdasarkan fenomena yang didapatkan peneliti. Ketika dalam melakukan

penelitian Kualitatif tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh peneliti,

yaitu (1) masalah yang telah dipersiapkan oleh peneliti ketika terjun ke lapangan

semasa penelitian berlangsung; (2) masalah yang ketika peneliti mulai

berkembang, diperluas/diperdalam akan tetapi tidak memerlukan perubahan yang

terlalu banyak hanya disempurnakan, dan (3) mengganti masalah penelitian

31
dikarenakan judul proposan dan judul penelitian tidak sama sehingga harus

disesuaikan keduanya.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau

permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu jenis sumber data yang

dimanfaatkan oleh peneliti. Pemilihan lokasi tersebut berkenaan dengan

penentuan bagian, kelompok, dan tempat dimana orang-orang terlibat didalam

kegiatan yang akan diteliti.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton

Selatan. Berdasarkan fakta empiris bahwa Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton

Selatan masih belum .

3.3. Fokus Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu “Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Siompu Kabupaten

Buton Selatan”.

3.4. Sumber Data dan Cara Menentukan Informan

3.4.1. Sumber Data

Adapun sumber data penelitian terdiri atas:

a. Data Primer

32
Menurut Hasan (2002:82) data primer adalah data yang diperoleh atau data

yang dikumpulkan langsung dilapangan dengan cara wawancara dengan orang

yang melakukan penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang-orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada

seperti bahan puskata, literatur, buku (Hasan, 2002:58).

3.4.2. Cara Menentukan Informan

Informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam sebuah

penelitian. Informan dipilih guna mendapatkan informasi sesuai dengan

permasalahan peneliti, dimana terlebih dahulu peneliti menetapkan siapa saja

informannya dan kemudian memutuskan tugas dibidang sesuai dengan tema

penelitian. Informan-informan tersebut akan diminta bertukar pikiran dengan

peneliti (Moleong, 2004:40). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

Sampling Purposive.

Menurut Moleong (2011:165) mengartikan Purposive Sampling adalah

sampel bertujuan. Kemudian didefinisikan sebagai sampel yang diambil

berdasarkan tujuan penelitian. Untuk menentukan informan peneliti memilih

informan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan topik peneliti, mereka yang

dipilihpun dianggap kridibel untuk menjawab masalah penelitian, diantaranya

yaitu:

33
1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan

permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

2. Orang tersebut bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk

menjelek-jelekkan orang lain.

3. Orang tersebut memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan yang

akan diteliti

4. Jumlah informan yang akan diteliti rencananya berjumlah 8 (delapan)

orang, yaitu diantaranya:

1. Pihak Pemerintah Kecamatan Siompu ( 1 orang)

2. Koordinator PKH Kecamatan Siompu (1 orang)

3. Pendamping PKH Kecamatan Siompu (1 orang)

4. Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH (5 orang)

3.5. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

Adapun subyek penelitian ini adalah pendamping Program Keluarga

Harapan dan Keluarga Penerima Manfaat di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton

Selatan yang menjadi sasaran pengembangan masyarakat dari Program Keluarga

Harapan. Sedangkan obyek penelitian ini adalah Program Keluarga Harapan di

Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan.

34
3.6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data Penelitian Kualitatif dalam Program

Keluarga Harapan di Kecamatan Siompu ini, peneliti melakukan teknik

pengumpulan data sebagai berikut.

Penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan kondisi perilaku dan situasi

masyarakat yang sedang diteliti disekitarnya. Berdasarkan tersebut maka tekni

pengumpulan datanya bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti

dalam mempermudah pengumpulan data penelitian seperti introspeksi, sejarah

kehidupan, hasil wawancara, observasi lapangan, perjalanan sejarah dan hasil

pengamatan visual. Menurut Matja dalam (Gunawan, 2013 : 142) dalam teknik

penngumpulan data kualitatif menggunakan teknik interaktif yang terdiri

wawancara dan pengamatan berperan, dan non interaktif berupa pengamatan tak

berperan, analisis dokumen dan arsip. Narasumber dalam pengambilan data

kualitatif adalah perilaku manusia.

Berikut teknik pengumpulan data kualitatif dengan metode observasi,

wawancara dan dokumentasi :

1) Observasi

Menurut Arikunto (2012) observasi merupakan suatu teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

pencatatan secara sistematis. Sedangkan Ruslan (2003: 54) observasi adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja

pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya, peneliti secara

langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian.

35
Selama di lapangan peneliti melakukan observasi untuk menggambarkan

secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi. Kemudian melakukan

catatan tertulis, merekam, dan menganalisis data pertama, penelitian

memfokuskan penelitian data.

2) Wawancara

Menurut Ardianto (2010: 163-164) wawancara adalah sebuah proses

memperoleh ketengan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dan responden atau orang yang di

wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Inti dari

tekni pengumpulan data dengan wawancara ini bahwa setiap penggunaan

teknik ini selalu ada beberapa wawancara responden, materi wawancara,

dan pedoman wawancara. Pewawancara adalah orang yang menggunakan

metode wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses

wawancara tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan berbagai pihak.

Agar mendapatkan data yang akurat dan valid maka peneliti melakukan

wawancara dengan :

a) Pemerintah Kecamatan Siompu

b) Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)

c) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan.

Peneliti hanya memfokuskan wawancara kepada beberapa keluarga dengan

kriteria ketua kelompok, sekretaris atau bendahara kegiatan dan keluarga

yang memiliki usaha sendiri.

36
3) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian dengan

fokus “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga Harapan

(PKH)”. Studi mencakup pencarian situs di internet yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti serta buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

4) Dokumentasi

Menurut Ardianto (2010: 167) metode dokumentasi adalah salah satu

kegiatan dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi

penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Sebagaian besar data yang

tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan, dan laporan.

Sifat utama dari bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan

waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal

yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen, dalam arti

luas termasuk monument, artefak, foto tape, mikrofon, CD dan hardisk.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti ialah analisis deskriptif yaitu

sebuah gambaran yang dilakukan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2012)

menyatakan aktifitas dalam analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

37
secara interaktif dan dilakukan terus-menerus, adapun aktifitas analisis data ialah

sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting, dan

fokus pada hal sesuai dengan tema dan polanya, sehingga data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti

untuk mengumpulkan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah peneliti melakukan reduksi data maka langka selanjutnya dengan

menyajikan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antara kategori dan sejenisnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga diteliti menjadi lebih jeals,

dapat berupa hubungan interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono 2014). Pada

tahap ini peneliti memberikan jawaban yang sesuaing dengan obyek yang diteliti.

3.7 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, sejak bulan Februari

sampai bulan April 2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tebel dibawah

ini:

38
Tabel 1.2

Jadwal Penelitian

Februari Maret April ket


No. Tahapan Kegiatan 2023 2023 2023 .

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Bimbingan dan
1
Seminar proposal

penelitian dan
2
Pengumpulan data

3 Analisi Data

Penyusunan Dan
4
Bimbingan skripsi

Seminar Hasil
5
Penelitian

6 Ujian Tutup

39
DAFTAR PUSKATA

Buku:

Idrus, Muhammad. 2009. “METODE PENELITIAN ILMU SOSIAL Pendekatan


Kualitatif dan Kuantitatif, Edisi Kedua”. Jakarta: Erlangga.

Panorama, Maya Muhajirin. 2007. “PENDEKATAN PRAKTIS METODE


PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF”. Yogyakarta: Idea Press.

Kementerian Sosial RI. 2021. “PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM


KELUARGA HARAPAN”. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Direktora
Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial. KEMENTERIAN SOSIAL RI.

Jurnal & Skripsi:

Afandi, Moh. 2020. “Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program


Keluarga Harapan (PKH) Oleh Dinas Sosial Di Kecamatan Sirimau Kota
Ambon Provinsi Maluku”. Jurnal: Program Studi Pembangunan Ekonomi
dan Pemberdayaan Masyarakat. Asdaf Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi
Maluku.

Andriyani, Mety. 2020. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga


Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat”. Skripsi:
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah.

Nurisma. 2021. “Analisis Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat


Miskin Melalui Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Simpang Kota
Medan, Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu”. Skripsi: Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas
Islam Negeri Sultan Kasim Riau Pekanbaru.

Sangadah, Hoerunni’mati. 2020. “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI


PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI (Studi Kasus di Desa Karangnangka, Kecamatan
Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas)”. Skripsi: Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto.

40
Pratiwi, Desi. 2020. “ EFEKTIVITAS PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DITINJAU DARI EKONOMI
ISLAM (Studi Pada Peserta PKH Desa Kedaton I Kec. Batanghari Nuban
Kab. Lampung Timur)”. Skripsi: Jurusan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Arif Citra Permana, Cahyo Sastima, Cakti Indra Gunawan, 2018. “Implementasi
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program Keluarga Harapan Untuk
Memutus Rantai Kemiskinan Di Kota Malang (Studi di Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang)”. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
MADANI Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan. Vol 10 No. 2 (2018);
e-ISSN 2620-8857;p-ISSN 2085-143X.

Maulida Rachma, Yusuf Hidayat, Laila Azkia. 2022. “Hambatan Pelaksanaan


Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Peningkatan Kesejahteraan
Sosial Masyarakat Di Kelurahan Pelambuan Kota Banjarmasin”.
Pendidikan Sosiologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Lambung Mangkurat. PADARING : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Antropologi. ISSN : 2549-2764. ISSN : 2775-9148. Vol, 4 No. 2 Mei 2022.

Rizki, Muftahul. 2021. “Dampak Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap


Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Dalam Meningkatkan Pendidikan Di
Desa Teluk Pauh Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi”.
Program Studi Sosiologi, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau. JOM FISIP VOL. 8: Edisi II Juli-Desember 2021.

Darmiyanti, Reza. 2022. “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)


Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2016-
2020”. Jurnal Dinamik Pemerintah. Vol. 1, No. 1 (September 2022).

Zulkifli, Suadi, Alwi. 2021. “Penyalahgunaan Bantuan PKH: Motif dan Dampak
(Studi Kasus di Gampong Bluka Teubai Kecamatan Dewantara Kabupaten
Aceh Utara)”. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI), 2(2), 101-110, Juli
2021.

Suprayogo, Dhino. 2021. “Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten
Bojonegoro”. Skripsi: Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Malang.

41
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Tim Nasional Percapatan Dan Penanggulangan Kemiskinan. “Program Bantuan


Untuk Individu, Keluarga dan Kelonpok Tidak Mampu Menuju Bantuan
Sosial Terintegrasi”. (Sekretarian Wakil Presiden RI) 2018.
www.Tnp2k.go.id

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang


Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

42
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH)


Di Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan

Tujuan : Menggali informasi mengenai profil, proses pemberdayaan


kegiatan Program Keluarga Harapan (PKH)
Informan : Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)

a. Identitas Wawancara

1. Nama lengkap :
2. Alamat tinggal :
3. Tanggal lahir :
4. Jenis kelamin :
5. Pendidikan :

b. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama menjadi pendamping PKH?


2. Alasan/motivasi menjadi pendamping PKH?
3. Kegiatan lain selain menjadi pendamping PKH?
4. Apa saja kegiatan dan tanggungjawab pendamping PKH?
5. Sasaran dari PKH itu kriterianya seperti apa?
6. Bagaimana proses pemberdayaannya?
7. Kegiatan pemberdayaan apa saja yang ada di PKH?
8. Bagaimana respon dan partisipasi masyarakat terhadap PKH ini?

43
PEDOMAN WAWANCARA

Pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di


Kecamatan Siompu Kabupaten Buton Selatan

Tujuan : Menggali informasi mengenai hasil pemberdayaan


Informan : Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

a. Identitas Wawancara

1. Nama lengkap :
2. Alamat tinggal :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :

b. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama menjadi KPM?


2. Apakah proses kegiatan pemberdayaan dari PKH dirasakan mudah oleh ibu?
3. Apa yang di persiapkan saat menerima bantuan PKH?
4.

44

Anda mungkin juga menyukai