Anda di halaman 1dari 4

Keterbukaan Informasi Publik demi Terwujudnya Tata Kelola

Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

Reynaldi Zulvaryan (1806178822)

Manajemen Rekod dan Arsip 2018 Vokasi Universitas Indonesia

A. Pendahuluan

Dewasa ini, dunia telah memasuki era masyarakat informasi (information society) dan
tentunya tak terkecuali Indonesia. Dalam era masyarakat informasi, manusia dalam
kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh informasi, mulai dari penciptaan, pengelolaan,
hingga penyebarluasan informasi. Tentunya hal tersebut juga akan mempengaruhi
perkembangan teknologi informasi yang saling beriringan demi memudahkan penciptaan,
pengelolaan, dan penyebarluasan informasi itu sendiri kepada masyarakat secara umum dan
luas.

Tidak hanya individu saja tentunya yang menghasilkan informasi,


pemerintahan/badan publik juga pasti akan menghasilkan informasi dalam proses
keberlangsungan negara mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat atau
nasional. Informasi-informasi yang dihasilkan oleh pemerintahan/badan publik tersebut
kemudian lebih dikenal dengan istilah informasi publik.

Kebebasan informasi mulai serius dan makin banyak disorot oleh masyarakat
Indonesia untuk meminta pertanggungjawaban negara apa yang telah dilakukan kepada
mereka, akhirnya mulai banyak tuntutan untuk membuka informasi-informasi publik tersebut
secara luas. Hingga pada akhirnya tahun 2008, DPR secara resmi mengesahkan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. UU tersebut terbit
guna mengharapkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu juga keterbukaan informasi publik merupakan acuan bagi
Negara Indonesia yang memiliki dasar pemerintahan yang demokratis berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 28F yang berisi “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu elemen penting dalam
mewujudkan good governance dikarenakan pemerintahan yang tertutup sangat rawan terjadi
penyalahgunaan hingga pada akhirnya dapat menimbulkan korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN). Tujuan dari keterbukaan informasi publik ini juga sebagai kontrol oleh masyarakat
kepada pemerintah/badan publik dalam proses pengambilan keputusan, sehingga masyarakat
dapat merasa terlibat langsung dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang mungkin akan
berpengaruh baik secara langsung maupun secara tidak langsung kepada pribadi, lingkungan,
maupun secara luas sebagai Warga Negara Indonesia.

B. Isi

Sebagai negara hukum dan negara demokrasi, Indonesia seharusnya berjalan


berdasarkan amanat rakyat. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara, pemerintah
bertanggungjawab kepada rakyat. Segala informasi yang dihasilkan dalam hal
penyelenggaraan negara merupakan milik rakyat.

Dalam Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2008 tentang KIP diatur terkait penyelenggaraan
informasi publik, yaitu : Pada dasarnya informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses
oleh setiap pengguna informasi, kecuali untuk informasi yang dirahasiakan sebagaimana
diatur oleh undang-undang, kepatutan dan kepentingan umum yang didasarkan pada
pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada
masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan pertimbangan untuk melindungi
kepentingan yang lebih besar. Setiap informasi publik harus dapat diperoleh oleh setiap
pemohon informasi publik dengan cepat, tepat waktu, biaya ringan dan cara sederhana.

Keterbukaan akan informasi publik merupakan suatu kewajiban setiap badan publik
yang mana meliputi lembaga eksekutif, yudikatif, legislatif, serta penyelenggara negara
lainnya yang mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan termasuk juga yaitu organisasi
nonpemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti
lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau
menggunakan dana yang mana sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN atau APBD,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

Dalam penerapan dan pengimplementasian UU No. 14 Tahun 2008 tentang KIP di


lapangan tentunya masih banyak hambatan maupun kekurangan, seperti yang pertama adalah
masih kurangnya pemahaman terkait regulasi tentang KIP sehingga belum terciptanya standar
operasional prosedur (SOP) yang baku dan jelas. Yang kedua adalah kurangnya sosialisasi
sehingga penerapan regulasi masih kurang efektif. Yang ketiga adalah keterbatasan
pembiayaan anggaran baik untuk prasarana, sarana, maupun sumber daya manusia (SDM).
Yang keempat adalah kurangnya pegawai/SDM sehingga dalam pelaksaan, beban kerja
dirasa terlalu besar. Dan yang terakhir adalah partisipasi dan pemahaman dari masyarakat itu
sendiri yang bahkan masih banyak yang belum tahu terkait keterbukaan informasi publik
maupun UU No. 14 Tahun 2008.

Lalu apabila berbicara tentang informasi publik tentunya kita tidak dapat
memisahkannya dengan arsip, karena arsip merupakan rekaman dari suatu informasi yang
dapat berfungsi sebagai alat bukti hukum yang sah. Keberhasilan dalam penerapan UU KIP
harus didukung sistem manajemen kearsipan yang baik dan diterapkan di seluruh organisasi
badan publik. Selain itu, harus didukung oleh perubahan budaya dalam badan publik untuk
menjadi lebih terbuka dan transparan kepada masyarakat. Tanpa proses manajemen kearsipan
yang efektif & efisien, pemerintah tidak dapat menyediakan akses informasi yang dibutuhkan
masyarakat dan penerapan keterbukaan informasi publik menjadi tidak maksimal.

C. Penutup

Pelaksanaan keterbukaan informasi publik merupakan perwujudan adanya tata


pemerintahan yang baik (good governance). Keberadaan UU KIP memberikan pencerahan
dalam penyelenggaraan negara atau pemerintahan dan jaminan kepastian hukum terhadap hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan turut serta mengontrol
penyelenggaraan negara atau pemerintahan.

Badan publik harus segera menyelesaikan hambatan maupun kekurangan dalam


penerapan dan pengimplementasian KIP, seperti contohnya melakukan sosialisasi dengan
frekuensi yang lebih masif, pengajuan anggaran maupun pengajuan pegawai semaksimal
mungkin agar proses berjalan lancar dalam penerapan dan pengimplementasian KIP di
lapangan.

Manajemen pengelolaan kearsipan yang baik dapat membantu pengelola informasi


publik di badan publik untuk lebih teratur dalam pemberian informasi publik sesuai
kebutuhan permintaan masyarakat dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yaitu UU KIP dan UU Kearsipan.
Sumber Referensi

Febriananingsih, N. (2012). Keterbukaan informasi publik dalam pemerintahan terbuka


menuju tata pemerintahan yang baik. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional, 1(1), 135-156.

Prabowo, R. D., Manar, D. G., & Adhi, S. (2014). Implementasi undang-undang keterbukaan
informasi publik dalam upaya mewujudkan good governance (kajian tiga badan publik:
Bappeda, Dpkad Dan Dinas Pendidikan Kota Semarang). Journal of Politic and Government
Studies, 3(3), 187-195.

Retnowati, E. (2012). Keterbukaan informasi publik dan good governance (antara das sein
dan das sollen). Perspektif, 17(1), 54-61.

Safitri, D. (2019). PERANAN PENGELOLA REKOD DAN ARSIP ORGANISASI PADA


LAYANAN INFORMASI PUBLIK: KEWAJIBAN ORGANISASI PUBLIK
MENGHADIRKAN PPID. Jurnal Vokasi Indonesia, 7(1).

Susanto, E. H. (2015). Undang-undang keterbukaan informasi publik dan penyelenggaraan


pemerintahan. Komunikator, 5(01).

Wahyuningsih, D., & Pranoto, E. (2020). KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK


DALAM AKSES LAYANAN ARSIP. MAGISTRA Law Review, 1(01), 31-42.

Anda mungkin juga menyukai