Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Pelayanan Publik
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelas A Semester IV
Kelompok 11
2018/2019
KATA PENGATAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan Makalah Teori Pelayanan
Publik ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan Allah SWT.
Makalah ini disusun demi memenuhi tugas mata kuliah Teori Pelayanan Publik dan
kami sajikan dalam berbagai sumber informasi dan referensi. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kelemahan dan kekurangan dari segala isinya, baik
bahasan, penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran khususnya dari Dosen mata kuliah yang bersangkutan agar menjadi bekal untuk bisa
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………..………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..………………..…….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….……....……………1
A. Latar Belakang………………...…………………………….……..………………….1
B. Rumusan Masalah……………...…………………………....………..……………….1
C. Tujuan……………………...……………………………..…………..………………..1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...…………………………..15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan informasi publik?
2. Bagaimana informasi publik?
3. Bagaimana badan publik: peran koordinasi dan komunikasi?
4. Bagaimana layanan informasi publik berbasis E-Government?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pelayanan informasi publik.
2. Untuk mengetahui informasi publik.
3. Untuk mengetahui badan publik: peran koordinasi dan komunikasi.
4. Untuk mengetahui layanan informasi publik berbasis E-Government.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu ciri era demokratisasi yang sudah maju adalah keterbukaan
informasi. Keterbukaan tersebut telah menjadi tuntutan zaman dan kebutuhan
masyarakat seiring dengan proses demokratisasi itu sendiri, transparansi, dan hak
asasi manusia. Keterbukaan informasi ini pulalah yang menjadi penciri dari
penyelenggaraan Good Governance yang diimpikan masyarakat Indonesia.
2
Kehadiran suatu kebijakan berupa UU No.14/ 2008 banyak menimbulkan
‘kekhawatiran dan kepanikan’ sejumlah birokrasi di badan publik. Kekhawatiran itu
cukup beralasan karena beberapa hal. Pertama, informasi yang apabila diberikan
secara terbuka kepada publik dapat membahayakan negara, menimbulkan persaingan
usaha yang tidak sehat, berkaitan dengan privasi seseorang, rahasia jabatan, serta
belum dikuasainya dan didokumentasisikannya informasi yang dibutuhkan
masyarakat.
B. Informasi Publik
Informasi berbeda dengan data. Umumnya kita sering merancu kedua istilah
tersebut. Zulkifli Amsyah (2002:2) membedakan antara informasi dan data. Informasi
adalah data yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan
tertentu. Data adalah fakta yang sudah tertulis dalam bentuk catatan atau direkam ke
dalam berbagai bentuk media (computer).
3
Sedangkan Indrajit (2002) mengungkapkan bahwa informasi adalah hasil dari
pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih bila
dibandingkan dengan data mentah. Data dapat dikatakan memiliki nilai informasi bila
ia dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Artinya, seseorang akan bergerak untuk
berperilaku sesuai dengan maksud dan tujuan.
Ciri – ciri informasi sebagai sumber yang baik dan berkualitas tersebut dapat
memberikan manfaat tidak hanya bagi seseorang, masyarakat, tetapi juga organisasi
profit ataupun non-profit. Karenanya informasi tersebut harus dikelola dan disimpan
dengan baik sehingga mudah ditelusuri jika diperlukan. Kualitas informasi tersebut
tentu akan sangat membantu bagi pengakses dalam mengambil sebuah keputusan
yang cepat, tepat, rasional, dan bijak. Pula, tidak lagi mendasarkan diri pada hal-hal
yang bersifat intuitif ataupun berdasarkan pengalaman belaka. Meskipun yang kedua
ini terkadang diperlukan sebagai dasar pijakan sebagai bahan pertimbangan.
4
Begitu pentingnya informasi publik, setiap orang berhak untuk mengaksesnya.
Terlebih lagi bahwa hak seseorang untuk memperoleh informasi publik tersebut telah
dijamin dan diatur dalm Undang-Undang keterbukaan informasi publik No 14/2008.
Bahwa hak memperoleh informasi publik merupakan hak asasi manusia.
Pembicaraan masalah kualitas dalam konteks ini tidak hanya mengacu pada
informasi itu sendiri tetapi juga hal pelayanan. Kemudian, siapakah sebenarnya yang
berkepentingan dalam memberikan layanan informasi yang berkualitas kepada
publik? Tentu, jawabannya adalah badan publik.
5
Selain memiliki prinsip tersebut, lembaga layanan informasi juga harus
mampu memenuhi persyaratan umum, yaitu 1) mengidentifikasikan proses sistem
manajemen mutu yang diperlukan serta menerapkannya ke seluruh organisasi, 2)
menentukan interaksi dan urutan dari proses tersebut , 3) menetapkan kriteria dan
metode untuk menjamin efektivitas operasi dan pengendalian proses tersebut, 4)
menjamin ketersediaan sumber daya dan informasi untuk mendukung operasi dan
monitoring proses tersebut, 5) melaksanakan pemantauan, penilaian, dan analisis
kinerja proses tersebut, dan 6) melaksanakan tindakan untuk menjamin pencapaian
rencana dan perbaikan berkelanjutan.
Yang tidak kalah pentingnya dalam pelayanan adalah masalah kewajaran dan
kepastian. Kewajaran yang dimaksudkan adalah keterjangkauannya biaya pelayanan
yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan kepastian
dalam hal ini bisa berwujud biaya dan jadwal pelayanan.
6
Kepastian biaya pelayanan adalah keseluruhan antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan dan yang dimaksudkan dengan kepastian jadwal
pelayanan itu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan waktu pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
7
Dalam peraturan perundangan memang menghendaki semacam itu, yaitu
komunikasi langsung. Namun demikian apakah pelayanan tersebut sudah efektif?
Inilah tantangan yang dihadapi dan harus segera dicarikan solusi alternatifnya untuk
mewujudkan tatanan pemerintahan yang lebih baik (Good Governance).
Terdapat dua kutub yang saling bertentangan dalam layanan informasi namun
saling melengkapi, yaitu kutub manual dan kutub elektronik. Berbeda dengan kutub
layanan manual seperti yang telah dijelaskan, kutub elektronik lebih mengedepankan
layanan informasi lewat media internet atau yang dikenal dengan e-government.
Lewat media e-government, semua informasi dapat diunduh masyarakat tanpa harus
melakukan antrian panjang dan direpotkan oleh birokrasi yang “berbelit-belit” serta
tidak tersekat oleh batasan ruang dan waktu.
8
Sementara layanan informasi publik berbasis e-government menunjukkan kualitas
yang sedikit lebih baik ketimbang yang masih bersifat manual.
Dikatakan “sedikit lebih baik” karena masih terdapat gap antara manajemen
layanan dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Terjadinya gap tersebut juga
dikarenakan tidak maksimalnya koordinasi di antara institusi yang ada dalam
melakukan kerjasama secara elektronik. Hal ini diperkuat dengan temuan fakta
empiris yang membuktikan bahwa peran koordinasi di antara dinas-dinas terkait
sangat lemah dan lambat (Kasiyanto, 2009). Bahkan model kerjasama jaringan
informasi antarlembaga pemerintah tidak ada standarisasi. Kerjasama yang dilakukan
selama ini cenderung atas dasar permintaan untuk melaksanakan tugas.
9
D. Layanan Informasi Publik Berbasis E-Gov
Yang terpenting dalam layanan informasi publik adalah tidak hanya sekedar di
displaykan melalui media elektronik, e-government, ataupun lainnya tetapi juga harus
bisa direspon jika ada konstituen (pengakses resmi) yang meminta jasa layanan
informasi tersebut. Dalam konteks ini, ada semacam proses interaksi antara pihak
pemberi dan penerima yang dapat dinikmati masyarakat pengguna jasa. Semua harus
berjalan secara kontinum dan memiliki nilai plus yakni aman, mudah, dan murah.
10
Hadirnya konvergensi teknologi informasi dalam paradigma e-Government
dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memampukan masyarakat untuk
memperoleh informasi ataupun berkomunikasi secara interaktif. Dalam hal ini
kualitas dan produktivitas menjadi sangat penting bagi masyarakat.
11
2. Interact, yaitu sebuah komunikasi dua arah, terdapat dua jenis aplikasi yang bisa
digunakan yaitu pertama bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas
searching bagi mereka yang ingin mencari data, dan yang kedua pemerintah
menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit –
unit yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Transact, yaitu interaksi dua arah dimana terjadi sebuah transaksi yang
berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya.
12
Interaksi satu arah bisa berubah fasilitas men-download formulir yang
dibutuhkan. Pemrosesan atau pengumpulan formulir secara online merupakan contoh
interaksi dua arah. Sedangkan pelayanan elektronik penuh berupa pengambilan
keputusan dan delivery (pembayaran).
Terdapat dua model layanan informasi publik yang dapat digunakan oleh
setiap badan publik untuk memberikan layanan informasi. Yaitu model manual dan
elektronik. Prinsip yang harus tetap dikedepankan adalah kualitas informasi itu sendiri
dan pelayanan. Model elektronik government tidaklah harus berupa CMC
(communication mediated computer) tetapi dapat diawali dengan teknologi yang
familiar dengan masyarakat, seperti telepon ataupun HP. Yang terpenting lagi adalah
peran koordinasi dan kerjasama dalam agregasi, pengelolaan, dan diseminasi
informasi yang dilakukan oleh badan publik. Pola koordinasi dan kerjasama tersebut
tidak hanya sebatas pada hubungan kerja tetapi harus sebagai sebuah sistem yang
holistik.
13
BAB III
SIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, Deddy. (2016). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung : Alfabeta.
15