Anda di halaman 1dari 7

PENUGASAN PERORANGAN & KELOMPOK

LATSAR CPNS AGENDA II

Nama Kelompok : Rantai Emas (Kelompok 2)


Anggota :
1. Tesyar Jamaludin Afan, A.Md.Kes NIP. 199704162020121007
2. Irma Noviana Rizqi, A.Md.KG NIP. 199411302020122027
3. Alfannur Isnaini, A.Md NIP. 198506072020122003
4. Umi Sutaksih, A.Md.Gz. NIP. 199105022020122018
5. Anik Qodriyati, A.Md. NIP. 198803082020122005
6. Monika Indah Sari, A.Md. NIP. 199505152020122011
7. Rizka Naila Shofa, AMKG NIP. 199302282020122018
8. Kartika Peni Kapindo, A.Md. NIP. 199009292020122021
9. Isna Fitri Annisa, A.Md.Kes(Rad) NIP. 199709232020122020
10. Sholichatun Annisa, A.Md.Kep NIP. 199807042020122011

Latsar CPNS Angk : LX


Tempat Latsar : BLK Bangsri Karanganyar

A. Carilah kasus/masalah yang ada di lingkungan organisasi ataupun di lingkungan


masyarakat ataupun dari media. Kasus yang diambil terkait pelayanan publik : Pendidikan,
Kemiskinan, Kesehatan, Infrastruktur, Transportasi masal, dll.

Rangkaian Lengkap Kasus Bansos COVID-19 Berujung Mensos Tersangka KPK

Jakarta - Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara menjadi tersangka dalam


kasus pengadaan bansos COVID-19. KPK membeberkan awal mula kasus yang
menjerat Mensos Juliari Batubara.
Ketua KPK Firli Bahuri menjelaskan, kasus ini diawali adanya pengadaan barang berupa
bansos penanganan COVID-19 berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI tahun 2020
dengan nilai kurang lebih Rp 5,9 triliun dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan sebanyak 2
periode.
Pada tahapan ini, Mensos Juliari Batubara menunjuk Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono
sebagai pejabat pembuat komitmen dalam proyek bansos COVID-19 dengan cara penunjukan
langsung rekanan. KPK menduga ada kesepakatan sejumlah fee dari penunjukan rekanan
pengadaan bansos COVID-19 ini.
"Saudara JPB selaku Menteri Sosial menunjuk MJS dan AW sebagai PPK dalam
pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukan langsung para rekanan dan diduga
disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus disetorkan para
rekanan kepada Kementerian Sosial melalui MJS," ujar Firli dalam konferensi pers di gedung
KPK, Jl Kuningan Persada, Jakarta, Minggu (6/12/2020) dini hari.
Firli mengatakan, untuk fee tiap paket Bansos disepakati oleh Matheus Joko Santoso dan Adi
Wahyono sebesar Rp 10 ribu per paket sembako dari nilai Rp 300 ribu per paket bantuan
sosial. Keduanya melakukan kontrak pekerjaan dengan suplier yang salah satunya PT RPI
yang diduga milik Matheus Joko Santoso.
"Selanjutnya, MJS dan AW pada bulan Mei sampai dengan November 2020 dibuatkan kontrak
pekerjaan dengan beberapa suplier sebagai rekanan yang di antaranya AIM, HS dan juga PT
RPI yang diduga milik MJS," kata Firli.
Firli mengatakan, penunjukan PT RPI sebagai salah satu rekanan tersebut diduga
diketahui oleh Mensos Juliari Batubara dan diketahui juga dilakukan oleh Adi Wahyono. Pada
paket bansos COVID-19 periode pertama, diduga diterima fee miliaran Rupiah dan turut
diterima Mensos Juliari Batubara.
"Pada pelaksanaan paket Bansos sembako periode pertama diduga diterima fee kurang lebih
sebesar Rp 12 Miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS kepada JPB melalui
AW dengan nilai sekitar Rp 8,2 miliar," ujar Firli.
Firli menerangkan, pemberian uang tersebut selanjutnya dikelola oleh Eko dan Shelvy
selaku orang kepercayaan Mensos Juliari Batubara untuk digunakan membayar berbagai
kebutuhan pribadi Mensos. Ada uang sekitar Rp 8,8 miliar yang diduga dipakai untuk keperluan
Mensos Juliari Batubara.
"Untuk periode kedua pelaksanaan paket Bansos sembako, terkumpul uang fee dari bulan
Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020 sejumlah Rp 8,8 miliar yang juga diduga akan
dipergunakan untuk keperluan saudara JPB," ucap Firli.
Pada kasus ini, KPK menetapkan 5 orang tersangka, antara lain:
Sebagai Penerima
1. Mensos Juliari Peter Batubara
2. Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos Matheus Joko Santoso
3. Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos Adi Wahyono
Sebagai Pemberi
1. Ardian I M (Swasta)
2. Harry Sidabuke (swasta)
Mensos Juliari Batubara disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b
atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Artikel ini telah tayang di detiknews.com dengan judul “Rangkaian Lengkap Kasus Bansos
COVID-19 Berujung Mensos Tersangka KPK”

Klik untuk baca : https://news.detik.com/berita/d-5283363/begini-rangkaian-lengkap-kasus-


bansos-covid-19-berujung-mensos-tersangka-kpk/1

Penulis : Tim detik.com

Editor : Tim detik.com


B. Bacalah / Cermati setiap kasus dengan teliti dan rumuskan analisis kasusnya dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Deskripsi Kasus
a. Deskripsi rumusan kasus dan/atau masalah pokok, dalam berita “Begini Rangkaian
Lengkap Kasus Bansos COVID-19 Berujung Mensos Tersangka KPK”
Masalah utama yang terdapat dalam berita tersebut adalah kasus korupsi
pengadaan Bansos covid 19 yang menjerat Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter
Batubara. Kasus tersebut diawali adanya pengadaan barang bansos penanganan
covid 19 berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI tahun 2020 dengan nilai
kurang lebih Rp 5,9 triliun dengan dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan
sebanyak 2 periode. KPK menduga ada kesepakatan sejumlah fee dari penunjukan
rekanan pengadaan bansos COVID-19 ini. Untuk fee setiap paket bansos disepakati
sebesar Rp 10 ribu per paket sembako dari nilai Rp 300 ribu per paket bantuan
sosial.
Dari potongan fee per paket pada periode pertama tersebut Mensos Juliari
Peter Batubara diduga menerima fee sebesar Rp 12 Miliar rupiah dan uang
sebanyak Rp 8,2 miliar yang diterima dari Matheus Joko Santoso (Pejabat
Pembuat Komitmen Kemensos) kepada Juliari Peter Batubara melalui Adi Wahyono
(Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos). Uang yang diduga merupakan hasil dari
korupsi pada periode kedua selanjutnya dikelola oleh Eko dan Shelvy selaku orang
kepercayaan Mensos. Uang sebesar Rp 8,8 Miliar diduga digunakan untuk
keperluan Mensos.

b. Aktor yang terlibat dan peran setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus
“Begini Rangkaian Lengkap Kasus Bansos COVID-19 Berujung Mensos Tersangka
KPK”
Aktor yang terlibat dalam kasus tersebut antara lain:
1) Mensos Juliari Peter Batubara (sebagai penerima dana hasil korupsi fee
pengadaan bansos covid 19)
2) Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos Matheus Joko Santoso (pemilik PT.
RPI dan sebagai PPK pelaksana proyek pengadaan bansos covid 19)
3) Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos Adi Wahyono (sebagai perantara
pembagian uang dana hasil korupsi fee pengadaan bansos covid 19 secara
tunai kepada Mensos Juliari Peter Batubara)
4) Eko dan Shelvy sebagai orang kepercayaan Mensos Juliari Peter Batubara
untuk mengelola uang dana hasil korupsi fee pengadaan bansos covid 19.
2. Analisis Kasus
Nilai-nilai Dasar
No Bentuk Pelanggaran Dampak di Timbulkan
ASN (ANEKA)
a. Tidak transparan dalam
pengelolaan dana
pengadaan bansos covid
19,
1 Akuntabilitas b. Tidak tanggung jawab
terhadap tugas
jabatannya a. Masyarakat tidak bisa
c. Tidak mendiskripsikan ciri mendapatkan haknya secara
dari ASN penuh
b. Kekayaan negara tidak bisa
Tidak sesuai sila pancasila di salurkan secara efektif dan
2 Nasionalisme ke 5 “Keadilan Sosial Bagi efisien
Seluruh Rakyat Indonesia” c. Meningkatnya tindakan
kriminalitas
Tidak menyalurkan dana d. Meningkatnya kemiskinan
bansos covid 19 yang e. Hilangnya kepercayaan
3 Etika Publik
seharusnya diterima oleh masyarakat terhadap kinerja
masyarakat pemerintah
Memangkas anggaran paket f. Bagi pelaku dan anggota
bansos sehingga nilainya keluarga lainnya
4 Komitmen Mutu lebih kecil dari yang mendapatkan sanksi sosial
seharusnya diterima oleh dari masyarakat
masyarakat
Tidak menerapkan nilai-nilai
anti korupsi antara lain jujur,
5 Anti Korupsi peduli, mandiri, disiplin,
tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani, adil.
3. Deskripsi Gagasan-Gagasan Kreatif dan Inovatif Upaya Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan Konteks Deskripsi Kasus
Sepandi-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga.
Begitu kata pepatah. Karena memang tidak ada kejahatan yang sempurna. Kebohongan
dan kecurangan, meski disembunyikan suatu saat akan terbongkar juga. Apa lagi kasus
yang menjerat Mensos Juliari peter Batubara merugikan negara dengan nilai yang
sangat besar.
Maka, supaya kejadian serupa tidak terulang kembali, menurut kami harus ada
perbaikan di banyak hal. Dalam kasus ini, tokoh yang tersandung adalah kelas nasional
bahkan tataran internasional. Sehingga gagasan alternatif yang kami ajukan adalah
berupa memberi hukuman berat sekaligus membangun supremasi hukum yang kuat dan
memanfaatkan teknologi pada sistem.
Memberikan hukuman berat pada koruptor akan memunculkan efek jera. Hal ini juga
dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang serupa.
Selain itu kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan. Ketika hukum
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kepercayaan pubik akan hilang.
Dengan membangun supremasi hukum yang kuat, maka pelaku koruptor tidak
menemukan celah untuk melancarkan aksi mereka. Membangun supremasi hukum
yang kuat adalah dengan memberlakukan hukuman secara adil tanpa pilih kasih
sehingga tidak ada lagi manusia yang kebal hukum.
Selain itu, teknologi digital kini berkembang dengan pesat. Teknologi juga dapat
digunakan untuk mempermudah sistem birokrasi. Baik di pemerintahan, perusahaan,
bisnis maupun lembaga pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi makasetiap
aktifitasdapat dipantau sehingga meminimalisir kesempatan untuk melakukan korupsi.
Pemanfaatan digitalisasi juga memungkinkan adanya sinkronitas secara riil dan
transparan antara penanggungjawab, penyalur hingga penerima bantuan sosial.

Anda mungkin juga menyukai