KELOMPOK 2 ANGKATAN 1
Dibuat Oleh :
Ketua : Apt. Muhammad Faishal Akbar, S. Farm
Anggota : dr. Devona Azaria Mardatilla
dr. Nadya Nurbany Rafman
Novita Rose Marisi Pardede, S.T.
Azra Winanda Putra, S.Kom.
dr. Nurhabib
dr. Putri Sari Sumarty Meliala
Apt. Athika Pratiwi, S.Farm
drg. Helni Rahma Yulia
drg. Safriani Sitompul
Apt. Oktrian Rizky Rosa, S.Farm
2. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma
yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how things are
done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau
bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS.
Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan
sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut,
PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-
nilai akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku PNS dengan mengedepankan
kepentingan publik, imparsial, dan berintegritas.
3. Mekanisme Akuntabilitas
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini
dapat diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk
perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara
lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai
menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
2. Akuntabilitas proses (process accountability) terkait dengan: apakah prosedur
yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal
kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan
prosedur administrasi? Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian
pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan
akuntabilitas proses dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan
nepotisme.
3. Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas ini dapat
memberikan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan
Apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan
biaya minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). Akuntabilitas ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
B. KOMPETEN
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi:
1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang
teknis jabatan;
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal,
baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan
penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan
peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai
dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut. Dalam penentuan
kebutuhan pengembangan kompetensi, ia juga selayaknya mempertimbangkan aspek
pengembangan karier pegawai. Dalam konteks ASN, terdapat dua jalur
pengembangan karir pegawai, yaitu jalur struktural/ kepemimpinan (Jabatan Pimpinan
Tinggi dan jabatan Administrasi) dan jalur fungsional atau profesional.
Untuk jalur struktural, ASN lebih ditekankan memiliki kompetensi view
organisasi yang luas, semakin tinggi jabatannya, kemampuan view organisasinya
harus lebih luas, meliputi kemampuan kepemimpinan termasuk teknisnya itu sendiri.
Sementara itu untuk jalur fungsional sebagai jalur keahlian profesional, semakin
tinggi jabatannya tuntutan kompetensi teknisnya semakin dalam (in depth). Dengan
kata lain, bagi pemangku jabatan struktural, yang dituntut yaitu kemampuan
kepemimpinan dan kemampuan teknisnya lebih lebar (generalist), dengan
kedalamnya cenderung lebih rendah, dibandingkan dengan jabatan profesional,
karena yang banyak dituntut lebih kepada kemampuan kepemimpinannya.
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6070128/asn-makassar-bolos-kerja-6-
bulan-baru-diproses-sanksi-saat-ketahuan-danny
Artikel diatas membahas tentang Seorang aparatur sipil negara (ASN)
lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar yang ketahuan bolos enam bulan
kerja baru akan diproses sanksinya. Pegawai tersebut baru diketahui Wali
Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto saat melakukan inspeksi
mendadak (sidak).
1. Pegawai yang kedapatan bolos 6 bulan dilaporkan bernama sdr Koslan, staf
fungsional di Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Makassar
2. Sdr Koslan, ASN di Kesbangpol Makassar mangkir enam bulan kerja diketahui
hanya sekadar mengisi absen tetapi tidak masuk kantor
3. Sudah diberi teguran tetapi masih tidak kooperatif dan tidak disiplin
4. Sulit ditindak (dilaporkan) karena absensi kehadiran tidak kosong (pemalsuan
absensi)
5. Sdr Koslan tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan sebagai ASN
6. Sdr Koslan mencoreng nama baik ASN dan Kesbangpol Makassar
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180608142937-192-304588/pns-dan-
guru-dilaporkan-terbanyak-sebar-hoaks-di-medsos
Artikel diatas membahas tentang hasil rilis Badan Kepegawaian Negara
(BKN) yang menerima pengaduan soal Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga guru
karena diduga menyebarkan ujaran kebencian dan berita palsu di media sosial
macam Facebook dan Twitter, dimana terbanyak berprofesi sebagai dosen ASN,
kemudian diikuti oleh PNS Pemerintah Pusat, PNS Pemerintah Daerah dan guru.
Pengaduan yang bermuatan hoaks dan ujaran kebencian itu disertai dengan
lampiran unggahan di media sosial macam Facebook dan Twitter. Selain itu, ada
pula yang diduga menjadi simpatisan organisasi yang dilarang pemerintah.
Maka dari itu, untuk membantu Pemerintah memberantas penyebaran
berita palsu (hoax) dan ujaran kebencian bermuatan suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) yang berpotensi sebagai sumber perpecahan bangsa,
Badan Kepegawaian Negara (BKN) menegaskan bahwa Aparatur Sipil Negara
(ASN) diminta menjalankan fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa
sebagaimana diamanatkan dalam Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN.
b. Bentuk Penyimpangan dan kaitan dengan perspektif akuntabilitas dan
kompeten
Berikut bentuk penyimpangan ASN terkait aktivitas ujaran
kebencian dan Hoax yang masuk dalam kategori pelanggaran disiplin:
1. Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis lewat media
sosial yang bermuatan ujaran kebencian terhadap Pancasila, Undang‐
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
NKRI, dan Pemerintah;
2. Menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis lewat media
sosial yang mengandung ujaran kebencian terhadap salah satu suku,
agama, ras, dan antargolongan;
3. Menyebarluaskan pendapat yang bermuatan ujaran kebencian (pada poin 1
dan 2) melalui media sosial (share, broadcast, upload, retweet, repost
instagram dan sejenisnya);
4. Mengadakan kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina,
menghasut, memprovokasi, dan membenci Pancasila, Undang‐Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI,
dan Pemerintah;
5. Mengikuti atau menghadiri kegiatan yang mengarah pada perbuatan
menghina, menghasut, memprovokasi, dan membenci Pancasila,
Undang‐ Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, NKRI, dan Pemerintah;
6. Menanggapi atau mendukung sebagai tanda setuju pendapat
sebagaimana pada poin 1 dan 2 dengan memberikan likes, dislike, love,
retweet, atau comment di media sosial.
ASN yang terbukti melakukan pelanggaran pada poin 1 sampai 4
dijatuhi hukuman disiplin berat dan ASN yang melakukan pelanggaran pada
poin 5 dan 6 dijatuhi hukuman disiplin sedang atau ringan. Penjatuhan
hukuman disiplin itu dilakukan dengan mempertimbangkan latar belakang
dan dampak perbuatan yang dilakukan oleh ASN tersebut. PPK Instansi
wajib menjatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang‐undangan bagi ASN yang terbukti melakukan pelanggaran tersebut
c. Personal Behaviour
Personal behavior yang diharapkan dari Oknum- oknum yang telah
menyebar hoax melalui sosial media ialah seharusnya sebagai seorang ASN
dapat menyaring segala tindakan dan perilaku yang dapat menyalahi kode etik
ASN tersebut. Seseorang yang akan menjadi ASN, haruslah orang yang mampu
mengambil sikap dan pilihan yang tepat ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi.
Memegang teguh ideologi Pancasila, Memelihara dan menjunjung tinggi
standar etika yang luhur, memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN, Menggunakan sarana media sosial secara
bijaksana, tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang memiliki
muatan yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antar
golongan.