Disusun oleh:
Nama : Apriliya Ika Saputri A.Md.Keb.
NIP : 198904132019032014
Jabatan : Bidan Terampil
Instansi : RSUD Kertosono
i
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
DISETUJUI
Coach Mentor
ii
KATA PENGANTAR
iii
iii
10. Seluruh peserta Diklat Golongan II Angkatan III tahun 2019 yang sangat luar
biasa.
11. Keluarga, saudara dan sahabat yang telah memberikan pengorbanan,
dukungan dan doa yang luar biasa.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya rancangan ini.
Penulis menyadari bahwa rancangan aktualisasi ini masih jauh dari
sempurna. Penulis berharap adanya masukan yang membangun dari berbagai
pihak guna membuat rancangan laporan ini menjadi lebih baik. Sehingga,
rancangan aktualisasi ini dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan
pelaporan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar ASN, serta memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Peserta Diklat
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang
bekerja pada instansi pemerintah. Tugas dan fungsi ASN adalah
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta
mempererat persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 Tentang ASN, PNS memiliki kekuatan dan kemampuan
profesional, berintegritas tinggi dalam melaksanakan tugas, berbudaya
kerja serta dipercaya publik dengan dukungan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang handal. Undang-Undang ASN secara implisit menghendaki
bahwa ASN yang umum disebut sebagai birokrat bukan sekadar merujuk
kepada jenis pekerjaan tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan
publik, karena itu ASN sudah sepantasnya membuat rancangan kegiatan
aktualisasi sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi yang dilaksanakan di
instansi unit kerja masing-masing.
ASN yang juga disebut dengan birokrat dituntut untuk memiliki
kemampuan profesional, berintegritas tinggi dan berbudaya kerja tinggi
dalam melaksanakan tugas berdasarkan nilai-nilai dasar ASN yang
diwujudkan dalam bentuk Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini selanjutnya
diakronimkan menjadi ANEKA. Internalisasi nilai-nilai dasar ANEKA dalam
sikap dan perilaku ASN didukung oleh pemahaman terhadap manajemen
ASN, Whole of Government (WoG), dan pelayanan publik. PNS
diharapkan dapat turut serta mengembangkan lingkungan kerja yang
positif untuk membantu pembentukan etika dan aturan perilaku organisasi.
Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang ASN mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan
1
(Diklat) terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 1 (satu)
tahun masa percobaan. Tujuan dari Diklat terintegrasi ini adalah untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Dengan demikian UU ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai
dan pembangunan karakter dalam mencetak PNS. Tugas dan fungsi ASN
adalah melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta
mempererat persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.
Peserta diklat adalah CPNS dengan tugas sebagai bidan terampil di
Instalasi Neonatus Rumah Sakit Umum Daerah. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014 Rumah sakit adalah
institusi pelayan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA)
Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan
pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga
menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication
safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika
Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System”
melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada
sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).
Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World
Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi
2
pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak
semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan
pasien di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien
mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error
sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan. Industri jasa
pelayanan masyarakat yang salah satunya rumah sakit juga tidak terlepas
dari persaingan antar pelakunya. Berbagai rumah sakit yang ada berupaya
memperoleh kepercayaan masyarakat dengan mengemukakan pelayanan
yang efisien dan berkualitas. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
merupakan salah satu bagian dari industri jasa pelayanan yang ada,
sayangnya citra dari rumah sakit daerah di mata masyarakat kurang baik
dibandingkan dengan pelayanan kesehatan rumah sakit swasta. Dalam pola
interaksi sosial, persepsi pasien sangat berperan dalam menggambarkan
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Berdasarkan
persepsi ini akan timbul kesan pasien terhadap rumah sakit, yang
selanjutnya dapat disebut sebagai kualitas pelayanan rumah sakit. Kesan
yang didapat dibangun atas persepsi masing-masing individu yang berelasi
(Solichah Supartiningsih, 2017). Untuk mencapai Visi dan Misi RSUD
Kertosono maka perlu disusun sebuah dokumen perencanaan yang
komprehensif. Mutu pelayanan yang baik tidak hanya diukur dari
kemewahan fasilitas, kelengkapan teknologi dan penampilan fisik akan
tetapi dari sikap dan perilaku karyawan harus mencerminkan
profesionalisme dan mempunyai komitmen tinggi (Solichah Supartiningsih,
2017). Perencanaan kegiatan dilakukan dari organisasi paling bawah.
Salah satu faktor penting pendukung Rumah Sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan adalah adanya tenaga kesehatan, salah
satunya adalah bidan. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilyah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
3
menjalankan praktek kebidanan. Bidan adalah tenaga profesional yang
bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan , asuhan dan nasehat selama masa hamil,
masa persalinan dan nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan
bayi. Untuk mencapai Visi dan Misi RSUD Kertosono maka perlu disusun
sebuah dokumen perencanaan yang komprehensif.
Sebagai seorang ASN, peserta diklat yang merupakan bidan ruang
neonatus di RSUD Kertosono diwajibkan untuk memberikan pelayanan
publik khususnya di bidang kesehatan bayi secara optimal. Peserta diklat
melihat pelayanan di Ruang Neonatus RSUD Kertosono masih kurang,
seperti kurang optimalnya proses identifikasi yang menyebabkan hilangnya
identitas bayi. Kondisi tersebut dibuktikan masih ditemukan gelang identitas
bayi yang terlepas, tulisan barcode sering hilang setelah terkena air saat
memandikan, belum lengkapnya identifikasi cap jempol ibu dan nomor
register ibu di rekam medik bayi serta kurangnya pengetahuan keluarga.
Dalam hal ini peserta diklat selaku ASN di lingkungan RSUD Kertosono
Kabupaten Nganjuk khususnya sebagai bidan, menginginkan peningkatan
kegiatan-kegiatan yang menunjang pelayanan yang optimal.
Dengan alasan tersebut diatas maka penulis menyusun laporan
aktualisasi ini dengan judul “Optimalisasi Proses Identifikasi Dalam Rangka
Menjaga Keamanan Identitas Bayi di Ruang Neonatus RSUD Kertosono “.
B. Deskrisi Organisasi
RSUD Kertosono merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pemerintah
Kabupaten Nganjuk. RSUD Kertosono terletak di Jalan Panglima Sudirman
No. 16 Kecamatan Kertosono kabupaten Nganjuk.
RSUD Kertosono, dibangun diatas tanah berukuran 30.354 m2 /
3,035 Hektar dengan luas bangunan 21.872 m2. Pembangunan Rumah
Sakit ini dilakukan guna memnuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan
khususnya untuk masyarakat kertosono dan sekitarnya. Pelaksanaan
pembangunan dimulai pada tanggal 2 Oktober 2015 dan selesai pada
4
tanggal 24 Desember 2016. Pembangunan Rumah Sakit ini murni
menggunakan sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten Nganjuk Tahun 2015 dan 2016.
5
RSUD Kertosono yang lokasinya di Kabupaten Nganjuk bagian timur yaitu
di Wilayah Kecamatan Kertosono.
VISI
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Unggul, Bermutu, Inovatif, dan Menjadi
Pilihan Masyarakat”.
MISI
a. Memberikan pelayanan paripurna yang prima dan mengutamakan
keselamatan pasien dengan fokus pada kepuasan masyarakat.
b. Meningkatkan kompetensi dan produktifitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan mengembangkan teknologi informasi.
c. Mewujudkan kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel, inovatif
dan transparan.
d. Terwujudnya rumah sakit pendidikan yang berbasis “Green Hospital”.
6
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi tempat peserta diklat bekerja di RSUD Kertosono
akan disertakan pada lampiran, sedangkan struktur organisasi ruangan
neonatus RSUD Kertosono adalah sebagai berikut:
Direktur
dr.Laksmono P., S.E., M.Kes
Kabid.Pelayanan Medis
Hermin W. SKM
Kepala Ruang
Eni R, A.Md.Keb
Tim:
Palupi A.Md..Keb
Apriliya I. S.
A.Md.Keb
(Peserta Diklat)
7
Nomor: 01/Per/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsi Bidan dan Angka
Kreditnya. Peraturan tersebut merupakan acuan bagi seorang bidan PNS,
baik uraian tugas, jumlah angka kredit, penggolongan kepangkatan dan
jabatan maupun prosedur pengurusan kenaikan pangkat.
8
13. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
14. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada klien /
pasien dengan kasus fisiologis tanpa masalah;
15. Melakukan persiapan pelayanan auhan kebidanan pada klien /
pasien dengan kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan;
16. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus fisiologis tanpa masalah;
17. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
18. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala I;
19. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala II;
20. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala III;
21. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala IV;
22. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
kesehatan reproduksi remaja dan menopause, klimakterrium, bayi,
KB, AKDR;
23. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala I;
24. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala II;
25. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala III;
26. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala IV;
27. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pad ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, KB sederhana
hormonal oral dan suntik;
28. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
9
29. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai instrumentor
tindakan bedah / operasi;
30. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai asisten
tidakan bedah / operasi;
31. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai on loop
tidakan bedah / operasi;
32. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai asisten
dokter dalam tidakan bedah / operasi;
33. Melakukan konseling pada klien / pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
34. Melakukan rujukan klien / pasien pada kasus fisiologis;
35. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan klien / pasien pada kasus
fisiologis tanpa masalah;
36. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan klien / pasien pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
37. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus fisiologis
tanpa masalah;
38. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
39. Melaksanakan tugas sebagai pengelola di puskesmas sebagai
penanggungjawab tugas sore dan malam;
40. Melaksanakan tugas / sift jaga di tempat / rumah sakit;
41. Melaksanakan tugas / sift jaga on call;
42. Melaksanakan tugas jaga / sift sepi pasien;
43. Melaksanakan tugas pada daerah konflik / rawan / daerah penyakit
menular;
44. Melaksanakan asuhan kebidanan pada individu di keluarga;
45. Melakukan dan mencatat deteksi dini resiko.
10
Adapun tugas yang dilakukan oleh peserta diklat sebagai bidan di
ruang neonatus RSUD Kertosono adalah tugas nomor
1,2,4,6,8,10,12,13,14,16,22,27,34,35,37,40,44. Sedangkan tugas yang
berhubungan dengan rancangan aktualisasi peserta diklat adalah nomor
27,37 dan 44.
C. Identifikasi Isu
Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa
isu atau problematika yang ditemukan dalam melaksanakan tugas sebagai
Bidan Terampil di Ruang Neonatus RSUD Kertosono Kabupaten Nganjuk.
Sumber isu yang diangkat dapat berasal dari individu, unit kerja, maupun
organisasi. Isu-isu yang menjadi dasar rancangan aktualisasi ini bersumber
dari aspek:
1. Whole of Government (WoG)
2. Pelayanan Publik
3. Manajemen ASN
Berdasarkan pengamatan, diskusi dengan mentor dan coach maka
dapat dipetakan beberapa isu atau problematika, antara lain:
1. Kurangnya kebersihan kepala bayi setelah dilakukan asuhan
memandikan bayi yang pertama.
2. Kurangnya pemantauan kebersihan inkubator di ruang neonatus.
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
4. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyimpan ASI yang benar.
5. Kurang optimalnya proses identifikasi yang menyebabkan hilangnya
identitas bayi.
Daftar isu atau problematika yang telah dipetakan peserta diklat
dapat ditampilkan pada tabel sebagai berikut:
11
asuhan
memandikan
bayi yang
pertama.
2. Kurangnya Pelayanan Inkubator tidak Kebersihan inkubator
pemantauan Publik dipantau kondisi selalu terpantau baik
kebersihan kebersihannya baik sebelum atau sesudah
inkubator di sebelum atau digunakan.
ruang sesudah digunakan.
Neonatus.
3. Kurangnya Pelayanan Ibu menyusui banyak Ibu menyusui mengerti
pengetahuan Publik yang belum dan bisa
ibu tentang cara mengetahui cara mempraktekkan cara
menyusui yang menyusui yang menyusui yang benar.
benar. benar.
12
kelengkapan RM.
5. Kurangnya 5.Keluarga ikut serta
keperdulian dalam proses menjaga
keluarga pasien keamanan gelang
terhadap gelang identitas bayi.
identitas bayi
1. APKL
APKL memiliki 4 kriteria penilaian yaitu Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan.
a. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
di kalangan masyarakat.
b. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
c. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Sedangkan
d. Kelayakan artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta
relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
2. USGR
Analisis USGR adalah salah satu cara menetapkan urutan
prioritas dengan metode teknik scoring setiap variable dengan rentang
skor 1-5. Proses metode USGR dilakukan dengan memperhatikan
urgensi masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, kemungkinan
13
berkembangnya masalah tersebut dan kemungkinan masalah tersebut
diselesaikan dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang CPNS.
a. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
c. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
d. Rationality, yaitu seberapa mungkin isu tersebut dapat
diselesaikan dengan mempertimbangkan kompetensi dan ilmu
yang dimiliki.
3. Fish bone
Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram merupakan
salah satu alat (tools) yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan
dan menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat agar dapat
menemukan akar penyebab dari suatu permasalahan. Fishbone
Diagram dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan
akibat kualitas yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab tersebut.
Dikatakan Fishbone Diagram karena bentuknya menyerupai
kerangka tulang ikan. Ada juga yang menyebutkan Fishbone Diagram
ini sebagai Ishikawa Diagram karena yang pertama memperkenalkan
oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo di tahun 1953.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dijadikan sebagai
panduan untuk merumuskan factor-faktor utama dalam mengawali
pembuatan Fishbone Diagram salah satunya pendekatan 4 S’s
(digunakan pada industry jasa). Pendekatan ini memberikan acuan 4
faktor utama antara lain Surroundings, Suppliers, Systems, Skills.
Fishbone diagram dipergunakan untuk:
1. Mengidentifikasikan akar penyebab dari suatu permasalahan.
2. Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk
pemecahaan suatu masalah
14
3. Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut.
4. Analisis Gap
Analisis gap (jarak) adalah suatu metode atau alat untuk
membantu membandingkan performansi aktual dengan performansi
potensi. Tujuan analisis Gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi
optimis dan integrase input, serta ketercapaian sekarang. Analisis gap
membantu organisasi / lembaga dalam mengungkapkan yang mana
harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan,
dokumentasi, sisi positif keberagaman keinginan dan kapabilitas.
Kesenjangan yang terjadi antara kondisi saat ini dengan kondisi
yang diharapkan serta dampak apabila masalah tidak diselesaikan.
Selain itu, ditentukan akar permasalahan utama / prioritas dari kondisi
saat ini dan akar permasalahan tersebut akan dijadikan sebagai tolak
ukur untuk menemukan solusi pemecahan masalah.
15
Tabel 1.2 Analisis isu dengan Metode APKL dan USGR
Kriteria Kriteria
No Sumber Isu Identifikasi Isu Ket. ∑ Peringkat
A P K L U S G R
1. Pelayanan Publik Kurangnya kebersihan kepala bayi setelah
dilakukan asuhan memandikan bayi yang V V V V MS 3 4 3 4 14 5
pertama.
2. Pelayanan Publik Kurangnya pemantauan kebersihan inkubator di
V V V V MS 4 4 4 5 17 2
ruang Neonatus.
3. Pelayanan Publik Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
V V V V MS 4 4 4 4 16 3
menyusui yang benar.
4. Pelayanan Publik Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
V V V V MS 4 4 3 4 15 4
menyimpan ASI yang benar.
5. Manajemen ASN Kurang optimalnya proses identifikasi yang
V V V V MS 5 5 5 5 20 1
menyebabkan hilangnya identitas bayi.
Keterangan: Keterangan Bobot Nilai:
A = Aktual U = Urgency MS = Memenuhi Syarat 5 = Sangat mendesak
P = Problematik S = Seriousness TMS = Tidak Memenuhi Syarat 4 = Mendesak
K = Kekhalayakan G = Growth 3 = Cukup mendesak
L = Layak R = Rationality 2 = Kurang mendesak
1 = Sangat kurang mendesak
16
Surroundings Skills
SOP belum
Keluarga belum tahu fungsi gelang
disosialisasi
identitas bayi
Kurang
optimalnya
proses
identifikasi
bayi yang
menyebabkan
RM bayi belum hilangnya
dilengkapi No. RM RM bayibelum dilengkapi identitas bayi
ibu bayi cap jempol ibu
Tulisan barcode
Nakes lupa belum
tidak dilapisi
Nakes lupa pelindung tahan
melengkapi RM ibu
bayi
Belum ada belum
air
monitoring meninta cap
jempol ibu
kelengapan bayi
RM
Penentuan jenis
Systems material gelang
Belum ditunjuknya Suppliers identitas bayi belum
penanggung jawab tepat.
monitoring kelengkapan
RM
17
PENYEBAB
KONDISI
1. Belum
tersosialisasinya SAAT INI:
SOP
Gambar 1.3 Gap Analisis dalam menentukan Solusi Pemecahan Isu
pemasangan 1. Pemasangan
gelang bayi. gelang
2. Tulisan barcode identitas bayi KONDISI YANG
belum sesuai
tidak dilapisi DIHARAPKAN:
pelindung tahan SOP.
air. 2. Tulisan 1. Pemasangan
3. Nakes lupa barcode gelang identitas
melengkapi cap identitas bayi bayi sesuai SOP.
jempol dan no. sering hilang. 2. Tulisan barcode
register ibu bayi. 3. Belum identitas bayi tidak
4. Belum lengkapnya hilang .
ditunjuknya RM bayi 3. RM bayi lengkap.
penanggung khususnya 4. Adanya monitoring
jawab monitoring cap jempol kelengkapan RM.
kelengkapan RM dan no. 5. Keluarga ikut serta
5. Keluarga belum register ibu dalam proses
tahu fungsi bayi. menjaga
gelang identitas 4. Belum ada keamanan gelang
bayi monitoring identitas bayi.
kelengkapan
RM.
5. Kurangnya
keperdulian
keluarga
pasien.
GAP
Pelaksanaan SOP INISIATIF
Pelindung barcode
Kelengkapan RM
PEMECAHAN ISU
Monitoring
Kelengkapan RM
1. Melakukan sosialisasi
Edukasi keluarga
mengenai SOP
pemasangan gelang
identitas bayi.
2. Melapisi barcode
gelang identitas bayi
AKIBAT JIKA KONDISI dengan plastik khusus
SAAT INI TIDAK yg tidak tembus air.
TERSELESAIKAN 3. Melengkapi RM bayi.
4. Menunjuk satu orang
1. Lepasnya identitas gelang dalam tim jaga untuk
bayi. melakukan monitoring
2. Hilangnya tulisan identitas kelengkapan RM.
pada gelang bayi. 5. Memberikan edukasi
3. Resiko bayi tertukar. pada keluarga pasien
4. Resiko salah pemberian terapi mengenai pentingnya
pada bayi. gelang identitas bayi.
5. Menurunnya kualitas
pelayanan mutu ruang
Neonatus.
18
Berdasarkan analisis di atas, maka peserta diklat memutuskan isu
atau permasalahan yang akan diselesaikan pada aktualisasi (habituasi)
adalah mengenai “Kurang optimalnya proses identifikasi yang
menyebabkan hilangnya identitas bayi”.
Kondisi saat ini mengenai kurang optimalnya proses identifikasi
yang menyebabkan hilangnya identitas bayi adalah:
1. Pemasangan gelang identitas bayi belum sesuai SOP.
2. Tulisan barcode identitas bayi sering hilang setelah terkena air saat
memandikan.
3. Belum lengkapnya RM bayi khususnya cap jempol dan No.
Register ibu bayi.
4. Belum adanya monitoring kelengkapan RM.
5. Kurangnya keperdulian keluarga pasien terhadap gelang identitas
bayi.
Jika dipertimbangkan berdasarkan aspek Urgency, isu tersebut
sangat mendesak untuk diselesaikan. Jika tidak cepat untuk
diselesaikan, permasalahan akan akan menyebabkan resiko pada
keamanan bayi selama perwatan di Rumah Sakit.
Jika dipertimbangkan berdasarkan analisis Seriousness, isu
tersebut dapat dikategorikan sebagai isu yang sangat serius. Proses
identifikasi yang tidak dilakukang dengan optimal dapat menyebabkan
resiko yang sangat serius yaitu kemungkinan bayi kehilangan identitas.
Jika dilihat berdasarkan analisis Growth, isu tersebut
memungkinkan akan semakin berkembang dan bahkan semakin
memburuk. Sebagai contoh hilangnya identitas tersebut dapat
mengakibatkan bayi tertukar, apabila ini terjadi tentunya akan
merugikan pasien, keluarga pasien, bidan serta institusi Rumah Sakit.
Terlebih jika dilihat dari analisis Rationality, maka sangat mungkin
isu tersebut dapat diselesaikan dengan mempertimbangkan kompetensi
dan ilmu yang dimiliki oleh SDM yang ada di Rumah Sakit tempat
penulis bekerja.
19
Sedangkan berdasarkan analisis fishbone dan analisis gap dapat
dijelaskan bahwa isu tersebut disebabkan oleh:
1. Belum tersosialisasinya SOP pemasangan gelang bayi.
2. Tulisan barcode tidak dilapisi pelindung tahan air.
3. Nakes lupa melengkapi cap jempol dan no. register ibu bayi.
4. Belum ditunjuknya penanggung jawab monitoring kelengkapan RM
5. Kurangnya keperdulian keluarga.
20
BAB II
RENCANA PEMECAHAN MASALAH (AKTUALISASI)
21
dapat ikut berpartisipasi memberikan laporan kepada tenaga
kesehatan.
Semua kegiatan di atas akhirnya peserta diklat memberi nama
kegiatan Optimalisasi Proses Identifikasi Identitas Bayi.
22
FORMULIR 1
FORMULIR RANCANGAN AKTUALISASI
23
Keterkaitan Kegiatan Penguatan
Kontribusi terhadap
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Kegiatan dengan Nilai-Nilai Nilai-Nilai
Visi Misi Organisasi
Dasar ASN (ANEKA) Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4. Meletakkan SOP di 4. Foto 2. Meningkatkan kompetensi
tempat yang mudah dan produktifitas SDM
terlihat. dengan mengembangkan
teknologi informasi. (Misi
ke-2)
2. Melapisi 1. Konsultasi dengan Output: 1. Komitmen Mutu, Kegiatan ini memberikan Keunggulan,
barcode gelang koordinator ruangan. Barcode gelang Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah Kepedulian
identitas bayi 2. Menyampaikan identitas bayi 2. Akuntabilitas, sakit yaitu terwujudnya Rumah
dengan plastik usulan pemilihan terlindungi plastik Nasionalisme Sakit yang unggul, bermutu,
khusus yang material pelindung tahan air. 3. Anti Korupsi inovatif dan menjadi pilihan
tidak tembus gelang identitas Hasil: masyarakat.
air. bayi. 1. Koordinator Sesuai dengan misi:
3. Melakukan ruangan Mewujudkan kelola rumah sakit
sosialisasi kepada menyetujui. yang professional, akuntabel,
tenaga kesehatan di 2. Material gelang inovatif dan transparan. (Misi
ruang neonatus. identitas bayi ke-3)
diganti dengan yg
tahan air, foto,
contoh gelang bayi.
3. Foto, absensi.
3. Melengkapi a. Mengisi cap jempol Output: Akuntabilitas, Kegiatan ini memberikan Profesionalisme,
RM bayi. ibu bayi pada kolom RM bayi lengkap Nasionalisme, Etika kontribusi terhadap Visi rumah Kolaborasi
identifikasi. Hasil: Publik, Komitmen sakit yaitu terwujudnya Rumah
b. Mengisi nomor 1. Dokumentasi cap mutu, Anti Korupsi Sakit yang unggul, bermutu,
registrasi ibu bayi di jempol ibu bayi di inovatif dan menjadi pilihan
kolom identifikasi. RM, foto. masyarakat.
2. Dokumentasi Sesuai dengan misi:
nomor registes ibu Mewujudkan kelola rumah sakit
bayi di RM, foto. yang professional, akuntabel,
inovatif dan transparan. (Misi
24
Keterkaitan Kegiatan Penguatan
Kontribusi terhadap
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Kegiatan dengan Nilai-Nilai Nilai-Nilai
Visi Misi Organisasi
Dasar ASN (ANEKA) Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
ke-3)
4. Menunjuk satu 1. Koordinasi dengan Output: 1. Komitmen Mutu, Kegiatan ini memberikan Profesionalisme
orang dalam kepala jaga. Terpilihnya satu orang Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah
tim jaga untuk 2. Menentukan dalam tim jaga untuk 2. Anti Korupsi sakit yaitu terwujudnya Rumah
melakukan koordinator melakukan monitoring 3. Akuntabilitas, Sakit yang unggul, bermutu,
monitoring monitoring kelengkapan RM. Nasionalisme inovatif dan menjadi pilihan
kelengkapan kelengkapan RM. 1. Kepala jaga masyarakat.
RM. 3. Melaksanakan menyetujui. Sesuai dengan misi:
. bersama. 2. Daftar nama Meningkatkan kompetensi dan
penanggung jawab produktifitas SDM dengan
monitoring. mengembangkan teknologi
3. Tanda tangan informasi. (Misi ke-2)
penanggung jawab
monitoring.
5. Memberikan 1. Konsultasi dengan Output: 1. Komitmen Mutu, Kegiatan ini memberikan Integritas,
edukasi pada koordinator ruangan. Keluarga pasien Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah Kepedulian
keluarga 2. Menyusun materi menerima edukasi 2. Anti Korupsi sakit yaitu terwujudnya Rumah
pasien edukasi. tentang pentingnya 3. Nasionalisme Sakit yang unggul, bermutu,
mengenai 3. Melaksakan kegiatan gelang identitas bayi. 4. Akuntabilitas inovatif dan menjadi pilihan
pentingnya edukasi kepada Hasil: masyarakat.
gelang keuarga pasien. 1. Koordinator Sesuai dengan misi:
identitas bayi. 4. Mendokumentasikan ruangan Memberikan pelayanan
kegiatan edukasi menyetujui. paripurna yang prima dan
pada rekam medis 2. Ada susunan mengutamakan pada
bayi. materi edukasi. keselamatan pasien dengan
3. Foto, video. fokus pada kepuasan
4. Dokumentasi di massyarakat. (Misi ke-1)
RM.
25
C. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata Pelatihan (Nilai-nilai
Dasar PNS dan Kedudukan serta Peran PNS dalam NKRI)
Setiap kegiatan yang dilaksanakan memiliki keterkaitan dengan
nilai-nilai substansi mata pelatihan yang relevan, yakni Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Manajemen
ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government.
Berikut adalah Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata
Pelatihan (Nilai-nilai Dasar PNS dan Kedudukan serta Peran PNS
dalam NKRI):
1. Melakukan sosialisasi mengenai SOP pemasangan identitas
gelang bayi.
Akuntabilitas :
Sebagai Bidan dan seorang PNS wajib memiliki integritas yang
tinggi dalam mematuhi peraturan yang berlaku seperti
melaksanakan SOP
Nasionalisme :
Mengamalkan sila ke-2 pada Pancasila, yaitu keadilan dalam
memberikan informasi seperti sosialisasi SOP pemasangan
gelang bayi pada semua tenaga kesehatan di ruang Neonatus.
Etika Publik :
Salah satu prinsip etika adalah kebaikan yaitu dengan
menyebarkan nilai kebaikan dalah hal ini berupa sosialisasi SOP.
Komitmen Mutu :
Untuk mencapai pelayanan yang bermutu diperlukan komitmen
untuk melakukan secara bersama budaya kerja yang baik yaitu
dengan melaksanakan SOP.
Anti Korupsi :
Melakukan sosialisasi SOP dengan penuh tanggung jawab`
2. Melapisi barcode gelang identitas bayi dengan plastik khusus
yang tidak tembus air.
Akuntabilitas :
Menentukan jenis gelang bayi yang aman sehingga barcode
identitas bayi tidak hilang sesuai nilai dasar kejelasan.
26
Nasionalisme :
Mengamalkan sila ke-2 yaitu kemanusiaan dalam memberikan
pelayanan.
Etika Publik :
Menerapkan prinsip kebaikan untuk melindungi keamanan
identitas pasien.
Komitmen Mutu:
Melindungi gelang identitas bayi merupakan bentuk perlindungan
publik.
Anti Korupsi :
Diperlukan nilai kerja keras untuk melaksanakan perubahan
kearah perbaikan.
3. Melengkapi RM bayi.
Akuntabilitas :
Menunjukan nilai integritas dengan mematuhi peraturan di ruah
sakit berupa pendokumentasien di RM pasen.
Nasionalisme :
Tersirat nilai Pancasila sila ke-3 yaitu semua nakes bersatu saling
mengingtkan dalam hal melengkapi RM pasien.
Etika Publik :
Terdapat nilai dasar tanggung jawab untuk menyelesaikan RM
bayi.
Komitmen Mutu:
Setiap nakes di ruang neonatus harus bekerja sama supaya RM
bayi lengkap.
Anti Korupsi :
Diperlukan kedisiplinan dalam menjalankan kebiasaan baik, dalam
hal ini disiplin melengkapi RM bayi.
4. Menunjuk satu orang dalam tim jaga untuk melakukan monitoring
kelengkapan RM.
Akuntabilitas :
Memberikan contoh dan bersedia melakukan monitoring
kelengkapan RM.
27
Nasionalisme :
Penerapan sila ke-3 bersatu dalam hal kerjasama untuk
kelengkapan RM.
Etika Publik :
Melakukan pemilihan salah satu orang dalam tim jaga untuk
melakukan monitoring kelengkapan RM dengan prinsip
persamaan.
Komitmen Mutu:
Menjaga mutu pelayanan dengan menerapkan nilai dasar
continuous improvement perbaikan metode monitoring untuk
memantau kelngkapan RM.
Anti Korupsi :
Melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab saat melakukan
monitoring kellengkapan RM.
5. Memberikan edukasi pada keluarga pasien mengenai pentingnya
gelang identitas bayi.
Akuntabilitas :
Melaksanakan edukasi dengan adil kepada semua keluarga
pasien tanpa membedakan kelas.
Nasionalisme :
Menunjukan keadilan kepada semua keluarga pasien ( Sila ke-2).
Etika Publik :
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien dengan dasar
kebenaran sesuai ilmu.
Komitmen Mutu:
Memberikan edukasi merupakan bentuk kegiatan meningkatkan
mutu pelayanan karena keluarga pasien tidak hanya menemani
pasien tapi juga mendapatkan tambahan ilmu kesehatan.
Anti Korupsi :
Kepedulian terhadap kondisi pasien membuat peserta diklat
memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga
pasien.
28
D. Identifikasi Dampak Pemecahan Isu (Individu, unit Kerja atau
Organisasi)
Kegiatan optimalisasi proses identifikasi identitas bayi
memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Bagi Individu (Tenaga Kesehatan )
a. Tenaga Kesehatan khususnya bidan mampu memahami,
menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
ASN yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
b. Menjadi tenaga bidan yang mampu menjalankan fungsi
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa yang memiliki integritas dan
profesional di ruang neonatus RSUD Kertosono Kabupaten
Nganjuk.
2) Bagi Unit Kerja
a. Pelayanan bermutu sesuai SOP di ruang neonatus.
b. Meningkatkan partisipasi dan pengetahuan keluarga pasien.
3) Bagi Organisasi
a. Rancangan aktualisasi ini sebagai wujud visi dan misi RSUD
Kertosono.
b. Penerapan dukungan terhadap kebijakan pemerintah daerah
yaitu terwujudnya Kabupaten Nganjuk yang Maju dan
Bermartabat, Nyawiji membangun prestasi.
29
baik petugas kesehatan maupun masarakat sebagai pengguna
jasa.
3. Mewujudkan kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel,
inovatif dan transparan.
4. Mewujudkan rumah sakit pendidikan yang berbasis ‘Green Hospital”.
Sedangkan kontribusi tujuan organisasi adalah terlaksananya
pelayanan kesehatan yang paripurna tidak hanya menyehatkan yang
sakit tapi juga memberikan ilmu pada pasen, keluarga dan masyarakat.
30
5. Profesional
Kegiatan ini menuntut adanya profesionalisme dalam
melaksanakan tugas sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, dan pemersatu bangsa.
31
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN AKTUALISASI
32
3. Melengkapi RM bayi. 11 12 13 14 15 16 17 Foto
a. Mengisi cap jempol ibu bayi pada kolom identifikasi.
b. Mengisi nomor registrasi ibu bayi di kolom identifikasi
4. Menunjuk satu orang dalam tim jaga untuk melakukan monitoring 18 19 20 21 22 23 24 Daftar nama
kelengkapan RM dan tanda
a. Koordinasi dengan kepala jaga. tangan tim
b. Menentukan koordinator monitoring kelengkapan RM. monitoring
c. Melaksanakan bersama.
33
B. Identifikasi Kendala dan Rencana Antisipasinya
Pelaksanaan rancangan kegiatan aktualisasi dimungkinkan terjadinya kendala-kendala yang menghambat kegiatan
yang telah direncanakan. Oleh karena itu diperlukan antisipasi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut, sehingga
dampak yang menghambat kegiatan dapat diminimalisir. Antisipasi dalam menghadapi kendala-kendala selama aktualisasi
dapat dijelaskan lebih lanjut pada table 3.2.
Tabel 3.2. Identifikasi Kendala dan Rencana Antisipasinya
No. Kegiatan Kendala Antisipasi menghadapi kendala
1. Melakukan sosialisasi mengenai Jadwal jaga yang berbeda menyebabkan tenaga Melakukan sosialisasi bertahap.
SOP pemasangan gelang identitas kesehatan di ruang neonatus tidak dapat hadir bersama
bayi
untuk sosialisasi
2. Melapisi barcode identitas bayi Tenaga kesehatan yang lain tidak bersedia Memberi contoh, mengingatkan rekan kerja
dengan plastik khusus yg tidak
menerapkan. serta menyiapkan gelang agar mudah
tembus air.
dijangkau.
3. Melengkapi rekam medis bayi. Sibuk melakukan pelayanan hingga lupa pada Adanya tim monitoring tiap sift jaga.
kelengkapan rekam medis .
4. Menunjuk satu orang dalam tim Sibuk melakukan pelayanan hingga tim yang ditunjuk Mengingatkan dan memantau tim monitoring.
jaga untuk melakukan monitoring
monitoring lupa melakukan pengecekan rekam medis.
kelengkapan rekam medis.
5. Memberikan edukasi pada keluarga Tingkat pendidikan dan pemahaman keluarga masih Memilih anggota keluarga yang paham
pasien mengenai pentingnya kurang sehingga tidak paham atau mudah lupa dengan apabila diberikan informasi.
gelang identitas bayi
informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan.
34
BAB IV
PENUTUP
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Kertosono
37