Anda di halaman 1dari 45

RANCANGAN AKTUALISASI

PESERTA PELATIHAN DASAR


CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN II
PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK
TAHUN 2019

“OPTIMALISASI PROSES IDENTIFIKASI DALAM RANGKA MENJAGA


KEAMANAN IDENTITAS BAYI DI RUANG NEONATUS RSUD
KERTOSONO”

Disusun oleh:
Nama : Apriliya Ika Saputri A.Md.Keb.
NIP : 198904132019032014
Jabatan : Bidan Terampil
Instansi : RSUD Kertosono

PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK


BEKERJA SAMA DENGAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEBTKE
DAN
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR
2019

i
iii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI


PESERTA PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN II
PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK
TAHUN 2019

Disusun Oleh:

Nama : Apriliya Ika Saputri A. Md. Keb.


NIP : 198904132019032014
Jabatan : Bidan Terampil
Instansi : RSUD Kertosono

Laporan Rancangan Aktualisasi ini


Telah diseminarkan pada tanggal 22 Oktober 2019
Bertempat di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ketenagalistrikan, Energy Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energy,
Jakarta Timur
Peserta Diklat

Apriliya Ika Saputri A.Md. Keb.

DISETUJUI
Coach Mentor

M.Nashiruddin H. ST.,MBA Anang Agus S.,S.Kep.Ners, M.Kes


NIP. 197903032005021001 NIP.197103011994032001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan rancangan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi
Proses Identifikasi Dalam Rangka Menjaga Keamanan Identitas Bayi Di Ruang
Neonatus RSUD Kertosono” dengan baik. Rancangan kegiatan aktualisasi dan
habituasi nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara atau selanjutnya disebut ASN ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas ASN di RSUD Kertosono dengan sikap
perilaku ASN dan nilai dasar ASN yang terdiri dari Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA).
Penulis menyadari bahwa rancangan ini dapat terwujud karena bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oeh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Novi Rahman Hidayat, S.Sos, M.M selaku Bupati Kabupaten
Nganjuk yang telah memfasilitasi dan memberikan motivasi serta nasehat
untuk peseta Pelatihan Datsar CPNS Kabupaten Nganjuk.
2. Kepala PPSDM KEBTKE Jakarta beserta jajarannya yang telah
memfasilitasi penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS Golongan II.
3. Letkol Inf. Drs. Edi Djuarsyah Komandan Dodik Bela Negara Rindam Jaya
beserta para pelatih yang telah mendampingi selama proses Pelatihan
Dasar CPNS Golongan II.
4. dr. Laksmono P. SE., M.Kes selaku Direktur RSUD Kertosono
5. Bapak Anang Agus Susilo S.Kep., Ners., M.Kes Kabid. Keperawatan RSUD
Kertosono selaku Mentor.
6. Bapak Ginanjar Indramaulana S.T., MBA selaku Penguji.
7. Bapak M. Nashiruddin Haramaini S.T., MBA selaku coach atas semua
inspirasi, dorongan, masukan dan bimbingannya dalam penyusunan
rancangan aktualisasi ini,
8. Keluarga besar RSUD Kertoso atas dukungan, doa dan kerjasamanya.
9. Seluruh Bidan senior yang telah membimbing dalam pelatihan dan
memberikan pengarahan untuk dapat diinternalisasikan dan diaktualisasikan
di instansi.

iii
iii
10. Seluruh peserta Diklat Golongan II Angkatan III tahun 2019 yang sangat luar
biasa.
11. Keluarga, saudara dan sahabat yang telah memberikan pengorbanan,
dukungan dan doa yang luar biasa.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya rancangan ini.
Penulis menyadari bahwa rancangan aktualisasi ini masih jauh dari
sempurna. Penulis berharap adanya masukan yang membangun dari berbagai
pihak guna membuat rancangan laporan ini menjadi lebih baik. Sehingga,
rancangan aktualisasi ini dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan
pelaporan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar ASN, serta memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 22 Oktober 2019

Peserta Diklat

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iiii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Deskripsi Organisasi ...................................................................... 4
C. Identifikasi Isu (Masalah) ................................................................ 11
D. Perumusan dan Penetapan Isu (Masalah) ...................................... 13
BAB II RENCANA PEMECAHAN MASALAH (AKTUALISASI)
A. Gagasan (Inisitif) Pemecahan Isu ................................................... 21
B. Rencana, Tahapan dan Output Kegiatan ........................................ 22
C. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata Pelatihan ................. 26
D. Identifikasi Dampak Pemecahan Isu .............................................. 29
E. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi serta Tujuan Organisasi ............ 29
F. Kontribusi Terhadap Penguatan Nilai - Nilai Organisasi.................. 30
BAB III RENCANA PELAKSANAAN AKTUALISASI
A. Jadwal Kegiatan Aktualisasi ............................................................ 32
B. Identifikasi Kendala dan Rencana Antisipasinya ............................. 34
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36
LAMPIRAN................................................................................................. 37

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Identifikasi Isu ........................................................................... 11


Tabel 1.2. Analisis dengan Metode APKL dan USGR ............................... 16
Tabel 2.1. Rencana Kegiatan, Tahap dan Output Kegiatan ....................... 23
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Aktualisasi ...................................................... 33
Tabel 3.2. Identifikasi Kendala dan Rencana Antisipasinya ...................... 34

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Foto RSUD Kertosono ........................................................... 5


Gambar 1.2 Struktur Organisasi Ruang Neonatus RSUD Kertosono ........ 7
Gambar 1.3 Analisis Isu dengan Fishbone ................................................ 17
Gambar 1.2 Perumusan Isu dengan Anaisis Gap ...................................... 18

vii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organiasi RSUD Kertosono ............................ 37

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang
bekerja pada instansi pemerintah. Tugas dan fungsi ASN adalah
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta
mempererat persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 Tentang ASN, PNS memiliki kekuatan dan kemampuan
profesional, berintegritas tinggi dalam melaksanakan tugas, berbudaya
kerja serta dipercaya publik dengan dukungan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang handal. Undang-Undang ASN secara implisit menghendaki
bahwa ASN yang umum disebut sebagai birokrat bukan sekadar merujuk
kepada jenis pekerjaan tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan
publik, karena itu ASN sudah sepantasnya membuat rancangan kegiatan
aktualisasi sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi yang dilaksanakan di
instansi unit kerja masing-masing.
ASN yang juga disebut dengan birokrat dituntut untuk memiliki
kemampuan profesional, berintegritas tinggi dan berbudaya kerja tinggi
dalam melaksanakan tugas berdasarkan nilai-nilai dasar ASN yang
diwujudkan dalam bentuk Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini selanjutnya
diakronimkan menjadi ANEKA. Internalisasi nilai-nilai dasar ANEKA dalam
sikap dan perilaku ASN didukung oleh pemahaman terhadap manajemen
ASN, Whole of Government (WoG), dan pelayanan publik. PNS
diharapkan dapat turut serta mengembangkan lingkungan kerja yang
positif untuk membantu pembentukan etika dan aturan perilaku organisasi.
Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang ASN mengamanatkan
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan

1
(Diklat) terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 1 (satu)
tahun masa percobaan. Tujuan dari Diklat terintegrasi ini adalah untuk
membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Dengan demikian UU ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai
dan pembangunan karakter dalam mencetak PNS. Tugas dan fungsi ASN
adalah melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta
mempererat persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.
Peserta diklat adalah CPNS dengan tugas sebagai bidan terampil di
Instalasi Neonatus Rumah Sakit Umum Daerah. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014 Rumah sakit adalah
institusi pelayan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA)
Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan
pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga
menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication
safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika
Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System”
melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada
sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).
Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World
Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi

2
pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak
semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan
pasien di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien
mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error
sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan. Industri jasa
pelayanan masyarakat yang salah satunya rumah sakit juga tidak terlepas
dari persaingan antar pelakunya. Berbagai rumah sakit yang ada berupaya
memperoleh kepercayaan masyarakat dengan mengemukakan pelayanan
yang efisien dan berkualitas. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
merupakan salah satu bagian dari industri jasa pelayanan yang ada,
sayangnya citra dari rumah sakit daerah di mata masyarakat kurang baik
dibandingkan dengan pelayanan kesehatan rumah sakit swasta. Dalam pola
interaksi sosial, persepsi pasien sangat berperan dalam menggambarkan
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Berdasarkan
persepsi ini akan timbul kesan pasien terhadap rumah sakit, yang
selanjutnya dapat disebut sebagai kualitas pelayanan rumah sakit. Kesan
yang didapat dibangun atas persepsi masing-masing individu yang berelasi
(Solichah Supartiningsih, 2017). Untuk mencapai Visi dan Misi RSUD
Kertosono maka perlu disusun sebuah dokumen perencanaan yang
komprehensif. Mutu pelayanan yang baik tidak hanya diukur dari
kemewahan fasilitas, kelengkapan teknologi dan penampilan fisik akan
tetapi dari sikap dan perilaku karyawan harus mencerminkan
profesionalisme dan mempunyai komitmen tinggi (Solichah Supartiningsih,
2017). Perencanaan kegiatan dilakukan dari organisasi paling bawah.
Salah satu faktor penting pendukung Rumah Sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan adalah adanya tenaga kesehatan, salah
satunya adalah bidan. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilyah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk
deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk

3
menjalankan praktek kebidanan. Bidan adalah tenaga profesional yang
bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan , asuhan dan nasehat selama masa hamil,
masa persalinan dan nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan
bayi. Untuk mencapai Visi dan Misi RSUD Kertosono maka perlu disusun
sebuah dokumen perencanaan yang komprehensif.
Sebagai seorang ASN, peserta diklat yang merupakan bidan ruang
neonatus di RSUD Kertosono diwajibkan untuk memberikan pelayanan
publik khususnya di bidang kesehatan bayi secara optimal. Peserta diklat
melihat pelayanan di Ruang Neonatus RSUD Kertosono masih kurang,
seperti kurang optimalnya proses identifikasi yang menyebabkan hilangnya
identitas bayi. Kondisi tersebut dibuktikan masih ditemukan gelang identitas
bayi yang terlepas, tulisan barcode sering hilang setelah terkena air saat
memandikan, belum lengkapnya identifikasi cap jempol ibu dan nomor
register ibu di rekam medik bayi serta kurangnya pengetahuan keluarga.
Dalam hal ini peserta diklat selaku ASN di lingkungan RSUD Kertosono
Kabupaten Nganjuk khususnya sebagai bidan, menginginkan peningkatan
kegiatan-kegiatan yang menunjang pelayanan yang optimal.
Dengan alasan tersebut diatas maka penulis menyusun laporan
aktualisasi ini dengan judul “Optimalisasi Proses Identifikasi Dalam Rangka
Menjaga Keamanan Identitas Bayi di Ruang Neonatus RSUD Kertosono “.

B. Deskrisi Organisasi
RSUD Kertosono merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pemerintah
Kabupaten Nganjuk. RSUD Kertosono terletak di Jalan Panglima Sudirman
No. 16 Kecamatan Kertosono kabupaten Nganjuk.
RSUD Kertosono, dibangun diatas tanah berukuran 30.354 m2 /
3,035 Hektar dengan luas bangunan 21.872 m2. Pembangunan Rumah
Sakit ini dilakukan guna memnuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan
khususnya untuk masyarakat kertosono dan sekitarnya. Pelaksanaan
pembangunan dimulai pada tanggal 2 Oktober 2015 dan selesai pada

4
tanggal 24 Desember 2016. Pembangunan Rumah Sakit ini murni
menggunakan sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten Nganjuk Tahun 2015 dan 2016.

Gambar 1.1 Foto RSUD Kertosono

RSUD Kertosono adalah rumah sakit kelas C yang berlokasi di


Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk, yang secara administrasi
merupakan rumah sakit milik dari Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
Bangunan RSUD Kertosono awalnya merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada
karyawannya Pada jaman penjajahan sekitar tahun 1920, Hendels
Vereeniging Amsterdam (HVA) suatu perusahaan milik Pemerintah Hindia
Belanda yang didirikan bersamaan dibangunnya Pabrik Gula Lestari yang
berlokasi di Kecamatan Patihanrowo. Namun setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, Sarana Pelayanan Kesehatan tersebut
diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sekarang dibawah
kepemilikan Pemerintah Kabupaten Nganjuk sarana pelayanan kesehatan
tersebut dirubah atau dikembangkan menjadi rumah sakit yang diberi nama

5
RSUD Kertosono yang lokasinya di Kabupaten Nganjuk bagian timur yaitu
di Wilayah Kecamatan Kertosono.

1. Visi dan Misi


Visi dan Misi RSUD Kertosono adalah sebagai berikut:

VISI
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Unggul, Bermutu, Inovatif, dan Menjadi
Pilihan Masyarakat”.

MISI
a. Memberikan pelayanan paripurna yang prima dan mengutamakan
keselamatan pasien dengan fokus pada kepuasan masyarakat.
b. Meningkatkan kompetensi dan produktifitas Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan mengembangkan teknologi informasi.
c. Mewujudkan kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel, inovatif
dan transparan.
d. Terwujudnya rumah sakit pendidikan yang berbasis “Green Hospital”.

Nilai sebagai budaya kerja:


a. Integritas bermakna keselarasan antar perkataan perbuatan sesuai
etika, moral, dan kemanuasiaan.
b. Profesionalisme bermakna kompeten dan tanggung jawab dalam
menjalankan tugas.
c. Kepedulian bermakna melayani dengan empati, tulus dan peduli.
d. Kolaborasi bermakna kerjasama secara terpadu dalam kesetaraan
untuk mencapai tujuan bersama.
e. Keunggulan bermakna menghasilkan yang terbaik secara kreatif,
inovatif dan berkelanjutan.

6
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi tempat peserta diklat bekerja di RSUD Kertosono
akan disertakan pada lampiran, sedangkan struktur organisasi ruangan
neonatus RSUD Kertosono adalah sebagai berikut:

Direktur
dr.Laksmono P., S.E., M.Kes

Kabid.Pelayanan Medis
Hermin W. SKM

Kepala Instansi Rawat Inap


dr.Miftakhul Arifin, Sp.P

Kepala Ruang
Eni R, A.Md.Keb

Ka Tim VK Ka Tim Nifas Ka Tim Neonatus Transporter


Admin
Wiwik Y.A.Md Keb. Siti B. STr. Keb Eni Sukamti, S.ST Suparmi
Erna S.
Yusi I.

Ka Jaga I Ka Jaga III Ka Jaga IV


Ka Jaga II
Rohmi A.Md.Keb. Dewi A.Md. Kep MIla S. Tr. Keb
Alis A.Md.Kep

Tim:
Palupi A.Md..Keb
Apriliya I. S.
A.Md.Keb
(Peserta Diklat)

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Ruang Neonatus RSUD Kertosono

3. Tugas Jabatan Peserta Diklat


Berdasarkan petikan Keputusan Bupati Nganjuk Nomor:
813/34/411.404/2019 tentang pengangkatan CPNS memutuskan bahwa
peserta diklat jabatan Bidan Terampil di instansi RSUD Kertosono.
Bidan pelaksana merupakan jabatan bidan terampil dalam jenjang
jabatan tenaga fungsional khusus bidan yang diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 551/Menkes/Per/VII/2009 dan Permenpan

7
Nomor: 01/Per/M.Pan/1/2008 tentang Jabatan Fungsi Bidan dan Angka
Kreditnya. Peraturan tersebut merupakan acuan bagi seorang bidan PNS,
baik uraian tugas, jumlah angka kredit, penggolongan kepangkatan dan
jabatan maupun prosedur pengurusan kenaikan pangkat.

Uraian tugas Bidan Pelaksana sebagaimana yang tercantum pada


peraturan tersebut, sebagai berikut:

1. Mempersiapkan pelayanan kebidanan;


2. Melaksanakan anamnesa klien / pasien pada kasus fisiologi tanpa
masalah;
3. Melaksanakan anamnesa klien / pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
4. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien / pasien pada kasus fisiologis
tanpa masalah;
5. Melaksanakan pemeriksaan fisik klien / pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
6. Pengambilan / penyediaan bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan sediaan / bahan laboratorium dengan melakukan
pengambilan darah tepi;
7. Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan melakukan
pemeriksaan HB darah;
8. Membuat diagnose kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian pada
kasus fisiologis tanpa masalah;
9. Membuat diagnose kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian pada
kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan;
10. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus
fisiologis tanpa masalah;
11. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
12. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
fisiologis tanpa masalah;

8
13. Menyusun rencana operasional asuhan kebidanan pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
14. Melakukan persiapan pelayanan asuhan kebidanan pada klien /
pasien dengan kasus fisiologis tanpa masalah;
15. Melakukan persiapan pelayanan auhan kebidanan pada klien /
pasien dengan kasus patologis kegawatdaruratan kebidanan;
16. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus fisiologis tanpa masalah;
17. Mempersiapkan alat dan obat pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
18. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala I;
19. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala II;
20. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala III;
21. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus patologis
tanpa masalah persalinan kala IV;
22. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
kesehatan reproduksi remaja dan menopause, klimakterrium, bayi,
KB, AKDR;
23. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala I;
24. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala II;
25. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala III;
26. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pada pesalinan Kala IV;
27. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien kasus fisiologis
bermasalah pad ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, KB sederhana
hormonal oral dan suntik;
28. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;

9
29. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai instrumentor
tindakan bedah / operasi;
30. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai asisten
tidakan bedah / operasi;
31. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai on loop
tidakan bedah / operasi;
32. Melaksanakan asuhan kebidanan pada klien / pasien pada saat
melaksanakan tugas di kamar bedah kebidanan sebagai asisten
dokter dalam tidakan bedah / operasi;
33. Melakukan konseling pada klien / pasien pada kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
34. Melakukan rujukan klien / pasien pada kasus fisiologis;
35. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan klien / pasien pada kasus
fisiologis tanpa masalah;
36. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan klien / pasien pada kasus
patologis kegawatdaruratan kebidanan;
37. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus fisiologis
tanpa masalah;
38. Melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan kasus patologis
kegawatdaruratan kebidanan;
39. Melaksanakan tugas sebagai pengelola di puskesmas sebagai
penanggungjawab tugas sore dan malam;
40. Melaksanakan tugas / sift jaga di tempat / rumah sakit;
41. Melaksanakan tugas / sift jaga on call;
42. Melaksanakan tugas jaga / sift sepi pasien;
43. Melaksanakan tugas pada daerah konflik / rawan / daerah penyakit
menular;
44. Melaksanakan asuhan kebidanan pada individu di keluarga;
45. Melakukan dan mencatat deteksi dini resiko.

10
Adapun tugas yang dilakukan oleh peserta diklat sebagai bidan di
ruang neonatus RSUD Kertosono adalah tugas nomor
1,2,4,6,8,10,12,13,14,16,22,27,34,35,37,40,44. Sedangkan tugas yang
berhubungan dengan rancangan aktualisasi peserta diklat adalah nomor
27,37 dan 44.

C. Identifikasi Isu
Rancangan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi beberapa
isu atau problematika yang ditemukan dalam melaksanakan tugas sebagai
Bidan Terampil di Ruang Neonatus RSUD Kertosono Kabupaten Nganjuk.
Sumber isu yang diangkat dapat berasal dari individu, unit kerja, maupun
organisasi. Isu-isu yang menjadi dasar rancangan aktualisasi ini bersumber
dari aspek:
1. Whole of Government (WoG)
2. Pelayanan Publik
3. Manajemen ASN
Berdasarkan pengamatan, diskusi dengan mentor dan coach maka
dapat dipetakan beberapa isu atau problematika, antara lain:
1. Kurangnya kebersihan kepala bayi setelah dilakukan asuhan
memandikan bayi yang pertama.
2. Kurangnya pemantauan kebersihan inkubator di ruang neonatus.
3. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
4. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyimpan ASI yang benar.
5. Kurang optimalnya proses identifikasi yang menyebabkan hilangnya
identitas bayi.
Daftar isu atau problematika yang telah dipetakan peserta diklat
dapat ditampilkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1 Identifikasi Isu


Sumber Kondisi yang
No. Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini
Isu Diharapkan
1. Kurangnya Pelayanan Kepala bayi masih Rambut bayi tampak
kebersihan Publik tampak kotor dan bersih setelah
kepala bayi rambut menggumpal dimandikan pertama
setelah setelah dimandikan kali.
dilakukan pertama kali.

11
asuhan
memandikan
bayi yang
pertama.
2. Kurangnya Pelayanan Inkubator tidak Kebersihan inkubator
pemantauan Publik dipantau kondisi selalu terpantau baik
kebersihan kebersihannya baik sebelum atau sesudah
inkubator di sebelum atau digunakan.
ruang sesudah digunakan.
Neonatus.
3. Kurangnya Pelayanan Ibu menyusui banyak Ibu menyusui mengerti
pengetahuan Publik yang belum dan bisa
ibu tentang cara mengetahui cara mempraktekkan cara
menyusui yang menyusui yang menyusui yang benar.
benar. benar.

4. Kurangnya Pelayanan Ibu menyusui belum Ibu menyusui tahu


pengetahuan publik mengetahui cara cara menyimpan ASI
ibu tentang cara menyimpan ASI yang yang benar.
menyimpan ASI benar.
yang benar.
5. Kurang Manajemen 1. Pemasangan 1. Pemasangan
optimalnya ASN, WoG, gelang identitas gelang identitas
proses
identifikasi yang Pelayanan bayi belum sesuai bayi sesuai SOP.
menyebabkan Publik Standar
hilangnya
Operasional
identitas bayi.
Prosedur (SOP).
2. Tulisan barcode 2. Tulisan barcode
gelang identitas gelang identitas
bayi sering hilang bayi tidak hilang
setelah terkena air walupun terkena
saat memandikan. air.
3. Belum lengkapnya 3. RM bayi lengkap
Rekam Medis
(RM) bayi
khususnya cap
jempol dan No.
Register ibu bayi.
4. Belum adanya 4. Adanya monitoring
monitoring kelengkapan RM.

12
kelengkapan RM.
5. Kurangnya 5.Keluarga ikut serta
keperdulian dalam proses menjaga
keluarga pasien keamanan gelang
terhadap gelang identitas bayi.
identitas bayi

D. Perumusan dan Penetapan Isu (Masalah)


Berdasarkan pemetaan dan identifikasi isu yang telah dipaparkan,
perlu dilakukan proses analisis isu untuk menentukan isu mana yang
merupakan prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh peserta diklat. Proses
penetapan isu dengan menggunakan APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan) dan USGR (Urgency, Seriousness,
Growth, Rationality). Sedangkan untuk mencari penyebab dan solusi
masalah menggunakan Fishbone dan Analisis Gap. Berikut ini penjelasan
mengenai APKL, USGR, Fishbone dan Analisis Gap:

1. APKL
APKL memiliki 4 kriteria penilaian yaitu Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Kelayakan.
a. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
di kalangan masyarakat.
b. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
c. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang
banyak. Sedangkan
d. Kelayakan artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta
relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

2. USGR
Analisis USGR adalah salah satu cara menetapkan urutan
prioritas dengan metode teknik scoring setiap variable dengan rentang
skor 1-5. Proses metode USGR dilakukan dengan memperhatikan
urgensi masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, kemungkinan

13
berkembangnya masalah tersebut dan kemungkinan masalah tersebut
diselesaikan dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang CPNS.
a. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
c. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
d. Rationality, yaitu seberapa mungkin isu tersebut dapat
diselesaikan dengan mempertimbangkan kompetensi dan ilmu
yang dimiliki.

3. Fish bone
Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram merupakan
salah satu alat (tools) yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan
dan menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat agar dapat
menemukan akar penyebab dari suatu permasalahan. Fishbone
Diagram dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan
akibat kualitas yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab tersebut.
Dikatakan Fishbone Diagram karena bentuknya menyerupai
kerangka tulang ikan. Ada juga yang menyebutkan Fishbone Diagram
ini sebagai Ishikawa Diagram karena yang pertama memperkenalkan
oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo di tahun 1953.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dijadikan sebagai
panduan untuk merumuskan factor-faktor utama dalam mengawali
pembuatan Fishbone Diagram salah satunya pendekatan 4 S’s
(digunakan pada industry jasa). Pendekatan ini memberikan acuan 4
faktor utama antara lain Surroundings, Suppliers, Systems, Skills.
Fishbone diagram dipergunakan untuk:
1. Mengidentifikasikan akar penyebab dari suatu permasalahan.
2. Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk
pemecahaan suatu masalah

14
3. Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut.

4. Analisis Gap
Analisis gap (jarak) adalah suatu metode atau alat untuk
membantu membandingkan performansi aktual dengan performansi
potensi. Tujuan analisis Gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi
optimis dan integrase input, serta ketercapaian sekarang. Analisis gap
membantu organisasi / lembaga dalam mengungkapkan yang mana
harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan,
dokumentasi, sisi positif keberagaman keinginan dan kapabilitas.
Kesenjangan yang terjadi antara kondisi saat ini dengan kondisi
yang diharapkan serta dampak apabila masalah tidak diselesaikan.
Selain itu, ditentukan akar permasalahan utama / prioritas dari kondisi
saat ini dan akar permasalahan tersebut akan dijadikan sebagai tolak
ukur untuk menemukan solusi pemecahan masalah.

Selanjutnya akan dibahas satu per satu lewat tabel APKL,


USGR dan Gambar Fishbone, Analisis Gap.

15
Tabel 1.2 Analisis isu dengan Metode APKL dan USGR
Kriteria Kriteria
No Sumber Isu Identifikasi Isu Ket. ∑ Peringkat
A P K L U S G R
1. Pelayanan Publik Kurangnya kebersihan kepala bayi setelah
dilakukan asuhan memandikan bayi yang V V V V MS 3 4 3 4 14 5
pertama.
2. Pelayanan Publik Kurangnya pemantauan kebersihan inkubator di
V V V V MS 4 4 4 5 17 2
ruang Neonatus.
3. Pelayanan Publik Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
V V V V MS 4 4 4 4 16 3
menyusui yang benar.
4. Pelayanan Publik Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara
V V V V MS 4 4 3 4 15 4
menyimpan ASI yang benar.
5. Manajemen ASN Kurang optimalnya proses identifikasi yang
V V V V MS 5 5 5 5 20 1
menyebabkan hilangnya identitas bayi.
Keterangan: Keterangan Bobot Nilai:
A = Aktual U = Urgency MS = Memenuhi Syarat 5 = Sangat mendesak
P = Problematik S = Seriousness TMS = Tidak Memenuhi Syarat 4 = Mendesak
K = Kekhalayakan G = Growth 3 = Cukup mendesak
L = Layak R = Rationality 2 = Kurang mendesak
1 = Sangat kurang mendesak

16
Surroundings Skills

Tenaga Kesehatan (Nakes)


Kurangnya belum melaksanakan SOP
keperdulian keluarga pemasangan gelang bayi

SOP belum
Keluarga belum tahu fungsi gelang
disosialisasi
identitas bayi
Kurang
optimalnya
proses
identifikasi
bayi yang
menyebabkan
RM bayi belum hilangnya
dilengkapi No. RM RM bayibelum dilengkapi identitas bayi
ibu bayi cap jempol ibu

Tulisan barcode
Nakes lupa belum
tidak dilapisi
Nakes lupa pelindung tahan
melengkapi RM ibu
bayi
Belum ada belum
air
monitoring meninta cap
jempol ibu
kelengapan bayi
RM
Penentuan jenis
Systems material gelang
Belum ditunjuknya Suppliers identitas bayi belum
penanggung jawab tepat.
monitoring kelengkapan
RM

Gambar 1.3 Analisis Isu dengan Fishbone

17
PENYEBAB
KONDISI
1. Belum
tersosialisasinya SAAT INI:
SOP
Gambar 1.3 Gap Analisis dalam menentukan Solusi Pemecahan Isu
pemasangan 1. Pemasangan
gelang bayi. gelang
2. Tulisan barcode identitas bayi KONDISI YANG
belum sesuai
tidak dilapisi DIHARAPKAN:
pelindung tahan SOP.
air. 2. Tulisan 1. Pemasangan
3. Nakes lupa barcode gelang identitas
melengkapi cap identitas bayi bayi sesuai SOP.
jempol dan no. sering hilang. 2. Tulisan barcode
register ibu bayi. 3. Belum identitas bayi tidak
4. Belum lengkapnya hilang .
ditunjuknya RM bayi 3. RM bayi lengkap.
penanggung khususnya 4. Adanya monitoring
jawab monitoring cap jempol kelengkapan RM.
kelengkapan RM dan no. 5. Keluarga ikut serta
5. Keluarga belum register ibu dalam proses
tahu fungsi bayi. menjaga
gelang identitas 4. Belum ada keamanan gelang
bayi monitoring identitas bayi.
kelengkapan
RM.
5. Kurangnya
keperdulian
keluarga
pasien.
GAP
 Pelaksanaan SOP INISIATIF
 Pelindung barcode
 Kelengkapan RM
PEMECAHAN ISU
 Monitoring
Kelengkapan RM
1. Melakukan sosialisasi
 Edukasi keluarga
mengenai SOP
pemasangan gelang
identitas bayi.
2. Melapisi barcode
gelang identitas bayi
AKIBAT JIKA KONDISI dengan plastik khusus
SAAT INI TIDAK yg tidak tembus air.
TERSELESAIKAN 3. Melengkapi RM bayi.
4. Menunjuk satu orang
1. Lepasnya identitas gelang dalam tim jaga untuk
bayi. melakukan monitoring
2. Hilangnya tulisan identitas kelengkapan RM.
pada gelang bayi. 5. Memberikan edukasi
3. Resiko bayi tertukar. pada keluarga pasien
4. Resiko salah pemberian terapi mengenai pentingnya
pada bayi. gelang identitas bayi.
5. Menurunnya kualitas
pelayanan mutu ruang
Neonatus.

Gambar 1.4 Perumusan Isu dengan Analisis Gap.

18
Berdasarkan analisis di atas, maka peserta diklat memutuskan isu
atau permasalahan yang akan diselesaikan pada aktualisasi (habituasi)
adalah mengenai “Kurang optimalnya proses identifikasi yang
menyebabkan hilangnya identitas bayi”.
Kondisi saat ini mengenai kurang optimalnya proses identifikasi
yang menyebabkan hilangnya identitas bayi adalah:
1. Pemasangan gelang identitas bayi belum sesuai SOP.
2. Tulisan barcode identitas bayi sering hilang setelah terkena air saat
memandikan.
3. Belum lengkapnya RM bayi khususnya cap jempol dan No.
Register ibu bayi.
4. Belum adanya monitoring kelengkapan RM.
5. Kurangnya keperdulian keluarga pasien terhadap gelang identitas
bayi.
Jika dipertimbangkan berdasarkan aspek Urgency, isu tersebut
sangat mendesak untuk diselesaikan. Jika tidak cepat untuk
diselesaikan, permasalahan akan akan menyebabkan resiko pada
keamanan bayi selama perwatan di Rumah Sakit.
Jika dipertimbangkan berdasarkan analisis Seriousness, isu
tersebut dapat dikategorikan sebagai isu yang sangat serius. Proses
identifikasi yang tidak dilakukang dengan optimal dapat menyebabkan
resiko yang sangat serius yaitu kemungkinan bayi kehilangan identitas.
Jika dilihat berdasarkan analisis Growth, isu tersebut
memungkinkan akan semakin berkembang dan bahkan semakin
memburuk. Sebagai contoh hilangnya identitas tersebut dapat
mengakibatkan bayi tertukar, apabila ini terjadi tentunya akan
merugikan pasien, keluarga pasien, bidan serta institusi Rumah Sakit.
Terlebih jika dilihat dari analisis Rationality, maka sangat mungkin
isu tersebut dapat diselesaikan dengan mempertimbangkan kompetensi
dan ilmu yang dimiliki oleh SDM yang ada di Rumah Sakit tempat
penulis bekerja.

19
Sedangkan berdasarkan analisis fishbone dan analisis gap dapat
dijelaskan bahwa isu tersebut disebabkan oleh:
1. Belum tersosialisasinya SOP pemasangan gelang bayi.
2. Tulisan barcode tidak dilapisi pelindung tahan air.
3. Nakes lupa melengkapi cap jempol dan no. register ibu bayi.
4. Belum ditunjuknya penanggung jawab monitoring kelengkapan RM
5. Kurangnya keperdulian keluarga.

Dalam isu kurang optimalnya proses identifikasi yang


menyebabkan hilangnya identitas bayi terdapat gap atau kesenjangan
antara kondisi yang diharapkan dengan penyebab isu. Gap dalam isu
tersebut berupa:
1. Pelaksanaan SOP
2. Pelindung barcode
3. Kelengkapan RM
4. Monitoring Kelengkapan RM
5. Edukasi keluarga

20
BAB II
RENCANA PEMECAHAN MASALAH (AKTUALISASI)

A. Gagasan (Inisiatif) Pemecahan Isu


Gagasan pemecahan isu yang peserta diklat tentukan adalah
optimalisasi proses identifikasi dalam rangka menjaga keamanan
identitas bayi di ruang neonatus RSUD Kertosono. Adapun inovasi
pemecahan isu dari tiap-tiap kondisi adalah sebagai berikut:
1. Melakukan soaialisasi mengenai SOP pemasangan gelang
identitas bayi. SOP merupakan acuan dasar bertindak sesuai
prosedur demi menyeragamkan pelayanan pada pasien dengan
memenuhi aspek standar. Dengan kesamaan tindakan diharapkan
akan minim terjadi kesalahan, misalkan dalam hal pemasangan
gelang identitas bayi posisi pemasangan dan tingkat ketepatan
penguncian gelang bayi akan terjamin keamanannya.
2. Melapisi barcode identitas bayi dengan plastik khusus yg tidak
tembus air. Identitas bayi sangat penting dalam aspek keamanan,
jadi sangat diperlukan terus terbacanya barcode identitas bayi dari
awal bayi dilakukan asuhan hingga bayi pulang dari rumah sakit.
Sehingga barcode perlu dilapisi plastik tembus air untuk menjaga
tetap terbacanya tulisan identitas bayi.
3. Melengkapi RM bayi. Rekam medis perlu dilengkapi terutama pada
bagian stempel jempol ibu jari ibu dan nomor register ibu bayi. Hal
ini bertujuan untuk kelengkapan identitas bayi serta memperkuat
identitas bayi.
4. Menunjuk satu orang dalam tim jaga untuk melakukan monitoring
kelengkapan RM. Pemantauan terhadap kelengkapan rekam medis
perlu ditugaskan kepada salah satu tenaga kesehatan atau bidan
yang ada dalam satu sift jaga agar pemantauan terkendali serta
dapat dipertanggungjawabkan.
5. Memberikan edukasi pada keluarga pasien mengenai pentingnya
gelang identitas bayi. Keluarga pasien perlu tahu apa fungsi gelang
identitas tersebut, apabila ada kejadian hilang atau lepas keluarga

21
dapat ikut berpartisipasi memberikan laporan kepada tenaga
kesehatan.
Semua kegiatan di atas akhirnya peserta diklat memberi nama
kegiatan Optimalisasi Proses Identifikasi Identitas Bayi.

B. Rencana, Tahapan, dan Output Kegiatan


Perencanaan, tahapan, dan output kegiatan aktualisasi dapat
dilihat pada Formulir Rancangan Aktualisasi berikut ini atau tabel 2.1.

22
FORMULIR 1
FORMULIR RANCANGAN AKTUALISASI

Unit Kerja : RSUD Kertosono


Isu yang diangkat : Kurang optimalnya proses identifikasi yang menyebabkan hilangnya identitas bayi di Ruang Neonatus
RSUD Kertosono.
Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi proses identifikasi Identitas bayi di Ruang Neonatus RSUD Kertosono.

Tabel 2.1. Rencana Kegiatan, Tahapan, dan Output Kegiatan


Keterkaitan Kegiatan Penguatan
Kontribusi terhadap
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Kegiatan dengan Nilai-Nilai Nilai-Nilai
Visi Misi Organisasi
Dasar ASN (ANEKA) Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Melakukan 1. Konsultasi dengan Output: 1. Komitmen mutu, Kegiatan ini memberikan Profesionalisme,
sosialisasi mentor dan Sosialisasi megenai Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah Integritas
mengenai SOP koordinator ruangan SOP pemasangan 2. Etika Publik, sakit yaitu terwujudnya Rumah
pemasangan neonatus. gelang identitas bayi Nasionalisme Sakit yang unggul, bermutu,
gelang 2. Membuat terlaksana. 3. Akuntabilitas inovatif dan menjadi pilihan
identitas bayi. pengumuman di Hasil: 4. Anti Korupsi masyarakat.
grup nakes ruang 1. Mentor dan Sesuai dengan misi:
neonatus tentang koordinator 1. Memberikan pelayanan
sosialisasi SOP. ruangan paripurna yang prima dan
3. Melakukan menyetujui mengutamakan pada
sosialisasi kepada 2. Ada bukti keselamatan pasien
tenaga kesehatan di pengumuman dengan fokus pada
ruang neonatus 3. Foto, daftar hadir kepuasan masyarakat.
secara bertahap. sosialisasi, notulen. (Misi ke-1)

23
Keterkaitan Kegiatan Penguatan
Kontribusi terhadap
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Kegiatan dengan Nilai-Nilai Nilai-Nilai
Visi Misi Organisasi
Dasar ASN (ANEKA) Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4. Meletakkan SOP di 4. Foto 2. Meningkatkan kompetensi
tempat yang mudah dan produktifitas SDM
terlihat. dengan mengembangkan
teknologi informasi. (Misi
ke-2)
2. Melapisi 1. Konsultasi dengan Output: 1. Komitmen Mutu, Kegiatan ini memberikan Keunggulan,
barcode gelang koordinator ruangan. Barcode gelang Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah Kepedulian
identitas bayi 2. Menyampaikan identitas bayi 2. Akuntabilitas, sakit yaitu terwujudnya Rumah
dengan plastik usulan pemilihan terlindungi plastik Nasionalisme Sakit yang unggul, bermutu,
khusus yang material pelindung tahan air. 3. Anti Korupsi inovatif dan menjadi pilihan
tidak tembus gelang identitas Hasil: masyarakat.
air. bayi. 1. Koordinator Sesuai dengan misi:
3. Melakukan ruangan Mewujudkan kelola rumah sakit
sosialisasi kepada menyetujui. yang professional, akuntabel,
tenaga kesehatan di 2. Material gelang inovatif dan transparan. (Misi
ruang neonatus. identitas bayi ke-3)
diganti dengan yg
tahan air, foto,
contoh gelang bayi.
3. Foto, absensi.
3. Melengkapi a. Mengisi cap jempol Output: Akuntabilitas, Kegiatan ini memberikan Profesionalisme,
RM bayi. ibu bayi pada kolom RM bayi lengkap Nasionalisme, Etika kontribusi terhadap Visi rumah Kolaborasi
identifikasi. Hasil: Publik, Komitmen sakit yaitu terwujudnya Rumah
b. Mengisi nomor 1. Dokumentasi cap mutu, Anti Korupsi Sakit yang unggul, bermutu,
registrasi ibu bayi di jempol ibu bayi di inovatif dan menjadi pilihan
kolom identifikasi. RM, foto. masyarakat.
2. Dokumentasi Sesuai dengan misi:
nomor registes ibu Mewujudkan kelola rumah sakit
bayi di RM, foto. yang professional, akuntabel,
inovatif dan transparan. (Misi

24
Keterkaitan Kegiatan Penguatan
Kontribusi terhadap
No Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Kegiatan dengan Nilai-Nilai Nilai-Nilai
Visi Misi Organisasi
Dasar ASN (ANEKA) Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
ke-3)

4. Menunjuk satu 1. Koordinasi dengan Output: 1. Komitmen Mutu, Kegiatan ini memberikan Profesionalisme
orang dalam kepala jaga. Terpilihnya satu orang Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah
tim jaga untuk 2. Menentukan dalam tim jaga untuk 2. Anti Korupsi sakit yaitu terwujudnya Rumah
melakukan koordinator melakukan monitoring 3. Akuntabilitas, Sakit yang unggul, bermutu,
monitoring monitoring kelengkapan RM. Nasionalisme inovatif dan menjadi pilihan
kelengkapan kelengkapan RM. 1. Kepala jaga masyarakat.
RM. 3. Melaksanakan menyetujui. Sesuai dengan misi:
. bersama. 2. Daftar nama Meningkatkan kompetensi dan
penanggung jawab produktifitas SDM dengan
monitoring. mengembangkan teknologi
3. Tanda tangan informasi. (Misi ke-2)
penanggung jawab
monitoring.
5. Memberikan 1. Konsultasi dengan Output: 1. Komitmen Mutu, Kegiatan ini memberikan Integritas,
edukasi pada koordinator ruangan. Keluarga pasien Etika Publik kontribusi terhadap Visi rumah Kepedulian
keluarga 2. Menyusun materi menerima edukasi 2. Anti Korupsi sakit yaitu terwujudnya Rumah
pasien edukasi. tentang pentingnya 3. Nasionalisme Sakit yang unggul, bermutu,
mengenai 3. Melaksakan kegiatan gelang identitas bayi. 4. Akuntabilitas inovatif dan menjadi pilihan
pentingnya edukasi kepada Hasil: masyarakat.
gelang keuarga pasien. 1. Koordinator Sesuai dengan misi:
identitas bayi. 4. Mendokumentasikan ruangan Memberikan pelayanan
kegiatan edukasi menyetujui. paripurna yang prima dan
pada rekam medis 2. Ada susunan mengutamakan pada
bayi. materi edukasi. keselamatan pasien dengan
3. Foto, video. fokus pada kepuasan
4. Dokumentasi di massyarakat. (Misi ke-1)
RM.

25
C. Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata Pelatihan (Nilai-nilai
Dasar PNS dan Kedudukan serta Peran PNS dalam NKRI)
Setiap kegiatan yang dilaksanakan memiliki keterkaitan dengan
nilai-nilai substansi mata pelatihan yang relevan, yakni Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Manajemen
ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government.
Berikut adalah Keterkaitan Kegiatan dengan Substansi Mata
Pelatihan (Nilai-nilai Dasar PNS dan Kedudukan serta Peran PNS
dalam NKRI):
1. Melakukan sosialisasi mengenai SOP pemasangan identitas
gelang bayi.
Akuntabilitas :
Sebagai Bidan dan seorang PNS wajib memiliki integritas yang
tinggi dalam mematuhi peraturan yang berlaku seperti
melaksanakan SOP
Nasionalisme :
Mengamalkan sila ke-2 pada Pancasila, yaitu keadilan dalam
memberikan informasi seperti sosialisasi SOP pemasangan
gelang bayi pada semua tenaga kesehatan di ruang Neonatus.
Etika Publik :
Salah satu prinsip etika adalah kebaikan yaitu dengan
menyebarkan nilai kebaikan dalah hal ini berupa sosialisasi SOP.
Komitmen Mutu :
Untuk mencapai pelayanan yang bermutu diperlukan komitmen
untuk melakukan secara bersama budaya kerja yang baik yaitu
dengan melaksanakan SOP.
Anti Korupsi :
Melakukan sosialisasi SOP dengan penuh tanggung jawab`
2. Melapisi barcode gelang identitas bayi dengan plastik khusus
yang tidak tembus air.
Akuntabilitas :
Menentukan jenis gelang bayi yang aman sehingga barcode
identitas bayi tidak hilang sesuai nilai dasar kejelasan.

26
Nasionalisme :
Mengamalkan sila ke-2 yaitu kemanusiaan dalam memberikan
pelayanan.
Etika Publik :
Menerapkan prinsip kebaikan untuk melindungi keamanan
identitas pasien.
Komitmen Mutu:
Melindungi gelang identitas bayi merupakan bentuk perlindungan
publik.
Anti Korupsi :
Diperlukan nilai kerja keras untuk melaksanakan perubahan
kearah perbaikan.
3. Melengkapi RM bayi.
Akuntabilitas :
Menunjukan nilai integritas dengan mematuhi peraturan di ruah
sakit berupa pendokumentasien di RM pasen.
Nasionalisme :
Tersirat nilai Pancasila sila ke-3 yaitu semua nakes bersatu saling
mengingtkan dalam hal melengkapi RM pasien.
Etika Publik :
Terdapat nilai dasar tanggung jawab untuk menyelesaikan RM
bayi.
Komitmen Mutu:
Setiap nakes di ruang neonatus harus bekerja sama supaya RM
bayi lengkap.
Anti Korupsi :
Diperlukan kedisiplinan dalam menjalankan kebiasaan baik, dalam
hal ini disiplin melengkapi RM bayi.
4. Menunjuk satu orang dalam tim jaga untuk melakukan monitoring
kelengkapan RM.
Akuntabilitas :
Memberikan contoh dan bersedia melakukan monitoring
kelengkapan RM.

27
Nasionalisme :
Penerapan sila ke-3 bersatu dalam hal kerjasama untuk
kelengkapan RM.
Etika Publik :
Melakukan pemilihan salah satu orang dalam tim jaga untuk
melakukan monitoring kelengkapan RM dengan prinsip
persamaan.
Komitmen Mutu:
Menjaga mutu pelayanan dengan menerapkan nilai dasar
continuous improvement perbaikan metode monitoring untuk
memantau kelngkapan RM.
Anti Korupsi :
Melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab saat melakukan
monitoring kellengkapan RM.
5. Memberikan edukasi pada keluarga pasien mengenai pentingnya
gelang identitas bayi.
Akuntabilitas :
Melaksanakan edukasi dengan adil kepada semua keluarga
pasien tanpa membedakan kelas.
Nasionalisme :
Menunjukan keadilan kepada semua keluarga pasien ( Sila ke-2).
Etika Publik :
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien dengan dasar
kebenaran sesuai ilmu.
Komitmen Mutu:
Memberikan edukasi merupakan bentuk kegiatan meningkatkan
mutu pelayanan karena keluarga pasien tidak hanya menemani
pasien tapi juga mendapatkan tambahan ilmu kesehatan.
Anti Korupsi :
Kepedulian terhadap kondisi pasien membuat peserta diklat
memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga
pasien.

28
D. Identifikasi Dampak Pemecahan Isu (Individu, unit Kerja atau
Organisasi)
Kegiatan optimalisasi proses identifikasi identitas bayi
memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Bagi Individu (Tenaga Kesehatan )
a. Tenaga Kesehatan khususnya bidan mampu memahami,
menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
ASN yang meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
b. Menjadi tenaga bidan yang mampu menjalankan fungsi
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa yang memiliki integritas dan
profesional di ruang neonatus RSUD Kertosono Kabupaten
Nganjuk.
2) Bagi Unit Kerja
a. Pelayanan bermutu sesuai SOP di ruang neonatus.
b. Meningkatkan partisipasi dan pengetahuan keluarga pasien.
3) Bagi Organisasi
a. Rancangan aktualisasi ini sebagai wujud visi dan misi RSUD
Kertosono.
b. Penerapan dukungan terhadap kebijakan pemerintah daerah
yaitu terwujudnya Kabupaten Nganjuk yang Maju dan
Bermartabat, Nyawiji membangun prestasi.

E. Kontribusi Terhadap Visi dan Misi serta Tujuan Organisasi


Rancangan Aktualisasi ini memberikan kontribusi kepada visi
RSUD Kertosono “Terwujudnya Rumah Sakit yang Unggul, Bermutu,
Inovatif dan Menjadi Pilihan Masyarakat”.
Adapun Rancangan Aktualisasi ini juga memberikan kontribusi
kepada misi rumah sakit sebagai berikut:
1. Rumah sakit yakni dapat memberikan pelayanan paripurna yang
prima dengan fokus pada kepuasan masyarakat
2. Meningkatkan kompetensi dan produktifitas Sumber Daya Manusia

29
baik petugas kesehatan maupun masarakat sebagai pengguna
jasa.
3. Mewujudkan kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel,
inovatif dan transparan.
4. Mewujudkan rumah sakit pendidikan yang berbasis ‘Green Hospital”.
Sedangkan kontribusi tujuan organisasi adalah terlaksananya
pelayanan kesehatan yang paripurna tidak hanya menyehatkan yang
sakit tapi juga memberikan ilmu pada pasen, keluarga dan masyarakat.

F. Kontribusi terhadap Penguatan Nilai-nilai Organisasi


Melalui kegiatan aktualisasi diharapkan dapat meningkatkan nilai-
nilai organisasi berikut di bawah ini:
1. Integritas
Diharapkan nakes di ruang neonatus dapat semakin disiplin
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan SOP kepada pasien, melakukan tindakan pelayanan
kepada pasien dengan integritas tinggi.
2. Kepedulian
Kegiatan ini memberi kontribusi nilai kerjasama dalam
berorganisasi, melayani pasien dan keluarganya empati, tulus dan
perduli.
3. Kolaborasi
Kegiatan di rancangan yang peserta diklat buat ini perlu
adanya kerjasama atau kolaborasi baik dengan mentor,
koordinator ruangan maupun tenaga kesehatan lsin di ruang
neonatus agar tercapainya kegiatan optimalisasi proses
identifikasi bayi.
4. Keunggulan
Semua kegiatan di rancangan yang peserta diklat buat ini
adalah upaya untuk meningkatkan komitmen mutu terhadap
pelayanan rumah sakit untuk pasien dan keluarganya serta
masyarakat.

30
5. Profesional
Kegiatan ini menuntut adanya profesionalisme dalam
melaksanakan tugas sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, dan pemersatu bangsa.

31
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN AKTUALISASI

A. Jadwal Kegiatan Aktualisasi


Kegiatan aktualisasi dilaksanakan selama kurang lebih 30 hari kerja. Adapun jadwal kegiatan aktualisasi terdapat
pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Aktualisasi

No. Kegiatan 28 Oktober – 26 November 2019 Bukti Kegiatan


S S R K J S M
1. Melakukan sosialisaasi SOP pemasangan gelang identitas bayi 28 29 30 31 1 2 3 Foto, daftar
a. Konsultasi dengan mentor dan koordinator ruangan neonatus. hadir sosialisasi,
b. Membuat pengumuman di grup nakes ruang neonatus tentang notulen.
sosialisasi SOP.
c. Melakukan sosialisasi kepada tenaga kesehatan di ruang
neonatus secara bertahap.
d. Meletakkan SOP di tempat yang mudah terlihat.
2. Melapisi barcode identitas bayi dengan plastik khusus yg tidak 4 5 6 7 8 9 10 Foto
tembus air.
a. Konsultasi dengan koordinator ruangan.
b. Menyampaikan usulan pemilihan material pelindung gelang
identitas bayi.
c. Melakukan sosialisasi kepada tenaga kesehatan di ruang
neonatus.

32
3. Melengkapi RM bayi. 11 12 13 14 15 16 17 Foto
a. Mengisi cap jempol ibu bayi pada kolom identifikasi.
b. Mengisi nomor registrasi ibu bayi di kolom identifikasi
4. Menunjuk satu orang dalam tim jaga untuk melakukan monitoring 18 19 20 21 22 23 24 Daftar nama
kelengkapan RM dan tanda
a. Koordinasi dengan kepala jaga. tangan tim
b. Menentukan koordinator monitoring kelengkapan RM. monitoring
c. Melaksanakan bersama.

5. Memberikan edukasi pada keluarga pasien mengenai pentingnya 25 26 Susunan materi


gelang identitas bayi edukasi
a. Konsultasi dengan koordinator ruangan.
b. Menyusun materi edukasi.

c. Melaksakan kegiatan edukasi kepada keuarga pasien. video saat


d. Mendokumentasikan kegiatan edukasi pada rekam medis bayi. edukasi,
dokumentasi
tanda tangan
keluarga pasien,
foto.

33
B. Identifikasi Kendala dan Rencana Antisipasinya
Pelaksanaan rancangan kegiatan aktualisasi dimungkinkan terjadinya kendala-kendala yang menghambat kegiatan
yang telah direncanakan. Oleh karena itu diperlukan antisipasi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut, sehingga
dampak yang menghambat kegiatan dapat diminimalisir. Antisipasi dalam menghadapi kendala-kendala selama aktualisasi
dapat dijelaskan lebih lanjut pada table 3.2.
Tabel 3.2. Identifikasi Kendala dan Rencana Antisipasinya
No. Kegiatan Kendala Antisipasi menghadapi kendala

1. Melakukan sosialisasi mengenai Jadwal jaga yang berbeda menyebabkan tenaga Melakukan sosialisasi bertahap.
SOP pemasangan gelang identitas kesehatan di ruang neonatus tidak dapat hadir bersama
bayi
untuk sosialisasi
2. Melapisi barcode identitas bayi Tenaga kesehatan yang lain tidak bersedia Memberi contoh, mengingatkan rekan kerja
dengan plastik khusus yg tidak
menerapkan. serta menyiapkan gelang agar mudah
tembus air.
dijangkau.
3. Melengkapi rekam medis bayi. Sibuk melakukan pelayanan hingga lupa pada Adanya tim monitoring tiap sift jaga.
kelengkapan rekam medis .

4. Menunjuk satu orang dalam tim Sibuk melakukan pelayanan hingga tim yang ditunjuk Mengingatkan dan memantau tim monitoring.
jaga untuk melakukan monitoring
monitoring lupa melakukan pengecekan rekam medis.
kelengkapan rekam medis.

5. Memberikan edukasi pada keluarga Tingkat pendidikan dan pemahaman keluarga masih Memilih anggota keluarga yang paham
pasien mengenai pentingnya kurang sehingga tidak paham atau mudah lupa dengan apabila diberikan informasi.
gelang identitas bayi
informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan.

34
BAB IV
PENUTUP

Kegiatan habituasi adalah kegiatan yang diawali dengan membuat


rancangan aktualisasi. Penyusunan aktualisasi didahului dengan identifikasi isu.
Isu-isu dianalisis kemuadian diangkat dan dianalisis menggunakan perangkat
analisis APKL, USG, Fishbone dan Analisis gap untuk menemukan corre
isu.Berdasarkan isu-isu yang ada, penulis menyeleksi dengan dua metode, yaitu
Metode APKL dan Metode USG. Selanjutnya, penulis mendapatkan isu yang
menjadi isu utama, yakni kurang optimalnya proses identifikasi yang
menyebabkan hilangnya identitas bayi di ruang neonatus RSUD Kertosono. Isu
tersebut untuk mewujudkan pelayanan yang paripurna dan prima dengan
berfokus pada kepuasan masyarakat. Isu tersebut memenuhi tingkat urgency,
seriousness, dan growth yang paling tinggi, sehingga penulis memutuskan
untuk mengangkatnya sebagai bahan aktualisasi dan habituasi di RSUD
Kertosono.
Penyelesaian atas isu tersebut menggunakan penerapan nilai-nilai dasar
ASN yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti
korupsi, serta kedudukan ASN dalam NKRI seperti Whole of Goverment,
pelayanan publik dan manajemen ASN. Pentingnya menyusun rancangan
aktualisasi diharapkan dapat menjadi pedoman dalam lima kegiatan melakukan
sosialisasi mengenai SOP pemasangan gelang identitas bayi, melapisi barcode
identitas bayi dengan plastik khusus yg tidak tembus air, melengkapi rekam
medis bayi, menunjuk satu orang dalam tim jaga untuk melakukan monitoring
kelengkapan rekam medis dan memberikan edukasi pada keluarga pasien
mengenai pentingnya gelang identitas bayi.
Pelaksanaan aktualisasi nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika
publik, komitmen mutu dan anti korupsi. Sehingga isu dapat terselesaikan serta
dapat meningkatkan kinerja peserta pelatihan dasar dalam menjalankan tugas
dan fungsi dilingkungan unit kerja.

35
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Etika Publik: Modul


Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Komitmen Mutu:
Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Anti Korupsi: Modul
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I/II dan III. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara National Institute of Public Administration. 2017.
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen Aparatur Sipil Negara.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara National Institute of Public Administration. 2017.
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Whole of Goverment. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara National Institute of Public Administration. 2017.
Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Pelayanan Publik. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

36
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Kertosono

37

Anda mungkin juga menyukai